Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KULTIVASI


MIKROORGANISME

Dosen :
Arina Findo Sari, M.Si
Remila Selvany, M.Si.
Asisten Laboratorium :
Diah Lestari
Fatima Salsabila Zahra

Hari,Tanggal :
Rabu, 23 September 2020

Nama :
Piolinov Iskandar
NIM :
11190950000062
Kelas :
3B-2

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2020 M / 1442 H
I. Tujuan
Mengenal berbagai faktor lingkungan hidup mikroorganisme dan mengetahui pengaruh
faktor lingkungan hidup terhadap kehidupan mikroorganisme

II. Metodologi
2.1. Alat
 Media glukosa cair
 Biakan murni bakteri E. coli, B. stearothermophilus, Pseudomonas
fluorescens, S. lutea
 Glukosa NaCl berbagai konsentrasi
 Glukosa sukrosa berbagai konsentrasi
 Kultur cair E. coll, S. aureus, P. chrysogenum dan Saccharomyces sp
 Larutan tripton 1% dan ekstrak khamir 1%
 Larutan tripton 1%, ekstrak khamir 1% dan glukosa 1%
 Larutan tripton 1%, ekstrak khamir 1%, glukosa 1% dan K2HPO, 0,5%
 Larutan seperti poin 2 dan 3 tetapi glukosa hanya 0,1%
 Media NA dan MEA dengan pH berbeda
 Dua jenis Biakan bakteri berumur 24 jam, biakan khamir berumur 48 jam
dan biakan kapang berumur 5 hari atau supensi spor berumur 24 jam
 Media NA
 Kultur cair bakteri berumur 24 jam
 Kertas alumunium foil steril
 Media agar ekstrak khamir atau tripton

2.2. Bahan
 Jarum ose
 Pembakar spirtus
 Inkubator
 Cawan petri steril
 Laminar Air Flow
 Lampu UV
 Pinset

2.3. Prosedur Kerja


2.3.1. Pengaruh Suhu

20 tabung media Biakan murni bakteri E. coli, B.


cair glukosa diambil dan stearothermophilus, Pseudomonas
dikelompokkan menjadi 4, per fluorescens, S. Lutea
kelompok 5 tabung diinokulasikan pada setiap
kelompok

Kultur diinkubasi selama 2 dan 7


Pertumbuhan berdasarkan kekeruhan hari, pada suhu 50, 200, 300, 450,
diamati 550C
2.3.2. Pengaruh Tekanan Osmotik

Glukosa agar yang


mengandung NaCl
Media tersebut
diambil sebagai
\ dibuat menjadi agar
berikut :
cawan dan dibagi 4
1 tabung 0.5%
bagian dengan
1 tabung 15%
spidol
1 tabung 30% Setiap bagian cawan
1 tabung 60% diinokulasikan
dengan E. coli, S.
aureus, P.
Glukosa agar yang chrysogenum, dan
mengandung Saccharomyces sp.
Media tersebut
sukrosa diambil
dibuat menjadi agar
sebagai berikut :
cawan dan dibagi 4
1 tabung 0.5%
bagian dengan
1 tabung 15%
spidol
1 tabung 30%
1 tabung 60%

Kultur diinkubasi
selama 2 dan 7 hari
Pertumbuhannya pada suhu 300C
diamati dari segi
banyaknya atau
sedikitnya

2.3.3. Pengaruh Sumber Energi dan Buffer

1 ose biakan bakteri


diinokulasikan ke masing – Semua tabung diinkubasi pada
masing tabung yang berisi larutan suhu 370C selama 2x24 jam
(yang telah disediakan)

Media cair pertumbuhan diukur Pertumbuhan diamati dengan


pHnya melihat tingkat kekeruhannya

2.3.4. Pengaruh pH
3 agar cawan NA
dengan pH 5, 7, 9, Bakteri
disiapkan dan dinokulasikan Inokulasi media NA,
dibagi dua sector berbeda sektor diinkubasi pada
dasar cawan suhu 37 0C selama 2-
3 hari. Sedangkan
inokulasi media
3 agar cawan MEA MEA diinkubasi
dengan pH 5, 7, 9, Bakteri pada suhu ruang
disiapkan dan dinokulasikan selama 3-7 hari
dibagi dua sector berbeda sektor
dasar cawan

Setiap pertumbuhan diamati


2.3.5. Pengaruh Sinar Ultraviolet

Diletakkan potongan pada


Dibuat kultur bakteri agar tuang
permukaan biakan Aluminium foil
NA
setelah agar padat

Diinkubasi dengan suhu 370C Dimasukkan dalam laminar air


selama 24 jam dan diamati flow, disinarkan dengan lampu UV
pertumbuhan bakteri selama 3 jam

2.3.6. Pengaruh Oksigen Bebas

Dicairkan 3 tabung
Didinginkan agar Dibuat kultur tusukan
agar khamir dengan
dan dibuat agar dan diinkubasi suhu
penangas air suhu 37O C selama 48
tegak
1000C
III. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, adapun data yang didapat sebagai berikut :
Jenis Pengaruh Mikroorganisme yang Hasil Pengamatan Referensi
No. Media Pertumbuhan Foto Foto Literatur Keterangan
Lingkungan Diuji
Non fermenter
Escherichia coli Tidak ada (-)

Koloni S. Koloni bakteri


Koloni
Koloni
aureus MSA B.subtilis
E.coli
E.Koloni
KolonicoliS.
Koloni
S. typh
aureus
E. coli
(Sumber :
https://quizlet.com/204488233/mic
robiology-final-lab-practical-flash-
(Sumber : Nadya, 2018) cards/ )
Fermenter
Staphylococcus aureus Tidak ada (-)

1.
Media Selektif

(Sumber :
https://slideplayer.com/slide/8735
299/ )
Nonfermenter
Bacillus subtilis Banyak (+++)

(Sumber :
https://dlane247.tumblr.com/post/1
11208261183/mannitol-salt-agar-
test-for-bacillus-subtilis )

Salmonella typhii Tidak ada (-)

(Sumber : Niken Agustin, 2019)


Fermenter
Escherichia coli Banyak (+++)
Koloni bakteri
S.aureus
MC Koloni bakteri
E.coli

(Sumber :
https://www.chegg.com/homewor
k-help/questions-and-answers/ve-
(Sumber : Nadya, 2018) attached-lab-worksheets-images-
phenylethyl-alcohol-agar-control-
phenylethyl-alcohol-eco-
q40579539 )
pH 4 : Tidak ada (-)
Kapang pada pH
9
Kapang pada pH
Saccharomyces pH 7 : Banyak (++
7

cerevisiae +)

(Sumber : Nadya, 2018)


pH 9 : Ada (++)

pH 4 : Tidak ada (-)


Bakteri pada
pH 9

pH 7 : Banyak (++ Bakteri pada


Escherichia coli pH 7
+)

2. pH TSB (Sumber : Nadya, 2018)


pH 9 : Ada (++)

pH 4 : Tidak ada (-)


Bakteri pada pH 7

(Sumber : Hasanati, 2019)

Staphylococcu cohnii (Sumber : Nadya, 2018)

pH 7 : Ada (++)

(Sumber : Hasanati, 2019

pH 9 : Tidak ada (-)


Koloni bakteri
Dilapisi aluminium E.coli
NA Escherichia coli
foil : Ada (++)

(Sumber : Amininezhad et al, 2015)


(Sumber : Nadya, 2018)
3. Sinar Ultra Violet

Tidak dilapisi
NA Escherichia coli aluminium foil :
Tidak ada (-)

(Sumber : Niken Agustin, 2019)


(Sumber : Nadya, 2018)

Eschenrichia coli Ada (++)


Koloni bakteri
R.oryzae

Rhizopus oryzae Banyak (+++) Koloni bakteri E.coli

Sukrosa 1%
Staphylococcus cohnii Tidak ada (-)
(Sumber : Nadya, 2018)
Saccharomyces
Tidak ada (-)
cereviseae

4. Tekanan Osmosis Eschenrichia coli Tidak ada (-)

v
Rhizopus oryzae Sedikit (+) Koloni bakteri
R.oryzae
Sukrosa 5%
Staphylococcus cohnii Tidak ada (-)
(Sumber : Nadya, 2018)
Saccharomyces
Tidak ada (-)
cereviseae

Sukrosa 10% Eschenrichia coli Ada (++)


Koloni bakteri
Rhizopus oryzae Banyak (+++) R.oryzae

Koloni bakteri E.coli

Staphylococcus cohnii Sedikit (+)

Saccharomyces
Tidak ada (-) (Sumber : Nadya, 2018)
cereviseae

Eschenrichia coli Ada (++)


Koloni bakteri R.oryzae

Koloni bakteri E.coli


Rhizopus oryzae Banyak (+++)
Sukrosa 15%
Staphylococcus cohnii Sedikit (+) (Sumber : Nadya, 2018)

Saccharomyces
Tidak ada (-)
cereviseae
5.
Suhu Media Cair
Suhu 5° : Media
Glukosa Escherichia coli
bening,
Tidak ada ( - )
(Sumber : Nadya, 2018)
(Sumber : Jufri, 2020)

Suhu 27° : Media


keruh,
Ada (++)
(Sumber : Nadya, 2018)
(Sumber : Jufri, 2020)
Suhu 37° : Media
keruh,
Ada (++)
(Sumber : Nadya, 2018)

(Sumber : Jufri, 2020)


Suhu 50° : Media
bening,
Tidak Ada (-)
(Sumber : Nadya, 2018)

Suhu 5° : Media
bening,
Tidak Ada (-)
(Sumber : Nadya, 2018)

Suhu 27° : Media


keruh,
Pseudomonas Banyak (+++)
(Sumber : Nadya, 2018)
aeruginosa
Suhu 37° :
Media keruh,
Banyak (+++)
(Sumber : Nadya, 2018)

Suhu 50° :
Media bening,
Tidak Ada (-)
(Sumber : Nadya, 2018)

Suhu 5° : Media
bening,
Tidak Ada (-)
(Sumber : Nadya, 2018) (Sumber :Niken Agustin, 2019)
Sp 1 ( berasal dari
kawah)
Suhu 27° : Media
keruh,
Ada (++)
(Sumber : Nadya, 2018) (Sumber :Niken Agustin, 2019)
Suhu 37° :
Media keruh,
Ada (++)
(Sumber :Niken Agustin, 2019)
Sumber : Nadya, 2018

Suhu 50° :
Media keruh,
Ada (++)
Sumber : Nadya, 2018
(Sumber :Niken Agustin, 2019)
IV. Pembahasan
Mikroorganisme adalah mahluk hidup sesaat secara induvidu biasanya terlalu kecil
untuk dilihat dengan mata tanpa bantuan. Kelompok ini mencakup bakteri, fungi, protozoa,
dan ganggang mikroskopik. Ini juga mencangkup virus, entitas non-seluler kadang-kadang
dianggap mengangkangi perbatasan antara kehidupan dan bukan kehidupan (Hidayat dkk.,
2018).
Menurut Fifendy (2017), suatu bakteri bisa diketahui tumbuh melalui dengan adanya
pertambahan ukuran, dan bobot biakan bakteri. Bukan hanya itu saja, tetapi kandungan
materi seluler bakteri juga ikut berubah.
Menurut Mayasari dkk. (2019), mengatakan bahwan mikroba dalam pertumbuhannya
sangat dipengaruhi dan tergantung pada faktor lingkungan. Setiap mikroba mempunyai
respon yang berbeda-beda terhadap faktor tersebut, yang bisa menyebabkan perubahan dari
segi morfoloogi dan fisiologi mikroba. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua yaitu faktor
abiotic, faktor biotik, serta faktor kimia.

Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.


a. Suhu
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba adalah mempengaruhi laju reaksi
enzimatis dan kimia di dalam sel. Semakin meningkat suhu, maka laju reaksi akan semakin
cepat. Namun, pada taraf suhu tertentu, komponen sel akan mengalami kerusakan. Suhu
akan meningkatkan metabolisme sampai pada titik terjadinya denaturasi. Ketika mencapai
titik tersebut, fungsi sel akan menurun sampai ke titik nol. Berdasarkan hal tersebut, ada
tiga tingkatan suhu yang memengaruhi mikroorganisme. Suhu minimum adalah batas
terendah bagi suatu mikroba masih dapat hidup, suhu optimum adalah suhu optimal bagi
suatu mikroba untuk melakukan pertumbuhan, dan suhu maksimum adalah batas tertinggi
bagi suatu mikroba untuk dapat hidup (Madigan et al., 2011).

b. Tekanan Osmotik
Suatu tekanan osmotic akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmotic
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmosis Sebaliknya jika tekanan
osmotik lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga
mengakibatkan rusaknya sel. Oleh karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmotik yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmotik dengan lingkungannya tidak boleh
terlalu besar (Jawetz, 2007).

c. Sumber energy
Menurut Tortora et al. (2010), mengatakan bahwa senyawa kimia bagi mikroba ada
yang berfungsi sebahai sumber nutrisi dan bersifat racun. Contoh senyawa kimia sebagai
nutrisi diantaranya karbon, oksigen, nitrogen, sulfur, dan fosfor.

d. pH
pH pembenihan juga mempengaruhi pertumbuhan kuman. Kebanyakan kuman yang
patogen pempunyai pH optimum 7,2-7,6. Meskipun suatu pembenihan pada permulaannya
baik bagi suatu kuman, tetapi pertumbuhan selanjutnya juga akan terbatas karena produk
metabolisme kuman itu sendiri. Hal ini terutama dijumpai pada kuman yang bersifat
fermentatif yang menghasilkan sejumlah besar asam-asam organik yang bersifat
menghambat (Suharto dkk, 2010).

e. Sinar Ultraviolet
Reaksi kimia yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan proses metabolisme pada
mikroorganisme yang mengarah pada kematian. Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya
akan mati oleh penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi (Suharyono dkk.,
2009).

f. Pengaruh oksigen bebas


Menurut penelitian yang dilakukan Choiron dkk. (2013), menyimpulkan bahwa
transfer oksigen pada sel mikroba merupakan suatu hal yang sangat penting pada
fermentasi secara aerob dan hal tersebut dapat menjadi sulit pada beberapa jenis
fermentasi dengan media pertumbuhan yang berbeda.

