DISUSUN OLEH
1926010029
BENGKULU
2019
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Perbedaan
Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius “ yang bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah ilmu dasar keperawatan II oleh dosen pembimbing ibu NS.Neni
Triana,S.Kep.M.Kep. Dalam makalah ini penulis ingin memaparkan atau
menjelaskan tentang cedera kepala akibat gangguan traumatik.
Penulis
II
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................17
B. Saran................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Masing-masing mikroorganisme memiliki proses infeksi yang berbeda-
beda.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Proses Infeksi Virus ?
2. Bagaimana Proses Infeksi Bakteri ?
3. Bagaimana Proses Infeksi Jamur ?
4. Bagaimana Proses Infeksi Parasit ?
5. Bagaimana Proses Infeksi Riketsia ?
6. Bagaimana Proses Infeksi Klamida ?
7. Apa Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Proses Infeksi Virus
2. Untuk Mengetahui Proses Infeksi Bakteri
3. Untuk Mengetahui Proses Infeksi Jamur
4. Untuk Mengetahui Proses Infeksi Parasit
5. Untuk Mengetahui Proses Infeksi Riketsia
6. Untuk Mengetahui Proses Infeksi Klamida
7. Untuk Mengetahui Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
berhadapan dengan Ig A yang mampu menetralisir dan glikoprotein yang mampu
menghambat perlekatan virus pada reseptornya Virus-virus yang mampu
melampauinya akan berkembangbika pada sel dan merusaknya. Virus-virus yang
baru dilepaskan selanjutnya menyerang sel epitel lainnya. Penyebaran ini dibantu
cairan transudat. Proses kematian sel menyebabkan saluran napas menjadi lebih
rentan terhadap infeksi bakterial.
a. saluran Pencernaan
Hanya virus tak berselubung yang masih infektif setelah lewat cairan
empedu dan lambung. Virus tersebut hanya menyebabkan penyakit setempat
seperti; rotavirus, Norwalk agent, Hawaii agent, pararotavirus. Adapula yang
menyebar ketempat lain seperti virus hepatitis dan virus imunodifisiensi manusia.
Pada kasus infeksi rotavius, gejala timbul akibat kerusakan sel-sel velii. Akibat
kerusakan tersebut terjadi defisiensi enzim-enzim penting seperti disakarida dan
gangguan absorpsi garam-garam dan air.
Perkembangbiakkan virus sering juga disebut dengan istilah replikasi.
Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh
karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, sel tumbuhan dan sel
manusia. Ada dua macam cara virus menginfeksi bakteri, yaitu secara litik dan
secara lisogenik. Pada infeksi secara lisogenik, virus tidak menghancurkan sel,
tetapi berintegrasi dengan DNA sel induk. Dengan demikian, virus akan
bertambah banyak pada saat sel inang membelah. Pada prinsipnya cara
perkembangbiakan virus pada hewan maupun tumbuhan mirip dengan yang
berlansung pada bakteriofag seperti yang diuraikan berikut ini.
3
2. Fase Penetrasi
Meskipun tidak memilki enzim untuk metabolisme, bakteriofage
memiliki enzim lisosom yang berfungsi merusak dinding sel bakteri.
Setelah dinding sel bakteri terhidrolisi, maka DNA fage masuk ke dalam
sel bakteri
3. Fase Replikasi dan Sintesis
Pada fase ini, fage merusak DNA bakteri dan menggunakannya
sebagai bahan untuk replikasi dan sintesis. Pada fase replikasi, fage
menyusun dan memperbanyak DNAnya. Pada fase sintesis, fage
membentuk selubung-selubung protein (kapsid) baru. Bagian-bagian fage
yang terdiri dari kepala, ekor dan serabut ekor telah terbentuk.
4. Fase Perakitan
Komponen-komponen fage akan disusun membentuk fage baru
yang lengkap dengan molekul DNA dan kapsidnya
5. Fase Pembebasan atau lisis
Setelah fage dewasa, sel bakteri akan pecah (lisis), sehingga fage
yang baru akan keluar. Jumlah virus baru ini dapat mencapai 200 buah.
Pembentukkan partikel bakteriofage melalui siklus litik ini memerlukan
waktu 20 menit.
4
tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk
mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen
profage tidak aktif.
4. Fase Replikasi
Saat profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga turut
bereplikasi. Kemudian ketika bakteri membelah diri, bakteri menghasilkan
dua sel anakan yang masing-masing mengandung profage. DNA fage
(dalam profage) akan terus bertambah banyak jika sel bakteri terus
menerus membelah. Bakteri lisogenik dapat diinduksi untuk mengaktifkan
profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan terjadinya siklus litik.
