Anda di halaman 1dari 25

MIKROBIOLOGI

“VIRUS”

DISUSUN OLEH :
Ni Komang Ayu Norianingsih (1713041008)
I Made Heri Gunawan (1713041010)
Putu Diah Kirana Purnama Dewi (1713041013)
I Gusti Ayu Mediana Lestari (1713041017)
Gede Angga Adiwiguna (1713041030)
Putu Ayu Cintya Agustini (1713041054)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.

Dalam konteks pembuatan makalah ini, penulis merasakan bahwa banyak


hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sehingga apa yang menjadi
kewajiban penulis dapat terealisasikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang begitu banyak telah
memberikan masukan dan motivasi kepada kelompok kami.

Disamping itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan baik tentang teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini
kami berharap agar ada kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan secara bersama-sama.

Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang
tidak berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami generasi muda
tetap berjuang melalui kegiatan akademik demi peningkatan kualitas bangsa dan
negara. Atas perhatiannya terima kasih.

Singaraja, 25 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik dan Klasifikasi Virus ....................................................... 3
2.2 Virus Tumbuhan .................................................................................... 7
2.3 Virus Hewan .......................................................................................... 9
2.4 Reproduksi Virus Hewan dan Tumbuhan ............................................. 13
2.5 Pengaruh Virus Terhadap Sel Inang ...................................................... 16
2.6 Reproduksi Bakteriofage ....................................................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Virus merupakan elemen genetik yang mengandung salah satu DNA atau RNA
yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam keadaan ekstraseluler virus merupakan partikel mikroskopis
yang terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dan pada beberapa
virus dikelilingi oleh komponen makromolekul. Dalam kondisi ekstraseluler
ini, partikel virus yang juga dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan
aktivitas biosintesis atau respirasi. Pada saat genom virus memasuki sel baru,
kondisi intraseluler dimulai. Dalam keadaan intraseluler terjadi reproduksi virus ,
genom virus dihasilkan dan komponen- komponen pembentuk mantel virus di
sintesis. Proses pada saat genom virus memasuki sel dan bereproduksi dinamakan
sebagai infeksi . Sel yang dapat diinfeksi oleh virus dan virus tersebut dapat
bereproduksi didalamnya dinamakan sebagai inang. Virus tersebut kemudian
mengambil alih mesin dan fungsi metabolik inang untuk menghasilkan
komponen- komponen pembentuk virus.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Virus sering
diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan
fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza
dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus
mosaik tembakau/TMV). Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen
pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan
perubahan- perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat
merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya.
Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal didalam sel tersebut
secara permanen. Perubahan yang diakibatkannya tidak membahayakan bagi sel
atau bahkan bersifat menguntungkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik dan klasifikasi virus?
2. Apakah yang dimaksud dengan virus tumbuhan?
3. Apakah yang dimaksud dengan virus hewan?
4. Bagaimanakah reproduksi dari virus hewan dan tumbuhan?
5. Apa pengaruh virus terhadap sel inang?
6. Bagaimana reproduksi bakteriofage?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini, mahasiswa memahami mata kuliah
tentang virus, mulai dari karakteristik, klasifikasi, devinisi virus tumbuhan dan
virus hewan, reproduksi dari virus tumbuhan dan virus hewan, pengaruh virus
terhadapt sel inang serta memahami reproduksi bakteriofage.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Klasifikasi Virus


Virus berasal dari bahasa latin “virulae” yang artinya “menular”. Virus
merupakan substansi aseluler (tubuh tidak berupa sel), karena hanya memiliki
kapsid (selubung yang berfungsi sebagai dinding) dan asam nukleat, tetapi
tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel. Ukuran virus sangat
kecil, sehingga disebut juga mikroba atau mikroorganisme. Di dalam biologi,
virus dipelajari lebih mendalam pada cabang ilmu mikrobiologi atau lebih
khusus lagi disebut virologi.
2.1.1 Ciri – ciri Virus
a. Ukuran Virus
Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm. Virus yang berukuran 25
nm dijumpai pada virus penyebab polio. Sedangkan virus yang berukuran
100 nm misalnya Bakteriofag atau virus T (Bacteriophage atau phage),
yaitu virus yang berukuran lebih kurang 300 nm contohnya adalah TMV
(Tobacco Mosaic Virus). Hanya virus terbesar dan paling kompleks dapat
dilihat di bawah mikroskop cahaya pada resolusi tertinggi. Setiap
penentuan ukuran virus juga harus memperhitungkan bentuknya, karena
kelas yang berbeda dari virus memiliki bentuk khas.

Sumber : academia.edu (Gambar 1. Beberapa Ukuran Virus)


b. Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh virus sangat bervariasi. Virus yangberbentuk bulat
contohnya adalah virus influenza (Influenza virus) dan HIV penyebab
AIDS. Virus juga ada yang berbentuk oval, seperti virus rabies (Rabiez
virus). Bentuk batang dijumpai pada TMV, bentuk jarum dijumpai pada
Tungrovirus (virus penyebab kekerdilan pada batang padi), dan bentuk
seperti huruf T dijumpai pada Bakteriofag. Sedangkan bentuk polihedral
contohnya adalah pada Adenovirus (penyebab penyakit demam).

Sumber : academia.edu (Gambar 2. Rabiez virus (kiri) dan Tungrovirus (kanan)

Sumber : academia.edu (Gambar 3. Beberapa bentuk virus)


c. Struktur dan Fungsi
Tubuh virus bukan merupakan sel (aseluler), tidak memiliki inti
sel, sitoplasma, dan membran sel, tetapi hanya memiliki kapsid sebagai
pelindung luar. Virus berupa partikel (molekul) yangdisebut virion. Tubuh
virus yang berupa Kristal atau partikel inti
lebih menunjukkan ciri mineral daripada ciri kehidupan. Oleh karena itu
ada anggapan bahwa virus bukan makhluk hidup. sebagai adalah struktur
tubuh Bakteriofag (virus T). Tubuh virus T terbagi atas bagian kepala dan
bagian ekor. Bagian kepala terbungkus oleh suatu selubung dari protein
yang disebut kapsid. Kapsid mempunyai fungsi sebagai pemberi bentuk
pada virus, dan juga berfungsi sebagai pelindung bagian dalam tubuh
virus. Bagian di luar kapsid terdapat selubung yang tersusun dari lipida
dan karbohidrat.

Gambar 4. Struktur Tubuh Bakteriofag

Di dalam tubuh virus (isi tubuh virus) terdapat materi genetik


sederhana yang terdiri dari senyawa asam nukleat yang berupa ADN atau
ARN. Bentuk ADN dan ARN tergantung padaspesifikasi virus. Setiap
jenis virus hanya memiliki 1 macam molekul materi genetik, yaitu ADN
saja atau ARN saja. Materi genetik tersebut dapat berupa rantai ganda
yang berpilin atau rantai tunggal, dengan bentuk memanjang, lurus, atau
melingkar.

Sumber : academia.edu

Gambar 5. Materi Genetik (DNA atau RNA saja)

Bentuk kapsid pada virus bermacam-macam, ada yang bulat, oval,


batang, polihedral, atau seperti huruf T. Pada beberapa virus, misalnya
virus flu dan herpes, di luar kapsid masih terdapat struktur tambahan yang
berupa kapsul pembungkus atau amplop. Kapsul pembungkus ini
berfungsi membantu virus untuk menyerang (menginfeksi) tubuh inang
atau hospes, sehingga tubuh inang tersebut menderita suatu penyakit.

Gambar 6. Struktur Kapsid pada Virus Influenza


d. Cara Hidup
Virus tidak dapat hidup di alam secara bebas, melainkan harus
berada di dalam sel makhluk hidup yang lain. Berbagai makhluk hidup
dapat terserang virus, misalnya manusia, hewan, tumbuhan dan bakteri.
Virus yang menginfeksi bakteri disebut sebagai bakteriofag atau disingkat
fag. Virus yang menginfeksi manusia dan
menyebabkan penyakit pada manusia, misalnya cacar, polio, hepatitis, mat
a belek, influenza, demam berdarah, diare, ebola, dan AIDS. AIDS
disebabkan oleh HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus yang
menginfeksi hewan misalnya yang menyebabkan penyakit sampar pada
ayam, anjing gila (rabies), dan penyakit kuku pada ternak. Virus yang
menyerang tumbuhan misalnya penyebab penyakit mosaic pada tembakau,
kanker pada jeruk, dan busuk pada sayuran. Virus yang menyerang
tanaman biasanya ditularkan pada serangga. Serangga yang mengisap atau
memakan tanaman yang terkena virus dapat menularkannya ke tanaman
lain. Virus yang menyerang manusia dapat ditularkan baik
secara kontak langsung maupun tak langsung dengan penderita.
Polio dan hepatitis dapat ditularkan melaluiair sumur yang tercemar, piring
makan, sendok makan, dll. Cacar, mata belek dan polio dapat
ditularkan melalui kontak langsung. Demam berdarah ditularkan oleh nya
muk aedes agypti. HIV ditularkan melalui
darah, cairan sekresi vagina, semen (ejakulasi), air susu, hubungan
kelamin, jarum suntik, dan transfusi darah. Selain itu juga dapat ditularkan
melalui plasenta ibu hamil ke janinnya. Virus harus dibiakkan di dalam
jaringan makhluk hidup. Di laboratorium, virus dapat dibiakkan di dalam
embrio telur ayam.

2.1.2 Klasifikasi Virus


Virus terutama diklasifikasikan oleh karakteristik fenotipik, seperti
morfologi, jenis asam nukleat, modus replikasi, organisme inang, dan jenis
penyakit mereka menyebabkan. Saat ini ada dua skema utama yang digunakan
untuk klasifikasi virus: sistem ICTV dan sistem klasifikasi Baltimore, yang
menempatkan virus ke dalam salah satu dari tujuh kelompok. Mendampingi
metode yang luas klasifikasi adalah konvensi penamaan khusus dan pedoman
klasifikasi lebih lanjut ditetapkan oleh Komite Internasional Taksonomi Virus.
Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) merupakan komite yang
memberikan kewenangan dan mengatur klasifikasi taksonomi virus. Mereka telah
mengembangkan skema taksonomi universal untuk virus dan bertujuan untuk
menggambarkan semua virus dari organisme hidup (Gambar 1). Anggota komite
dianggap ahli dunia pada virus. Komite dibentuk dari dan diatur oleh Divisi
Virologi dari International Union of Societies Microbiological. Kerja secara
terperinci seperti delimitasi batas-batas spesies dalam keluarga biasanya dilakukan
oleh kelompok-kelompok studi, yang terdiri dari para ahli dalam Families. Panitia
juga mengoperasikan database otoritatif (ICTVdB) berisi informasi taksonomi
untuk 1.950 spesies virus, pada 2005. Hal ini terbuka untuk umum dan dicari oleh
beberapa cara yang berbeda.
Tujuan Resmi ICTV Adalah:
1. Untuk mengembangkan disetujui secara internasional taksonomi virus.
2. Untuk mengembangkan disetujui secara internasional nama untuk virus
taksa, termasuk spesies dan agen subviral.
3. Untuk mengkomunikasikan keputusan taksonomi untuk semua pengguna
nama virus, khususnya masyarakat internasional virologists, berdasarkan
publikasi dan melalui Internet.
4. Untuk menjaga indeks nama virus.
5. Untuk memelihara database ICTV di Internet, yang mencatat data yang
menjadi ciri setiap takson virus bernama, bersama dengan nama umum
setiap takson dalam semua bahasa utama.
Usulan untuk nama baru, perubahan nama, dan pembentukan dan taksonomi
penempatan taksa ditangani oleh Komite Eksekutif ICTV dalam bentuk proposal.
Semua subkomite ICTV yang terkait dan kelompok penelitian yang berkonsultasi
sebelum keputusan dibuat. Nama takson tidak memiliki status sampai telah
disetujui oleh ICTV, dan nama hanya akan diterima jika mereka terkait dengan
disetujui taksa hirarkis. Jika tidak ada nama yang cocok diusulkan untuk takson,
takson tersebut dapat disetujui dan nama dibiarkan belum memutuskan sampai
adopsi nama internasional yang dapat diterima, ketika salah satu diusulkan dan
diterima oleh ICTV. Nama tidak harus menyampaikan makna untuk takson yang
sepertinya baik mengecualikan virus yang berhak anggota taksa itu, termasuk
anggota yang mungkin satu hari milik taksa itu, atau termasuk virus yang menjadi
anggota taksa yang berbeda.
Pengelompokan virus biasanya dilakukan untuk suatu kepentingan tertentu.
Sejumlah informasi mengenai sifat-sifat virus dapat digunakan sebagi dasar
klasifikasi, namun tidak semua virus memiliki informasi yang cukup untuk setiap
kategori. Dasar yang digunakan untuk klasifikasi virus, antara lain sebagai
berikut.
1. Jenis asam nukleat.
2. Ukuran, morfologi, jenis simetri, jumlah kapsomer, dan ada atau tidaknya
membran.
3. Kerentanan terhadap pengaruh kimia dan fisika.
4. Kandungan enzim tertentu yang dimiliki.
5. Sifat imunologiks.
6. Jenis sel inang (kesesuaian reseptor).
7. Cara penularan secara alamiah.
8. Simtomatologi (penyakit yang ditimbulkan)
Menurut sistem ICTV (International Committee on Taxonomy of Viruses),
terdapat tiga tingkatan takson dalam klasifikasi virus, yaitu famili, genus, dan
species. Pemberian nama pada famili menggunakan akhiran –viridae, nama genus
dengan akhiran –virus, dan nama spesies menggunakan bahasa inggris dan
diakhiri dengan –virus. Nama genus dan spesies dicetak miring.
Contoh klasifikasi virus
Famili : Poxviridae
Genus : Orthopoxvirus
Spesies : Variola virus (penyebab cacar)
Famili : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus (penyebab polio)
Klasifikasi Virus Berdasarkan Asam Nukleatnya
1. Virus DNA
Virus DNA adalah virus yang asam nukleatnya berupa DNA, baik
untai ganda maupun untai tunggal. Golongan ini mencakup virus dari
kelompok I dan II. Ketika virus menginfeksi sel inang, DNA mengalami
replikasi (penggandaan)menjadi beberapa DNA. DNA juga mengalami
transkripsi membentuk mRNA (RNA duta). RNA duta (mRNA) akan
mengalami translasi (penerjemahan) untuk menghasilkan protein selubung
virus. Masih didalam sel inang, DNA dan protein virus mengkontruksi diri
menjadi virus-virus baru. mRNA jugamentranslasi membentuk enzim
penghancur yang akhirnya menghancurkanmembran sel. Dengan demikian
sel inang lisis (hancur) dan virus-virus keluar dan siap menginfeksi sel inang
yang baru. Virus yang intinya berupa DNA misalnya virus herpes,
bakteriofag, virus cacar.
Contoh : Poxvirus, Hepesviruses, Adenoviruses, Papovaviruses, Parvoviruses
2. Virus RNA
Virus RNA memiliki asam nukleat berupa RNA, baik untai ganda
maupun untai tunggal. Golongan ini mencakup virus dari kelompok III, IV,
V. virus inididalam sel inang akan mengalami replikasi membentuk RNA-
RNA baru. RNA juga mengalami translasi membentuk protein untuk
selubung virus.didalam sel inang, RNA dan protein virus mengkontruksi diri
menjadi virus-virus baru. mRNA juga mentranslasi membentuk enzim lisis.
Enzim lisis akan menghancurkan membran sel. Dengan demikian sel inang
lisis (hancur) dan virus-virus keluar dan siap menginfeksi sel inang yang
baru.Virus Transkripsi Balik (reserve transcribing virus)Virus ini merupakan
virus yang bereplikasi menggunakan transkripsi balik, yaitu pembentukan
DNA dengan cetakan RNA. Golongan ini mencakup virusdari kelompok VI,
dan VII. Contoh dari virus ini adalah retrovirus, misalnya HIV penyebab
penyakit AIDS. Berbeda dengan virus DNA dan RNA, retrovirus masuk ke
dalam sel dengan cara endositosis. Endositisis adalah masuknya molekul
dengan cara sebagai berikut. Sel membentuk tonjolan kemudian molekul
dicaplok dan ditelanmasuk kedalam sel. Jadi dengan cara endositosis, baik
inti maupun kapsidretrovirus ikut masuk kedalam sel inang.Didalam sel
inang, RNA retrovirus dapat membuat copy DNA (cDNA). Halini dapat
terjadi karena retrovirus memiliki enzim transcriptase balik, yaitu enzim yang
dapat membuat copy DNA dari RNA. Kemampuan itu tidak dimiliki oleh
organisme selain virus. DNA copy ini kemudian diintegrasikankedalam DNA
inang (pada umunya sel hewan). DNA kemudian mengalamitranskripsi
membentuk messenger RNA (mRNA), baik mRNA yang akan menjadi RNA
inti virus, maupun mRNA yang membawa kodon yang akanditranslasikan
menjadi protein dan enzim transcriptase balik.Selanjutnya RNA–RNA inti
virus, enzim transcriptase balik, dan protein virusmengkontruksi diri
membentuk virus-virus baru. Retrovirus tidak memproduksi enzim lisis. Jadi,
virus-virus baru yang dibentuk didalam selinang keluar sel dengan tidak
menghancurkan membran sel, tetapi dengan caraeksositosis. Eksositosis
adalah kebalikan dari endositosis.
Contoh : Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses,
Picornaviruses, Togaviruses, Reoviruses, Retroviruses

Klasifikasi Virus Berdasarkan Bentuk Dasarnya


1. Virus bentuk Ikosahedral, bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga
sama sisi, dengan sumbu rotasi ganda.
Contoh : virus polio dan adenovirus.
2. Virus bentuk Heliks, menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan
suatu struktur yang tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang
berumbai dan berbentuk heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas
terlihat RNA virus dengan kapsomer.
Contoh : virus influenza dan TMV.
3. Virus bentuk Kompleks, struktur yang amat kompleks dan pada umumnya
lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya.
Contoh : virus pox (virus cacar) yang mempunyai selubung yang
menyelubungi asam nukelat.
Klasifikasi Virus Berdasarkan Ada-Tidaknya Selubung Yang Melapisi
Nukleokapsid
1. Virus berselubung, mempunyai selubung yang tersusun atas lipoprotein atau
glikoprotein.
Contoh : Poxvirus, Herpesviruses, Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses,
Rhabdoviruses, Togaviruses, Retroviruses
2. Virus terbuka, Nukleokapsid tidak diselubungi oleh lapisan yang lain hanya
memiliki kapsid (protein) dan asam nukleat (naked virus).
Contoh : Adenoviruses, Papovaviruses, Parvoviruses, Picornaviruses,
Reoviruses

Klasifikasi Virus Berdasarkan Jumlah Kapsomernya


1. Virus dengan 252 kapsomer. Contohnya adenovirus
2. Virus dengan 162 kapsomer. Contohnya herpesvirus
3. Virus dengan 72 kapsomer. Contohnya papovavirus
4. Virus dengan 60 kapsomer. Contohnya picornavirus
5. Virus dengan 32 kapsomer. Contohnya parvovirus

Klasifikasi Virus Berdasarkan Sel Inangnya


1. Virus yang menyerang manusia. Contohnya HIV
2. Virus yang menyerang hewan. Contohnya rabies
3. Virus yang menyerang tumbuhan. Contohnya TMV
4. Virus yang menyerang bakteri. Contohnya T

Klasifikasi Virus Berdasarkan Tempat Hidupnya


1. Virus bakteri (bakteriofage), Virus bakteriofage mula-mula ditemukan oleh
ilmuwan Prancis, D’Herelle. Bentuk luar terdiri atas kepala yang berbentuk
heksagonal, leher, dan ekor. Bagian dalam kepala mengandung dua pilinan
DNA. Bagian leher berfungsi menghubungkan bagian kepala dan ekor.
Bagian ekor berfungsi untuk memasukkan DNA virus ke dalam sel inangnya.
2. Virus tumbuhan. Virus yang parasit pada sel tumbuhan.
Contoh : Tobacco Mozaic Virus (TMV) dan Beet Yellow Virus (BYV).
3. Virus hewan, Virus yang parasit pada sel hewan.
Contoh : virus Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus Influenza.

