MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
pada Mata Kuliah Genetika Mikrobia
Oleh Kelompok 7
Muhamad Ra’if Ramdan NIM. 191710020
Mapri Khatul Janah NIM. 1808016009
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2021 M/1443 H
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini dengan
tepat waktu yang berjudul “Infeksi, Patogenesis Virus, Bakteriofag” diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat kepada kita semua tentang
“Infeksi, Patogenesis Virus, Bakteriofag”. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 01
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 01
B. Perumusan Masalah ................................................................. 02
C. Tujuan Penulisan Makalah ...................................................... 02
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 03
A. Infeksi Virus ............................................................................ 03
B. Patogenesis Virus .................................................................... 08
C. Bakteriofag .............................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
1. Lytic Infection: Pada lytic infection, virus membunuh sel inangnya dengan
cara melisis atau memecah sel inang. Ketika sel inangnya lisis, partikel-
partikel virus yang baru dibentuk akan dibebaskan.
2. Persistent infection: Infeksi virus jenis ini dapat bertahan selama beberapa
tahun, menghasilkan partikel virus baru tanpa membunuh sel inang.
Partikel virus baru dikeluarkan dari dalam sel inang dengan cara
membentuk vesikel-vesikel, sehingga dapat melewati membran sel inang.
Proses ini hanya menyebabkan sedikit kerusakan pada membrane sel
inang, tetapi tidak membunuhnya.
3. Latent infection. Pada Latent infection, virus hidup di dalam sel inang,
tanpa memproduksi partikel virus baru. Pada infeksi jenis ini, tidak ada
kerusakan yang terjadi pada sel inang, akan tetapi ada beberapa
rangsangan yang dapat mengaktifkan virus tersebut, sehingga
menyebabkan terjadinya lytic infection.
4. Cancer-causing infection. Pada latent infection, pengaktifan virus juga bisa
menyebabkan terjadinya perubahan pada sel yang terinfeksi menjadi sel
kanker. Virus ini disebut juga virus oncogenic (penyebab kanker).
tersebut menyebar secara lokal melalui permukaan epitel, tetapi tidak terdapat
penyebaran ke tempat yang jauh. (CDC, 1998).
Pejamu dapat meninggal atau sembuh dari infeksi virus. Mekanisme
pemulihan mencakup baik respons imun alami maupun adaptif. Interferon
(INF) dan sitokin lainnya, imunitas humoral dan yang diperantarai sel, dan
faktor pertahanan pejamu lainnya mungkin ikut terlibat. Kepentingan relatif
masing-masing komponen berbeda sesuai dengan virus dan penyakitnya.
Protein tersandi virus berperan sebagai target bagi respons imun. Sel
terinfeksi virus dapat dilisiskan oleh limfosit T sitotoksik akibat pengenalan
polipeptida virus pada permukaan sel. Imunitas humoral melindungi pejamu
dari reinfeksi oleh virus yang sama. Antibodi penetral langsung menyerang
protein kapsid sehingga menghambat inisiasi infeksi virus, barangkali pada
tahap penempelan, masuk, atau pelepasan selubung. Antibodi IgA sekretori
penting untuk melindungi pejamu dari infeksi virus yang melalui saluran
pernapasan dan pencernaan.
Karakteristik khusus virus tertentu dapat berpengaruh besar terhadap
respons imun pejamu. Beberapa virus menginfeksi dan merusak sel sistem
imun. Contoh yang paling dramatis adalah retrovirus manusia penyebab
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) yang menginfeksi limfosit T
dan merusak kemampuannya untuk berfungsi.
Efek samping berbahaya lainnya dari respons imun adalah
perkembangan autoantibodi. Jika sebuah antigen menimbulkan antibodi yang
secara kebetulan dikenali determinan antigenik pada protein seluler di
jaringan normal, maka kerusakan seluler atau kehilangan fungsi vang tidak
berhubungan dengan infeksi virus dapat terjadi. Saat itu besarnya masalah
potensial ini pada manusia belum diketahui. (Madigan, 2011).
mousepox, virus masuk ke dalam tubuh melalui abrasi kecil pada kulit dan
bermultiplikasi di sel epidermis. Pada saat yang bersamaan, virus tersebut
dibawa oleh pembuluh limfe menuju kelenjar limfe regional, tempat
multiplikasi juga terjadi. Beberapa partikel virus yang memasuki sirkulasi
darah melalui pembuluh limfe eferen ditangkap oleh makrofag hati dan limpa.
Virus bermultiplikasi dengan cepat pada kedua organ tersebut. Setelah
pelepasan dari hati dan limpa, virus bergerak mengikuti peredaran darah dan
menempatkan diri pada lapisan epidermis basal kulit, di sel konjungtiva, dan
di dekat folikel limfe usus. Virus terkadang juga menempatkan diri pada sel
epitel ginjal, paru, kelenjar submaksila, dan pankreas. Lesi primer terbentuk
di port d’entree virus. Lesi primer tampak sebagai pembengkakan
terlokalisasi yang bertambah besar dengan cepat, menjadi edematous, ulkus,
lalu terbentuk jaringan perut. Selanjutnya terjadi ruam generalisata yang
berperan melepaskan sejumlah besar virus ke lingkungan.