5
Bakteremia mempunyai kesempatan untuk menyebar ke dalam tubuh serta
mencapai jaringan yang cocok untuk memperbanyak diri.
Contoh Proses Infeksi Bakteri :
a. Pneumonia
Pneumococcal pneumonia adalah contoh infeksi S. Pneumoniae dapat
dibiakkan dari nasofaring 5-40 %orang sehat. Kadang pneumococcus dari
nasofaring diaspirasi ke dalam paru-paru : aspirasi yang paling sering terjadi pada
orang yang lemah seperti pada orang yang koma, dimana refleks batuk yang
normal hilang. Infeksi berkembang pada rongga udara terminal paru-paru pada
seseorang yang tidak mempunyai antibodi pelindung melawan pneumococcus
yang memiliki tipe polisakarida kapsul. Multiplikasi pneumococci bersama
dengan inflamasi (keradangan) akan menimbulkan pneumonia. Pneumococci
dapat menyebar sehingga menyebabkan infeksi sekunder (misal cairan
cerebrospinal, katup jantung, ruang persendian). Komplikasi utama dari
pneumococcal pneumonia adalah miningitis, endocarditis dan septic arthritis.
b. Kolera
Proses infeksi pada kolera meliputi ingesti vibrio cholerae, atraksi khemotaktik
bakteri pada epitelium usus, motilitas bakteri dengan flagellum polar tunggal, dan
penetrasi lapisan mukus pada permukaan intensial. V. Cholerae tetap tinggal pada
permukaan sel epitel dengan diperantai oleh pili dan kemungkinan oleh adhesi
lain. Prosuksi toksin kolera mengakibatkan terjadinya aliran kllorida dan air ke
dalam lumen usus, menyebabkan diare dan ketidakseimbangan elektrolit.
c. Pes
Yersinia pestis adalah bakteri intrasel Gram-negatif- kultatif yang
ditularkan oleh gigitan fleabites atau aerosol dan menyebabkan infeksi sistemik
yang sangat invasif dan sering mematikan, disebut pes. Pes menyebabkan Pes
dapat ditemui di seluruh dunia, terutama di benua Afrika. Sebagian besar
penderita pes merupakan penduduk desa, lebih banyak ditemui pada laki – laki,
dan dapat terjadi pada semua umur. Pes disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia
pestis.
6
Bakteri ini pada awalnya menginfeksi kutu. Ketika kutu menggigit tikus,
maka tikus tersebut akan terinfeksi bakteri pes. Dengan demikian, jika kutu lain
menggigit tikus sakit tersebut, maka kutu tersebut juga akan terinfeksi. Jika kutu-
kutu ini menggigit manusia, maka bakteri dalam tubuh kutu akan masuk ke dalam
tubuh manusia, mengikuti aliran getah bening dan menyebar melalui sirkulasi
darah. Di kelenjar getah bening, bakteri ini menimbulkan reaksi radang berupa
bengkak, kemerahan dan nanah.
Bakteri ini kemudian menyebar melalaui aliran darah ke organ-organ lain
seperti limpa, paru-paru, hati, ginjal dan otak. Ketika sampai paru-paru, bakteri ini
dapat menyebabkan radang (pneumonia) dan dapat menularkan penyakit kepada
orang lain melalui batuk atau bersin. Bakteri yang dibatukkan dapat bertahan di
udara dan dapat terhirup oleh orang lain. Pes tidak hanya dapat menginfeksi tikus,
namun juga bisa menginfeksi kucing, anjing, dan tupai.
d. Mikobakteri
Bakteri dalam genus Mycobacterium adalah bakteri berbentuk batang
langsing aerob yang tumbuh membentuk rantai lurus atau bercabang.
Mycobacterium memiliki dinding sel berlemak yang terdiri atas asam mikolat
yang menyebabkan kuman ini tahan asam, yang membuat bakteri ini asam dan
alkohol. Mikobakteri memberi hasil positif lemah pada warna garam.
e. Kusta
Kusta, atau lepra atau penyakit Hensen, adalah infeksi progresif lambat
akibat Mycobacterium leprae, yang mengenai kulit dan saraf perifer serta
menyebabkan deformitas. M. leprae yang terhirup, seperti M. tuberculosis, diserap
oleh makrofag alveolus dan menyebar melalui darah, tetapi tumbuh di jaringan
yang relatif dingin di kulit dan ekstremitas. Meskipun tidak mudah menular, kusta
tetap menyebabkan endemi pada sekitar 10 sampai 15 juta orang yang tinggal di
negara miskin di daerah tropis.
Kusta memiliki dua pola penyakit yang mencolok. Pasien dengan bentuk
yang lebih ringan, kusta tuberkuloid,memperlihatkan lesi kulit kering berskuama
yang mengalami penurunan sensibilitas. Pasien ini sering memperlihatkan
7
keterlibatan saraf perifer besar yang asimetris. Bentuk kusta yang lebih berat,
kusta lepromatosa, menyebabkan pembentukkan nodul dan penebalan kulit yang
simetris. Bentuk ini juga disebut sebagai Ikusta lempromatosa, menyebabkan
pembentukkan nodul dan penebalan kulit yang simetris.
f. Sifilis
Sifilis, atau dikenal juga dengan raja singa, adalah penyakit infeksi
menular seksual yang bersifat kronis. Sifilis disebabkan oleh Treponema
pallidum. Sifilis dapat menyerang organ-organ dalam tubuh seperti jantung, otak
dan susunan saraf. Penyakit sifilis dapat menyerang laki-laki maupun wanita, dan
segala usia.
Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyebaran
penyakit terjadi melalui sentuhan langsung dengan luka yang mengandung
Treponema pallidum, seperti melalui hubungan seksual yang tidak aman ataupun
kontak fisik lainnya, seperti menyentuh luka pada penderita sifilis atau
menggunakan pakaian bergantian tanpa dicuci terlebih dahulu.
Hubungan seksual tidak aman yang dimaksud seperti berhubungan dengan
PSK (Pekerja Seks Komersil) yang sudah terlebih dahulu terinfeksi, atau berganti-
ganti pasangan seksual. Hubungan seksual yang dimaksud tidak hanya lewat
vagina, namun juga bisa melalui mulut, anus, ataupun jari. Berciuman juga dapat
menularkan sifilis bila pada kedua pasangan terdapat luka pada mulutnya dan
salah satunya sudah terinfeksi sifilis. Tanpa hubungan seksualpun, penyakit sifilis
dapat menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi dengan bakteri
sifilis.
Sifilis dapat ditularkan langsung dari ibu yang sedang hamil ke janin yang
dikandungnya, namun sifilis bukanlah penyakit keturunan. Sifilis dapat menular
juga melalui transfusi darah yang tidak steril.
8
infeksi yang disebabkan oleh bakteri lebih sering ditularkan
melalui makan atau minuman yang dikonsumsi manusia. Akibatnya jika
tertelan bakteri melalui makanan atau air yang kotor tersebut manusia
dapat menderita berbagai macam penyakit yang menyerang pencernaan.
2. Melalui kontak langsung
Bersentuhan secara langsung dapat menularkanbakteri antara orang
yang satu dengan orang yang lain. Berhubungan seksual dengan orang
yang memiliki bakteri tersebut juga dapat beresiko terkena bakteri.
3. Melalui luka
Luka pada bagian tubuh tertentu dapat menjadi akses masuknya
bakteri bakteri ke dalam tubuh kita.
4. Melalui transfusi darah dan jarum suntik
Penggunaan jarum suntik pada saat melakukan transfusi darah
baiknya menjadi satu hal yang yang penting untuk diperhatikan, karena
apabila saat melakukan transfuse darah jarum suntik tersebut tidak diganti
maka resiko untuk tertular bakteri semakin besar.
5. Melalui udara
Melalui udara, pelepasan bakteri melalui bersin, nafas, dan ludah.
jika udara yang mengandung bakteri terhirup oleh orang yang sehat
kemungkinan akan menjadi penularan penyakit melalui pernafasan.
6. Melalui plasenta atau infeksi bawaan
Infeksi terjadi akibat beberapa jenis potogen yang mampu
melewati penghalang plasenta, sehingga bisa menginfeksi janin yang ada
didalam kandungan. infeksi tersebut mempunyai resiko berbagai kelainan-
kelainan yang mungkin terjadi pada bayi/kelainan bawaaan.
9
kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan baik setelah mandi, karena
keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.Penularan terjadi oleh spora-spora
yang dilepaskan penderita mikosisbersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini
terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara, di
lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang berjalan
tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya di kolam
renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
Kulit manusia memiliki lapisan pelindung yang terdapat flora bakteri,
lapisan tersebut dalam keadaan normal dapat memelihara dan menjaga
keseimbangan biologis kulit yang menyebabkan kulit memiliki daya tangkis
terhadap jamur dan kuman. Mekanisme infeksi jamur sebagai berikut.
1. Tahap Inkubasi
Ketika lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan
mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah
mengakibatkan infeksi pada kulit manusia terutama pada kulit yang lembab.
Beberapa aktivitas yang menyebabkan kulit menjadi lembab adalah kulit tubuh
yang tidak dikeringkan dengan baik setelah mandi, berkeringat, dan menggunakan
sepatu tertutup. Penularan jamur terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan
penderita mikosis bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-
mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas
dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki. Infeksi
dengan spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
2. Tahap Produmal
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan
menggunakan serpihan kulit sebagai makanan.