Contoh klasifikasi virus adalah klasifikasi Baltimore yang membagi virus


berdasarkan kombinasi asam nukleatnya (DNA atau RNA), rantai asamnukleatnya
(tunggal atau ganda), dan cara replikasinya. Asam nukleat adalah senyawa yang
berfungsi sebagai pembawa sifat. Ada dua jenis asam nukleat, yaitu DNA dan
RNA. DNA pada umumnya berupa rantai ganda berpilin (double helix) sedangkan
RNA berupa rantai tunggal atau ganda tak berpilin. Virus juga memiliki
bermacam-macam asam nukleat. Klasifikasi Baltimore yang mengelompokkan
virus bedasarkan tipe asam nukleatnya adalah sebagai berikut:
Kelompok I: virus DNA rantai ganda
Kelompok II: virus DNA rantai tunggal
Kelompok III: virus RNA rantai ganda
Kelompok IV: virus RNA rantai tunggal positif
Kelompok V: virus RNA rantai tunggal negatif
Kelompok VI: virus RNA transkripsi balik
Kelompok VII: virus DNA transkripsi balik

Kelas Asam Nukleat Cara Reproduksi Contoh

I DNAug Replikasi Virus herpes, adenovirus

II DNAut (+) Replikasi Virus MVM, M13

III RNAug Replikasi Reovirus

Virus Polio, Pengakit kuku dan nulut


IV RNAut (+) Replikasi ternak

V RNAut (-) Replikasi Virus rabies

VI RNAut (+) Transkripsi Balik Virus tetelo, virus leukimia, virus AIDS

VII DNAug* Transkripsi Balik Hepadna virus

Keterangan :
ug = utas ganda
ut = utas tunggal
(+) = basa utas tunggal homolog dengan basa mRNA
(-) = basa utas tunggal kompletenten (ante parallel) terhadap mRNA
)* = utas ganda dengan perantara RNA

2.2 Virus Tumbuhan


2.3 Virus Hewan
2.4 Reproduksi Virus Hewan dan Tumbuhan
Partikel – partikel virus tidak dapat memperbanyak diri apabila dalam
keadaan ekstraselular, melainkan harus dalam keadaan intraseluler. Adapun
prosesnya yakni virion melekat pada sel inang. Seluruh virus atau hanya asam
nukleatnya menembus masuk ke dalam sel. Bila yang menembus masuk ke
dalam sel seluruh virus, maka terjadi pelepasan selubung virus terlebih dahulu
untuk membebaskan asam nukleatnya. Reproduksi terjadi di dalam
sitoplasma, di dalam inti atau pada keduanya. Protein serta komponen –
komponen asam nukleat virus dirakit menjadi partikel dan dibebaskan dari sel
inang.
Adapun urutan dari infeksi virus yakni, (1) perlekatan atau adsorpsi, (2)
penetrasi dan pelepasan selubung, (3) replikasi dan biosesntesis komponen,
(4) perakitan dan pematangan, dan (5) pembebasan. Hasil partikel virus per sel
bervariasi menurut jenis virus, sel, dan kondisi pertumbuhannya. Hasil rata –
rata virion tumbuhan dan hewan berkisar dari beberapa ribu sampai kira – kira
satu juta per sel.

