Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI PERTANIAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIA FEBRIANASARI

NIM : 105040213111033

MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

i
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI PERTANIAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIA FEBRIANASARI

NIM : 105040213111033

MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Identitas.................................................................................................. ii
Daftar isi ................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengenalan Gejala yang Diakibatkan Infeksi Patogen............... 3
2.2 Definisi Pengenalan Tanda yang Diakibatkan Infeksi Patogen ............... 4
2.3 Teknik Isolasi Bakteri .............................................................................. 5
2.4 Uji Hipersensitif ....................................................................................... 8
2.5 Uji Patogenisitas ...................................................................................... 8
2.6 Identifikasi Bakteri ................................................................................... 9
2.7 Karakteristik Patogen ............................................................................... 10
BAB III. METODE
3.1 Pengenalan Gejala dan Tanda pada Tanaman.......................................... 12
3.2 Pembuatan Media ..................................................................................... 13
3.3 Isolasi dan Purifikasi Patogen .................................................................. 14
3.4 Uji Hipersensitif ....................................................................................... 14
3.5 Uji Patogenisitas ...................................................................................... 15
3.6 Identifikasi Bakteri ................................................................................... 14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 25
5.2 Saran ........................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

iii
1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tumbuhan adalah salah satu permasalahan petani yang
banyak menjadi progress pemikiran utamanya oleh kalangan ahli.
Dalam kepentingan pengandaliannya, sudah semestinya harus
mengetahui terlebih dahulu penyebab dari penyakit yang menyerang
suatu tanaman. Proses identifikasi perlu dilakukan untuk mengetahui
secara pasti karakteristik dari suatu pathogen sehingga dapat
mempermudah pengambilan keputusan untuk pengendaliannya.
Mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan ditemukan dalam
populasi campuran, sangat jarang sekali yang ditemukan sebagai satu
spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya
memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada
permulaanya, atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang
berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu
populasi sel yang berasal dari satu sel induk.
Dalam praktikum bakteriologi pertanian ini dilakukan beberapa
kegiatan dimulai dari pegenalan gejala dan tanda panyakit, isolasi
pathogen, purifikasi pathogen sampai dengan pengujian dan
identifikasi pathogen. Diharapkan mampu memberikan keahlian dan
pengalaman tambahan bagi praktikan sehingga bermanfaat dalam
peranannya sebagai ahli diidang penyakit tanaman.
1.2 Tujuan
1. Menganalisis gejala dan tanda-tanda penyakit yang disebabkan
oleh bakteri.
2. Memahami teknik purifikasi, isolasi, identifikasi dan anlisis
penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
3. Memahami teknik pengujian fitobakteri dengan uji OF, KOH dan
pigmen flourecent
2

4. Mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik


purifikasi, isolasi dan identifikasi serta takarannya serta fungsi
masing-masingnya.
1.3 Manfaat
1. Melatih skill dan kemampuan dalam mengenali gejala hingga
mengidentifikasi.
2. Media pembentukan keahlian khusus pekerja bidang proteksi
tanaman
3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Pengenalan Gejala yang Diakibatkan Infeksi Patogen
Gejala adalah perubahan-perubahan yang di tunjukan
tumbuhan sebagai akibat dari adanya penyebab penyakit (Ningsih,
2010).
Gejala merupakan perubahan pertanaman yang mengarah pada
pengurangan dari kualitas hasil tanaman yang diharapkan akibat
serangan hama (Dadang, 2006).
Beberapa gejala yang diakibatkan akibat infeksi bakteri
patogen:
1. Busuk Basah
Terjadinya pembusukan yang berair yang berbau
tidak sedap, karena terjadi kerusakan jaringan tanaman.
Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak dan
mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel
sekelilingnya dan melarutkan lamela tengah dinding sel. Hal
ini diikuri oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi bakteri
lebih cenderung hidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-
sel yang masih hidup (Sastrahidayat, 2011).
2. Bercak Daun
Beberapa penyakit bakteri dimulai dari penetrasi pada
stomata daun atau organ lain tanaman, dan menyebar ke
bagian disekitarnya. Dengan demikian mengakibatkan suatu
gejala nekrosis. Apabila perkembangan penyakit ini terus
terjadi maka akan mengakibatkan gejala hawar baik pada
daun maupun pada tangkai tanaman, terutama pada jaringan
parenchimatis (Sastrahidayat, 2011).
3. Blight (Hawar)
4