3. Tahap Sakit
10
Benang mycellium menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi
meluas. Enzim yang dimiliki fungi menembus ke bagian dalam kulit dan
mengakibatkan suatu reaksi peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti
bercak-bercak merah bundar dengan batas-batas tajam yang melepaskan serpihan
kulit sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal dikulit.
Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara:
11
1. Kontaminasi makanan dan min Quman
2. Kontaminasi kulit atau selaput lendir
3. Gigitan serangga
12
3. Riketsia typhi tidak menyebar secara efektif ke sel-sel lainnya sampai
pembelahan binernya telah selesai, yang pada akhirnya membuat sel inang
retak dan pecah serta membebaskan sejumlah besar riketsia typhi.
4. Penggandaan diri inilah yang menyebabkan kehancuran sel endothelial
yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan organ, jaringan, dan
kehilangan darah.
a. Gambaran Patologi
Rickettsia berkembangbiak di dalam sel endotel pembuluh darah kecil. Sel
membengkak dan nekrosis, terjadi trombosis pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan ruptur dan nekrosis. Di kulit nampak nyata adanya lesi vaskuler.
Vaskulitis yang terjadi pada bebrapa organ merupakan dasar terjadinya gangguan
hemostatik. Dalam jaringan otak dapat ditemukan penumpukan limfosit, leukosit,
polimorfonuklear dan makrofag yang bertalian dengan kelainan pembuluh darah
pada mas akelabu. Kelainan ini disebut nodul tifus. Pada pembuluh darah kecil
jantung dan organ-organ lainnyapun dapat terkena kelainan yang serupa.
b. Imunitas
Infeksi rickettsia pada manusia diikuti dengan timbulnya kekebalan yang
tidak lengkap (hanya sebagian) terhadap infeksi yang berasal ari suatu sumber
luar. Selain itu seringkali terjadi relaps. Dalam suatu biakan sel makrofag,
ricketttsia juga difagositosis dan selanjutnya dapat berkembang baik intraseluler
meskipun ada antibodi. Jika kedalamnya dimasukkan limfosit yang berasal dari
inatang yang telah kebal, maka pembiakan tersebut akan terhenti.
c. Gambaran Klinik
Semua infeksi rickettsia ditandai dengan adanya demam, sakit kepala,
malaise, lesu, kelainan dikulit (skin rash), pembesaran limpa dan hati, hanya pada
Q fever tidak disertai adanya kelainan dikulit. Kadang-kadang disertai dengan
adanya pendarahan di baeah kulit. Pada kasus-kasus yang berat dapat dijumpai
gejala stupor, delirium dan bahkan shock atau bercak-bercak gangren di kulit atau
jaringan subkutan. Mortalitasnya sangat variabel, mulai kurang 1 % sampai
13
stinggi 90 %. Setelah sembuh pada umumnya timbul kekebalan. Masa tunas
antara 1 smpai 4 minggu.
14
antibodi terhadap Proteus strain OX. Penyakit yang ditimbulkan berlangsung
secara mendadak, demam dan menggigil tanpa kelainan kulit.
5. Demam Parit (trench fever)
Demam ini disebut juga demam lima hari yang disebabkan oleh
Rochalimaea quintana berbeda dengan rickettsia lainnya karena tidak dapat
dikembangbiakkan dalam binatang percobaan biasa, biakan sel ataupun dalam
telur bertunas, tetapi dapat tumbuh dalam agar darah dengan suasana udara kadar
CO2 10 %. Tidak dikenal adanya binatang sebagi reservior. Ditularkan oleh kutu
manusia lewat tinja yang dikeluarkannya. Kuman berkembangbiak di dalam
lumen usus buka di dalam sel epitel usus. Siklus infeksi hanya terbatas pada kutu
manusia. Demam ini berlangsung secara mendadak dan hilang timbbul dengan
siklus 3-5 hari. Gejala lainnya berupa sakit kepala, malaise, nyeri otot dan nyeri
tulang, terutama di daerah tulang kering.
15
8. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam
bentuk intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun yang bersifat
destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan,
yang dapat menyebabkan respon inflamasi.
9. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu maka
aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
10. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel
baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60
menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba
falopii.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen,
dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan
tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor
manusia atau pejamu (host) dan faktor lingkungan.
Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat-sifat
khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya. Sebagai
makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri-ciri kehidupan, yaitu :
a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak
17
b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya
c. Bergerak dan berpindah tempat
B. SARAN
Saran utuk kita semua yaitu untuk selalu menjaga kesehatan agar imun
tubuh tetap terjaga dan terhindar dari segala penyakit
DAFTAR PUSTAKA
18
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
19