Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT


Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Parasitologi, dengan judul: “Pengenalan akan Parasit Intraseluler
Obligat”.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tidak


terlepas dari keterlibatan banyak pihak dalam kelompok untuk dapat
menyelesaikan makalah ini, dan dengan kerjasama kami dapat membuat makalah
ini.

Terimakasih untuk keluarga, teman serta dosen pengampu yang telah sudi
memberi dukungan, do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya dibidang
Farmasi.

Langsa, 21 September 2019

Penyusun
DAFTRA ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..…………………………i

DAFTAR ISI…………………………….…….…………………………………..ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG………………………….……………………………..1

1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………….……………………..1

1.3 TUJUAN PENULISAN……...………………………….…………………….1

1.4 MANFAAT PENULISAN.…...………………………………………………1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN……………..…………………………………………………

2.2 MORFOLOGI………………………………………………………………..

2.3 DIAGNOSA………………………………………………………………..

2.4 GEJALA………….…………………………………………………………..

2.5 PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN…………………….…..………….

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………

3.2 SARAN DAN MASUKAN………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pelajaran Parasitologi ada yang dikenal dengan nama parasit, yang
mana dalam makalah ini akan dibahas tentang ‘Parasit Intraseluler Obligat’.
Sesuai namanya, dikehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari yang namanya
bakteri, yang mana bakteri tergolong parasit yang merugikan dan membahayakan
bagi makhluk hidup. Namun tidak semua bakteri merugikan ada pula bakteri yang
baik dan dibutuhkan oleh tubuh.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian parasit intraseluler obligat?
b. Morfologi dari parasit intraseluler obligat?
c. Diagnosa dari parasit intraseluler obligat?
d. Gejala adanya parasit intraseluler obligat?
e. Pengobatan dan pencegahan
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian tentang parasit intraseluler obligat
b. Untuk mengetahui morfologi dari parasit intraseluler obligat
c. Untuk mengetahui diagnose dari parasit intraseluler obligat
d. Untuk mengetahui gejala dari parasit intraseluler obligat
e. Ubtuk mengetahui pengobatan dan pencegahan
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisannya adalah:
a. Untuk memberikan kemudahan bagi orang awam maupun ahli sehingga
dapat lebih memudahkan pencegahan dari parasit intaseluler obligat
b. Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia, sedikit yang tau
tentang penyakit yang disebabkan oleh parasit, sehingga dengan makalah
ini dapat memperluas pengetahuan tentang parasit intraseluler obligat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PARASIT INTRASELULER OBLIGAT

Parasit intraseluler adalah mikroparasit yang mampu tumbuh dan


bereproduksi didalam sel inang. Beberapa parasit dapat menyebabkan penyakit.

Parasit intraseluler obligat adalah mikroorganisme parasit yang tidak dapat


bereproduksi di luar sel inang, memaksa inang untuk membantu reproduksi
parasit.

Parasit intraseluler obligat pada manusia termasuk:

 Virus
 Beberapa bakteri, meliputi:

o Chlamydia
o Rickettsia
o Coxiella
o Beberapa spesies Mycobacterium seperti Mycobacterium leprae

 Beberapa protozoa, meliputi :

o Plasmodium.


VIRUS

Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme


biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
seluler untuk bereproduksi sendiri

Virus merupakan kesatuan yang megandung asam nukleat DNA dan


RNA, mengandung protein selubung (coat protein). Kadang-kadang virus tertutup
oleh envelope dari lipid, protein dan karbohidrat yang mengelilingi asam nukleat
virus. Virus bermultiplikasi didalam sel hidup dengan mengunakan mesin
pentintesis dari sel inang.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-


sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal),
sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang
jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia


tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam
sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan
penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan
(misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik
tembakau/TMV).
Image “Virus”

MORFOLOGI umum VIRUS

Terdapat beberapa tipe virus berdasarkan arsitektur kapsidnya.

1. Virus heliks
 Menyerupai bentuk batang yang panjang, dapat bersifat kaku ataupun
fleksibel
 Asam nukleat virus ditemukan didalam lekuk kapsid silindris
 Contoh: virus rabies dan virus Ebola hemorrhagic fever
2. Virus polihedral
 Terdiri dari banyak sel
 Kapsid berbentuk ikosahedron, polihaedron regular dangan 20
permukaan triangular dan 20 sudut
 Kapsomer di setiap permukaan berbentuk segitiga sama sisi
 Contoh: adenivius, poliavirus
3. Virus bersampul (enveloped)
 Berbentuk bulat
 Bila virus heliks dan polihedral ditutupi oleh enveloped, maka virus
itu disebut virus heliks bersampul (enveloped helical virus) atau virus
heliks bersampul (enveloped polyhedral virus)
 Contoh: virus influenza (heliks bersampul), virus herpes simpleks
(polihedral bersampul)
4. Virus komples (complex virus)
 Memiliki struktur yang kompleks (complicated)
 Contoh: bakteriofag, kapsid berbentuk polihedral dangan tail sheath
berbentuk heliks
 Contoh: poxvirus, kapsid berbentuk tidak jelas (tidak jelas terlihat)
dengan protein selubung (coat protein).
Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit
dan mahal. Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas
besar dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari
berbagai bidang, misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus.[36]
Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara
kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).

Pencegahan dan pengobatan

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk


bereproduksi, virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini
yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami
tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat
infeksi virus.

Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan


dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi
bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.

Infeksi virus atau bakteri pada umumnya menimbulkan demam, hanya saja
infeksi bakteri akan meningkatkan kadar Sel darah putih, sedangkan infeksi virus
tidak, tetapi infeksi bakteri, virus bahkan jamur akan meningkatkan kadar
Antibodi M (IgM), tetapi pemeriksaan IgM agak mahal. Pemeriksaan Sel darah
putih ataupun IgM tidak dapat menentukan jenis penyakitnya, tetapi kedua
pemeriksaan tersebut hanya mengindikasikan penyakit tersebut diakibatkan oleh
apa. Jika biaya menjadi kendala, maka pemeriksaan Sel darah putih saja sudah
cukup, karena infeksi virus tidak dapat diobati dengan anti-biotik dan pada
umumnya infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya (virus self limiting life)
dengan istirahat (istirahat penuh di ranjang, jika perlu) dan gizi yang cukup,
kecuali HIV di mana untuk diagnosis awal diperlukan pemeriksaan CD4 yang
relatif murah.

Chlamydia

Chlamydia adalah genus bakteri intraselular yang tergolong familia


Chlamydiaceae, ordo Chlamydiales, kelas dan filum Chlamydiae.

Tiga spesies dalam genus ini adalah Chlamydia trachomatis (hanya menyerang
manusia), Chlamydia suis (hanya menyerang babi), dan Chlamydia
muridarum(hanya menyerang tikus dan hamster).

Gambar “Chlamydia”

Morfologi

Familia Chlamydiaceae mempunyai dua bentuk utama, yaitu pertama:


partikel infeksius yang tidak bereplikasi (badan elementer), artinya dapat
berikatan dengan reseptor pada sel hospes dan merangsang pengambilan dirinya
oleh sel yang terinfeksi. Badan alementer ini berbentuk kokus bulat, berdiameter
0,25-0,3 μm, dan bersifat padat elektron (electron-dense) yang mengandung
genom DNA dengan bobot molekul 66 x 10^7 (sekitar 600 gen, yaitu seperempat
jumlah informasi genetic yang terdapat pada DNA Escherichia coli. Badan
elementer ini memiliki hemaglutinin pada permukaannya dan kandungan DNA
serta RNA yang sama banyak, bersifat relatif resisten terhadap sonikasi dan tripin,
serta relative impermeable. Mikroorganisme ini (C. trachomatis, C. pneumonia)
dilepaskan dari sel terinfeksi yang pecah, dan dapat ditularkan dari orang yang
satu ke orang yang lain, atau (C. psittaci) dari burung yang terinfeksi ke manusia;
segangkandaban elementer pada galur TWAR bersifat pleomorfik, dan berbentuk
menyerupai buah pir.

Bentuk kedua yaitu bentuk intrasitoplasmik yang disebut reticukate body


(badan retikulat), berdiameter 0,5-1 μm, yang secara metabolic bersifat aktif dan
melakukan pembelahan biner secara metabolic bersifat aktif dan melakukan
pembelahan biner secara intraseluler. Badan reticular ini mempunyai dinding yang
tidsk kaku dan tidak memiliki hemagluttinin, tetapi mempunyai kandungan dan
tidak memiliki hemaglutinin, tetapi mempunyai kandungan RNA 3-4 kali lebih
banhak dibandingakan DNA, bersifat relatif rentan terhadap sonikasi dan tripsin,
serta lebih permeable.

DIAGNOSIS

Tergantung spesies mikroorganisme penyebab

PENGOBATAN

Tergantung spesies mikroorganisme penyebab.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Tergantung spesies mikroorganisme penyebab.


Rickettsia

Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit


intraselular obligat, dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia.

Metode perkembangan Rickettsia dalam embrio ayam ditemukan oleh Ernest


William Goodpasture dan koleganya di Universitas Vanderbilt pada tahun 1930-
an.

Gambar “Rickettsia”

MORFOLOGI

Mikroorganisme ini
merupakan kokobasil pleomorfik berukuran kecil. Bentuk kokus biasanya
berdiameter 0,3 nm, sedangkan bentuk besiler berukuran 0,3-2 nm.

DIAGNOSIS

Riwayat pajama terhadap vektor tertentu (sengkenit, tuma, pinjal atau


tungau) dapat membantu diagnosis, tetapi tidak dapat diandalkan. Adanya ruam
kulit yang biasanya timbul pada setelah hari ke-3 penyakit, harus mengingatkan
kita pada kemungkinan infeksi rickettsia, tetapi tenti saja ruam dapat pula terjadi
pada banyak penyakit lainnya. Pengetahuan tentang epidemiologi musim dan
geografik pada Rickettsia akan bermanfaat, tetapi tidak memastikan bagi seorang
penderita.
Isolasi Rickettsia membutuhkan media yang rumit dan mikroorganisme ini
juga berbahaya, maka hanya sedikit laboratorium yang dapat melakukannya.
Beberapa laboratorium mampu mengadakan identifikansi Rickettsia secara
imunohistologi pada biopsy kulit sebagai produser diagnostic, tetapi untuk
memastikan diagnosis para dokter masih mengacu pada reaksi serologik.

DIAGNOSIS BANDING

Infeksi Rickettsia sulit untuk didiagnosis, baik secara klinis maupun


laboratorium. Tanda dan gejala klinis penyakit ini (misalnya demam, nyeri kepala,
mual, muntah, dan otot yang pegal), menyerupai banyak penyakit lainnya.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Dengan mencegah pajanan terhadap artopoda yang terinfeksi, maka dapat


diperoleh perlindungan terhadap penyakit ini. Telah dibuat vaksin untuk tifus
epidemic, tetapi vaksin ini tidak selalu tersedia.

PENGOBATAN

Spesies Rickettsai rentan terhadap antibiotic berspektrum luas, yaitu


doksisiklin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
Coxiella

Coxiella adalah genus yang tergolong familia Coxiellaceae. Coxiella


burnetii adalah satu-satunya anggota genus ini. Coxiella bersifat parasit
intraselular obligat. Coxiella merupakan salah satu Gammaproteobacteria.