Pada poliomielitis, virus masuk melalui saluran pencernaan,
bermultiplikasi di tempat awal implantasi virus (tonsil, Plak Peyer) atau
kelenjar limfe yang ada pada jaringan tersebut, dan mulai tampak pada
tenggorokan dan feses. Penyebaran virus sekunder terjadi melalui aliran darah
ke jaringan peka lainnya secara spesifik, kelenjar limfe lain dan sistem saraf
pusat. Dalam sistem saraf pusat, virus menyebar sepanjang serabut saraf. Jika
terjadi multiplikasi tingkat tinggi bersamaan dengan penyebaran virus melalui
sistem saraf pusat maka terjadi kerusakan neuron motorik dan paralisis.
Pelepasan virus ke lingkungan tidak bergantung pada penyebaran virus
sekunder ke sistem saraf pusat. Penyebaran ke sistem saraf pusat lebih mudah
dicegah dengan adanya antibodi yang dipicu oleh infeksi sebelumnya atau
vaksinasi.
11
C. Bakteriofag
Bakteriofag (atau yang umum dikenal sebagai phage atau faga) adalah
kelompok virus yang menginfeksi bakteri. Bakteriofag dapat ditemukan pada
semua jenis lingkungan selama inang bakterinya masih ada. Bakteriofag
mengandung materi genetik dalam bentuk DNA maupun RNA. Sebagian
besar bakteriofag memiliki bagian ekor untuk berikatan terhadap reseptor
spesifik seperti karbohidrat, protein, dan lipopolisakarida yang ada pada
permukaan bakteri. Bakteriofag kemudian menginjeksikan asam nukleatnya
ke dalam sel inang untuk mengambil alih materi genetik dan menciptakan
partikel faga yang baru dengan jumlah yang bervariasi (Wiranto, 2021).
14
Faga dibagi menjadi 2 berdasarkan siklusnya yaitu faga litik dan faga
lisogenik. Faga litik adalah faga yang menginjeksikan genomnya ke dalam
inang dan mengambil alih sistem metabolik dari inang untuk menciptakan
progeni virus yang baru. Progeni ini dilepaskan dari dalam sel dengan
menggunakan enzim litik yang dihasilkan faga. Faga lisogenik adalah faga
yang mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam genom dari inang
membentuk plasmid linier atau sirkuler dalam sitoplasma inang. Materi
genetik ini bereplikasi di dalam sel hingga siklus litik diinduksi (Wiranto,
2021).
15
faga bervariasi, mulai dari alterasi reseptor pada dinding sel, produksi matriks
eksopolisakarida, produksi inhibitor yang bekerja pada situs pengikatan faga,
hingga produksi enzim intrasel untuk degradasi DNA faga dalam sel bakteri.
Untuk melawan resistensi ini, faga mempunyai mekanisme – mekanisme
tertentu seperti alterasi ekor untuk mengenali reseptor baru, produksi enzim
hidrolisis untuk degradasi eksopolisakarida, inaktivasi inhibitor, hingga
modifikasi DNA faga untuk menghindari rekognisi sel bakteri. Interaksi faga
dengan inangnya membentuk suatu sistem evolusi yang dikenal dengan
koevolusi (Koskella & Brockhurst, 2014; Brockhurst et al., 2017; Golkar et
al., 2014).
Agar dapat menahan/resisten terhadap infeksi faga, maka bakteri
mengembangkan beberapa bentuk pertahanan:
1. Memproduksi enzim restriksi (restriction endonuclease enzymes).
Enzim ini mampu memotong bagian tertentu basa asam nukleat
sehingga susunan asam nukleat tersebut akan terdegradasi. Misalnya
enzim EcoR1 yang diproduksi oleh E. coli mampu memotong untaian
asam nukleat sbb:
----GAATTC----
----CTTAAG---- , dipotong menjadi
----G AATTC----
----CTTAA G----
2. Menambahkan gugus metil (CH3) pada genom faga sehingga genom
faga tersebut tidak berfungsi dengan normal. Misalnya metilasi pada
gugus adenin.
------GAATTC------
------CTTAAG------
D. Pencegahan dan Penanganan Infeksi Virus
Sebagian besar penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh virus.
Sebelum penyakit itu timbul, alangkah baiknya kita mencegahnya. Terkadang
timbul geja-gejala yang mengiringi terjadinya infeksi virus. pencegahannya
dapat dilakukan dengan cara pemberian vaksin, sedangkan pengobatannya
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Infeksi virus adalah masuknya virus kedalam tubuh inang (manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan termasuk bakteri) melalui siklus lisis dan lisogenik
sampai timbul gejala sakit. Virus menginfeksi sel manusia dengan dua cara
yaitu Cytocydal dan Cytopathic. Patogenesis penyakit adalah suatu bagian dari
kejadian selama infeksi yang menyebabkan manifestasi penyakit pada pejamu.
Sebuah virus bersifat patogenik terhadap pejamu tertentu jika dapat
menginfeksi dan menyebabkan tanda-tanda penyakit pada pejamu tersebut.
Virus juga dapat menyerang bakteri yang disebut dengan Bakteriofag,
bakteriofag menginfeksi bakteri dengan dua fase yaitu fase litik dan fase
lisogeneik. Untuk mengobati dan mencegah infeksi virus dapat dilakukan
dengan cara pemberian vaksin, sedangkan pengobatannya dengan pemberian
interferon dan kemoterapi antivirus.
B. Saran
Pada saran yang bertujuan menganalisis kurang dan lebihnya makalah ini
untuk kedepannya mungkin akan lebih berhati-hati dalam membaca bacaan
dari berbagai sumber sebagai referensi yang kami gunakan, kami selalu
menerima kritik dan berbagai saran yang diajukan pada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
21