Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan izin-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Virologi.
Shalawat beriring salam tidak lupa kita sanjungkan ke pangkuan Nabi besar kita yaitu
Nabi Muhammad SAW. Yang mana beliau telah membawa kita dari alam Jahiliyah ke alam
Islamiyah dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan sebagaimana yang
kita rasakan saat ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan, bantuan serta motivasi sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini menjadi sangat berguna bagi kami dan pembaca
sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik Dasar mengenai Virologi
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang virologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Virologi adalah studi tentang virus. Kata virus berasal dari bahasa latin “Virion”
yang berarti “Racun”, yang pertama kali digunakan di Bahasa Inggris tahun 1392. Definisi
"agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728, sebelum
ditemukannya “virus” sendiri oleh Dimitry Iwanovsky tahun 1892.
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus
selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (influenza dan HIV), hewan (flu
burung), atau tanaman (virus mosaik tembakau/TMV)
2.2 SEJARAH VIRUS
Pada pertengahan abad ke 19, eksistensi dunia mikroba dalam bentuk bakteri, jamur
dan protozoa telah mampu di-buktikan. Pada masa tersebut, pemakaian postulat Koch yang
menyatakan bahwa suatu penyebab penyakit harus :
Dapat ditemukan pada lesi penyakit
Dapat dibuat biakan murni,
Menimbulkan penyakit yang sama jika diinokulasikan pada pejamunya,
Dapat diisolasi kembali dari lesi eksperimental tersebut, telah secara luas diterima
ilmuwan sebagai dogma.
Pada periode tersebut, Jacob Henle mengajukan hipotesis bahwa di dunia ini terdapat
makhluk yang sangat kecil dan tidak mampu diamati dengan mikroskop biasa serta mampu
menyebabkan penyakit; tetapi karena tiadanya bukti-bukti ilmiah yang meyakinkan, hipotesis
ini banyak sekali ditentang. Pada akhir abad ke 19, Adolf Mayer dan Dimitri Ivanofsky
berhasil menginfeksi tembakau sehat dengan filtrat tembakau sakit yang telah dilewatkan
pada saringan yang mampu menahan bakteri. Walaupun demikian mereka tidak
menyimpulkan bahwa etiologi penyakit tersebut adalah organisma yang lebih kecil dari
bakteri.
Bukti awal bahwa etiologi penyakit tersebut merupakan organisma submikroskopik
dideskripsikan oleh Martinus Bei-jerinck. Beijerinck membuktikan bahwa infektifitas etiologi
penyakit mosaik tembakau yang telah berulang kali diencerkan akan meningkat kembali jika
dipasasi pada tanaman hidup. Bukti ini diperkuat dengan Felix D Herelle tentang titrasi virus
bakteri dengan cara esai plaque pada tahun 1917 dan keberhasilan memvisualisasikan virion
dengan mikroskop elektron pada tahun 1939.
Fase berikutnya dari perkembangan virologi adalah fase pemahaman pada tingkat
biokimiawi. Pada tahun 1947, Seymour Cohen dan kawan melakukan penelitian tentang
infeksi bakteriofaga pada sintesis DNA dan RNA. Cohen menemukan bahwa terjadi
perubahan dramatik pada inetabolisme RNA, DNA dan protein pada sel pejamu yang
terinfeksi virus. Penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi virus mampu menimbulkan
tatanan baru dalam sintesa makromolekul oleh set pejamu.
Pada periode yang hampir bersamaan ditemukan teknologi pembiakan virus pada
biakan sel sebagai pengganti binatang hidup dan telur berembrio. Temuan ini memung-
kinkan pengendalian variabel penelitian lebih baik. Temuan dalam bentuk teknologi dan
bahan serta ide yang dikem-bangkan daripadanya terbukti berdampak luas, misalnya saja
dalam hal pembuatan vaksin. Jika antara tahun 1798-1949, semua vaksin dibuat dalam telur
berembrio, setelah periode tersebut banyak vaksin dibuat dalarn biakan sel dengan scaling up
yang lebih efisien dan efek samping vaksin yang lebih kecil.
Pada sisi lain, pemakaian biakan sel memungkinkan virus V dapat dipakai sebagai
pelacak untuk mengetahui berbagai fenomena biologis. Dengan menggunakan sel yang
diinfeksi oleh virus, dapat diketahui lebih jauh bagaimana pemrosesan pascatranlasi protein,
baik berupa pemecahan atau peng-gabungan, penambahan gugus karbohidrat ataupun
terjadinya fosforilasi. Dengan kata lain, banyak pengetahuan tentang inetabolisme sel baik
yang normal maupun yang tidak normal berasal dari penelitian interaksi virus dan sel dan
dengan dasar itu pula terbuka kemungkinan untuk merekayasa fungsi sel.
Virus selalunya terdiri daripada lapisan protein sebagai pelindung (sampul), teras
protein yang menyimpan gen virus, dan gen virus itu sendiri. Sampul yang selalunya
dihasilkan daripada membran sel perumah, melindungi genom virus dan memberikan
mechanisme (the involuntary and consistent response of an
organism to a given stimulus) kepada virus tersebut.
Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang
menyusun kapsid disebut kapsomer.
Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga
dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi
kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi
lingkungan yang merugikan virus.
Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut
sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode
pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan
menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1).
Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik
tidak mempunyai ekor.
Struktur tubuh sebuah virus masih belum dapat disebut sebagai sel, karena
hanya tersusun dari selubung protein di bagian luar (Kapsid) dan asam nukleat (RNA
atau DNA) di bagian dalamnya. Berdasarkan asam nukleat yang terdapat pada virus,
kita mengenal virus DNA dan virus RNA. Bahan-bahan yang diperlukan untuk
membentuk bagian tubuh virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
2.4 UKURAN
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein
nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3
mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada
virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang,
dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.
Bagian-bagian ini berfungs dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada
awal infeksi. Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak
terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari
ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun
dalam bentuk simetri ikosahedral.
Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki
angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid
sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid
sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
2.5 TAKSONOMI VIRUS
Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai dari karakteristik
(morfologi, genom,fisika-kimia,dan sifat fisiologisnya, protein, antigenic, dan sifat
biologisnya) hingga tingkatan ordo, famili, genus, dan spesies
Ordo virus:
Merupakan pengelompokan famili virus yang memiliki banyak kesamaan karakteristik.
Ordo ditandai dengan akhiran Virales. Salah satu virus yang telah diberi penamaan oleh
ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus) adalah Mononegavirales,yang
terdiri dr famili paramyxoviridae,Rhabdoviridae,dan Filoviridae
Famili virus:
Merupakan pengelompokan genus virus yang memiliki byk kesamaan karakteristik dan
dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus ditandai dengan akhiran Viridae.
Contohnya: Picornaviridae, Togaviridae, Poxviridae, Herpesviridae, dan
Paramyxoviridae. Pada beberapa famili (misalnya:Herpesviridae) terdapat hubungan
antara individu-individunya mempunyai 1 subfamili, yang ditandai dengan akhiran
virinae. Herpesviridae diklasifikasikan ke dalam Alphaherpesvirinae (mis: Herpes
simplex virus), Betaherpesvirinae (Cytomegalovirus), dan Gammaherpesvirinae
(misal:Epstein-Barr Virus).
Genus virus:
Merupakan pengelompokan spesies virus yang memiliki banyak kesamaan
karakteristik. Genus virus ditandai dengan tambahan Virus. Ditandai dengan
akhiran Virus (misal: Genus Simplex virus dan genus Varicellovirus pada
Alphaherpesvirinae).
Spesies virus:
Menggambarkan suatu klas polythetic pada virus yang
merupakan replikasi keturunan dan menempati bagian relung ekologinya.
2.6 KLASIFIKASI VIRUS
Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas
Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus).Pada tahun 1976 ICTV (International
Commite on Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan
struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus
dibedakan atas dua golongan yaitu virus DNA dan virus RNA.
Virus DNA mempunyai beberapa famili:
Famili Parvoviridae seperti genus Parvovirus;
Famili Papovaviridae seperti genus Aviadenovirus;
Famili Adenoviridae seperti genus Mastadenovirus;
Famili Herpesviridae seperti genus Herpesvirus;
Famili Iridoviridae seperti genus Iridovirus;
Famili Poxviridae seperti genus Orthopoxvirus.
Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu litik dan lisogenik proses-
proses pada siklus litik: pertama, virus akan mengdakan adsorpsi atau attachment yang
ditandai dengan menmpelnya virus pada dinding sel, kemudian pada virus tertentu
(bakteriofage), melakukan penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan
menggunakan enzim, setelah itu virus akan memulai mereplikasi materi genetik dan selubung
protein, kemudian virus akan memanfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami
lisis Proses-proses pada siklus lisogenik: Reduksi dari siklus litik ke profage( dimana materi
genetiak virus dan sel inang bergabung), bakteri mengalami pembelan binner, dan profage
keluar dari kromosom bakteri. Siklus litik: Waktu relative singkat Menonaktifkan bakteri
Berproduksi dengna bebas tanpa terikat pada kromosom bakteri siklus lisogenik Waktu relatif
lama Mengkominasi materi genetic bakteri dengn virus Terikat pada kromosom bakteri.
3.1 KESIMPULAN
Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil, sehingga tidak dapat kita lihat
dengan mata telanjang. Walupun sudah agak lama dikenal, namun dunia mikroba baru mulai
terbuka secara luas sejak manusia menemukan sebuah alat yang disebut mikroskop, hasil
temuan Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723). Mikroskop tersebut sangat sederhana,
hanya memiliki satu lensa, dan mencapai pembesaran kurang dari 200 kali.
Tetapi dengan mikroskop sederhana tersebut misteri tentang bentuk mikroba yang
sebelumnya masih merupakan rahasia besar mulai terungkap.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
danorganisme lain yang tidak berinti sel).
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein,
lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/user/Downloads/Ilmu%20&%20Pelajaran%20%2
0Dasar-dasar%20Virologi.htm
file:///C:/Users/user/Downloads/Virologi.%20bag%201.htm