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Bacteria

Filum: Proteobacteria

Kelas: Gamma Proteobacteria

Ordo: Legionellales

Famili: Coxiellaceae

Gambar “Coxiella” Genus: Coxiella

Coxiella burnetii

Coxiella burnetii adalah spesies bakteri patogen intraselular, dan


penyebab terjadinya demam Q. Genus Coxiella secara morfologi mirip dengan
rickettsia, namun memiliki variasi genetika dan perbedaan psikologi. C. burnetii
adalah bakteri gram-negatif kecil dengan dua fase pertumbuhan.

Morfologi

Genus Coxiella secara morfologi mirip dengan Rickettía, tetapi dengan


berbagai perbedaan genetik dan fisiologis. C. burnetii adalah gram-negatif kecil,
bakteri coccobacillary yang sangat tahan terhadap tekanan lingkungan seperti
suhu tinggi, Tekanan osmotik, dan sinar ultraviolet. Karakteristik ini dikaitkan
dengan bentuk varian sel kecil dari organisme yang merupakan bagian dari siklus
perkembangan Biphasic, termasuk bentuk sel besar yang lebih metabolik dan aktif
secara replikasi. ia dapat bertahan dari desinfektan standar, dan tahan terhadap
banyak perubahan lingkungan lainnya seperti yang disajikan dalam
phagolysosome.

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis penyakit ini seringkali sukat ditegakkan. Diagnosis klinis


bergantung pada dugaan, evaluasi faktor epideniologik secara teliti, dan pada
akhirnya konfirmasi melalui uji serologic. Meskipun C. burnetti dapat diisolasi
dengan mengadakan inokilasi pada hewan, telur ayam bertunas, dan biakan sel,
akan tetapi laboratorium yang melakukan pemerikasaan ini sangat sedikit, karena
dapat menimbulkan bahaya biologic, maka uji serologic marupakan tulang
punggung diagnosis laboratorium.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding tergantung pada manifestasi klinnis yang tampak.


Untuk penyakit respiratorik, harus dipertimbangkan adanya pneumonia akibat
mikoplasma, legionelosis, psittakosis, dan infeksi virus Epstein-Barr. Untuk
hepatitis granulomatosa, harus dipertimbangkan adanya infeksi mikrobakterium,
salmonelosis, leismaniasis visceral, toksoplasmosis, penyakit Hodgkin,
ehrlichiosis, bruselosi atau kelainan autoimun termasuk sarkoidosis. Endokarditis
dangan hasil biakan yang negative juga mengarah pada infeksi
Brucella/Bartonella, atau endolarditis nonbacterial.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Telah tersedia preparat vaksin yang dapat memberi perlindungan terhadap


Q-fever selama sedikitnya 5 tahun pada pekerja rumah pemotongan hewan.
Karena vaksin tersebut bersifat sangat reaktogenik dan tidak pernah diadakan
terdapat risiko yang sangat tinggi.

Pengendalian ektoparasit pada ternak sapi, domba dan kambing juga


penting untuk mengendalikan Q-fever. C. burnetti dijumpai pula pada susu, urin,
dan feses dari hewan yang terinfeksi.

Anak-anak berusia di bawah 19 tahun dan orang dewasa berusia di atas 80


tahun jarang terinfeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh pajanan yang tidak sering
terhadap C. burnetti. Bila diketahui penyakit ini terjangkit pada hewan ternak atau
hewan peliharaan lainnya, masyarakat disekitarnya harus waspada terhadap risiko
infeksi pada manusia.

Susu yang berasal dari hewa yang terinfeksi harus dipasteurisasi pada suhu
yang cukup tinggi untuk membunuh C. burnetti. Tindakan isolasi khusus tidak
diperlukan, karena penularan antarmanusia jarang terjadi, kecuali ketika terpajan
produksi konsepsi yang terinfeksi (plasenta domba dan mamalia lainnya yang
terinfeksi, juga cairan yang keluar pada saat hewan itu melahirkan.

PENGOBATAN

Pada umunya sukar untuk menentukan seleksi regimen yang tepat untuk
mengobati penyakit pada anak-anak, sebab belum ada penelitian yang mendalam.
Sebagian besar penderita Q-fever anak-anak sembuh sendiri dan hanya
diidentifikasikan pada evaluasi serologic retrospektif.