2.5 Pengaruh Virus Terhadap Sel Inang


Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
seluler untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan
genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat
bagi inangnya. Ada yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani
oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.
Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat
namun dapat juga berakibat fatal. Akibat dari infeksi akut adalah:
1. Sembuh tanpa kerusakan (sembuh total)
2. Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya polio
3. Berlanjut kepada infeksi kronis
4. Kematian
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga
ada resiko gejala penyakit muncul kembali. Contoh dari infeksi kronis
adalah:
1. Silent Subclinical Infection seumur hidup,
contoh: Cytomegalovirus (CMV)
Cytomegalovirus atau CMV adalah virus keluarga herpes
(Herpesviridae family). Kelompok virus ini dapat menginfeksi manusia
dan menimbulkan penyakit. Infeksi CMV biasanya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gangguan kesehatan karena sistem kekebalan tubuh
bisa mengendalikan infeksi virus tersebut. Namun, begitu tubuh terinfeksi
virus CMV, virus tersebut dapat bertahan seumur hidup dalam tubuh
penderita, dan masalah kesehatan serius dapat terjadi pada orang dengan
sistem imunitas yang lemah, seperti pasien pasca operasi tranplantasi
organ atau penderita HIV, serta bayi yang terpapar virus ini dari air susu
ibu.
2. Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit,
contoh: HIV
HIV adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan,
seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah
terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam
tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Penyaluran
virus HIV bisa melalui penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan
vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang
dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T
pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.
3. Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh: shingles atau cacar
ular
Shingles adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster.
Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap
dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau
lebih ganglia (pusat saraf) posterior. Apabila seseorang mengalami
penurunan imunitas seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan
menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit
herpes zoster. Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan
membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan
menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus tersebut. Herper
zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita
penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti
penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.
4. Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh: Virus Hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah infeksi hati menular yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Bagi sebagian orang, penyakit ini bisa menjadi kronis
dan bisa berlangsung selama lebih dari enam bulan. Virus hepatitis B
(HBV) ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui darah, air mani,
atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi virus. Orang yang memiliki
sistem kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terinfeksi penyakit ini.
Penyakit kronis yang paling sering menyerang manusia adalah AIDS
yang disebabkan oleh virus HIV. HIV secara bertahap merusak sistem
imun dengan menyerang dan membunuh sel CD4 dalam tubuh jenis sel
darah putih yang berperan penting dalam melindungi tubuh dari infeksi.
HIV menggunakan sel CD4 sebagai alat untuk memperbanyak diri dan
menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini disebut sebagai siklus hidup HIV.
Obat-obatan HIV melindungi sistem imun dengan menghambat HIV
di berbagai tahap siklus hidup HIV.
Ada 7 tahap dari siklus hidup virus HIV dalam tubuh, meliputi:
1. Pengikatan (atau penempelan): HIV mengikat pada reseptor di
permukaan sel CD4. sel-sel CD4, disebut juga sel-sel T4, adalah sel-sel
penolong (helper). Mereka ini adalah sel-sel yang akan maju pertama kali
jika terdapat infeksi dalam tubuh. sel-Sel CD8, disebut juga sel-sel T8,
merupakan sel-sel supressor, sebagai bala bantuan bagi sel-sel CD4 yang
telah maju duluan. Semacam pasukan khusus gitulah kalau di medan
perang bah. Fungsi lain sel-sel CD8 juga sebagai team pembunuh, yang
membunuh sel-sel kanker atau bahkan sel tubuh yang terinfeksi penyakit
atau virus. Perbandingan (rasio) CD4 dan CD8 dalam kondisi normal
seharusnya adalah jumlah CD4 lebih banyak daripada CD8.
2. Penggabungan: Amplop HIV dan membran sel CD4 bergabung,
dimana HIV masuk ke dalam sel CD4.
3. Reverse transcription: Di dalam sel CD4, HIV melepas dan
menggunakan transkriptase terbalik di mana enzim dari HIV mengubah
materi genetik yang disebut RNA HIV menjadi DNA HIV. Konversi dari
RNA HIV menjadi DNA HIV menyebabkan HIV masuk ke dalam nukleus
sel CD4 dan menggabungkannya dengan materi genetik sel, yang disebut
sel DNA.
4. Penyatuan (Integrasi): Di dalam nukleus sel CD4, HIV
menghasilkan enzim yang disebut intergrase untuk meleburkan DNA viral
menjadi DNA dari sel CD4.
5. Replikasi: Begitu terintegrasi pada DNA sel CD4, HIV mulai
menggunakan CD4 untuk menghasilkan rantai panjang protein HIV.
Rantai protein HIV merupakan blok pembangun untuk HIV lainnya.
6. Perakitan: Protein HIV baru dan RNA HIV berpindah ke permukaan
sel dan merakit menjadi HIV yang belum matang (tidak menular).
7. Bertunas: HIV yang baru dan belum matang menembus sel CD4.
HIV yang baru menghasilkan enzim HIV yang disebut protease. Protease
berperan untuk memecah rantai panjang protein yang membentuk virus
yang belum matang. Protein HIV yang lebih kecil berkombinasi untuk
membentuk HIV yang matang.
Obat yang dapat mengatasi virus HIV adalah Antiretroviral (ART)
adalah salah satu obat HIV yang digunakan untuk mengatasi infeksi HIV
dan melindungi sistem imun dengan menghambat HIV pada tahap siklus
HIV yang berbeda. Ada berbagai kelas obat HIV yang berbeda tergantung
pada cara mereka melawan HIV. Setiap kelas obat menyerang HIV pada
tahap siklus HIV yang berbeda. Pasien HIV biasanya menggunakan
kombinasi obat HIV dari setidaknya 2 kelas obat HIV yang berbeda setiap
harinya. Karena obat dari berbagai kelas menghambat HIV pada tahap
siklus yang berbeda, ART sangat efektif dalam mencegah HIV dari
memperbanyak diri. Memiliki viral load HIV yang lebih sedikit dalam
tubuh artinya tubuh Anda bekerja baik dalam melindungi sistem imun dan
mencegah virus HIV berkembang menjadi AIDS. Selain itu, ART juga
mengurangi risiko dari resistansi obat HIV. ART tidak dapat
menyembuhkan HIV, namun konsumsi rutin dari obat-obatan HIV dapat
membantu pengidap HIV hidup lebih lama dan lebih sehat. Obat-obatan
HIV juga mengurangi risiko penularan HIV secara seksual.