Terjadinya gejala nekrose yang yang cepat sekali.


Biasanya invasi bakteri lebih cepat daripada penyebab
bercak daun (Sastrahidayat, 2011).
4. Penyakit pada jaringan pembuluh
Pada beberapa hal patogen penyebab leaf spot juga
dapat meluas ke dalam jaringan pembuluh sehingga menjadi
sistematik sifatnya, dalam hal ini invasi bakteri dapat
melalui stomata, lenti sel, atau luka-luka; tetapi bakteri
berkonsentrasi dan berbiak dalam jarigan pembuluh. Akibat
dari ini dapat menyebablan pengerdilan (hypoplasia) dan
sering terjadi kelayuan yang sangat parah. Contoh umum
ialah busuk hitam pada crucifera (Sastrahidayat, 2011).
5. Bengkak (Puru) bakteri
Sastrahidayat (2011) menyetakan pada gejala ini
bakteri merangsang perbanyakan sel jaringan tanaman
sehingga terjadi gejala hyperplastia yaitu sel-sel menjadi
lebih besar. Gejala dapat terjadi pada akar, batang atau
bagian tanaman lain, salah satu contoh yaitu “crown gall”.
2.2 Definisi Pengenalan Tanda yang Diakibatkan Infeksi Patogen
Tanda ialah kenampakan makroskopis dari pathogen pada inang
atau lingkungan tumbuhan (Ningsih, 2010).
Tanda ialah semua struktur hama yang terdapat pada permukaan
tanaman dan dapat dilihat secara mikroskopis. Tanda adalah “bekas”
tanda juga dapat berarti peringatan atau menyatakan sesuatu keadaan,
bentuk, sifat dan lain sebagainya.
Tanda yang Diakibatkan Infeksi Bakteri Patogen:
o Gall (Crown gall) yaitu pertumbuhan abnormal karena
peningkatan jumlah sel secara cepat, biasanya pada pangkal
batang, leher akar atau akar
o Layu bakteri. Layu bakteri ini diakibatkan karena serangan
bakteri pada pembuluh kayu.
5

o Pelendiran-bakteri atau kebasahan pada kayu. Gejala ini


diakibatkan karena adanya tekanan (gas) lalu keluar ke
permukaan batang.
o Busuk lunak terjadi akibat serangan pada pada zat perekat
antara sel-sel jaringan tanaman, sehingga zat tersebut mencair
dan jaringan rusak serta berlendir.
o Busuk keras (firm rot) yaitu kerusakan jaringan pada daun,
batang, buah, umbi dan bagian tanaman lain.
o Blight dan kanker yaitu nekrosis yang bersifat khas pada daun,
ranting, dahan, bunga dan buah (Anonymous, 2013).
2.3 Teknik Isolasi Bakteri
Bakteri jarang terdapat dalam keadaan murni bila berada di
alam. Kebanyakan bakteri merupakan campuran berbagai macam
spesies bakteri. Cara yang umum untuk mengisolasi bakteri adalah:

1. Cara Goresan (Streak Plate Method)


Cara ini dasarnya adalah menggoreskan suspensi bahan
yang mengandung bakteri pada permukaan medium agar yang
sesuai dalam cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas
goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin
berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut
(Waluyo, 2010)
2. Cara Taburan (Pour Plate Method)
Cara ini dasarnya adalah menginokulasi medium dengan
0
agar yang sedang mencair pada temperatur 50 C dengan
suspensi bahan yang mengandung bakteri, kemudian
menuangkan ke dalam cawan petri. Setelah inkubasi akan terlihat
koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin
berasal dari 1 sel bakteri sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.
3. Cara Pengenceran (Dillution Plate)
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun
1865. Lister berhasil menghasilkan biakan murni Stretococcus
6

lactis yang diisolasi dari susu yang sudah masam. Caranya


dengan mengencerkan suspensi yang berupa campuran
bermacam-macam species kemudian diencerkan dalam suatu
tabung tersendiri. Dari pengenceran ini diambil 1 ml untuk
diencerkan lagi, bila perlu diencerkanlagi hingga seterusnya.
Langkah selanjutnya adalah dari pengenceran diatas,
diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat,
sehingga kita mendapatkan beberapa koloni tumbuh dlaam media
tersebut, tetapi bisa saja hanya satu koloni yang tumbuh.. dalam
ha; demikian , kita telah memperoleh sat koloni murni, dan
selanjutnya spesies ini dapat kita jadikan biakan murni.
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya
adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke
dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam
preparsi bergantung kepada bentuk sampel :
a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril
pada sampel yang memiliki permukaan luas dan pada
umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda
tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll.
Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar
sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak
dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika
cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan
atraktan semisal pepton water.
b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba
yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi
relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse
merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel
ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9 (w/v).
Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g
7

kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat


dalam beaker glass.
c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat
dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga
mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat
terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh
sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll. Perbandingan
antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1
: 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi
4. Cara Penuangan
Penemuan metode penuangan ini ada dua orang yang
berjasa yaitu Petri yang menciptakan cawan dengan tutup, yang
sekarang dikenal dengan cawan petri. Orang kedua adalah Hense
yang menemukan agar-agar untuk menggantikan gelatin. Hal ini
dikarenakan agar-agar memiliki sifat yang lenbih baik daripda
gelatin untuk bahan pengental suatu medium. Agar-agar tidak
lekas mencair, karena titik cairnya 950C. Sehingga teknik ini
sekarang lebih dikenal sebagai teknik agar tuang.
Prinsip melakukan pengenceran adlaah menurunkan
jumlah mikroorganisme sehingga suatu saat hanya ditemukan
satu sel dalam satu tabung. Demikian juga dengan cara
penuangan.
5. Cara Penggoresan
Cara ini lebh menguntungkan bila ditinjau dari sudut
ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan yang
diperoleh dari latihan. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan cara ini
8

bakteri-nakteri anaerob tidak dapat hidup tumbuh. Ada beberapa


teknik penggoresan, yakni:
o Goresan T
o Goresan Kuadran
o Goresan Radian
o Goresan Sinambung
6. Cara Pengucilan satu sel
Cara ini dengan menggunkaan suatu alat yang dpaat
memungut satu bakteri dari sekian banyak bakteri, dengan tanpa
ikutnya bakteri yang lain. Alat semacam ini tidak mudah untuk
mengggunakannya. Alat ini berupa mk=ikropipet yang
ditempatkan pada suatu mikromanipulator.
Dengan membuat beberapa tetesan bergantung pada suatu
kaca penutup dengan menggunkaan mikropipet. Pekerjaan ini
dilakukan di bawah kaca objektif mikroskop. Bila tampak suatu
tetesan yang hanya mngendung satu bakteri, mka dengan pipet
lain, tetesan dipindahkan ke suatu medium encer dnegan tujauna
bakteri tersebut berbiak lebih dahulu. Dari biakan ini kan
diperoleh piaraan murni (Waluyo, 2010).
2.4 Uji Hipersensitif
Pengujian reaksi hipersensitif dilakukan denga menyuntikkan suspense
bakteri ke dalam daun tembakau (Klement et al., 1990). Perkembangan
gejala klorosis layu daun tembakau diamati sampai 7 hari.
2.5 Uji Patogenisitas
Isolat bakteri yang menunjukkan reaksi hipersensitif diambil beberapa
nomor isolate untuk diuji patogenisitasnya pada tanaman inangnya.
Inokulasi bakteri dilakukan dengan memasukka suspense bakteri
dengan kepekatan populasi bakteri 108 sel/ml dengan menggunakan
jarum inokulasi pada pangkal batang tanaman inang yang sehat.
Masing-masing perlakukan diulangi 3 kali dengan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL). Perkembangan gejala diamati dua
9