Pengobatan yang dimulai lebih dari 3 hari setelah timbulnya penyakit,


tidak banyak berpengaruh terhadap perjalanan infeksi akut.
Pengobatan empiric pada kasus tersangka secara klinis perlu diberikan,
karena untuk konfirmasi laboratorium dini saat ini belum tersedia. Obat kuinolon
ofloksasin dan pefloksasin terbukti efektif, dan kombinasi pefloksasin dengan
rifampin juga memberikan hasil yang baik pada pengobatan jangka panjang (16-
21 hari).

Obat golongan makrolida, termasuk eritromisin, klaritromisin, dan


roksitromisin, kurang efektif dibandingkan doksisiklin, tetapi lebih efektif
daripada obat β-laktam yang tidak efektif. Efektivitas makrolida pada anak-anak
belum diteliti dengan baik.

Pada kasus hepatitis yang terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium


yang bersifat autoimun, prednisone member manfaat klinis tambahan.

Untuk Q-fever menahun, terutama endokarditis, wajib deberikan


pengobatan jangka panjang dengan obat bakteriostatik, yaitu tetrasiklin atau
doksisklin, dalam kombinasi dengan obat bekterisid seperti rifampin, ofloksasin,
atau pefloksasin.

Untuk penderita dengan gagal jantung, mungkin diperlukan penggantian


katup, yang harus disertai regimen antibiotika yang afektif untuk mencegah
reinfeksi pada katup prostetik. Pengobatan harus dipantau melalui evaluasi
serologic berkala. Meskipun dievaluasi demikian, penyembuhan Q-fever menahun
agaknya tidak mungkin kurang dari 2 tahun, maka pengobatan harus dilanjutkan
paling sedikit selama 18 bulan.

Titer antibiotik harus diperiksa 6 bulan sekali selama pengobatan dan 3


bulan sekali dalam waktu 2 tahun setelah pengobatan. Pengobatan yang berhasil
ditandai dengan laju endap darah yang menurun, anemia terkoreksi, dan
hiperglobulinemia.
Mikobakteria

Mikobakterium adalah genus Aktinobakteria. Genus termasuk pathogen


diketahui menyebabkan penyakit serius pada mamalia, termasuk tuberkulosis dan
leprosi.[1] Latin dari "miko—" berarti baik fungi dan lilin; lilin disini berhubungan
dengan komponen "lilin" di diding sel.

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Bacteria

Filum: Aktinobakteria

Ordo: Aktinomisetales

Subordo: Korinebakterineae

Famili: Mycobacteriaceae

Mycobacterium
Genus: Lehmann & Neumann
Gambar “Mikobakteria” 1896

Mycobacterium leprae

Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang


menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri
intraselular. M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat. Mycobacterium
leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Bacteria

Filum: Actinobacteria

Ordo: Actinomycetales

Subordo: Corynebacterineae

Famili: Mycobacteriaceae

Genus: Mycobacterium

Spesies: M. leprae

Gambar “Mycobacterium leprae” dari lesi


kulit.

Etiologi

Mycobacterium leprae (sering disebut Hansen), ditemukan oleh GH.


Armauer Hansen (Norwegia) tahun 1987. Mycobacterium leprae bersifat tahan
asam, bentuk batang, ukuran panjang 1-2 mikron, lebar 0,2-0,5 mikron. Hidup
dalam jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat ditumbuhkan dalam media
buatan. Mycobacterium merupakan parasit obligat intraseluler, terutama pada
makrofag disekitar pembuluh darah superficial yang terletak pada dermis atau sel
schwan di jaringan saraf.

Patogenesis

Masuknya Mycobacterium leprae sering melalui kulit yang lecet dan


mukosa nasal. Mycobacterium leprae masuk lewat kulit tergantung pada faktor
imunitas seseorang, kemampuan hidup pada suhu rendah, waktu regenerasi, sifat
bakteri yang avirulen dan nontoksis. Bakteri masuk ke tubuh, selanjutnya tubuh
bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel
mononuclear, histiosit). Sel Schwan pada jaringan syaraf merupakan sel target
untuk pertumbuhan Mycobakterium leprae, berfungsi sebagai eliminator dan
sedikit fungsinya sebagai fagositosis.

Gangguan imunitas tubuh dalam sel schwan, mengakibatkan bakteri


bermigrasi dan beraktivitasi, akibatnya regenerasi sel saraf berkurang dan terjadi
kerusakan saraf yang progresif. Diketahui bahwa tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman Mycobakterium laprae menderita kusta, diduga faktor
genetika juga ikut berperan, faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan
faktor penyebab. Belum diketahui mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda
pada setiap individu. Penyakita ini sering dipercaya bahwa penularannya
disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dengan yang sehat.

DIAGNOSIS

Dignosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat


diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit
yang terinfeksi.

PENGOBATAN

Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan


menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat
tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada
penderita lepra lepromatosa. Antibiotic yang paling banyak digunakan untuk
mengobati lepra adalah dapson, relative tidak mahal dan biasanya aman. Kadang
obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.

Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson.
Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang
menyerupai flu. Antibiotic lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin,
etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin. Terapi antibiotic harus
dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit
dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung
kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi
yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

PENCEGAHAN

Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan


penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau
memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah
psikis dan social. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat
dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan
kepada orang lain. Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan
terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu lama
yang memiliki resiko tertular. Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra
tampaknya tidak memiliki resiko tertular.

Protozoa

Protozoa (bahasa Yunani: Protos— Pertama dan bahasa Yunani: Zoon—


Hewan). Jadi, Protozoa adalah hewan pertama. [1]Protozoa merupakan kelompok
lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas
perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di
bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat
antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau
Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal
yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil
dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies.
“ Gambar Protozoa”
Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya,
beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain
mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke
dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana
sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa
dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya
eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari
jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari
jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.

Bentuk tubuh

Biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh


sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop.
Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti
ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di
bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah
ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan
berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic.
“gambar Tubuh protozoa”

amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun, Protozoa
merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu
sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000
mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang,
atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki
flagel atau bersilia.

Ciri-ciri
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan
salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh
sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma,
sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum:

 Organisme uniseluler (bersel tunggal)


 Eukariotik (memiliki membran nukleus)
 Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
 Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
 Hidup bebas, saprofit atau parasit
 Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup
 Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]

Ciri-ciri protozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan


silia atau flagen, memili membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya
ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah
ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubah-ubah. Adapun
yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup
autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba Perkembangbiakan amuba dan
bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang
sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini
dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti
dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing=masing
menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting
diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-
benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai
inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadan kurang baik,
misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amuba akan
membentuk kista. Di dalam kista amuba dapat membelah menjadi amuba-amuba
baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding
kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya amuba ini
akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti
semula.

Morfologi Protozoa

Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan


sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur
tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies.
Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat
yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat
membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada
keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin
seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik,
yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel.
Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat
keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat
mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras.
Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang
keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera
tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat
membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak
secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada
yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan
mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa
yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang
bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak
dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak
serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam
Sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the
Society of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru,
yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora,
Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan
Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa
karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas. Contoh
protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo,
Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia.
Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena,
Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera
Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia,
Theileria. Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera
Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora.[2]

PLASMODIUM

Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan


oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang
dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya
sepuluh spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain,
termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat.

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan


nyamuk. Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan menggigil.

Walaupun mudah menular melalui gigitan nyamuk, malaria bisa sembuh


secara total bila ditangani dengan tepat. Namun jika tidak ditangani, penyakit ini
bisa berakibat fatal dari menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, hingga
kematian.

