Anda di halaman 1dari 55

Tugas

BIOMEDIK ( MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI )


VIRUS DAN JAMUR

(DIAJUKAN UNTUK BIOMEDIK MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI )

OLEH:

WAODE NUR AMALIA AZIS

J1A119206

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT.yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang

kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT.atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu

berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah BIOMEDIK ( MIKROBIOLOGI DAN

PARASITOLOGI ) dengan judul “VIRUS DAN JAMUR”.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kendari, 25 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Pustaka 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Virus 3-4

1. Morfologi Virus 4

1. Struktur Virus 5-6

2. Karakterisasi Virus 6-7

2. Patogenesis Virus 7-12

3. Jenis-Jenis Virus 12-14

4. HIV/AIDS 14-22

3. Corona/Covid-19 23-28

B. Pengertian Jamur 28-29

4. Morfologi Jamur 29-31

5. Struktur Jamur 31-32

6. Karakterisasi Jamur 32-34

7. Patofisiologi Jamur 34-35

8. Jenis-Jenis Jamur 35-41


9. Keputihan 41-44

10. Panu 44-48

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 49

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus adalah parasite berukuran microskopik yang menginfeksi sel organisme

biologis, virus hanya dapat bereproduksi dalam material hidup dengan menginvasidan

memanfaatkan sel mahluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk

bereproduksi sendiri. Dari dulu hingga sekarang, anak-anak seringmengalami suatu

gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Tetapi masih banyak

orang tua yang belum mengetahui cara untuk mengetahui jenis gangguan atau penyakit

apa yang di alami anak-anak secara dini, sehingga dalam pengobatan masih banyak orang

tua yang salah dalam pengobatan.

Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa filament

(bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan mempunyai

dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya.Sebagian besar dari 100.000

spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organic mati, yaitu

membantu pelapukan.Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies, menyebabkan

penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan,

sebagian besar dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau anggota

tubuh.Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada

tanaman.Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit

dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan (Agrios, 1996).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan beberapa rumusan masalah yang

akan dibahas dalam makalah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud denganvirus?

2. Bagaimana morfologi, struktur dan karakterisasi virus?

3. Bagaimana proses patogenesis virus?

4. Apa sajakah jenis-jenis virus?

5. Apa sajakah penyakit yang disebabkan oleh virus?

6. Apakah yang dimaksud dengan jamur?

7. Bagaimana morfologi, struktur dan karakterisasi virus?

8. Bagaimana proses patogenesis jamur?

9. Apa sajakah jenis-jenis jamur?

10. Apa sajakah penyakit yang disebabkan oleh jamur?

C. Tujuan Pustaka

1. Untuk mengetahui pengertian virus.

2. Untuk mengetahui morfologi, struktur dan karakterisasi virus.

3. Untuk mengetahui proses patogenesis virus.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis virus.

5. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh virus.

6. Untuk mengetahui pengertian jamur.

7. Untuk mengetahui morfologi, struktur dan karakterisasi jamur.

8. Untuk mengetahui proses patogenesis jamur.

9. Untuk mengetahui jenis-jenis jamur.

10. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh jamur.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Virus

Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk dan

komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA.Partikelnya secara

utuh disebut “VIRION” yang terdiri dari “Capsid” yang dapat terbungkus oleh sebuah

Glycoprotein/membrane lipid. Virus resisten terhadap antibiotics.(Wesley, 1990).Virus

merupakan Partikel yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup Aseluler (bukan

merupakan sel) Berukuran sangat renik Di dalam sel inang virus menunjukkan ciri

makhluk hidup, sedangkan di luar sel menunjukkan ciri bukan makhluk hidup.Virus

adalah parasite berukuran microskopik yang menginfeksi sel organisme biologis, virus

hanya dapat bereproduksi dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel

mahluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi

sendiri.Dari dulu hingga sekarang, anak-anak sering mengalami suatu gangguan atau

penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Tetapi masih banyak orang tua yang

belum mengetahui cara untuk mengetahui jenis gangguan atau penyakit apa yang di alami

anak-anak secara dini, sehingga dalam pengobatan masih banyak orang tua yang salah

dalam pengobatan.

Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi

tak berdaya.Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA,

tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri

atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik

protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan

dalam daur hidupnya.Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang

menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel
tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang

jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).Penelitian

mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat

pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-

bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa

penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah

disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di

getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh

bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Ada

beberapa morfologi, struktur dan karakteristik virus diantaranya sebagai berikut :

1. Morfologi Virus

a. Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel).

b. Virus berukuran amat kecil , jauh lebih kecil dari bakteri, yakni berkisar antara 20

mµ – 300mµ (1 mikron = 1000 milimikron). untuk mengamatinya diperlukan

mikroskop elektron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 X.

c. Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA atau DNA).

d. Virus umumnya berupa semacam hablur (kristal) dan bentuknya sangat bervariasi.

Ada yang berbentuk oval , memanjang, silindris, kotak dan kebanyakan berbentuk

seperti kecebong dengan “kepala” oval dan “ekor” silindris.

e. Tubuh virus terdiri atas: kepala , kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan serabut

ekor.
2. Struktur Virus

Bentuk struktur virus kapsid membungkus materi genetik dari virus yang secara umum

dapat diklasifikasikan menurut strukturnya.Sebagian besar virus memiliki kapsid

dengan struktur heliks atau ikosahedral. Berikut ini adalah bentuk-bentuk kapsid virus:

a. Ikosahedral

Sesuai dengan namanya, virus ini berbentuk ikosahedron (bentuk tiga

dimensi yang memiliki 20 sisi).Bentuk ini sangat mudah dikenali karena bentuknya

yang simetris.Contoh virus dengan bentuk kapsid ini adalah virus demam dengue

(DENV) dan virus penyakit kuku dan mulut (FMDV).

b. Prolat

Bentuknya mirip dengan ikosahedral, tetapi memanjang pada

sumbunya.Bentuk prolat ini umumnya ditemukan pada kepala bakteriofage.

c. Helikal.

Pada virus ini, genom asam nukleat melilit di dalam kapsid protein

berbentuk silindris.Kapsid ini memiliki struktur seperti untaian benang.Contoh virus

dengan bentuk kapsid ini adalah Tobacco mosaic virus (TMV).

d. Kompleks.

Virus ini tersusun dari berbagai protein berbeda yang bekerja sama untuk

melindungi genom, menempel pada sel, dan menyuntikkan asam nukleat

kedalamnya. Contoh virus dengan struktur ini adalah Bacteriofage T4, ingat bahwa

bakteriofage memiliki kepala berbentuk prolat, dan struktur lain (leher dan kaki). Hal

ini membuat bakteriofage memiliki struktur kompleks.

e. Berselubung.

Beberapa virus memiliki selubung, artinya kapsid dilapisi oleh membran

lipid yang dikenal dengan nama selubung virus. Selubung ini berguna untuk
menghindari sistem kekebalan tubuh, sehingga virus dapat menginfeksi

inangnya.Contoh dari virus dengan struktur berselubung adalah Influenza virus dan

HIV.

3. Karakterisasi Virus.
a.Virus berukuran sangat kecil

Virus berukuran ultra mikroskopis dengan kisaran ukuran 20-300 nanometer

atau sekitar 50 kali lebih kecil dibanding bakteri.Karena ukurannya sangat kecil, virus

tak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya seperti yang biasa kita gunakan dalam

laboratorium melainkan menggunakan mikroskop elektron.Ukurannya yang sangat

kecil inilah yang memungkinkan virus mampu hidup dan berkembang bahkan

didalam sel yang paling kecil sekalipun.Virus bahkan dapat hidup dan menempel pada

hewan uniseluler, seperti bakteri misalnya.

b. Virus adalah parasit sejati/parasit obligat

Disebut parasit obligat, sebab virus tak dapat hidup maupun berkembang

tanpa adanya organisme lain. Dengan kata lain virus melanjutkan lingkaran

kehidupannya dengan cara mengeksploitasi makhluk hidup yang ditumpanginya.

Daur hidup virus sangat bervariasi antar spesies, namun secara umum terdapat

lima tahap utama dalam daur hidup virus, yaitu: tahap penempelan, tahap injeksi,

tahap sintesis, tahap perakitan, dan tahap lisis.


c.Virus memiliki bentuk yang beragam

Beberapa bentuk virus diantaranya adalah berbentuk helikal (seperti

kumparan atau spiral), ikosahedral (dibentuk dari 20 segitiga sama sisi yang

membentuk suatu ruangan), berbentuk bola yang terselubung membran, serta

berbentuk kompleks. 

d. Virus hanya memiliki satu asam nukleat, DNA atau RNA

Selain itu, virus bisa dikelompokkan sebagai benda mati sebab virus

tidak memiliki protoplasma serta bisa dikristalisasikan, juga bisa diklasifikasikan

sebagai makhluk hidup sebab dapat bereproduksi, melakukan metabolisme dan

memiliki susunan asam nukleat di dalam tubuhnya. Dengan keunikannya ini, virus

disebut sebagai benda peralihan (antara hidup dan mati) yang ketika berada diluar

organisme akan terkristalisasi, namun akan hidup kembali saat menemukan organisme

yang bisa ditinggalinya.