minggu kemudian dnegan mencatat waktu muncul gejala peyakit layu


bakteri. Isolate bakteri yang paling virulen ditentukan berdasarkan
gejala penyakit (Lelliot dan Stead.1987).
2.6 Identifikasi Bakteri
a) Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
Untuk identifikasi mikrobia, skema klasifikasi yang
paling umum dan tekenal digunakan di paparkan dalam Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology berisi informasi yang diturunkan dari
4 volume Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, tetapi
tidak harus menjadi pertimbangan penyingkatan versi
sebelumnya. Malahan ada kesepakatan khusus dengan satu aspek
saja taksonomi bakteri, yakni identifikasi bakteri. Secara khusu
di desain dengan perjanjian awal pada identifikasi bakteri dan
tidak difokuskan pada klasifikasi atau nomenklatur. Selain itu,
sistem yang baru ini di perbaiki berbagai macam perbuhan
noimenklatur dan taksa baru yang telah di paparkan pada edisi
sebelumnya.
b) Pendekatan Umum yang digunakan dalam Penggunaan Manual.
Tahap 1. Skema Identifikasi Bakteri secara Alamiah
Tahap 2. Apakah Isolat yang Didapatkan Merupakan
Mikroorganisme Prokariotik atau Mikroorganisme Eukariotik
Tahap 3. Tergolong Kategori Besar Manakah bakteri yang telah
Diisolasi
Tahap 4. Termasuk kelompok (Grup) yang mana Bakteri yang
telah Diisolasi
Tahap 5. Termasuk Genus manakah Bakteri yang telah Diisolasi
Tahap 6. Termasuk spesies manakah spesies Bakteri yang telah
diisolasi (Waluyo, 2010)
10

2.7 Karakteristik Patogen


Busuk lunak pada wortel (Erwinia
carotovora),
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Tanda terdapatnya bakteri ini meliputi
penampakan luka (seperti bercak) basah-lunak yang
mula-mula hanya berukuran kecil. Luka tersebut meluas secara cepat
dan menyebabkan „maserasi‟ (perusakan jaringan tanaman) yang luas
di jaringan yang terinfeksi
Pada tanaman yang dapat diperbanyak secara vegetatif, infeksi
dapat terjadi secara sistematis sejak awal, yang biasanya ditunjukkan
oleh gejala layu. Akan halnya tanaman yang tidak dapat diperbanyak
secara vegetatif, gejala busuk lunak pertama kali muncul pada bagian
tanaman yang kontak langsung dengan permukaan tanah. Biasanya
patogen masuk melalui luka yang selanjutnya mengakibatkan busuk
total pada organ yang terinfeksi.
Stadia tanaman yang rawan terserang adalah fase pembungaan,
fase berbuah, pascapanen, fase tunas, fase pertumbuhan vegetatif.
Bagian tanaman yang terserang meliputi titik tumbuh, daun, perakaran,
batang, organ vegetatif dan seluruh bagian tanaman.
E. carotovora subsp. carotovora merupakan bakteri gram
negative, berbentuk batang lurus, berukuran 0.5-1.0 x 1.0-3.0 µm,
bersifat motil karena memiliki flagel tipe peritrikus dan merupakan
bakteri anaerob fakultatif.
Karakter utama yang membedakan busuk lunak erwinia dengan
spesies erwinia lainnya adalah kemampuannya memproduksi enzim
pektolitik dalam jumlah besar. Enzim tersebut memudahkan bakteri
menyamankan jaringan parenkim dari berbagai kisaran tanaman.
Kecepatan perkembangan penyakit maupun jenis bakteri
Erwinia, sangat ditentukan oleh suhu.
11

Seiring dengan meningkatnya suhu (di atas 20°C), populasi E.


carotovora subsp. atroseptica cenderung menurun, sebaliknya populasi
bakteri pektolitik yaitu E. carotovora subsp. carotovora justru
meningkat. Pengaruh suhu terhadap patogenisitas (tingkat kemampuan
menyerang tanaman) berkorelasi positif terhadap produksi enzim
pektolitik.
Kelembaban tanah dan populasi flora antagonis juga
memainkan peranan penting bagi perkembangan bakteri.
Adapun selain wortel tanaman inang dari pathogen ini adalah
bawang merah, bawang putih, seledri, bit, sawi, kol kembang, kubis,
cabai, melon, timun, ubi rambat, kedelai, bunga matahari, ubi jalar,
selada, tomat, singkong, pisang, tembakau, pir, anggrek, padi, pandan,
kacang-kacangan, lobak, kentang, sorgum, gandum, jahe (Deptan,
2012).
12

III. METODE
3.1 Pengenalan Gejala dan Tanda pada Tanaman
a. Cara menangani sampel tanaman sakit
*Untuk sampel berupa daun
Melipat daun yang terinfeksi tersebut secara rapi

Masukkan ke dalam amplop dan beri label

Sisipkan diantara lembaran buku yang cukup tebal


agar daun tidak berkerut

*Untuk sampel yang berupa umbi, batang atau seluruh bagian


tanaman

Cuci tanaman sampai bersih dari tanah dan kotoran

Keringanginkan dan tempatkan sampel dalam


kantong plastik dan beri label

Simpan dalam kotak dingin dan tidak terkena


cahaya matahari secara langsung

b. Pengenalan gejala
Amati gejala sampel tanaman berpenyakit dengan mata
telanjang, lup atau mikroskop stereo

Pengamatan pada bagian tanaman yang diserang, bentuk


ukuran, warna gejala dan ada tidaknya water soak.
13

c. Pengenalan tanda pada tanaman sakit yang disebabkan oleh bakteri

Pisahkan bagian tanaman

Batang dan umbi Daun

Cucu dengan air mengalir Dipotong kecil-kecil

Potong meintang dan miring Letakkan di atas gelas objek

Masukkan dalam botol berisi Tetesi dengan air suling


air jernih

Amati dibawah mikroskop


Amati

Apabila penyakit akibat


Apabila penyakit akibat bakteri maka akan muncul
bakteri maka akan muncul aliran massa (oose) bakteri
aliran massa (oose) bakteri berupa benang-benang putih
berupa benang-benang putih di daerah potongan
di daerah potongan

3.2 Pembuatan Media

Mempersiapkan alat dan bahan

Melarutkan 250 ml air + 7 gr NA

Masak hingga mendidih

Sterilisasi

Masukkan dalam botol dan simpan


14

3.3 Isolasi dan Purifikasi Patogen


Isolasi Patogen

Jaringan tanaman Suspensi pathogen

Ambil ½ bagian sehat Rendam bagian


dan ½ bagian sehat tanaman yang sakit
dari bagian yang sakit dalam air

Celup pada alkohol


(1x) dan aquades Celup pada alkohol
(2x) (1x) dan aquades (2x)