Pengaruh Media
Manitol Salt Agar (MSA) adalah media pertumbuhan selektif dan diferensial yang
umum digunakan dalam mikrobiologi. Media ini mengandung garam (NaCl) dalam
konsentrasi tinggi yakni sekitar 7,5% - 10% sehingga hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri
yang dapat mentoleransi kadar garam tinggi dan menjadikannya selektif untuk bakteri
Grampositif (Staphylococcus dan Micrococcaceae). Selain itu, media ini juga mengandung
manitol sebagai sumber karbohidrat dan phenol red sebagai pH indikator untuk mendeteksi
asam yang dihasilkan oleh Staphylococcus mannitolfermentasi serta ekstrak daging dan
pepton sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein dan nitrogen bagi
pertumbuhan mikroorganisme (Safitri & Novel, 2010).
Berdasarkan hasil yang didapat, hanya bakteri Bacillus subtilis saja yang dapat tumbuh.
Hal ini sangat bertentangan dengan leteratur, media MSA diperuntukan untuk pertumbuhan
bakteri golongan Staphylococcus dan Micrococcaceae. Pertumbuhan bakteri selain golonga
tersebut dapat dipengaruhi perlakuan saat menginokulasikan kultur lain. Menurut
penelitiannya, Dewi (2013) mengatakan pertumbuhan koloni adalah yang dikelilingi zona
kuning. Staphylococcus aureus pada media mannitol salt agar (MSA) menunjukkan
pertumbuhan koloni berwarna putih kekuningan dikelilingi zona kuning karena kemampuan
memfermentasi mannitol. Bakteri yang tidak mampu memfermentasi mannitol tampak zona
berwarna merah atau merah muda.
Media MacConkey Agar (MCA) mengandung zaaat inhibitor garam empedu (bile salt)
yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri Gram positif tetapi menumbuhkan Gram
negatif kecuali Pasteurella dan Haemophilus. Pada umumnya media selektif digunakan
untuk menumbuhkan bakteri Gram negatif yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae
yang merupakan flora normal dalam saluran pencernaan. Media MCA bakteri yang
memfermentasi laktosa akan tumbuh dengan warna kooni pink, tetapi bakteri yang tidak
memfermentasi laktosa tidak berwarna /colorles. Hal ini disebabkan oleh karena zat indikator
neutral red pada media dalam suasana asam berubah menjadi warna pink sedangkan dalam
suasana basa tidak berwarna. (Suarjana, dkk., 2017).
Berdasarkan hasil yang didapat menunjukan terdapat adanya pertumbuhan bakteri E.
coli dan S. aureus. Seharusnya, mengacu pada referensi atau literatur hanyak bakteri E.coli
yang dapat tumbuh pada media selektif seperti MCA karena menurut Sutiknowati (2016),
mengatakan E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2
micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 m3 . Bakteri ini
dapat hidup pada rentang suhu 20-40 0 C dengan suhu optimumnya pada 370 C dan
tergolong bakteri gram negatif. Sedangkan bakteri S. aureus menurut Triyana (2014),
mengatakn Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri aerob yang bersifat gram positif
dan merupakan salah satu flora normal manusia pada kulit dan selaput mukosa.
Menurut Brooks, et. al. (2010) media EMB Agar merupakan media selektif diferensial
untuk menubuhkan bakteri gram negatif dari golongan Enterobacteriaceae. Bakteri E. coli
yang diidentifikasi menggunakan media EMBA akan membentuk koloni berwarna metalik
kehijauan dengan bintik gelap dibagian tengah koloni pada permukaan media sebab bakteri
gram negatif. Seharusnya Bacillus subtilisi tidak dapat tumbuh, karena bakteri tersebut
merupakan gram positif.

Pengaruh pH
Mikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan pH tempat tumbuhnya yaitu asidofil (pH
asam), alkalofil (pH basa) dan neutrofil (pH netral). Berdasar praktikum ini dengan menguji
beberapa kultur diantaranya S. cerevisae, E. coli, S. cohnii dan Candida albicans dengan
menggunakan media Trypticase Soy Broth (TSB) tegak.
Hasil yang didapat pada biakan Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh banyaj pada
pH, bahkan dapat tumbuh pada pH 9. Pada pH 4 tidak terjadi kekeruhan, hal ini menandai
tidak adanya pertumbuhan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil literarut, menurut Zely (2014),
mengatakan keadaan lingkungan optimal untuk fermentasi oleh Sacharomyces cereviseae
adalah pada suhu 25- 300C dengan pH 4-5. Pada awal fermentasi masih diperlukan oksigen
untuk pertumbuhan dan perkembangan, tetapi kemudian tidak dibutuhkan lagi karena kondisi
proses yang diperlukan adalah anaerob
Biakan Escherichia coli dapat tumbuh banyak pada pH, bahkan dapat tumbuh pada pH
9. Pada pH 4 tidak terjadi kekeruhan, hal ini menandai tidak adanya pertumbuhan. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu, menyatakan bahwa bakteri E.coli dapat
tumbuh pada pH 6,5–9,0 Namun, pertumbuhannya optimumnya yaitu 7,2–8,5 (Arivo dan
Annissatussholeha, 2017).
Biakan Staphylococcu cohnii hanya dapat pada pH, Pada pH 4 dan pH 9 tidak terjadi
kekeruhan, hal ini menandai tidak adanya pertumbuhan. Menurut Madigan (2012),
mengatakan bakteri ini dapat tumbuh dan optimunya pada pH berkisar antara 6.5-7.5.

Pengaruh Sinar UV
Pengaruh sinar ultraviolet juga dapat mempengaruhi proses berlangsungnya
pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Rahayu (2017). Radiasi ultraviolet merupakan suatu
sumber energi yang mempunyai kemampuan untuk melakukan penetrasi ke dinding sel
mikroorganisme dan mengubah komposisi asam nukleatnya. Absorbsi ultraviolet oleh DNA
(atau RNA pada beberapa virus) dapat menyebabkan mikroorganisme tersebut tidak mampu
melakukan replikasi akibat pembentukan ikatan rangkap dua pada molekul-molekul
pirimidin. Sel yang tidak mampu melakukan replikasi akan kehilangan sifat patogenitasnya.
Radiasi ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein pada membran sel akan menyebabkan
kerusakan membran sel dan kematian sel
Bakteri yang tidak terlindungi alumunium foil mati. Hal ini karena terkena sinar uv
secara langsung. Sedangkan yang ditutupi dengan alumunium foil sinar UV akan tereduksi
tidak akan masuk ke dinding sel bakteri, bahkan sinar UV akan memantul kebali ketempat
asalnya.

Pengaruh Tekanan Osmotik


Kultur bakteri dibiakan pada media sukrosa dengan presentasi berbeda, yaitu u 1%, 5%,
10% dan 15%. Berdasarakan pengamatan, didapat hasil yang berbeda-beda pula. Media
dengan sukrosa presentase 1% didapat adanya pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
kapang Rhizopus oryzae. Media dengan sukrosa 5% didapat hanya adanya pertumbuhan
kapang Rhizopus oryzae. Media dengan sukrosa 10% didapat adanya pertumbuhan bakteri
Escherichia coli bertaraf banyak, bakteri Staphilococcus cohnii bertaraf sedikit, dan kapang
Rhizopus oryzae bertaraf banyak. Media dengan sukrosa 15% didapat adanya pertumbuhan
bakteri Escherichia coli bertaraf banyak, bakteri Staphilococcus cohnii bertaraf sedikit, dan
kapang Rhizopus oryzae bertaraf banyak. Hal tersebut dapat diduga kapang Rhizopus oryzae
memiliki sifat osmofilik sebab tahan pada presentase meningkat dan terus bertumbuh banyak.
Menurut Jawetz et. Al (2008), megatakan suatu tekanan osmotic akan sangat
mempengaruhi bakteri jika tekanan osmotik lingkungan lebih besar (hipertonis) sel aka
mengalami plasmolysis. Sebaliknya jika tekanan osmotic lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga akan megakibatkankan rusaknya sel. Oleh karena itu
dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmotic
yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmotic dengan
lingkungannya tidak boleh terlalu besar. Selain itu, terdapat beberapa jenis bakteri dan juga
mikroba lainnya ada yang mempunyai ketahanan terhadap tekanan osmosis tinggi, misalnya
mikroba golongan osmofilik.

Pengaruh Suhu
Pengujian dengan pengaruh dari suhu dilakukan terhadap Escherichia
coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Spesies 1 ( berasal dari kawah) dengan diberi perlakuan
pada suhu-suhu 5˚C, 27˚C, 37˚C dan 50˚C.
Berdasarkan pengamatan didapat bakteri E.coli terjadi pertumbuhan pada suhu 27˚C
dan 37˚C, hal ini sesuai dengan literature yang ada. Menurut Kurniati dkk (2020),
Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu 7 hingga 44˚C dan tumbuh optimal pada suhu 37˚C
maka E. coli juga tergolong kedalam bakteri mesofil.
Bakteri Pseudomonas aeruginosa didapat adanya pertumbuhan pada suhu 27˚C dan
37˚C, hal ini sesuai dengan literature yang ada, Menurut Savitri dkk (2019), P. aeruginosa
termasuk kedalam golongan bakteri mesofil yang suhu untuk pertumbuhan antara 5-42˚C
dengan suhu optimal 37˚C.
Bakteri sampel kawah didapat hasil dapat tumbuh pada suhu 27˚C, 37˚C dan 50˚C.
Menurut Pakpahan (2009), bakteri yang dapat hidup pada suhu diatas 40˚C dan terjadi
pertumbuhan pada suhu optimal 55°C, bakteri tersebut termasuk dalam golongan bakteri
thermofilik.
V. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa setiap mikroba mempunyai respon
yang berbeda-beda terhadap faktor tersebut, yang bisa menyebabkan perubahan dari segi
morfoloogi dan fisiologi mikroba. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua yaitu faktor
fisik(abiotic dan biotik), serta faktor kimia. Faktor fisik meliputi pH, sinar UV, tekanan
osmotic, dan suhu. Sedangkan faktor kimia yaitu media yang merupakan sumber nutrisi
yang berisi karbon, oksigen, fosfor, dan nutrisi lainnya didalamnya.
Senyawa kimia pada media, bagi kultur mikroba ada yang berfungsi sebagai sumber
nutrisi dan bersifat racun tergantung jenis media kultur dan jenis biakan mikroba tersebut.
Faktor pH, meskipun suatu pembenihan pada permulaannya baik bagi suatu kuman, tetapi
pertumbuhan selanjutnya juga akan terbatas karena produk metabolisme kuman itu sendiri.
Hal ini terutama dijumpai pada kuman yang bersifat fermentatif yang menghasilkan sejumlah
besar asam-asam organik yang bersifat menghambat. Pengaruh faktor dari radiasi ultraviolet
merupakan suatu sumber energi yang mempunyai kemampuan untuk melakukan penetrasi ke
dinding sel mikroorganisme dan mengubah komposisi asam nukleatnya. Absorbsi ultraviolet
oleh DNA (atau RNA pada beberapa virus) dapat menyebabkan mikroorganisme tersebut
tidak mampu melakukan replikasi akibat pembentukan ikatan rangkap dua pada molekul-
molekul pirimidin. Sel yang tidak mampu melakukan replikasi akan kehilangan sifat
patogenitasnya. Radiasi ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein pada membran sel akan
menyebabkan kerusakan membran sel dan kematian sel. Terhadap faktor suatu tekanan
osmotic akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmotik lingkungan lebih besar
(hipertonis) sel aka mengalami plasmolysis. Sebaliknya jika tekanan osmotic lingkungan
yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga akan megakibatkankan
rusaknya sel. Oleh karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada
tingkat tekanan osmotic yang sesuai, Faktor suhu juga sangat berpengaruh setiap bakteri
memiliki kondisi toleransi suhu untuk hidup dan mempunyai suhu optimal untuk
pertumbuhan secara signifikan

VI. Daftar Pustaka


Arivo, Debi dan N Annissatussholeha. (2017). Pengaruh Tekanan Osmotik pH dan Suhu
Terhadap Pertmbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol.
4(3) : 153-160
Brooks, G. F., Carrol K. C., Butel J. S., Morse S. A & Mietzner T. A. (2010). Jawetz,
Melnick & Adelberg Medical Microbiology. Translated by Nugroho, A. W., D.
Ramdhani, H. Santasa, N. Yesdelita & W. K. Nirmala. Jakarta : EGC medical publisher
Choiron, Miftahul, Jayus, dan Sony Suwasono. (2013). Pengaruh Ketersediaan Oksigen Pada
Produksi Epiglukan Oleh Epicoccum nigrum Menggunakan Media Molases.
ARGOINTEK Vol. 7(1) : 11-20
Fifendy, M. (2017). Mikrobiologi. Depok : Kencana
Hidayat, Nur, Irene Meitiniarti, dan Neti Yuliana. (2018). Mikroorganisme dan
Pemanfaatannya. Malang : UB Press
Jawetz, M. dan Adelberg E. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta : EGC
Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, dan D. P. Clark, (2011). Brock biology of
microorganisms 13th ed. San Francisco : Benjamin Cummings
Kurniati, Evi, Vo T.Huy, Fajri Anugrohoa,Akhmad, A. Sulianto, Nadia Amalia, dan Amira
R.Nadhifa. (2020). Analisis Pengaruh pH dan Suhu Pada Desinfeksi Air Menggunakan
Microbubbble dan Karbondioksida Bertekanan. Journal of Natural Resources and
Environmental Management Vol.10(2) : 247-256
Madigan, M.T., Martinko J.M., Sthal D.A., dan Clark. D.P. (2012). Biology of
Microorganism 13th Edition. Pearson Education. San Francisco
Mayasari, Andini, Zulkarnain, dan Agrina. (2020). Analisis Lingkungan Fisik Udara
Terhadap Angka Kuman Udara di Rumah Sakit. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 13(1) :
81-89
Pakpahan, R. (2009). Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Protease Termofilik dari Sumber Air
Panas Sipoholon Tapanuli Utara Sumatra Utara. (Thesis). Medan : Universitas
Sumatra Utara.
Rahayu, L.S. (2017). Pengendalian Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Dengan
Variasi Jarak Sinar Ultra Violet. (Thesis). Semarang : Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Safitri, R. dan S. S. Novel. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Suarjana, I Gusti Ketut, I Nengah Kerta Besung, Hapsari Mahatmi, dan Ketut Tono. (2017).
Isolasi dan Identifikasi Bakteri. Denpasar : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana
Suharto, R.U. (2010). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa
Aksara Publisher.
Suharyono, Maria Erna, dan M. Kurniadi. (2009). Pengaruh Sinar Ultraviolet dan Lama
Penyimpanan Terhadap Sifat Mikrobiologi dan Ketengikan Krem Santan Kelapa.
AGRITECH Vol. 29(3) : 174-178
Sutiknowati, Lies Indah. (2016). Bioindikator Pencemaran, Bakteri Escherichia coli.
Oceana Vol. 41(4) : 63-71
Tortora , G. J ., B. R. Funke & C. L . Case. (2010) . Microbiology : An introduction
10th ed.
San Francisco : Benjamin Cummings
Zely, Feki Desfran. (2014). Pengaruh Waktu dan Kadar Saccharomyces cerevisiae Terhadap
Produksi Etanol dari Serabut Kelapa Pada Proses Sakarifikasi dan Fermentasi
Simultan Dengan Enzim Selulase. (Skripsi). Bengkulu : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bengkulu

VII. Lampiran
a. Pertanyaan
1. Sebutkan pengelompokkan bakteri berdasarkan kisaran temperature optimum
pertumbuhannya!
Jawab :
 Bakteri psikrofil, merupakan bakteri yang hidup dan tumbuh pada suhu rendah
yaitu 0°C–30°C dengan suhu optimum 15°C. Contoh bakteri psikrofil adalah
Pseudomonas, Flavobacterium, Achromobacter dan Alcaligenes.
 Bakteri mesofil, bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 25°C –37°C dengan suhu
optimum 32°C. Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup dengan baik pada suhu
sekitar 40°C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen pada hewan dan manusia
merupakan bakteri mesofil. Contoh bakteri jenis ini adalah Listeria
monocytogenes, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
 Bakteri termofil, merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh pada daerah yang
suhunya tinggi. Temperatur optimumnya antara 55°C–60°C. Contoh bakteri
termofil adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus acidocaldarius dan Chloroflexus.
 Bakteri hipertermofil. Bakteri hipertermofil dapat hidup dan tumbuh pada kisaran
suhu 65°C−114°C, dengan suhu optimum 88°C. Contoh bakteri hipertermofil
adalah kelompok bakteri yang masuk dalam filum Crenarchaeota seperti
Thermococcus gammatolerans.

2. Sebutkan nutrisi yang terkandung oleh ekstrak khamir adan tripton !


Jawab :
 Ekstrak khamir : suplai vitamin, bahan organik seperti asam lemak dan lipid serta
beberapa mineral untuk pertumbuhan mineral.
 Tripton : sumber karbon dan nitrogen, hasil hidrosilat kasein yang mengandung
banyak peptida dan asam amino.

Anda mungkin juga menyukai