Selain mengenal morfologi, struktur dan karakterisasi virus, kita juga harus

mengetahui lebih jauh lagi bagaimana proses virus terbentuk hingga berada pada tuuh

makhluk hidup atau biasa disebut dengan patogenesis virus serta jenis-jenis virus.

1. Patogenesis Virus.

a. Pertahanan inang

Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan

kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi dan saluran urogenitalia.Infeksi

merupakan invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan

jaringan inang.Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada

patogenitasnya.Dengan kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen

penyebab penyakit, patogen oportunistik, nonpatogen.Agen penyebab penyakit

adalah bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (Salmonella spp.).Patogen


oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme

pertahanan inang diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem

pertahanan inang dikompromikan (diperlemah).Nonpatogen adalah bakteri yang

tidak pernah menjadi patogen.Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen

karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti

kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi.Contohnya, bakteri tanah

Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang

menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang.

Meskipun mudah rusak, kulit merupakan pembatas penting antara tubuh

dengan dunia luar.Untungnya, kebanyakan bakteri di lingkungan luar dapat diatasi

dengan sistem imun normal.Namun pasien dengan sistem imun rendah seperti pasien

kemoterapi kanker atau penderita AIDS terancam infeksi mikroba patogen

oportunistik.Bagian terluar kulit dan permukaan mukosa adalah lapisan sel-sel

epitel.Sel epitel pipih berlapis kulit sangat sulit ditembus oleh mikroba.Pada

permukaan kulit berkembang bakteri flora normal dan dapat berkompetisi dengan

mikroba patogen.Sel epitel mukosa berkembang dan membelah dengan cepat. Hanya

dalam waktu 36—48 jam sel epitel baru dapat bekerja efektif mengantikan sel epitel

lama. Pada lapisan mukosa juga dijumpai substansi pelindung (lisosim, laktoferin,

dan laktoperoksidase) terhadap invasi bakteri.Sel plasma lapisan submukosa mampu

menyekresi mukus yang berisi imunoglobulin (didominasi sIgA).

Mekanisme resistensi inang lainnya adalah kompetisi konsumsi besi.Besi

bebas dalam darah dan jaringan sangat dibutuhkan oleh bakteri meskipun dalam

jumlah sedikit.Transferin dan hemoglobin yang dengan cepat mengkonsumsi besi

bebas, sehingga tidak memungkinkan tersedianya besi bebas di jaringan inang.Sel

fagositosis berpatroli di seluruh peredaran darah dan jaringan dan menghancurkan


benda asing.Sel fagositosis didominasi oleh neutrofil, tetapi monosit, makrofag, dan

eosinofil turut serta.Aktivitas fagositosis terhambat jika jumlah bakteri sangat banyak

dan memiliki faktor virulensi, sehingga mampu bertahan terhadap aktivitas lisosim

dan pH asam.Aktivitas fagositosis gagal biasanya ditandai dengan peradangan di

lapisan submukosa dan bakteri hidup di makrofag.Ketika peradangan terjadi, maka

sel fagositosis bersama limfosit memulai sistem imun terhadap infeksi

bakteri.Selama interaksi sel bakteri dengan makrofag, sel T dan sel B atau antibodi

dengan sel termediasi imun berkembang untuk mencegah reinfeksi.

b. Patogenesis Termediasi Respons Inang

Patogenesis pada kebanyakan infeksi bakteri tidak dapat dipisahkan dari

respons imun inang.Kebanyakan kerusakan jaringan akibat respons inang daripada

faktor bakteri.Patogenesis termediasi respons inang dapat dilihat pada penyakit

tuberkulosis, dan leprosi tuberkuloid.Jaringan rusak pada infeksi-infeksi tersebut

disebabkan oleh faktor toksis yang dilepaskan oleh limfosit, makrofag, dan neutrofil

pada lokasi infeksi.kebanyakan respons inang sangat kuat, sehingga jaringan inang

rusak dan memungkinkan bakteri resisten memperbanyak diri.

c. Mekanisme patogenesis termediasi respons inang

Semua sel yang terlibat dalam sistem kekebalan berasal dari sumsum

tulang.Sel punca progenitor mieloid berkembang menjadi eritrosit, keping darah,

neutrofil, monosit. Sementara sel punca yang lain progenitor limfoid merupakan

prekursor dari sel T, sel B.

d. Sistem Pertahanan Dalam Tubuh Inang

Respons inflamasi tubuh merupakan salah satu sel tubuh yang timbul

sebagai akibat invasi mikroba pada jaringan. Respons ini terdiri dari aktivitas sel-sel

inflamasi, antara lain sel leukosit (polimorfonuklear, limfosit, monosit), sel


makrofag, sel mast, sel natural killer, serta suatu sistem mediator kimia yang

kompleks baik yang dihasilkan oleh sel (sitokin) maupun yang terdapat dalam

plasma. Sel fagosit, mononuklear maupun polimorfonuklear (lihat bab tentang

fagosit) berfungsi pada proses awal untuk membunuh mikroba, dan mediator kimia

dapat meningkatkan fungsi ini. Mediator kimia ini akan berinteraksi satu dengan

lainnya, juga dengan sel radang seperti komponen sistem imun serta fagosit, baik

mononuklear maupun polimorfonuklear untuk memfagosit dan melisis mikroba.

Mediator tersebut antara lain adalah histamin, kinin/bradikinin, komplemen,

prostaglandin, leukotrien dan limfokin.Respons inflamasi ini bertujuan untuk

mengeliminasi dan menghambat penyebaran mikroba.

Produk aktivasi komplemen yang pada mulanya melalui jalur alternatif

dapat meningkatkan aliran darah, permeabilitas pembuluh darah, keinotaksis dan

fagositosis, serta hasil akhir aktivasi komplemen adalah lisis mikroba.Prostaglandin,

leukotrien dan fosfolipid lainnya yaitu mediator yang merupakan hasil metabolit

asam arakidonat dapat menstimulasi motilitas leukosit yang dibutuhkan untuk

memfagosit mikroba dan merangsang agregasi trombosit untuk memperbaiki

kerusakan pembuluh darah yang ada.Prostaglandin juga dapat bekerja sebagai

pirogen melalui pusat termoregulator di hipotalamus.Dikatakan bahwa panas juga

merupakan mekanisme sel tubuh, tetapi sukar dibuktikan. Mikroba tertentu memang

tidak dapat hidup pada suhu panas tetapi suhu tubuh yang tinggi akan memberikan

dampak yang buruk pada pejamu.

Protein fase akut seperti C-reactive protein (CRP), protein yang mengikat

lipopolisakarida, protein amiloid A, transferin dan α1-antitripsin akan dilepaskan

oleh hati sebagai respons terhadap inflamasi. Peranannya dapat sebagai stimulator

atau inhibisi. Protein α1-antitripsin misalnya akan menghambat protease yang


merangsang produksi kinin. Transferin yang mempunyai daya ikat terhadap besi,

akan menghambat proliferasi dan pertumbuhan mikroba. Protein yang mengikat

lipopolisakarida akan menginaktifkan endotoksin bakteri Gram negatif.

Limfokin, yaitu sitokin yang dihasilkan limfosit, merupakan mediator yang

kuat dalam respons inflamasi. Limfokin ini dan sebagian diantaranya juga disekresi

oleh makrofag akan meningkatkan permeabilitas vaskular dan koagulasi,

merangsang produksi prostaglandin dan faktor kemotaksis, merangsang diferensiasi

sel induk hematopoietik dan meningkatkan pertumbuhan serta diferensiasi sel

hematopoietik, serta mengaktivasi neutrofil dan sel endotel. Sel radang yang ada

akan memfagosit mikroba, sedangkan monosit dan makrofag juga akan memfagosit

debris pejamu dan patogen yang tinggal sebagai hasil penyerangan enzim neutrofil

dan enzim lainnya. Fungsi makrofag akan ditingkatkan oleh faktor aktivasi makrofag

seperti komponen C3b, interferon γ dan faktor aktivasi makrofag yang disekresi

limfosit.

Jika mikroba berhasil melampaui mekanisme sel nonspesifik, terjadi

tahapan kedua berupa pertahanan spesifik yang dirangsang oleh antigen mikroba itu

sendiri, atau oleh antigen yang dipresentasikan makrofag.Tahapan ini terdiri atas

imunitas humoral dan imunitas selular. Imunitas humoral yang diperankan oleh

antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai hasil aktivasi antigen mikroba

terhadap limfosit B, akan menetralkan toksin yang dilepaskan mikroba sehingga

tidak menjadi toksis lagi. Antibodi juga akan menetralkan mikroba sehingga tidak

infeksius lagi. Antibodi juga bersifat sebagai opsonin, sehingga memudahkan proses

fagositosis mikroba (lihat bab tentang imunitas humoral). Antibodi juga berperan

dalam proses ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity) baik oleh sel Tc

maupun sel NK sehingga terjadi lisis sel yang telah dihuni mikroba. Antibodi juga
dapat mengaktifkan komplemen untuk melisis mikroba. Imunitas selular yang

diperankan oleh limfosit T melalui limfokin yang dilepas sel T akan meningkatkan

produksi antibodi oleh sel plasma, fungsi sel fagosit untuk memfagosit mikroba; dan

sel NK untuk melisis sel yang dihuni virus. Limfokin juga meningkatkan proliferasi

dan diferensiasi sel prekursor Tc serta fungsi sel Tc untuk melisis sel yang dihuni

mikroba. Inteleukin (IL)- 2, IL-12 dan IFN-γ meningkatkan imunitas selular.

