Anda di halaman 1dari 6

J.

Agrisains 6 (2) : 81-86, Agustus 2005 ISSN : 1412-3657

UJI LOPAT BAKTERI PATOGEN DARI


BEBERAPA TANAMAN
Oleh
Asrul *)

ABSTRACT

Several bacteria isolates obtained from paddy rice plants, banana plants, potato tubers,
carrot tubers and soybean seeds were grown on NA, CPG and King’s B media for examination
of their physiological characteristics using LOPAT test. The tests lead to the indication that
each isolate was the species of bacteria that was known to cause disease on the corresponding
plants. Hypersensitivity tests, however, showed that only banana and potato isolates were
pathogenic on tobacco plants.

Key words : LOPAT, bacteria, plant, hypersensitive.

ABSTRAK

Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari beberapa tanaman seperti padi, pisang, kentang,
umbi wortel dan biji kedelai di deteteksi pada medium NA, CPG dan Kings’B. Semua isolat
yang diperoleh di uji sifat-sifat fisiologi dan biokimianya melalui uji LOPAT. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa semua isolat bakteri yang diuji adalah bakteri patogen dari masing-masing
tanaman yang diisolasi. Namun pada uji hipersensitif, hanya bakteri yang berasal dari pisang
dan kentang yang bersifat patogen pada tanaman tembakau, sementara isolat bakteri lainnya
tidak bersifat patogen pada tanaman tersebut.

Kata Kunci : isolat, uji lopat, patogen

I. PENDAHULUAN menentukan ras dan biovar sering


memberikan informasi yang cukup
Sifat merusak dari suatu untuk meramalkan kisaran inang dan
penyakit bakteri patogen, salah beberapa tindakan pengendalian
satunya disebabkan oleh luasnya yang cocok untuk strain yang
kisaran inang dari bakteri patogen bersangkutan (Hayward, 1994).
penyebabnya. Hal ini menyebabkan Untuk mengetahui ras dan
variasi patogenik dalam jenis yang biovar patogen tersebut maka perlu
sangat besar. Oleh karena itu dilakukan pengujian tentang sifat
informasi tentang ekologi penyakit fisiologi dan biokimia bakteri dan
dan variasi pada patogen sangat patogenitasnya terhadap tumbuhan.
penting dalam menentukan strategi Pengujian sifat fisiologi dan biokimia
pengendalian penyakit (Persley ini dapat pula mengelompokkan
et al., 1985). Klasifikasi untuk bakteri pada species yang sesuai.
Dasar pengelompokkan utama
* Staf Pengajar pada Program Studi Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian untuk membedakan bakteri patogen
Universitas Tadulako, Palu tumbuhan dan bukan bakteri

81
tumbuhan dilakukan melalui uji Isolat bakteri diambil dengan
LOPAT (Levan, Oksidasi, Potato, cara mengamati gejala tanaman yang
Arginin dan Tobaco) (Fahy dan sakit. Bagian tanaman yang sakit
Hayward, 1983). dibersihkan dengan alkohol 70 %, lalu
Reaksi hipersensitif merupakan dipotong kecil-kecil berukuran + 5
mekanisme pertahanan tanaman mm. Potongan kecil dicuci dengan air
terhadap invasi patogen. Adapun steril selama 30 detik kemudian
reaksi yang terjadi diantaranya adalah ditiriskan di atas kertas tissue, lalu
meningkatnya permeabilitas membran
sel, meningkatnya respirasi, akumulasi dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan oksidasi senyawa fenol dan berisi 10 ml air steril. Tunggu selama
pembentukan fitoaleksin (Agrios, 5 – 10 menit kemudian digojog
1997). Kemudian dilanjutkan dengan sampai air kelihatan cukup keruh
terjadinya pengeringan dan kematian akibat keluarnya massa bakteri dari
sel inang disekitar tempat invasi, jaringan potongan pada tanaman yang
selanjutnya patogen akan terisolasi dari sakit. Secara aseptis suspensi bakteri
jaringan yang hidup dengan adanya digoreskan pada media NA, CPG dan
pembatas berupa sel yang telah mati King’s B dengan jarum ose dan
kemudian daerah tersebut akan
terpotong (Fahy dan Hayward, 1983). diinkubasikan selama 24 jam. Setelah
Reaksi hipersensitif dilakukan dengan koloni bakteri tumbuh, dilakukan
tujuan untuk mengetahui apakah pemurnian dengan cara memindahkan
bakteri-bakteri yang diuji merupakan koloni bakteri menggunakan jarum
bakteri patogen tumbuhan. ose ke media agar miring dalam
Hipersensitif yaitu respon tanaman tabung raksi secara aseptis. Untuk
yang terinfeksi patogen berupa isolasi bakteri dari benih kedelai,
kematian sel-sel jaringan tanaman digunakan metode perendaman benih
inang (Kerr dan Gibb, 1997). yang telah dimodifikasi.
Berdasarkan hal tersebut maka Bakteri yang akan diuji
perlu dilakukan pengujian beberapa dideterminasi dengan melakukan
bakteri melalui uji LOPAT untuk pengujian sifat-sifat fisiologi dan
mengetahui apakah bakteri yang biokimia melalui uji LOPAT yang
diuji bersifat patogen atau bukan mengacu pada metode yang
patogen pada tanaman tembakau. dideskripsikan oleh Fahy dan
Persley (1983) sebagai berikut :
II. BAHAN DAN METODE
a. Pembentukan Levan
Medium yang digunakan yaitu NA
Bahan percobaan yang
+ 5% sukrosa dan disterilkan
digunakan adalah biakan murni
menggunakan autoklaf pada suhu
bakteri yang diisolasi dari bonggol
121oC selama 20 menit. Biakan
pisang dan umbi kentang, padi,
murni diinokulasikan dalam
wortel dan biji kedelai, media CPG,
medium dan diinkubasikan pada
King’S B, NA, KOH 3%, H2O2 5 %,
suhu 27oC selama 2 – 5 hari.
tanaman tembakau, kertas saring,
Reaksi positif ditunjukkan oleh
reagensia Kovac’s Oksidase, air
koloni pada medium yang
steril, yodium, nigrosin (tinta cina)
sebelumnya tembus cahaya
alkohol 70 %, dan kloroform.
menjadi tidak tembus cahaya,

82
berkilau, mucoid / berlendir yang jarum preparat, ditusukkan pada
berubah menjadi bentuk kubah. medium yang ditutup dengan 3%
Koloni yang diinokulasi biasanya agar air yang dingin dan
berdiameter 3 – 5 mm setelah 2 diinkubasikan pada suhu 27oC.
hari inkubasi dan 5 – 7 mm setelah Tes positif bila medium berubah
3 hari inkubasi (Fahy dan menjadi merah dalam waktu 4 – 7
Hayward, 1983). hari.
b. Uji Oksidasi (Kovac’s Oxydase) e. Reaksi Hipersensitif
Satu ose biakan bakteri yang Pengujian dilakukan untuk
berumur 24 – 48 jam digoreskan mengetahui virulensi patogen
pada kertas saring yang telah terhadap tanaman tembakau. Uji
diperlakukan dengan Kovac’s reaksi hipersensitif dilakukan
Oxydase. Apabila dalam waktu 10 dengan menggunakan tanaman
detik, pada spot dimana ada tembakau kultivar White Burley.
goresan kertas berubah warna Biakan kelima isolat patogen yang
menjadi ungu maka hasilnya berumur 24 jam dibuat suspensi
positif. dalam air steril sampai keruh.
c. Potato Soft Rot Selanjutnya suspensi bakteri
Buat suspensi 10 ml pada tabung tersebut diinokulasikan pada daun
reaksi dengan air steril. Umbi tembakau. Reaksi yang muncul
kentang dipotong tipis, dicuci diamati sampai 10 hari setelah
dengan air mengalir, letakkan 2 perlakuan (Klement et al, 1990).
potong umbi tipis pada cawan
petri besar yang telah diberi alas III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kertas filter steril. Permukaan 2
potongan umbi dibuat luka Hasil uji LOPAT dari isolat
goresan dengan pisau steril. Luka bakteri yang diisolasi dari beberapa
goresan pada 1 potongan ditetesi tanaman disajikan pada tabel 1
suspensi bakteri 1 ml sedang dibawah ini :
potongan lainnya ditetesi air steril Tabel 1. Sifat-Sifat Fisiologi dan Biokimia
sebagai kontrol. Jaga kelembaban dari Lima Isolat Bakteri yang
dalam cawan petri dengan Diperoleh Melalui Uji LOPAT.
membasahi kertas filter dengan air Sifat-sifat Isolat Bakteri
steril. Umbi yang sudah ditetesi bakteriologi 1 2 3 4 5
suspensi, diinkubasikan pada suhu Produksi Levan
+ + + - +
kamar dan diamati setiap hari Kovac’s Oksidase
- + + - -
Potato Sof Rot
sampai muncul gejala. - - + - -
Hidrolisis Arginin
- - - + -
d. Hidrolisisi Arginin Reaksi
- + + - -
Hipersensitif
Medium Thornley’s ZA
dimasukkan ke dalam tabung Keterangan :
1 = isolat bakteri dari padi
reaksi sebanyak 5 ml, selanjutnya 2 = isolat bakteri dari bonggol pisang
disterilisasi di autoklaf pada suhu 3 = isolat bakteri dari umbi kentang
121oC selama 10 menit. Biakan 4 = isolat bakteri dari umbi wortel
5 = isolat bakteri dari biji kedelai
murni bakteri yang berumur 48 + = reaksi negatif
jam diambil dengan menggunakan - = reaksi negatif

83
Isolat bakteri yang diperoleh munculnya warna ungu pada goresan
dideterminasi dengan melakukan koloni bakteri pada kertas filter.
pengujian sifat-sifat fisiologi dan Fahy dan Hayward (1983)
biokimia bakteri melalui uji LOPAT menyatakan bahwa reaksi positif
dengan hasil sebagai berikut : terdapat pada beberapa
Levan atau polifruktose Pseudomonas.
adalah kapsul ekstraseluler yang Mekanisme dari uji oksidase
diproduksi melalui aktivitas dari belum sepenuhnya diketahui, akan
enzim levan sukrose. Sebagian tetapi ada beberapa bukti yang
besar Pseudomonas kelompok menunjukkan bahwa adanya
fluoresen menggunakan sukrosa cytochrom tipe c berhubungan
sebagai sumber karbon untuk dengan reaksi positif. Berdasarkan
menghasilkan enzim ini (Fahy dan pengujian spektrum absorbsi
Hayward, 1983 dalam Fahy dan terhadap beberapa bakteri oksidase
Presley, 1983). negatif menunjukkan bahwa bakteri
Koloni yang terbentuk pada tersebut memiliki cytochrom tipe b,
medium NA (ditambah sukrosa 5%) bukannya cytochrom tipe c yang
adalah transparan sampai tidak terdapat pada bakteri oksidase positif
tembus cahaya, berkilau, mucoid, (Fahy dan Hayward, 1983).
cembung seperti bentuk kubah. Cytochrom oksidase mem-
Koloni biasanya berdiameter 3 – 5 punyai kemampuan untuk
mm setelah 2 hari dan 5 – 7 mm mengoksidase paraphenylenedi-
setelah 3 hari inkubasi (Fahy dan amine ke endophenol. Enzim ini
Hayward, 1983). secara mudah dapat dideteksi dengan
Hasil pengujian terhadap menetesi larutan paraphenylenedi-
isolat 4 menunjukkan koloni tidak amine dioksidasi menjadi
berbentuk cembung (kubah), berarti indophenol. Hasil positif pada
isolat yang diuji tidak ada aktifitas reaksi ini akan tampak berwarna
enzim levan sukrase yang ungu. Bakteri aerob dan beberapa
memproduksi polifruktose. bakteri fakultatif aerob memberi
Sebaliknya, isolat 1, 2, 3 dan 5, reaksi positif kuat (Salle, 1961).
koloninya berbentuk kubah yang Pengujian ini dilakukan untuk
menunjukkan adanya aktifitas enzim mengetahui bakteri yang dapat
levan sukrase. menghasilkan enzim pektinase, yang
Pada pengujian oksidase yang dapat mendegradasi pektin pada
menggunakan uji kovac’s oxydase, umbi kentang dalam cawan petri
kertas filter Whatman No. 1 dicelup besar yang dilapisi kertas filter.
dengan 1% larutan tetramthyl Hasil inokulasi lewat luka
paraphenylene diamine pada umbi wortel dengan isolat 1, 2,
dihydrorochlorida kemudian 4 dan 5 kecuali isolat 3,
dikeringanginkan (Fahy dan menunjukkan tidak adanya gejala
Hayward, 1983), isolat 2 dan 3 busuk lunak seperti lendir yang
bereaksi positif sedangkan isolat 1, 4 berwarna krem sampai kelabu dan
dan 5 bereaksi negatif. Reaksi pada umbi tidak tampak kebasah-
positif ditunjukkan dengan basahan. Diduga disebabkan biakan

84
bakteri yang digunakan sudah berada Reaksi alkalin positif
pada fase logaritmik sehingga ditunjukkan dengan adanya
bakteri kurang mampu menghasilkan perubahan warna yang lebih merah
enzim pektinase. Sebagaimana dibandingkan dengan warna merah
diketahui bahwa R. solanacearum muda dari kontrol (Fahy dan
dan E. carotovora dapat Haywad, 1983 dalam Fahy dan
menghasilkan enzim pektinase Presley, 1983). Hasil percobaan
(Husain dan Kelman, 1958 ; menunjukkan tidak adanya
Semangun, 1996). Enzim ini perubahan warna medium menjadi
mendegradasi pektat penyusun lebih merah dari pada kontrol. Ini
lamela tengah dinding sel . berarti bahwa isolat 1, 2, 3 dan 5
Degradasi dinding sel menyebabkan tidak bersifat alkalin dalam kondisi
sel mudah pecah kemudian cairan isi anaerob.
sel keluar dan terjadi infeksi oleh Pada hasil uji reaksi
patogen sehingga membentuk gejala hipersensitif yang menggunakan
busuk basah. Pada umumnya bakteri daun tembakau, isolat 2 dan 3
E. carotovora masuk ke tubuh inang menunjukkan gejala nekrosis pada
melalui luka maupun lentisel. daerah suntikan dalam waktu 48
Lentisel terdapat pada bahan jam. Terdapat gejala water soaking,
tanaman yang berupa umbi, dengan yaitu gejala yang menghasilkan
demikian gejala busuk lunak pada kebasah-basahan pada daun dan bila
kentang yang terjadi dengan cepat dilihat dibawah sinar matahari
tampak tembus cahaya, muncul
dan parah disebabkan penetrasi
setelah 24 jam diinokulasi. Menurut
bakteri yang tidak hanya melalui Cook dan Stall (1977), gejala water
luka tetapi juga lentisel. soaking disebabkan terjadinya
Hidrolisis Arginin adalah kehilangan dengan cepat elektrolit
pengujian yang bertujuan untuk pada daun yang diinokulasi dan
mengetahui adanya 2 enzim yang penurunan populasi bakteri in vivo,
memunginkan Pseudomonas tertentu kemudian berkembang menjadi
tumbuh di bawah kondisi anaerob. nekrosis tahap awal. Selanjutnya
Enzim pertama yaitu desmidase beberapa hari kemudian gejala
arginin yang mendagradasi arginin nekrosis berkembang atau menyebar
menjadi citrulin + NH3, dan enzim luas ke bagian daun lain seperti
kedua adalah ureidase citrulin yang tulang daun dan menimbulkan gejala
mengubah citrulin menjadi ornithin daun layu. Hal ini sesuai dengan
+ CO2 + NH3 (Schaad, 2001). pendapat Kerr dan Gibb (1997)
Enzim ini menghasilkan ATP oleh bahwa apabila bakteri yang diuji
adanya perubahan dari arginin ke berupa bakteri patogen maka akan
ornithin dengan turunan dari CO2 terjadi nekrosis pada daun tembakau,
dan NH3 (Sands, 1990 dalam dimana terjadi hubungan yang
Klement, 1990). Amonia yang kompatible antara patogen dan
tembakau. Sedangkan isolat 1, 4 dan
dihasilkan dari arginin dibawah
5 tidak menunjukkan gejala nekrosis
kondisi anaerob menyebabkan pada daerah suntikan sampai satu
perubahan alkalin dalam medium minggu setelah perlakuan. Daun
(Sands, 1990). hanya menunjukkan kebasah-

85
basahan segera setelah diinfiltrasi IV. KESIMPULAN
inokulum bakteri dan setelah 24 jam,
bagian daun tersebut menjadi segar Berdasarkan hasil uji LOPAT,
kembali dengan warna hijau isolat bakteri dari pisang dan
seperti semula. Bakteri tidak kentang merupakan bakteri patogen
dapat berkembang di dalam daun pada tembakau sementara isolat
tembakau karena sel bakteri bakteri dari umbi wortel, padi dan
inkompatible dengan sel daun biji kedelai bukan merupakan bakteri
tembakau. Ini berarti bakteri tersebut patogen pada tembakau.
bukan merupakan bakteri patogen
tumbuhan pada tembakau.

DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N., 1988. Plant pathology. 3d ed. Academic Press. Ins. New York

Cook, A.A. and R.E. Stall, 1977. Effect of water soaking on response to xanthomonas
vesicatoria in pepper leaves. Phytopathology 67 : 1101 – 1103

Edden-Green, S.J., 1994. Diversity of pseudomonas solanacearum and related bacteria in


South Asia : New direction for Moko Disease. 24 – 43p. In : A.C. Hayward and G.L.
Hartman. The Disease and its Causative Agent Pseudomonas solanacearum. Biddles
Ltd. Gilfor UK.

Fahy, P.C. and Lloyd, A.B., 1983. Pseudomonas: The Fluorescent Pseudomonas. In: Fahy, P.C. and
G.J. Persley. Plant Bacterial Disease, a Diagnostic Guide. Academic Press. 151p.

Hayward, A.C., HM. L-Nashar, U. Nydegger and L. Delindo, 1990. Variation in nitrat
metabolisme in biovars of pseudomonas solanacearum. Appl. Bacterial. 69:269-280.

Husain and Kelman, 1958. The role of pectic and cellulolytic enzym in pathogenetif by
pseudomonas solanacarum. Phytopathology 48 : 377 – 379.

Kerr, A. and K. Gibb, 1997. Bacteria and phytoplasma as plant parasites. In : Plant
Pathogens and Plant Disease, J.F. Brown and H.J. Ogle (eds), Australian Plant
Pathology Society, Armidale, 86 – 103 p.

Klement Z., Mavridis, A., Rudolph K, Vidacer, A., Perombedon, M.C.M., Moore, L.W., 1990.
Inoculation of plant tissues. P.95 – 120 p. In : Klement, Z.K., Rodolph and D.C.
Sands. Methods in Phytobacteriology. Akademiai Kiado. Budapest.

Lelliot, R.A. and D.E. Stead, 1987. Methods in plant pathology : methods for the diagnosis of
bacterial disease of plant. Blackwell Scientific Publication, London.

Perley, G.J., 1985. Ecology of pseudomonas solanacearum the caused agent bactrial wilt. 71
– 75p. In : Persley, G.J. (ed). Bactrial Wilt Disease in Asia and the South Pasific.
ACIAR, Los Banos, Philippines.

Salle, A.J., 1961. Fundamental principles of bacteriology. Mc. Graw-Hill. Book Company.
Inc. New York, 782p.

Sands, D.C., 1990. Physiological criteria determinative test. In : Methods in


Phytobacteriology, Z. Klement, K. Rudolph and D.C. Sands (eds), Akademiai Kiado,
Budapest, 134 – 141p.

Semangun, H., 1996. Pengantar ilmu penyakit tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.

86

Anda mungkin juga menyukai