Di Indonesia, jumlah penderita malaria cenderung menurun dari tahun ke


tahun. Namun, beberapa provinsi di Indonesia masih banyak yang menderita
malaria, terutama di wilayah timur Indonesia, yaitu Papua dan Papua Barat.
Sementara itu, provinsi DKI Jakarta dan Bali sudah masuk ke dalam kategori
provinsi bebas malaria.

Gejala Malaria                      

Gejala malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk.


Munculnya gejala melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil, demam
dan sakit kepala, lalu mengeluarkan banyak keringat dan lemas sebelum suhu
tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat timbul mengikuti siklus
tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana) atau 4 hari sekali (kuartana).

Penyebab Malaria

Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat


parasit malaria di dalam tubuh nyamuk. Gigitan nyamuk tersebut menyebabkan
parasit masuk ke dalam tubuh manusia. Parasit ini akan menetap di organ hati
sebelum siap menyerang sel darah merah.

Parasit malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium bermacam-macam,


dan akan berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya.

Diagnosis Malaria

Bila seseorang mengalami gejala malaria, dokter akan menanyakan apakah


ia tinggal atau baru saja bepergian ke daerah yang banyak kasus malaria. Setelah
itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah.

Pemeriksaan darah untuk mendiagnosa malaria meliputi tes diagnostik


cepat malaria (RDT malaria) dan pemeriksaan darah penderita di bawah
mikroskop. Tujuan pemeriksaan darah di bawah mikroskop adalah untuk
mendeteksi parasit penyebab malaria dan mengetahui jenis malarianya. Perlu
diketahui, pengambilan sampel darah dapat dilakukan lebih dari sekali dan
menunggu waktu demam muncul.
Pengobatan Malaria

Malaria harus segera ditangani untuk mencegah risiko komplikasi yang


berbahaya. Penanganan malaria dapat dilakukan dengan pemberian obat
antimalaria. Obat-obatan ini perlu disesuaikan dengan jenis parasit penyebab
malaria, tingkat keparahan, atau riwayat area geografis yang pernah ditinggali
penderita.

Komplikasi Malaria

Beberapa komplikasi serius yang disebabkan oleh malaria, di antaranya


anemia berat, hipoglikemia, kerusakan otak, dan banyak organ gagal berfungsi.
Komplikasi tersebut dapat berakibat fatal dan lebih rentan dialami oleh balita serta
lansia

Pencegahan Malaria

Meski belum ada vaksinasi untuk mencegah malaria, dokter dapat


meresepkan obat antimalaria sebagai pencegahan jika seseorang berencana
bepergian atau tinggal di area yang banyak kasus malarianya. Selain itu,
pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dengan
memasang kelambu pada tempat tidur, menggunakan pakaian lengan panjang dan
celana panjang, serta menggunakan krim atau semprotan antinyamuk.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Parasit_intraselular_obliga

https://id.wikipedia.org/wiki/Virus

https://en.wikipedia.org/wiki/Chlamydia_infection

https://id.wikipedia.org/wiki/Chlamydia_(bakteri)

^ a b c Parte, A.C. "Chlamydia". www.bacterio.net.

^ "www.chlamydiae.com (professional) - Taxonomy diagram". Diakses tanggal


2007-10-27.

https://id.wikipedia.org/wiki/Coxiella

^ Amann R, Springer N, Schönhuber W; et al. (1997). "Obligate intracellular


bacterial parasites of acanthamoebae related to Chlamydia spp". Applied and
environmental microbiology. 63 (1): 115–21. PMC 168308  . PMID 8979345.

Referensi buku:

 Sylvia Y.Muliawan , BAKTERI INTRASELULER OBLIGAT: erlangga

 Drs.H Akhsin Zulkoni M Si PARASITOLOGI 2009:Medical Book

 Sylvia T.Pratiwi MIKROBIOLOGI FARMASI 2008 :Erlangga

Anda mungkin juga menyukai