Imunitas selular adalah mekanisme utama tubuh untuk terminasi infeksi mikroba

intraselular seperti infeksi virus, parasit dan bakteri intraselular.

Tahapan terakhir ini terdiri atas peningkatan respons imun baik melalui

aktivasi komplemen jalur klasik maupun peningkatan kemotaksis, opsonisasi dan

fagositosis. Sel makrofag dan limfosit T terus memproduksi faktor yang selanjutnya

akan meningkatkan lagi respons inflamasi melalui ekspresi molekul adesi pada

endotel serta merangsang kemotaksis, pemrosesan antigen, pemusnahan intraselular,

fagositosis dan lisis, sehingga infeksi dapat teratasi. Respons imun yang

terkoordinasi yang melibatkan sel T, antibodi, sel makrofag, sel PMN, komplemen

dan pertahanan nonspesifik lainnya akan terjadi pada kebanyakan infeksi.

2. Jenis-jenis Virus
a. Berdasarkan Asam Nukleatnya Virus dibedakan menjadi:

1) Virus DNA, contohnya: Poxvirus, Hepesviruses, Adenoviruses, Papovaviruses,

Parvoviruses

2) Virus RNA, contohnya: Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses,

Picornaviruses, Togaviruses, Reoviruses, Retroviruses

b. Berdasarkan Bentuk Dasarnya, Virus dibedakan menjadi:

1) Virus bentuk Ikosahedral. Bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama

sisi, dengan sumbu rotasi ganda, contohnya virus polio dan adenovirus.
2) Virus bentuk Heliks. Menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan suatu

struktur yang tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai

dan berbentuk heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA

virus dengan kapsomer, misalnya virus influenza, TMV.

3) Virus bentuk Kompleks. Struktur yang amat kompleks dan pada umumnya lebih

lengkap dibanding dengan virus lainnya. Contoh virus pox (virus cacar) yang

mempunyai selubung yang menyelubungi asam nukelat.

c. Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus dibedakan menjadi:

1) Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus

2) Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus

3) Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus

4) Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus

5) Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus

d. Berdasarkan sel Inangnya, virus dibedakan menjadi:

1) Virus yang menyerang manusia, contoh HIV

2) Virus yang menyerang hewan, contoh rabies

3) Virus yang menyerang tumbuhan, contoh TMV

4) Virus yang menyerang bakteri, contoh virus T

e. Berdasarkan Tempat Hidupnya

1) Virus bakteri (bakteriofage)

Bakteriofage adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri dengan

menyerbu bakteri. Dibandingkan dengan kebanyakan virus, ia sangat kompleks

dan mempunyai beberapa bagian berbeda yang diatur secara cermat. Semua virus

memiliki asam nukleat, pembawa gen yang diperlukan untuk menghimpun

salinan-salinan virus di dalam sel hidup.Virus bakteriofage mula-mula ditemukan


oleh ilmuwan Prancis, D'Herelle.Bentuk luar terdiri atas kepala yang berbentuk

heksagonal, leher, dan ekor.Bagian dalam kepala mengandung dua pilinan

DNA.Bagian leher berfungsi menghubungkan bagian kepala dan ekor.Bagian

ekor berfungsi untuk memasukkan DNA virus ke dalam sel inangnya.

2) Virus tumbuhan

Virus TMV(Tobaco mosaic Virus), dan Virus yang parasit pada sel

tumbuhan. Contoh virus yang parasit pada tumbuhan: Tobacco Mozaic Virus

(TMV) dan Beet Yellow Virus (BYV).

3) Virus hewan

Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: virus

Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus Influenza

f. Berdasarkan Punya Tidaknya Selubung Virus :

1) Virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus)

Virus ini memiliki nukleokapsid yang dibungkus oleh

membran.Membran terdiri dari dua lipid dan protein, (biasanya

glikoprotein).Membran ini berfungsi sebagai struktur yang pertama tama

berinteraksi.Contoh: Herpesvirus, Corronavirus, dan Orthomuxovirus.

2) Virus yang tidak memiliki selubung

Hanya memiliki capsid (protein) dan asam nukleat (naked

virus).Contoh: Reovirus, Papovirus, dan Adenovirus.

Adapun beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah sebagai berikut:

1. HIV/AIDS

a. Pengertian HIV/AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency

Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus

HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,

FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat

HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang

terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah

terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju

perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.HIV

dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara

lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air

susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun

oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama

kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-

cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika

Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah

menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja

sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih

dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan

demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah.

AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada

tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.

Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga

memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya


manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat

kematian dan parahnya infeksi HIV.

b. Etiologi HIV AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi

HIV/AIDS.Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4

< 200µL meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik.HIV

ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari

kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui

laktasi.Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV

dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy

Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga

disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam

rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk

kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).Penyebab adalah golongan virus retro

yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan

AIDS terdiri dari lima fase yaitu:

1) Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada

gejala.

2) Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like

illness.

3) Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada.

4) Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam

hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi

mulut.
5) AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem

tubuh, dan manifestasi neurologis.

c. Patofisiologi HIV AIDS

Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh manusia diawali dari interaksi

glikoprotein (g.p120) pada selubung HIV berikatan dengan reseptor spesifik CD4

yang terdapat pada permukaan sel target. Limfosit CD4+ merupakan target utama

infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul-molekul gp120 dari

selubung virus. Limfosit CD4+ berfungsi mengoordinasikan sejumlah fungsi

immunologis yang penting.Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon

imun yang progresif.Interaksi gp120 HIV dengan CD4 mengakibatkan terjadi ikatan

antara HIV dan sel target.Ikatan semakin diperkuat dengan kehadiran ko-reseptor

(CCR5 dan CXCR4) yang memungkinkan gp41 menjalankan fungsinya untukm

memperantai masuknya virus ke dalam sel target.Melalui gp41 terjadi fusi membran

HIV dengan membran sel target. Fusi antar kedua membran memungkinkan seluruh

isi sitoplasma HIV termasuk enzim reverse trancriptase dan inti masuk ke dalam

sitoplasma sel target. Setelah masuk ke dalam sel target, HIV melepaskan single

strain RNA

(ssRNA). Enzim reverse trancriptase akan menggunakan RNA sebagai

template untuk mensintesis DNA. Kemudian RNA dipindahkan oleh ribononuklease

dan enzim reverse trancriptase untuk mensintesis DNA lagi sehingga menjadi double

strand DNA yang disebut sebagai provirus. Provirus masuk ke dalam nukleus,

menyatu dengan kromosom sel host dengan perantara enzim integrase.Penggabungan

ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif untuk melakukan transkripsi dan

translasi.Kondisi provirus yang tidak aktif ini.Struktur Human Immunodeficiency


Virus disebut sebagai keadaan laten. Agar dapat mengaktifkan provirus dari keadaan

laten tersebut memerlukan proses aktivasi dari sel host. Bila sel host ini teraktivasi

oleh induktor seperti antigen, sitokin, atau faktor lain maka sel akan memicu nuclear

factor sehingga menjadi aktif dan berikatan pada 5’LTR (Long Terminal Repeats)

dan menginduksi terjadinya replikasi DNA. Enzim polimerase mentranskip DNA

menjadi RNA yang secara struktur berfungsi sebagai RN genomik dan RNA.RNA

keluar dari nukleus kemudian mRNA mengalami translasi menghasilkan

polipeptida.Polipeptida yang terbentuk bergabung dengan RNA menjadi inti virus

baru.Inti ini membentuk tonjolan pada permukaan sel dan kemudian polipeptida

mengalami deferensiasi fungsi yang dikatalisasi oleh enzim protese menjadi protein

dan enzim yang fungsional. Inti virus baru dilengkapi dengan bahan selubung yaitu

kolesterol dan glikolipid dari permukaan sel host guna membentuk envelope. Dengan

demikian akhirnya terbentuk virus baru yang lengkap dan matur. Virus yang matur

ini keluar dari sel target untuk menyerang sel target berikutnya. Dalam satu hari

replikasi HIV dapat menghasilkan virus baru, jumlahnya dapat mencapai 10 miliar.

Secara perlahan tetapi pasti limfosit T penderita akan tertekan dan semakin

menurun dari waktu ke waktu akibat proses kematian sel limfosit yang terinfeksi

tersebut. Penurunan jumlah limfosit T CD4 secara dramatis dari normal berkisar 600-

1200 sel/mm3 menjadi 200/mm3 atau lebih rendah lagi. Semua mekanisme tersebut

menyebabkan penurunan sistem imun sehingga pertahanan individu terhadap

mikroorganisme patogen menjadi lemah dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi

sekuder sehingga masuk ke dalam stadium AIDS.


d. Epidemiologi HIV AIDS

Sindrom AIDS pertama kali dilaporkan dari Amerika Serikat pada tahun

1981. Sejak saat itu jumlah Negara yang melaporkan kasus AIDS meningkat yaitu 8

negara pada tahun 1981 ada 53 negara, dan 153 pada tahun 1996, begitu pula

halnya dengan jumlah kasus AIDS meningkat cepat, pada tahun 1981 sebanyak 185

kasus menjadi 237.100 kasus pada tahun 1990 dan tahun 2013 sebanyak 35,3 juta

kasus. Menurut para ahli epidemiologi Internasional, di Amerika Serikat dan Eropa

bagian Utara epidemi terutama terdapat pada pria yang berhubungan seksual dengan

pria, sementara di Eropa bagian Selatan dan Timur, Vietnam, Malaysia, India Timur

Laut, dan Cina insidensi tertinggi adalah pada pengguna obat suntik. Di Afrika,

Amerika Selatan dan sebagian besar Negara di Asia Tenggara jalur penularan yang

dominan adalah secara heteroseksual dan vertical.30

Di Indonesia kajian tentang kecenderungan epidemi HIV/AIDS

memproyeksikan pada peningkatan upaya penanggulangan yang bermakna, maka

pada tahun 2012 jumlah kasus HIV/ AIDS ada 39 ribu jiwa, sementara itu 3.541

kasus baru muncul pada Januari- September 2012, dengan kematian 100.000 orang

dan pada tahun 2015 menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang.

Penularan dari sub-populasi berperilaku berisiko kepada istri atau pasangannya akan

terus berlanjut. Di Timor Leste kasus HIV/AIDS pertama kali dilaporkan pada

tahun 2003, dengan total kumulatif 235 kasus positif HIV, kasus tersebut dilaporkan

kepada bagian program Surveilans Nasional pada Desember 2011, di antaranya 51%

terjadi pada umur antara 15-49 tahun dan 8% pada anak-anak dibawah umur 5 tahun,

di antara kasus yang dilaporkan 43% positif HIV pada laki-laki sedangkan pada

wanita 57%, hampir semua yang ditemukan hidup dengan HIV berada di daerah
perkotaa terutama di Ibu kota DiliPada epidemiologi AIDS akan diuraikan mengenai

faktor agent, factor host dan faktor environment.

1) Penyebab penyakit (Agent)

HIV merupakan virus penyebab AIDS termasuk golongan retrovirus

yang muda mengalami mutasi, sehingga sulit membuat obat yang dapat

membunuh virus tersebut. Virus HIV sangat lemah dan muda mati di luar

tubuh.HIV termasuk virus yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air

mendidih, sinar matahari dan berbagai desinfektan.

2) Tuan rumah (Host)

Distribusi golongan umur penderita HIV/AIDS di Amerika, Eropa,

Afrika maupun di Asia tidak jauh berbeda.Kelompok terbesar berada pada umur

15-45 tahun, mereka termasuk kelompok umur yang aktif melakukan hubungan

seksual.Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun

heteroseksual merupakan pola transmisi utama.Kelompok masyarakat berisiko

tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seksual dengan banyak mitra

seks, kaum homoseksual atau biseksual. Di Cina 2009-2010 ada 57,9% 2011-2012

menjadi 69,0% kelompok homoseksual sangat meningkat dan menjadi rute

dominan transmisi HIV di Cina, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki

(LSL) antara kelompok usia 21-30 tahun yang sudah menikah 42,4%, sedangkan

yang belum menikah 61,6%.

3) Faktor lingkungan (Environment)

Faktor lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi luar yang

mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi,seperti halnya

penyakit HIV/AIDS. Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi kejadian

HIV/AIDS pada laki-laki umur 25-44 tahun adalah: transfusi darah (pendonor
maupun penerima), penggunaan narkoba, kebiasaan konsumsi alkohol,

ketersediaan sarana di pelayanan kesehatan (kondom), faktor sosial budaya

dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, akses ke tempat PSK, akses ke

pelayanan kesehatan.

e. Gambaran Klinis HIV AIDS

1) Fase 1 Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar

dan terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan

tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja

terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan

sembuh sendiri).

2) Fase 2 Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini

individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat

menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan,

seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).

3) Fase 3 Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.

Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu

malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak

sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat

badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai

berkurang.

4) Fase 4 Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan

tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu

yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang

menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya

sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare
parah berminggu – minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan

mental dan sakit kepala.

f. Pencegahan HIV AIDS

Secara umum Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C,

D, E) yaitu: A: Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko

tinggi, terutama seks pranikah B: Be faithful – saling setia C: Condom –

menggunakan kondom secara konsisten dan benar D: Drugs – menolak penggunaan

NAPZA E: Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama.Untuk pengguna Napza

Pecandu yang IDU dapat terbebas dari penularan HIV/AIDS jika: mulai berhenti

menggunakan Napza sebelum terinfeksi, tidak memakai jarum suntik bersama.Untuk

remaja Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, menghindari penggunaan

obat-obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik, tidak melakukan kontak

langsung percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV, menghindari

perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung

jawab.

g. Pengobatan HIV AIDS

Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada

adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik.Obat antiretroviral adalah obat yang

dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan

virus.Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine,

Stavudine.Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang

muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting untuk

pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya,

contoh: obat-obat anti TBC, dll.


2. Corona

a. Pengertian Corona

Covid-19 merupakan singkatan dari Coronavirus disease 2019. Penyakit

ini disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan pertama kali pada akhir

Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok.Serupa dengan penyakit akibat coronavirus

lainnya, virus Covid-19 juga menyerang sistem pernapasan.Pemerintah Tiongkok

mengonfirmasi kebenaran adanya virus baru ini pada badan kesehatan dunia, WHO,

pada 7 Januari 2020.Virus ini pertama kali diperkenalkan sebagai novel coronavirus

2019 (2019-nCoV). Novel berarti baru, sehingga memiliki arti bahwa ini adalah

virus corona yang baru ditemukan dan belum pernah menginfeksi ke orang

lain.Awalnya, virus penyebab Covid-19 ini diduga menular dari hewan kelelawar

dan ular ke manusia.Tempat penularan pertama diduga terjadi di pasar hewan liar

Huanan, Provinsi Hubei, Tiongkok.Namun, melihat perkembangannya kini, para ahli

meyakini bahwa virus ini telah bermutasi lagi dan dapat menyebar dari manusia ke

manusia. WHO kemudian menyepakati nama virus penyebab Covid-19 sebagai

SARS-CoV-2.

Pada 30 Januari 2020, WHO menetapkan wabah Covid-19 sebagai darurat

global. Status tersebut kemudian ditingkatkan menjadi pandemi global pada 11

Maret 2020.Indonesia sendiri termasuk ke dalam salah satu negara yang “menyusul”

negara-negara lain dalam wabah ini. Presiden Republik Indonesia melalui kepala

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNPB), telah menetapkan Wabah

Corona Virus atau Covid-19 sebagai bencana nasional pada 14 Maret 2020.

b. Etiologi Corona

Seperti yang telah disebutkan, Covid-19 disebabkan oleh virus corona

jenis baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona
baru ini kemudian diberi nama SARS-CoV-2.Journal of Medical Virology

menyebutkan bahwa kasus awal penyakit ini diakibatkan oleh paparan daging hewan

liar di pasar makanan laut Huanan, yang juga menjual hewan-hewan liar, seperti

unggas dan kelelawar.Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa virus corona yang

menginfeksi manusia pada akhir Desember 2019 adalah berasal dari ular.Pada awal

kemunculannya, kasus ini diyakini menular dari melakukan kontak langsung dengan

hewan pembawa coronavirus.Meski begitu, jumlah infeksi yang kian meluas bahkan

di luar Tiongkok diyakini bahwa Covid-19 menular dari manusia ke manusia melalui

cairan yang dikeluarkan oleh sistem pernapasan (droplets).Air liur yang keluar saat

bicara atau bersin adalah droplets.Beberapa kemungkinan yang dapat menularkan

virus corona baru (SARS-CoV-2) ini, antara lain:

1) Melalui droplets (cairan/liur yang keluar saat batuk dan bersin tanpa menutup

mulut, bahkan berbicara).

2) Melalui sentuhan atau jabat tangan orang yang terinfeksi.

3) Menyentuh permukaan atau benda yang terdapat virus, kemudian menyentuh

hidung, mata, atau mulut.

4) SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19 memiliki masa hidup yang

berbeda-beda ketika berada di luar tubuh (permukaan benda),

misalnya:Permukaan tembaga, mampu hidup hingga 4 jam, Karton/kardus, hingga

24 jam, Plastik dan stainless steel, hingga 2-3 jam.

c. PatofisiologiCorona

Secara patofisiologi, pemahaman mengenai COVID-19 masih perlu studi

lebih lanjut. Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi di

saluran napas bawah.2 Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 sebagai reseptor,

sama dengan pada SARS-CoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-binding domain)


termasuk RBM (receptorbinding motif) pada SARS-CoV-2 kontak langsung dengan

enzim ACE 2 (angiotensin-converting enzyme 2).Hasil residu pada SARS-CoV-2

RBM (Gln493) berinteraksi dengan ACE 2 pada manusia, konsisten dengan

kapasitas SARS-CoV-2 untuk infeksi sel manusia.Beberapa residu kritis lain dari

SARS-CoV-2 RBM (Asn501) kompatibel mengikat ACE2 pada manusia,

menunjukkan SARS-CoV-2 mempunyai kapasitas untuk transmisi manusia ke

manusia. Analisis secara analisis filogenetik kelelawar menunjukkan SARS-CoV-2

juga berpotensi mengenali ACE 2 dari beragam spesies hewan yang menggunakan

spesies hewan ini sebagai inang perantara. Pada penelitian 41 pasien pertama

pneumonia COVID-19 di Wuhan ditemukan nilai tinggi dari IL1β, IFNγ, IP10, dan

MCP1, dan kemungkinan mengaktifkan respon sel T-helper-1 (Th1). Selain itu,

berdasarkan studi terbaru ini, pada pasien-pasien yang memerlukan perawatan di

ICU ditemukan konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα

dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan di ICU. Hal tersebut

mendasari kemungkinan adanya cytokine storm yang berkaitan dengan tingkat

keparahan penyakit.Selain itu, pada infeksi SARS-CoV2 juga menginisiasi

peningkatan sekresi sitokin T-helper-2 (seperti IL4 dan IL10) yang berperan dalam

menekan inflamasi, yang berbeda dengan infeksi SARS-CoV.

d. Epidemiologi Corona

Penyakit akibat infeksi SARS-CoV-2 pada manusia pertama kali terjadi

pada akhir Desember 2019. Pendekatan jam molekuler menyatakan waktu infeksi

yang serupa atau sedikit lebih awal. Wabah penyakit pertama kali terdeteksi di Kota

Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada pertengahan Desember 2019. Virus ini

kemudian menyebar ke Thailand (Bangkok); Jepang (Tokyo); Korea Selatan (Seoul);

provinsi lain di Tiongkok Daratan; Hong Kong; Taiwan (Taoyuan); dan kemudian ke


dunia internasional. Korban jiwa berjumlah 1.669 orang yang sebagian besar berada

di Wuhan dan sekitarnya, dengan 69.268 kasus per 15 Februari 2020. Pada 30

Januari 2020, wabah akibat SARS-CoV-2 ditetapkan sebagai darurat kesehatan

global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO menciptakan istilah

sementara "penyakit pernapasan akut 2019-nCoV" untuk menggambarkan penyakit

yang disebabkan oleh virus tersebut.

e. Gambaran Klinis Corona

Ciri-ciri virus Corona pada gejala awal mirip flu sehingga kerap

diremehkan pasien.Namun, berbeda dengan flu biasa, infeksi virus Corona atau

COVID-19 berjalan cepat, apalagi pada pasien dengan masalah kesehatan

sebelumnya.Gejala ringan kasus infeksi virus Corona atau COVID-19: Batuk, Letih,

Sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh. Secara umum merasa tidak enak

badan.Gejala berat kasus infeksi virus Corona atau COVID-19: Kesulitan bernapas,

Infeksi pneumonia, Sakit di bagian perut, Nafsu makan turun.

Ciri-ciri virus Corona atau COVID-19 dan gejalanya kebanyakan muncul

2-10 hari setelah kontak dengan virus.Tapi pada beberapa kasus, ciri-ciri awal

Coronavirus dan gejalanya baru muncul sekitar 24 hari. Untuk membedakan ciri-ciri

awal Corona dan flu biasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu dalam 14

hari sempat bepergian ke negara yang dianggap sumber virus Corona, Sempat kontak

dengan pasien yang mengalami infeksi Corona. Kasus infeksi virus Corona atau

COVID-19 yang masih mewabah bisa dicegah dengan cara yang sederhana.

f. Pencegahan Corona

1) Cuci tangan

Saat cuci tangan dengan sabun dan air minimal dilakukan selama 20

detik. Jika tak ada air dan sabun bisa dengan hand sanitizer dengan kandungan
alkohol minimal 60 persen. Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan setelah

beraktivitas.

2) Jangan menyentuh tempat umum

Ketika berada di fasilitas umum, sebaiknya jangan menyentuh tombol

lift, pegangan pintu, pegangan tangga atau eskalator.Jika harus menyentuh,

sebaiknya gunakan tisu atau lengan baju dan segera cuci tangan setelahnya.

3) Hindari keramaian

Kasus infeksi virus Corona atau COVID-19 mudah menyerang saat di

tempat ramai.Karena itu, usahakan tidak berada di keramaian apalagi dalam

ruangan berventilasi buruk.Bila terpaksa berada di keramaian, jangan

sembarangan menyentuh wajah, hidung, dan mata, apalagi bila belum cuci tangan.

4) Rajin membersihkan rumah

Bersih-bersih rumah menggunakan cairan disinfektan menjadi upaya lain

mencegah kasus infeksi virus Corona atau COVID-19. Setelah cara-cara

pencegahan ini dilakukan, jangan lupa gunakan masker saat beraktivitas di luar

rumah.

g. Pengobatan Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada

beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan

mencegah penyebaran virus, yaitu:

1) Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah

sakit yang ditunjuk.

2) Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi

penderita.

3) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk istirahat yang cukup.


4) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga

kadar cairan tubuh.

B. Pengertian Jamur

Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa filament

(bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan mempunyai

dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya.Sebagian besar dari 100.000

spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organic mati, yaitu

membantu pelapukan.Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies, menyebabkan

penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan,

sebagian besar dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau anggota

tubuh.Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada

tanaman.Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit

dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan (Agrios, 1996).

Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap

hubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demikian dikenal

dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain membutuhkan tumbuhan inang untuk

sebagian daur hidupnya tetap dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati

maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian disebut parasit nonobligat (Agrios,

1996). Jamur yang beranekaragam jenisnya tersebut biasanya hidup secara berkelompok

walaupun ada yang hidup secara soliter atau sendiri.Salah satu kelompok jamur yang dapat

dilihat secara kasat mata karena ukuran basidiokarpnya (tubuh buah) yang besar termasuk

dalam divisio Basidiomycota.Basidiomycota merupakan jenis jamur dengan basidiokarp

yang tumbuh dalan aneka bentuk, warna dan ukuran.Jamur dari divisio Basidiomycota

merupakan jamur yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar kita, baik itu di tanah

lembab, batang-batang kayu lapuk/mati, maupun pada tumpukan sampah.Kebanyakan


orang melihat jamur Basidiomycota dalam bentuk cendawan yang muncul di jalan setapak

dan di kebun.Dari aneka jamur Basidiomycota yang dapat ditemukan ada yang

menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia.

Jamur mempunyai tubuh mulai dari yang sederhana yaitu1 sel atau uniseluler,

kemudian bentuk serat atau filamen sampai dengan bentuk yang lengkap, artinya sudah

menyerupai jaringan lengkap seperti halnya pada tanaman biasa.Kehidupan jamur dapat

menjadi jasad yang saprofitik ataupun jasad yang parasitik.Kalau kemudian kehidupan

jamur ditelaah dari segi sifat kehidupan mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk

jasad yang heterotrofik. Artinya untuk keperluan kehidupannya mempunyai

ketergantungan sumber nutrien (zat/sumber makanan) terutama untuk karbohidrat, dari

sumber lain yang sudah ada, misalnya dari kotoran/buangan, dari tanaman ataupun hewan

yang sudah mati, dan sebagainya. Jamur dikelompokkan dalam dunia jamur (fungi) atau

Mycetae.Diantara sekitar 100.000 jenis jamur, sebagai besar melalui hidup sebagai

saproba yang berjasa karena melakukan dekomposisi bahan-bahan organik mati.Lebih

kurang 50 jenis menyebabkan penyakit pada manusia, dan 50 jenis menyebabkan penyakit

pada hewan, kebanyakan menimbulkan penyakit kulit.Diperkirakan bahwa lebih dari

8.000 jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan.morfologi, struktur dan

karakterisasi jamur diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Morfologi Jamur

Jamur terdiri dari kapang dan khamir.Kapang merupakan fungi yang

berfilamen dan multiseluler, khamir berupa sel tunggal dengan pembelahan sel melalui

pertunasan struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya.Ada jamur yang satu sel,

misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang

ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu.Tubuh jamur tersusun dari

komponen dasar yang disebut hifa.Hifa membentuk jaringan yang disebut


miselium.Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.Pada umumnya

sel kamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil

tiddak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangay beragam ukuranya, berkisar antara

1 sampai 5 µm lebar dan panjangnya dari 5 sampai 30 µm tau lebih. Biasanya

berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola.Setiap

spesies mempunyai bentuk yang khas.Tubuh atau talus, pada dasarnya memiliki dua

bagian : miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan

kumpulan beberapa filament yang dianmakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10µm,

dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 µm.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding

berbentuk pipa.Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma

hifa.Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.Kebanyakan hifa dibatasi oleh

dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati

ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan

tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik

dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan

sitoplasma.Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi

menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria

dapat menembus jaringan substrat.Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu :

Aseptat atau senosit.Hifa seperti ini tidak mempunyai dindingsekat atau

septum.Septet dengan sel-sel uninukleat.Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau

sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang

memungkinkan perpindahan nucleus atau sitoplasma dari satu ruang ke ruang lain.

Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane
sebagaimana halnya pada sel yang khas.Septet dengan sel-sel multinukleat.Septum

membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nucleus dalam setiap ruang.

Miselium dapat vegetative (somatic) atau reprodutif.Beberapa hifa dari

miselium somatic menembus ke dalam medium untuk mendapatkan zat

makanan.Miselium reproduksi bertanggungjawab untuk pembentukan spora dan

biasanya tumbuh meluar ke udara dari mideum.

2. Struktur Jamur

Tubuh jamur tersusun oleh sel-sel eukariotik yang memiliki dinding sel dan

zat kitin.Zat kitin tersusun atas polisakarida yang mengandung nitrogen, bersifat kuat,

tetapi fleksibel. Zat kitin pada jamur mirip dengan zat kitin yang ditemukan pada

kerangka luar serangga atau Arthropoda lain. Fungi tidak memiliki klorofil, oleh karena

itu fungi tergolong organisme heterotrof.Meskipun bersifat heterotrof, fungi tidak

mencerna makanannya di dalam tubuh.Sel-sel penyusun tubuh jamur makroskopis

memanjang membentuk benang yang disebut hifa.Hifa bercabang cabang membentuk

jaringan yang disebut miselium.Miselium menyusun jalinan-jalinan membentuk tubuh

buah.Hifa merupakan struktur menyerupai benang yang terdiri atas satu atau banyak sel

yang dikelilingi dinding berbentuk pipa.Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-

sekat antar sel yang disebut septa. Septa memiliki celah atau pori yang cukup besar

sehingga organel sel dapat mengalir dan suatu sel ke sel lainnya. Sel jamur mengandung

organel eukariotik, antara lain mitokondria, ribosom, dan inti sel (nukleus).Pada

beberapa jenis jamur lainnya, hifa tidak memiliki sekat sehingga disebut asepta. Oleh

karena tidak memiliki sekat, hifa jamur asepta merupakan massa sitoplasma yang

panjang dan mengandung ratusan hingga ribuan nukleus; disebut hifa senositik. Jumlah

inti sel yang banyak merupakan hasil pembelahan inti sel yang berulang ulang tanpa

disertai pembelahan sitoplasma.


Hifa yang bercabang-cabang membentuk miselium memungkinkan

terjadinya perluasan permukaan bidang absorpsi (penyerapan) sehingga sangat cocok

sebagai alat penyerap nutrisi. Diperkirakan, 10 cm3 tanah organik yang subur dapat

ditumbuhi hifa jamur berdiameter 10 µm sepanjang 1 km. Jamur yang hidup parasit

pada organisme lain memiliki hifa yang termodifikasi menjadi haustorium. Haustorium

adalah ujung hifa yang menembus jaringan inang dan berfungsi untuk menyerap sari

makanan.Hifa pada sebagian miselium ada yang berdiferensiasi dan termodifikasi

membentuk alat reproduksi untuk menghasilkan spora.Miselium yang menghasilkan

spora disebut miselium generatif.

3. Karakterisasi Jamur

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya

mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat

menjadi satu.Ciri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya

terpaksa heterotrof.Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan

kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Dwidjoseputro, 1998).Menurut Agrios (1996),

Sebagian besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti tumbuhan yang lebih kurang

terdiri dari filament (benang) memanjang, bersambung, bercabang, mikroskopis,

mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh jamur disebut miselium, dan cabang-cabang

tunggal atau filament dari miselium disebut hifa.Umumnya tebal hifa atau miselium

seragam. Beberapa jenis jamur diameter hifanya hanya 0,5 m, sedangkan jamur yang

lain tebalnya dapat lebih dari 100 m. Panjang miselium pada beberapa micrometer,

tetapi ada jenis jamur lain yang dapat menghasilkan benang miselium sepanjang

beberapa meter (Agrios, 1996). Habitat adalah tempat yang mempunyai sumber nutrien

(bahan makanan) untuk tempat pertumbuhan jamur yang sesuai.Sumber nutrien

dimaksud dapat berbentuk karbohidrat, lemak, protein serta senyawa lainnya.Karenanya


sejak tanah, air, bahan makanan, hewan, tanaman sampai dengan manusia, rata-rata

sesuai sebagai tempat tumbuh dan perkembangan jamur.Kehadiran jamur pada suatu

substrat mungkin bersifat normal, yang artinya jamur tersebut selalu didapatkan.Tetapi

mungkin bersifat transien (sementara) yang disebabkan oleh pengaruh luar. Pengaruh

luar yang dimaksud adalah antara lain adanya penambahan bersama bahan lain, terbawa

oleh hewan ataupun terbawa bersama peralatan dan benda-benda lainnya.Pada beberapa

jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau dua inti per sel

(celluer).

Miselium yang lain bersifat saenositik (caenocytik), yaitu mengandung inti

dan keseluruhan miselium berupa satu sek multi inti yang bersambung, tubular (seperti

pipa), bercabang atau tidak bercabang atau miselium tersebut dibagi oleh dinding

melintang (septa), setiap sigmen menjadi hifa multi inti. Pertumbuhan miselium terjadi

pada ujung hifa Sebagian besar jamur berkembang baik dengan spora. Spora mungkin

di bentuk secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang

terspesialisasi, spora, tahap melibatkan kariogami dan miosis) atau sebagai hasil proses

seksual. Reproduksi seksual terjadi pada sebagian besar jamur. Beberapa diantaranya,

dua sel (gamet) yang sama ukuran dan bentuknya bersatu dan menghasilkan zigot, yang

disebut zigospora. Pada sekelompok besar jamur tidak diketahui reproduksi secara

seksual, baik karena jamur tersebut tidak mempunyai reproduksi secara seksual atau

karena belum ditemukan. Nampaknya jenis jamur tersebut hanya berkembang biak

secara aseksual.
Selain morfologi, struktur dan karakterisasi jamur ada juga dikenal dengan

patofisiologi jamur dan jenis-jenis jamur diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Patofisiologi Jamur
a. Tahap Akuisisi

Tahap akuisisi adalah masuknya sel jamur ke dalam rongga

mulut.Umumnya terjadi melalui minuman dan makanan yang terkontaminasi oleh

Candida albicans.

b. Tahap Stabilitas Pertumbuhan

Tahap stabilitas pertumbuhan adalah keadaan ketika Candida albicans

yang telah masuk melalui akuisisi dapat menetap, berkembang, dan membentuk

populasi dalam rongga mulut.Hal itu berkaitan erat dengan interaksi antara sel

jamurdengan sel epitel rongga mulut hostpes.Pergerakan saliva yang terjadi secara

terus menerus mengakibatkan sel Candida albicans tertelan bersama saliva dan

keluar dari dalam rongga mulut karena saliva memiliki kemampuan untuk

menurunkan perlekatan Candida albicans.Apabila penghilangan lebih besar

dibanding akuisisi maka tidak terjadi kolonisasi. Apabila penghilangan sama banyak

dengan akuisisi maka agar terjadi kolonisasi diperlukan faktor predisposisi. Apabila

penghilangan lebih kecil dibanding akuisisi maka Candida Albicans akan melekat

dan bereplikasi, hal ini merupakan awal terjadinya infeksi. Beberapa faktor

predisposisi seperti pemakaian gigi palsu, khususnya jika mengakibatkan rasa sakit

dan diiringi kondisi rongga mulut yang tidak bersih, dapat menjadi substrat bagi

pertumbuhan Candida albicans.

c. Tahap Perlekatan (adhesi) dan Penetrasi

Adhesi adalah interaksi antara sel Candida albicans dengan sel pejamu

yang merupakan syarat berkembangnya infeksi.Kemampuan melekat pada sel inang


merupakan tahap penting dalam merusak sel dan penetrasi (invasi) ke dalam sel

inang. Enzim fosfolipase yang dimiliki oleh Candida albicans akan memberikan

kontribusi dalam mempertahankan infeksi. Iritasi fisik karena penetrasi terus

menerus dapat menyebabkan luka lokal yang dapat digunakan sebagai jalan masuk

jamur.

2. Jenis Jamur

Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang biologi yang

disebut mikologi.Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke

dalam 4 divisi.Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-

ciri.Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela

maupun spora tidak berfl agela.Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela

dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan

yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi

menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi

Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi

seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi

kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

a. Zygomycotina

Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur

yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold)

atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya

hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel

banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora

yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual.Pada

reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora.Sedangkan reproduksi

aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora.Spora tersebut tersimpan di

dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,

sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat

yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.Reproduksi seksual atau

generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang

berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan.

b. Ascomycotina

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang

reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau

kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan

askospora.Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk

tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut

askomata).Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon).Hifa dari

Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan

sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.Tubuhnya ada yang berupa uniseluler

dan ada pula yang multiseluler.Hidup sebagai saprofi t dan parasit.Beberapa jenis

diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan

ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.Siklus hidup Ascomycotina

dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-

cabang.Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi

menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa.Sedangkan ujung

hifa yang lainnya membentuk Anteridium.Anteridium dan Askogonium tersebut


letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.Pada askogonium

tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium.

Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk

tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan

spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut

terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut

konidia.Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar

kotak spora atau sporangium.

c. Basidiomycotina

Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau

yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms).Jamur ini

bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian

menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau

basidiokarp (Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti

insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya

dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling

mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks.Anggota nya

kebanyakan berupa jamur makroskopis.Kelompok ini memiliki miselium yang

bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran-

lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan

parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.Siklus hidup

Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi

hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik).Hifa tersebut kemudian tumbuh

membentuk miselium.Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan

pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing
dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya,

sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik).Sel dikariotik tersebut akhirnya

tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah

(basidiokarp).Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung.Pada bagian bawahnya

terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela).Masingmasing basidium

memiliki 2 inti (2n).Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya

terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti

haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora

seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.

d. Deuteromycotina

Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya

dimasukkan ke dalam Deuteromycotina.Kelompok jamur ini juga sering disebut

sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi.Jamur ini tidak mengalami

reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur

yang memiliki tahap seksual (teleomorph).Jamur ini menyerupai Ascomycotina

(septanya sederhana).Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang

sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas

statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi

seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa

dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina.

Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok

Ascomycotina.Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara

aseksual dengan konidia.Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung

pada hifa yang bebas.Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan

yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain
merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai

cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.Beberapa jamur

parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh

korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya

mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel

atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain

adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan

menumpangi dan melekat pada amuba.Salah satu kelompok jamur penghuni tanah

ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau

hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan

run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam

cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan

mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur

tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur

tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh

cacing dan mencernanya.

Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya

menyebabkan penyakit.Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki

atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. menyebabkan penyakit

kurap atau panu.Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga

sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia

adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi,

tetapi sifat hidupnya adalah parasit.Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit

keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada vagina.


e. Oomycotina (Jamur Air)

Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi

seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak

memiliki kloroplas.

Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan

dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang

membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang

terjadi pada daur hidup jamur air.Sementara jamur sejati tidak memiliki fl

agella.Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa

tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air.Meraka hidup sebagai pengurai dan

berkoloni.Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang

terluka sebagai parasit.Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan

Phytoptora infestans.Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat

menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan

tomat.Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual.Secara aseksual,

jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa.Di dalam sporangium tersebut,

dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora.

f. Myxomycotina

Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange,

walaupun ada sebagian yang berwarna terang.Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup

secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir

merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat

tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter.Walaupun

berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa

tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan


makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan

pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk.

Adapun beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Keputihan

a. Keputihan adalah kondisi ketika lendir atau cairan keluar dari vagina. Keputihan

merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembapan organ

kewanitaan. Ketika seorang wanita mengalami keputihan, cairan yang

diproduksi kelenjar vagina dan leher rahim akan keluar membawa sel mati dan

bakteri, sehingga vagina tetap terlindung dari infeksi.Etiologi: Keputihan yang

dialami setiap wanita berbeda-beda, mulai dari jumlah cairan yang keluar hingga

warna dan tekstur cairan. Keputihan normal terjadi setidaknya 6 bulan sebelum

seorang wanita mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Kondisi ini

dipengaruhi oleh perubahan hormon di dalam tubuh.Selain karena perubahan

hormon, keputihan juga akan normal keluar saat wanita mendapatkan

rangsangan seksual, sedang menyusui, atau stres.Sementara itu, keputihan yang

tergolong tidak normal disebabkan oleh infeksi, baik karena jamur, bakteri

(vaginosis bakterialis, gonore, chlamydia), atau parasit (trikomoniasis). Selain

infeksi, keputihan juga dapat menjadi tanda dari kanker rahim atau leher

rahim.Bila keputihan yang dialami merupakan petanda dari kanker rahim, maka

mungkin dokter akan menganjurkan Anda untuk melakukan histerektomi atau

bedah pengangkatan rahim.Sebelum mengambil langkah ini, ada baiknya Anda

tanyakan terlebih dahulu apa kelebihan dan kekurangan prosedur tersebut

dengan dokter. Saat ini, terdapat asuransi kesehatan yang menyediakan layanan

chat gratis bersama dokter spesialis.Ada beberapa faktor yang membuat seorang
wanita rentan mengalami infeksi vagina dan menimbulkan keputihan, antara lain

konsumsi pil KB dan obat kortikosteroid, menderita penyakit diabetes,

melakukan hubungan seksual tanpa kondom dan sering berganti pasangan,

menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya penyakit HIV, terdapat iritasi di

dalam atau sekitar vagina, menipisnya dinding vagina akibat menopause, terlalu

sering membersihkan area kewanitaan dengan semprotan air, menggunakan

sabun atau losion yang mengandung parfum atau pewangi.Patofisiologi:

Keputihan yang disertai gejala lain dapat menjadi pertanda adanya masalah pada

vagina. Berikut beberapa patofisiologi atau gejala keputihan yang perlu

diwaspadai:

1) Keputihan disertai rasa gatal, biasanya disebabkan oleh pertumbuhan

jamur Candida albicans di vagina. Selain gatal, penderita kondisi ini juga

akan mengalami pembengkakan vagina, kemerahan di vulva, nyeri saat

buang air kecil atau berhubungan seksual, serta muncul ruam di vagina.

2) Keputihan berwarna kuning atau hijau, penyakit kelamin seperti gonore,

klamidia, dan trikomoniasis juga bisa menyebabkan keputihan. Ciri

keputihan abnormal yang muncul karena penyakit ini adalah adanya lendir

berwarna kuning atau kehijauan. Selain itu, gejala lain yang ditimbulkan

adalah tekstur keputihan lebih encer, sakit di perut bagian bawah atau nyeri

panggul, nyeri saat buang air kecil, vagina berbau, dan perdarahan setelah

melakukan hubungan seksual.

3) Keputihan berwarna abu-abu dan berbau, bisa jadi merupakan tanda Anda

sedang menderita infeksi bakteri (vaginosis bakterialis). Kondisi ini biasanya

muncul akibat terganggunya keseimbangan bakteri di vagina. Selain

keputihan berwarna dan berbau, wanita yang mengalami kondisi ini juga
akan merasakan gejala lain, yaitu nyeri saat buang air kecil dan vagina yang

terasa gatal.

4) Keputihan disertai demam, merupakan salah satu tanda bahaya yang harus

diwaspadai. Demam menandakan adanya reaksi perlawanan tubuh terhadap

kuman yang menyebabkan infeksi. Kondisi ini merupakan hal yang perlu

diperiksakan ke dokter.

5) Keputihan disertai darah, gejala keputihan yang berbahaya salah satunya

adalah keputihan yang disertai perdarahan vagina di luar menstruasi, atau

setelah menopause. Keputihan disertai darah merupakan salah satu tanda

gejala keputihan yang tidak normal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh

berbagai hal seperti infeksi, radang panggul, dan kanker serviks.

b. Epidemiologi: sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Troporsi

perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15% dan hampir

seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala

penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi

suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang

keduaduanya muncul bersamaan. infeksi yang sering menyebabkan vaginitis

adalah trikomoniasis, vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. sering penyebab

noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan

kimia.servisitis sendiri disebabkan oleh gonore dan Klamidia. 'revalensi dan

penyebab vaginitismasih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati

sendiri.Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari

satu penyebab.Gambaran klinis: Keputihan normal. Cairan vagian yang normal

biasanya, tidak berbau kuat, amis, anyir, atau busuk, berwarna bening atau putih susu

jernih, bertekstur lengket dan licin, bisa kental atau encer dan muncul cukup banyak
dengan tekstur licin dan basah beberapa hari di antara siklus haid atau selama

ovulasi. Namun, seberapa banyak jumlah cairan yang dikatakan normal bisa

bervariasi pada setiap orang. Ibu hamil umumnya memiliki cairan vagina yang lebih

banyak. Begitu pula wanita yang sudah aktif berhubungan seksual dan sedang

menggunakan alat kontrasepsi. Keputihan tidak normal tanda dari keputihan yang

abnormal dan gejala lain yang menyertainya, warna keputihan bervariasi dari mulai

putih, kekuningan, kehijauan, abu-abu, hingga kemerahan (karena bercampur darah),

cairan vagina berbau tidak sedap, amis, anyir, busuk yang cukup menyengat, sekali

keluar, jumlah cairannya lebih banyak dari biasanya, vagina terasa gatal dan

terbakar, nyeri pada panggul, perdarahan di antara siklus haid, setelah, atau selama

berhubungan intim, dan sakit saat buang air kecil.

c. Pencegahan:Jaga kebersihan vagina, ganti pakaian dalam, berikan ruang pada vagina,

menggunakan pembalut atau pantyliner, melakukan hubungan seksual yang aman,

pemeriksaan serviks rutin, dan mengonsumsi makanan yang sehat.

d. Pengobatan: Kompres dingin untuk meredakan gatal dan pembengkakan, gunakan

kondom atau tunda hubungan seksual hingga sepekan setelah pengobatan, bila

keputihan yang tidak normal berlangsung lebih dari seminggu setelah pengobatan

mandiri, periksakan diri ke dokter, bila keputihan disertai dengan luka, gatal,

kemerahan, pembengkakan, atau rasa perih saat buang air kecil, sebaiknya juga

segera periksakan diri ke dokter. Dokter akan memberikan penanganan berdasarkan

penyebab keputihan.

2. Panu

Panu merupakan infeksi jamur pada kulit yang terbilang sangat umum. Pada

sebagian besar kasus, panu atau tinea versicolor lebih sering menyerang remaja dan usia

muda. Meski begitu, orang dewasa juga bisa saja terserang panu, terutama mereka yang
tinggal di iklim subtropis.Jamur mengganggu pigmentasi pada kulit, sehingga

menghasilkan area kulit dengan warna berbeda dibandingkan kulit di sekitarnya.Area

ini dapat mempunyai warna lebih gelap atau terang.Sebagian besar panu terjadi pada

pundak, punggung, leher, dan dada.Hal yang perlu diperhatikan, masalah kulit ini tidak

menyebabkan nyeri dan tidak menular.

a. Etiologi :Malassezia merupakan golongan jamur penyebab panu. Jamur yang

sebagian besar terdapat pada kulit orang dewasa ini baru menimbulkan masalah saat

mulai berkembang biak melebihi dari perkembangan yang normal. Akibatnya,

timbul bercak pada kulit penderita. Belum dapat dipastikan penyebab

perkembangbiakan yang meningkat tersebut.Meski demikian, beberapa factor dapat

memicu perkembangbiakan jamur Malassezia, di antaranya adalah:

1) Tinggal di area dengan suhu yang panas dan lembap

2) Berkeringat secara berlebihan (hiperhidrosis)

3) Sistem kekebalan tubuh yang lemah

4) Remaja hingga berusia 20-an

5) Adanya perubahan hormon

6) Pemakaian krim, salep, atau pakaian yang membuat kulit tidak terpapar udara

7) Malnutrisi

8) Kulit yang berminyak

9) Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit panu.

b. Patofisiologi : Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur,

yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran

C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M

furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal human

cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang
dewasa mencapai 90-100%.Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale,

dan Malassezia ovalis merupakan nama lain (sinonim) dari Malassezia furfur.Sebelas

spesies M furfur telah teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu

organisme yang biasa ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan

pada kulit yang sehat dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (cutaneous

disease). Pada penderita dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada

tingkat spora/ragi (yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).Sebagian besar

kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai penurunan sistem kekebalan

tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian, beberapa faktor dapat

memengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu berubahnya bentuk

(conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis

miselium, parasitik. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Kecenderungan (predisposition) genetik.

2) Lingkungan yang lembab, hangat.

3) Immunosuppression.

4) Malnutrition.

5) Cushing disease.

6) Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit

melawan Malassezia globosa.Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M

furfur dapat juga menjadi patogen yang oportunistik. Organisme ini dipercaya juga

berperan pada penyakit kulit lainnya, termasuk Pityrosporum folliculitis, confluent

and reticulate papillomatosis, seborrheic dermatitis, dan beberapa bentuk

dermatitis atopik.

c. Epidemiologi : Pitiriasis Versikolor (Panu) EpidemiologiPitiriasis versikolor lebih

sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban tinggi. Walaupun kelainan
kulit lebih terlihat pada orang berkulitgelap, namun angka kejadian pitiriasis

versikolor sama di semua ras.Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian

pada pria dan wanitadalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini

banyakditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar

minyak)lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia

65tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada usia

10-19 tahun.Indonesia yang wilayahnya berada di daerah tropis

membuat penduduknya mudah berkeringat. Keringat yang dibiarkan menempel

padakulit dalam waktu yang lama akan menjadi tempat tumbuhnya panu

dengansubur.Menurut lokasi tumbuhnya, panu sangat menyukai bagian bagian

tubuhyang tertutup pakaian dan daerah yang berminyak (terkena keringat).Meskipun

demikian, panu juga tidak menolak untuktumbuh di daerah mukadan anggota tubuh

yang terbuka. Sedangkan menurut ukurannya, panu bisa berukuran kurang dari 1

milimeter sampai dengan lebih dari 1 sentimeter.

d. Gambaran klinis :Warna putih akibat asam dari ragi yang tumbuh menyebabkan area

kulit yang terkena penyakiy kulit ini berubah warna. Bercak putih-putih yang muncul

dapat hanya satu maupun berkelompok. Ciri-ciri panu meliputi:

1) Bercak berbentuk bulat dan berwarna putih, merah muda, merah, atau cokelat.

2) Bercak bisa lebih terang atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya.

3) Cenderung muncul di leher, dada, punggung, dan lengan.

4) Bercak-bercak putih cenderung hilang selama cuaca dingin dan lebih buruk selama

cuaca hangat dan lembap.

5) Terasa kering, bersisik dan gatal.

e. Pencegahan :Jaga kebersihan tubuh dengan rutin mandi setelah beraktivitas atau

mengalami keringat berlebihan, hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat,


gunakan pakaian dengan bahan yang nyaman dan dapat menyerap keringat, hindari

penggunaan produk kulit yang sebabkan kulit memproduksi minyak secara

berlebihan, hindari paparan sinar matahari secara langsung dalam jangka waktu yang

cukup lama, gunakan tabir surya ketika kamu melakukan aktivitas di luar ruangan

dalam waktu yang cukup lama.

f. Pengobatan :menggunakan krim anti jamur pada area yang mengalami penyakit

panu. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan diantaranya sebagai

berikut :

1. Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk dan

komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA.Partikelnya

secara utuh disebut “VIRION” yang terdiri dari “Capsid” yang dapat terbungkus oleh

sebuah Glycoprotein/membrane lipid.

2. Morfologi virus merupakan ciri-ciri virus seperti virus bersifat aseluler dan bentuk

struktur virus kapsid membungkus materi genetik dari virus yang secara umum dapat

diklasifikasikan menurut strukturnya. Sebagian besar virus memiliki kapsid dengan

struktur heliks atau icosahedral, serta karakterisasi virus adalah parasit obligat, sebab

virus tak dapat hidup maupun berkembang tanpa adanya organisme lain. 

3. Proses pathogenesis virus adalah proses perkembangbiakan virus.

4. Jenis-jenis virus diantaranya adalah Virus DNA, contohnya: Poxvirus, Hepesviruses,

Adenoviruses, Papovaviruses, Parvoviruses; Virus RNA, contohnya:

Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Picornaviruses, Togaviruses,

Reoviruses, Retroviruses; dll.

5. Penyakit yang disebabkan oleh virus adalah HIV/AIDS merupakan sekumpulan gejala

dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh

manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang

menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain), serta corona merupakan Covid-19

merupakan singkatan dari Coronavirus disease 2019. Penyakit ini disebabkan oleh

virus corona yang baru ditemukan pertama kali pada akhir Desember 2019 di Wuhan,
Tiongkok.Serupa dengan penyakit akibat coronavirus lainnya, virus Covid-19 juga

menyerang sistem pernapasan.

6. Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa filament

(bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan mempunyai

dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya.

7. Morfologi jamur terdiri dari kapang dan khamir, struktur tubuh jamur tersusun oleh sel-

sel eukariotik yang memiliki dinding sel dan zat kitin, serta karaterisasi jamur baik

jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri

yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat menjadi satu.

Ciri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa

heterotrof.

8. Proses patafisiologi jamur merupakan proses terbentuknya jamur sehingga mengidap

di dalam tubuh manusia.

9. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu

Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela

dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi

Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina.

10. Penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah keputihan merupakan kondisi ketika

lendir atau cairan keluar dari vagina. Keputihan merupakan cara alami tubuh untuk

menjaga kebersihan dan kelembapan organ kewanitaan, serta panu merupakan infeksi

jamur pada kulit yang terbilang sangat umum. Pada sebagian besar kasus, panu atau

tinea versicolor lebih sering menyerang remaja dan usia muda.

11.
DAFTAR PUSTAKA

https://awnurul.wordpress.com/2016/12/09/makalah-virus/
https://www.tentorku.com/ciri-dan-karakteristik-virus/
https://www.gurupendidikan.co.id/struktur-tubuh-virus/
https://www.tentorku.com/bentuk-dan-struktur-tubuh-virus/
https://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
http://repository.unimus.ac.id
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/virus-corona-covid-19-sars-cov-2/
https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-corona-perkembangan-hingga-
isu-terkini
https://www.dosenpendidikan.co.id/ciri-ciri-jamur/

Anda mungkin juga menyukai