Tunggu sampai muncul massa


Streak pada media bakteri dan air berubah warna

Tutup petri dan inkubasi Ambil suspense dengan jarum ose


dan sterak pada media

Tutup petri dan inkubasi

Purifikasi patogen

Ambil pathogen yang dikehendaki


dari hasil isolasi patogen

Ambil dengan jarum ose dan


sterak pada media yang baru

Tutup petri dan inkubasi

3.4 Uji Hipersensitif

Buat suspense dari hasil purifikasi

Ambil cairan dengan suntikan

Suntikkan pada daun tanaman tembakau

Amati setiap hari dan dokumentasi


15

3.5 Uji Patogenisitas

Buat suspense dari hasil purifikasi patogen

Ambil suspense menggunakan suntikan

Suntikkan pada wortel

Amati dan dokumentasi setiap hari

3.6 Identifikasi Bakteri


a. Uji gram

Gelas objek + suspensi

Di keringkan dibawah bunsen

Kristal violet (1 menit)

Cuci dan kering anginkan

Iodine (1 menit)

Cuci + kering angin

Larutan safranin

Cuci + keringangin

Mikroskop

b. Uji Oksidatif-Fermentasi (OF)


Pepton 2 gr, NaCl 5 gr, KH2PO4 0.3 gr, Agar 3 gr, bromotimol
blue Media bassa dilarutkan dalam 100 ml air

Cek pH 7,1, tuang media ke tabung reaksi 5 ml

Sebelum sterilisasi + glukosa 10% (5ml)

Sterilisasi

Inokulasi bakteri ke 2 tabung (paraffin (2 ml) dan non parafin

Inkubasi 4-7 hari

Amati perubahan warna


16

c. Uji KOH
Bakteri berumur 48 jam diletakkan diatas gelas objek steril

Suspensi dengan 1 atau 2 tetes KOH 3%

Gram negative ditunjukkan dengan adanya benang jika jarum


ose diangkat dan sebaliknya untuk gram positif.

d. Pengecatan Spora
Buat suspense bakteri diatas gelas objek

Keringkan diatas bunsen

Teteskan larutan malachite green dan diamkan selama 15‟

Cuci dengan air mengalir dan keringkan diatas bunsen

Teteskan larutan safranin dan tunggu 1 menit

Cuci dengan air mengalir dan keringkan kembali

Amati dibawah mikroskop

e. Produksi Pigmen Flourecent

Bakteri ditumbuhkan pada media King‟s B

Inkubasi 2 x 24 jam

Amati dibawah lampu ultra violet

Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya pigmen


flourecent berwarna biru atau hijau
17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Uji Hipersensitif
Tanggal Dokumentasi
18 April 2013

19 April 2013

22 April 2013

23 April 2013
18

25 April 2013

26 April 2013

Dalam pengujian hipersensitif ini, dilakukan pengujian pada


daun tembakau yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap serangan
pathogen. Selain itu ternyata tembakau juga memliki ketahanan yang
rendah terhadap serangan patogen sehingga mudah diserang
olehpatogen panyakit. Penggunaan tanaman tembakau ini dapat
memfasilitasi penilaian tingkatan dari serangan atau patogenisitas dari
suatu patogen.
Dari hasil pengamatan dan dokumentasi terhadap uji hipersensitif
E. carotovora pada tanaman tembakau. Diperoeh hasil bahwa
sensitifitas E. carotovota tidak berpengaruh terhadap daun tembakau.
Terlihat bahkan sampai dengan hari ke 10 tidak terdapt gejala yang
secara signifikan mempengaruhi daun tembakau yang diinjeksi
suspensi patogen.
19

4.2 Uji Patogenisitas


Tanggal Wortel Tomat Brokoli
18 Apr 2013

19 Apr 2013

22 Apr 2013

23 Apr 2013

25 Apr 2013

26 Apr2013 -

Uji patogenesitas merupakan pengujian pembuktian apakah suatu


bakteri hasil isolasi termasuk patogen atau bukan. Uji ini merupakan bagian
dari postulat koch yang dapat membedakan bakteri patogen tanaman
dengan bakteri saprofit sekunder.
20

