Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan izin-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Virologi.
Shalawat beriring salam tidak lupa kita sanjungkan ke pangkuan Nabi besar kita yaitu
Nabi Muhammad SAW. Yang mana beliau telah membawa kita dari alam Jahiliyah ke alam
Islamiyah dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan sebagaimana yang
kita rasakan saat ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan, bantuan serta motivasi sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini menjadi sangat berguna bagi kami dan pembaca
sekalian.

Mojokerto, 8 Oktober 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 1
1.3 TUJUAN ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................... 2
2.1PENGERTIAN ........... ....................................................................... 2
2.2SEJARAH ................................................................................... 3
2.3STRUKTUR ................................................................................... 5
2.4UKURAN ................................................................................... 6
2.5TAKSONOMI ................................................................................... 7
2.6KLASIFIKASI ................................................................................... 8
2.7REPRODUKSI ................................................................................... 10
2.8PERTUMBUHAN ................................................................................... 12
2.9CONTOH ................................................................................... 15
2.10PERANAN ................................................................................... 16
A. MENGUNTUNGKAN ........................................................... 16
B. MERUGIKAN ........................................................... 16
2.11PENCEGAHAN ...................................................................... 17
BAB III PENUTUPAN ..................................................... 18
3.1 KESIMPULAN ....................................................................... 18
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ............................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Virologi sering dianggap bagian mikrobiologi atau patologi. Virologi adalah studi
tentang virus. Virus muncul dari materi non-hidup, secara terpisah dari dan secara paralel
untuk bentuk-bentuk kehidupan lain, mungkin dalam bentuk self-reproducing RNA
ribozymes mirip dengan viroid. Virus yang muncul dari sebelumnya, lebih kompeten selular
bentuk kehidupan yang menjadi parasit untuk sel inang dan kemudian kehilangan banyak
fungsi mereka; contoh seperti prokariota parasit kecil adalah mikoplasma dan Nanoarchaea.
Takson di virologi tidak selalu monofiletik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengertian, sejarah, struktur, ukuran, karakteristik, peranan, klasifikasi dan
reproduksi virus ?
2. Bagaimana pencegahan dan pengobatan akibat virus ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik Dasar mengenai Virologi
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang virologi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN VIRUS

Virologi adalah studi tentang virus. