Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DASAR MIKROBIOLOGI


Dosen Pengampu : Prinawatie, S.Kep

Disusun Oleh :

Fitri Andriany : 2019.C.11a.1044

YAYASAN STIKES EKAHARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena atas berkat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah tugas mata kuliah IDK II yang
berjudul “Konsep Dasar Mikrobiologi” tepat waktu.

Makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu dr. Cristina Aden,
MPH.,AAK selaku dosen mata kuliah IDK II.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan proses infreksi berbagai agen infeksius ...................................................... 3


2.1.1Proses inveksi virus............................................................................................... 3
2.1.2 Proses inveksi bakteri........................................................................................... 4
2.1.3 Proses inveksi jamur............................................................................................. 4
2.1.4 Proses inveksi parasite.......................................................................................... 5
2.1.5 Proses inveksi riketsia.......................................................................................... 6
2.1.6 Proses inveksi kalamida........................................................................................ 6
2.2 Kondisi yang melemahkan pertahanan penjamau melawan mikroorganisme............... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 9

3.2 Saran ............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Mikros = kecil, Bios = hidup, dan Logos =


ilmu. Secara definitif mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang
sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa
bantuan suatu peralatan khusus. Untuk pertama kalinya organisme tersebut dilihat dan
digambarkan kurang lebih 300 tahun yang lalu. Namun demikian, baru pada tahun 1870-an
peranannya sebagai penyebab penyakit menjadi dimengerti dan diterima. Mikroorganisme
terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan terdapat hampir di mana-mana di alam
ini.

Mikroorganisme juga merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling luas dan terdapat
paling banyak di planet ini.Mereka terdapat di aliran air, danau, sungai, dan laut.Mereka
terdapat pada permukaan tubuh kita dan di dalam mulut, hidung, dan rongga¬rongga tubuh
lainnya.Mikroorganisme paling banyak terdapat di tempat¬tempat yang mengandung nutrient,
kelembaban, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya.
Di antara mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi
banyak pula yang merugikan yaitu yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Mikrobiologi mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik, seperti di mana


adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya juga dengan kelompok organisme lainnya.
Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virology,
mikologi dan parasitologi.Dalam Mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang
ada kaitannya dengan penyakit (infeksi) dan dicari jalan pencegahan, penanggulangan serta
pemberantasannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja perbedaan proses infeksi agen infeksius?


2. Bagaimana Kondisi yang melemahkan pertahanan penjamu melawan mikroorganisme?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahiu proses infeksi agen infeksius.


2. Untuk menetahiu kondisi yang melemahkan pertahanan penjamu melawan
mikroorganisme.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah IDK II.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius

Tubuh memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan dan mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.Benteng pertama diperankan oleh kulit yang utuh,
membran mukosa permukaan dan sekret yang diproduksi.Contohnya lisozym air mata
merusak peptidoglikan dinding bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yang
terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti
virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok
pada bagian tubuh.Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu
infeksi bakteri.Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri.Jamur
menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit.Infeksi jamur lebih cenderung mengenai
daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha,
dan lengan.Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak
langsung maupun tidak langsung.
Perbedaan proses infeksi sebagai agen infeksius sebagai berikut :

2.1.1 Proses infeksi Virus

Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus infektif pada reseptor
yang ada di permukaan sel. Ada tidaknya reseptor tersebut pada sel tertentu ditentukan oleh
faktor genetik, tingkat diferensiasi sel dan lingkungan sel. Virus poliomielitis misalnya hanya
mampu menginfeksi sel hewan primata. Tidak semua sel primata dapat terinfeksi, sel-sel
ginjal dan sel-sel otak dapat terinfeksi sementara sel-sel epitel tidak.
Selanjutnya virus atau genomnya msuk ke dalam sel. Dengan bantuan organel-organel sel,
genom virus membentuk komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen
struktural virus.Setelah komponen- komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam

3
sel. Proses perkembangbiakan virus ini terjadi pada sitoplasma, inti sel, ataupun membran sel,
tergantung pada jenis virusya.

Secara umum interaksi sel dan virus dapat diringkas dan digolonkan sebagai berikut :
 Virus yang akibat efek sitosidalnya atau efek toksisnya menimbulkan banyak
kematian sel,
   Virus yang proses berkembangbiaknya tidak menimbulkan kematian sel
langsung tetapi hanya menimbulkan kematian sel langsung tetapi hanya
menimbulkan kelainan kecil,
 Virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel sehingga sel
tumbuh kembang berlebihan, pada keadaan terkhir seringkali proses infeksinya
pada mas aawalnya tidak mengganggu fungsi-fungsi sel,
2.1.2 Proses infeksi Bakteri
Proses infeksi bakteri dimulai dari, dimana suatu bakteri harus menempel dan melekat pada
sel inang biasanya pada sel epitel. Setelah bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk
menginfeksi, mereka mulai memperbanyak diri dan menyebar secara langsung melalui
jaringan atau melalui sistem limfatik ke aliran darah.Infeksi ini (bakteremia) dapat
berlangsung sementara atupun menetap.Bakteremia mempunyai kesempatan untuk menyebar
ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang cocok untuk memperbanyak diri.
Contoh infeksi bakteri:
 Kolera
Proses infeksi pada kolera meliputi ingesti vibrio cholerae, atraksi khemotaktik bakteri
pada epitelium usus, motilitas bakteri dengan flagellum polar tunggal, dan penetrasi lapisan
mukus pada permukaan intensial. V. Cholerae tetap tinggal pada permukaan sel epitel
dengan diperantai oleh pili dan kemungkinan oleh adhesi lain. Prosuksi toksin kolera
mengakibatkan terjadinya aliran kllorida dan air ke dalam lumen usus, menyebabkan diare
dan ketidakseimbangan elektrolit.
2.1.3 Proses inveksi Jamur
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan jamur
karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora bakteri yang memelihara suatu
keseimbangan biologis.Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan

4
mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi.Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan baik setelah
mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.Penularan terjadi oleh spora-spora
yang dilepaskan penderita mikosisbersamaan dengan serpihan kulit.Spora ini terdapat
dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan
lembab, dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan spora
paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan
kamar mandi.
Kulit manusia memiliki lapisan pelindung yang terdapat flora bakteri, lapisan tersebut
dalam keadaan normal dapat memelihara dan menjaga keseimbangan biologis kulit yang
menyebabkan kulit memiliki daya tangkis terhadap jamur dan kuman.Mekanisme infeksi
jamur sebagai berikut.
 Tahap indikasi
 Tahap produmal
 Tahap sakit

2.1.4 Proses inveksi Parasit


Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif berpindah dari satu hospes ke
hospes yg lain. Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host:
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata
2. Menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host
atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Dan kemudian parasit
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada
antibodi spesifik.
4. Lalu parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-
masing parasit.

5
2.1.5 Proses inveksi Riketsia
Rickettsiiosis ditularkan melalui gigitan serangga pada kulit, hanya penyebab Q
fever   yang ditularkan leawat udara (air borne),sehingga pada penyakit ini tidak ditemukan
kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan athropoda merupakan hospes alam untuk
rickettsia, bahkan yang terakhir dapat bertindak sebagai vektor dan resevoir.Infeksi pada
manusia hanya bersifat insidentil, kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu
manusia juga, yaitu Pediculus vestimenti.
Riketsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme. Dapat mengoksidasi asam
piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia
tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam
sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia
dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam
telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada
pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid. Riketsia memasuki sel inang
dengan menginduksi fagositosis, lalu segera lolos dari fagosom untuk tumbuh dan
berkembang biak di dalam sitoplasma (atau nukleus) sel inang. Sel inang biasanya akan lyse
pada akhirnya, menyebabkan pelepasan organisme baru. Sel inang juga dirugikan oleh efek
racun dari dinding sel. 

2.1.6 Proses inveksi Klamida


Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari beberapa penelitian in
vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
1.      Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang terinfeksi
menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.
2.      Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel padatuba
falopii.
3.      Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai untuk
bereplikasi.
4.      Jalur apoptosis dihambat,yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat bertahan.
5.      .Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu, maka badan
elementer tersebut akan terlepas darisel epitel dan menginfeksi sel disebelahnya.

6
6.      Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa dipro
duksinya dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.
7.      Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan menghambat replikasi
intraseluler dari badan retikulat.
8.      Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam bentuk
intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun yang bersifat destrruksif. Pada
bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan, yang dapat menyebabkan respon
inflamasi.
9.      Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu
maka aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
10.  Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel baru dan
persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60 menyebabkan pembentukkan
jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii.

2.2 Kondisi yang melemahkan pertahanan penjamu melawan mikroorganisme


 Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem
imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem
imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian
dasar dan penerapan klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi
berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi
biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing. Imunolgi terbagi
menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker. 

Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri Tubuh manusia tidak mungkin terhindar
dari lingkungan yang mengandung mikroba patogen di sekelilingnya.Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia.Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan
kompleks.Oleh karena itu respons imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba
patogen juga berbeda.Umumnya gambaran biologik spesifik mikroba menentukan mekanisme
imun mana yang berperan untuk proteksi.

7
Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraselular atau bakteri
intraselular mempunyai karakteristik tertentu pula Tubuh manusia akan selalu terancam oleh
paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis
dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya
kita dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.

Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh,


sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.Penerapan kedokteran
klinis saat ini adalah untuk mengobati penyakit saja.Infeksi bakteri dilawan dengan antibiotik,
infeksi virus dengan antivirus dan infeksi parasit dengan antiparasit terbatas obat-obatan yang
tersedia.Sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, depresi disebabkan oleh stres
emosional diobati dengan antidepresan atau obat penenang. Kekebalan depresi disebabkan
oleh kekurangan gizi jarang diobati sama sekali, bahkan jika diakui, dan kemudian oleh saran
untuk mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.

8
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari tinjauan teori di atas dapat disimpulkan bahwa Mikroorganisme berasal dari benda
hidup. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi .Dalam sejarah kehidupan,
mikroorganisme telah banyak sekali memberikan peran sebagai bukti
keberadaannya.mikroorganisme telah digunakan dalam pembuatan antibiotika, berbagai bahan
makanan, sampai pada teknik rekayasa genetika modern. Begitu banyak dan dominannya
peranan mikroorganisme dalam kehidupan ini menjadi salah satu unsur dalam cakupan
mikrobiologi.Dengan semakin majunya teknologi mikroskop, semakin mendukung
perkembangan mikrobiologi. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:

1. Salah satu manfaat mikroorganisme dalam bidang kesehatan adalah dalam menghasilkan
antibiotika. Bahan antibiotik dibuat dengan bantuan fungi, aktinomiset, dan bakteri lain.
Antibiotik ini merupakan obat yang paling manjur untuk memerangi infeksi oleh bakteri.
2. Penerapan mikrobiologi dalam kebidanan memiliki dampak yang positif. Misalnya : manfaat
imunisasi yaitu melindungi komunitas dari serangan penyakit, dan manfaat pemberian ASI
terhadap buah hati.

3.2 Saran

           Saya menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
           Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri
sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa
Perawat lebih memahami tentang agen-agen infeksius dan infeksi opportunitis  serta untuk lebih
menambah wawasan mahasiswa sehingga bermanfaat di masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://zweetynana.blogspot.com/2010/12/konsep-mikrobiologi.html
id.wikipedia.org/wiki/Mikrobiologi Anonim a. 2006.

Pengantar Mikrobiologi, (Online), (http://www.wanna_share.23s9887_apm.html, diakses tanggal


7 Februari 2008).Anonim b. 2009.Dunia Mikroba WHO Western Pacific Regional Office,
Interim guidelines for national SARS preparedness, 2003 12

Kirk, L. S. V., Hayes, S. F.,& Heinzen, R. A. (2000). Ultrastructure of Rickettsia Rickettsii Actin


Tails and Localization of Cytoskeletal Proteins: Review literatur. Infection and Immunity
Journal. Vol 68,No. 8 : 4706-4713

Maftukhah, M. (2011). Agen infeksius, faktor yang mempengaruhi, dan perbedaan proses


infeksi. Di akses pada 19 Februari 2018, dari  https://www.scribd.com/doc/55932944/Agen-
Infeksius.

Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2012). Buku AjarPatologi I (Umum). Jakarta:
Sagung Seto.

Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

 Tamboyong J (2000) Patofisiologi. Jakarta: Kedokteran EGC

10

Anda mungkin juga menyukai