Pada uji patogenesitas tanman inang harus dalam keadaan sehat


tidak sedang sakit atau terkena penyakit lain. Hal ini di maksudkan agar uji
patogenesitas berhasil dan mencegah kesalahan praduga terhadap penyakit
yang timbul. Metode untuk uji patogenesitas dilakukan dengan berbagai
cara diantaranya dengan cara menyiram saja tanpa dilukai, dilukai
kemudian disiramkan suspensi dan yang ketiga ditusuk dan disuntikan
suspensi bakteri.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan sampel Erwinia carotovora
terhadap tanaman inangnya yaitu wortel menunjukkan hasil yang sangat
signifikan. Penetrasi pathogen sudah mulai nampak pada hari ketiga. Hal
ini membuktikan bahwa hasil inokulasi, purifikasi dan suspense ialah benar
dari pathogen E. carotovora. Sedangkan pengujian lain yakni pada tanaman
tomat dan brokoli tidak mengakibatkan perubahan atau infeksi pathogen
yang signifikan. Pada tanaman tomat, nekrosis baru nampak pada hari ke
delapan. Sedangkan pada tanaman brokoli hanya terdapat lingkaran
berwarna hitam yang melingkupi suntikan dan baru muncul pada hari
keempat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman tomat dan brokoli
bukan merupakan inang dari E. carotovora ini.
4.3 Identifikasi Bakteri
a. Uji gram
Ralstonia Erwinia

Dari hasil pengujian gram terhadap sampel E dan S,


keduanya menunjukkan hasil dengan warna merah terang yang
berarti keduanya termasuk kedalam gram negative.
21

b. Uji OF
Bakteri No Parafin Parafin
Ralstonia

Erwinia
carotovora

X.
campestris

Pengujian sampel E. carotovora, Ralstonia dan X.


campestris dengan metode oksidasi-fermentasi ini menghasilkan
reaksi yang berbeda-beda. Pada bakteri Ralstonia pada tabung
tanpa paraffin warna berubah menjadi kuning dengan bagian
berwarna hijau di bagian atas. Dan pada tabung dengan paraffin,
media berubah menjadi warna kuning pekat. Sehingga dari kedua
tabung uji terhadap Ralstonia ini menjunjukkan adanya reaksi
fermentatif.
Pada sampel E. carotovora reaksi yang ditimbulkan tidak
jauh berbeda dengan pada Ralstonia. Pada tabung tidak
berparafin, media berubah warna menjadi kuning dengan warna
hijau dibagian atasnya. Dan pada tabung berparafin berwarna
kuning terang. Dapat disimpulkan dari hasil pengujian ini terjadi
reaksi fermentatif.
22

Hasil yang berbeda ditunjukkan X. campestris yaitu pada


tabung tidak berparafin warna yang ditunjukkan tetap berwarna
hijau dan pada tabung berparafin berubah warna menjadi kuning
pekat. Dapat disimpulkan bahwa pada media yang tidak
berparafin tidak terdapat reaksi baik oksidatif maupun
fermentative. Dan pada medi berparafin terdapat reaksi oksidatif.
c. Uji KOH
Ralstonia Erwinia carotovora X. campestris

Selain dari pengujian gram dan pengujian oksidatif-


fermentatif, pengujian KOH juga dapat dilakukan untuk menguji
kelompok gram dari bakteri. Dari hasil pengujian pada tiga jenis
nsampel bakteri diperoleh hasil bahwa ketiganya yaitu Ralstonia,
E, carotovora dan X. campestris termasuk dalam gram negative.
Hal ini terlihat dari efek yang ditunjukkan dari pengujian ini yaitu
terdapatnya lender pada saat jarum ose yang dipergunakan untuk
memformulasikan bakteri dapat memunculkan garis-garis lender
ketika diangkat.
d. Pengecatan spora
23

Dari pengecatan spora yang dilakukan terhadap sampel,


diperoleh hasil (gambar) dengan warna merah yaitu sel vegetative.
Dan tidak diperoleh bagian berwarna hijau yang merupakan
identitas dari spora bakteri.
e. Produksi pigmen flourecent
Ralstonia
24

Erwinia
carotovora

X. campestris

Pengujian produksi pigmen flourecent ini mulanya


dilakukan penumbuhan pada medi King‟s B dan diinkubasikan
selama 2 x 24 jam. Setelah itu dilakukan pengujian dengan
mengamatinya dibawah sinar ultraviolet. Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya pigmen flourecent yang
berwarna biru atau hijau (Kerr, 1980). Dari ketiga sampel yang
diujikan, kesemuanya memberikan reaksi positif dalam pengujian
dibawah sinar UV.
25

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Salah satu penyebab penyakit tanaman adalah bakteri pathogen
atau yang biasa dikenal dengan fitobakteri. Untuk memberikan
perencanaan pengandalian maka sebelumnya harus terlabih dahulu
memahami karakter dari bakteri pathogen penyakit ini.
Berbagai langkah-langkah pengujian dimulai dari pengenalan
gejala, isolasi, purifikasi, pengujian hingga identifikasi dilakukan
untuk memperoleh informasi detail nya.
Pada pengujian hipersensitif dan patogenisitas E. carotovora
diperoleh hasil bahwa E. carotovora baik menyerang pada tanaman
inangnya yaitu wortel sedangkan kepada tanaman yang lain tidak
banyak berpengaruh, dengan kata lain efektivitas serangannya terbatas
pada tanaman inangnya saja.
Pada identifikasi dilakukan pengujian terhadap bakteri
Ralstonia, E. carotovora dan X. campestris. Dari hasil-hasil yang
ditunjukkan oleh berbagai pengujian diperolah hasil bahwa ketiganya
termasuk pada kelompok bakteri gram negative.
5.2 Saran
Semoga lebih baik kedepannya dan lebih progressive yang rigid.
26

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2013. Pengertian Tanda.
http://pertanian.blogsome.com/category/hama-penyakit/ diakses tanggal 24
Maret 2012.
Anonymous. 2013. Definisi tanda.
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2094859-pengertian-
tanda/#ixzz1bXgSDEdc diakses tanggal diakses tanggal 24 Mei 2013.
Anonymous.2013.http://detialiptina.blogspot.com/2011/04/diagnosis-penyakit-
tanaman-yang.html. Diakses pada tanggal 27 Mei 2013
Deptan, 2012. Busuk buah.
http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=392&Itemid=359.
Klement.z., K. Rudolp and D.C . Sands.1990. Methods in Phytobacteriology.
Academical Kiado Budapest.547p. Dalam Nasrun dkk. 2003. Karakteristik
Fisiologis Ralstonia solanacearum Penyebab Layu Bakteri Nilam. Jurnal
Littri 13 (2).
Lelliot, R. A. an D.E. Stead.1987. Methods for the diagnosis of bacterial diseases
of plant. Methods in Plant Pathology, British Society for Plant Pathology.
Blackweel Scientific Publications (2) p 212. Dalam Nasrun dkk. 2003.
Karakteristik Fisiologis Ralstonia solanacearum Penyebab Layu Bakteri
Nilam. Jurnal Littri 13 (2).
Ningsih, desi.2010. Penyakit Tanaman.
http://desyrahayuningsihyahoocoid.blogspot.com/.
Sastrahidayat I. R, 2011. Fitopatologi (Ilmu Penyakit Tumbuhan). Malang: UB
Press.Diakses pada tanggal 28 Mei 2012
Tim Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. 2012. Modul Praktikum
Penuntun Praktikum Bakteriologi. Malang. FP-UB
Waluyo, Lud. 2010.Tekhnik & Metode Dasar Dalam Mikrobilogi.UMM
Press.Malang.

Anda mungkin juga menyukai