2.6 Reproduksi Bakteriofage


1. Virus bereproduksi dengan cara proliferasi atau replikasi.
2. Pada Bakteriofage reproduksinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu
daur litik dan daur lisogenik.
 Pada daur litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil
melakukan reproduksi.
 Pada daur lisogenik, virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus
berintegrasi/menempel dengan DNA sel bakteri dan jika bakteri membelah
atau berkembangbiak virus pun ikut membelah.

Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu :


1. Daur litik (litic cycle)
 Fase Adsorbsi (fase penempelan) Ditandai dengan melekatnya ekor virus
pada sel bakteri. Setelah menempel virus mengeluarkan enzim lisoenzim
(enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri untuk
memasukkan asam inti virus.
 Fase Injeksi (memasukkan asam inti) Setelah terbentuk lubang pada sel
bakteri maka virus akan memasukkan asam inti (DNA) ke dalam tubuh sel
bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri dan berfungsi lagi.
 Fase Sintesis (pembentukan) DNA virus akan mempengaruhi DNA
bakteri untuk mereplikasi bagianbagian virus, sehingga terbentuklah
bagian-bagian virus. Di dalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis
virus dan protein yang dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA
virus.
 Fase Asemblin (perakitan) Bagian-bagian virus yang telah terbentuk,
oleh bakteri akan dirakit menjadi virus sempurna. Jumlah virus yang
terbentuk sekitar 100- 200 buah dalam satu daur litik.
 Fase Litik (pemecahan sel inang) Ketika perakitan selesai, maka virus
akan menghancurkan dinding sel bakteri dengan enzim lisoenzim,
akhirnya virus akan mencari inang baru.

2. Daur lisogenik (lisogenic cycle)


 Fase Penggabungan Dalam menyisip ke DNA bakteri DNA virus harus
memutus DNA bakteri, kemudian DNA virus menyisip di antara benang
DNA bakteri yang terputus tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA
bakteri terkandung materi genetik virus.
 Fase Pembelahan Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag.
Kemudian DNA bakteri mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
 Fase Sintesis DNA virus melakukan sintesis untuk membentuk bagian-
bagian virus.
 Fase Perakitan Setelah virus membentuk bagian-bagian virus, dan
kemudian DNA masuk ke dalam akan membentuk virus baru.
 Fase Litik Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri. Virus yang
terlepas dari inang akan mencari inang

baru.
(Gambar 1: Daur Litik) (Gambar 2: Daur Lisogenik)

Jadi, pada Bakteriofage reproduksinya dibedakan menjadi dua macam,


yaitu daur litik dan daur lisogenik. Pada daur litik, virus akan menghancurkan
sel induk setelah berhasil melakukan reproduksi. Pada daur lisogenik, virus tidak
menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi/menempel dengan DNA sel
bakteri dan jika bakteri membelah atau berkembangbiak virus pun ikut membelah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat
(DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Ukuran virus sangat kecil, sehingga disebut juga
mikroba atau mikroorganisme. Di dalam biologi, virus dipelajari lebih
mendalam pada cabang ilmu mikrobiologi atau lebih khusus lagi disebut
virologi. Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat
bagi inangnya. Ada yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani
oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.
Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat
namun dapat juga berakibat fatal. Bakteriofage reproduksinya dibedakan
menjadi dua macam, yaitu daur litik dan daur lisogenik.
DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas


Indonesia.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta :
Erlangga.
Volk, Wesley dan Wheler Margaret. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi kelima jilid
2. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai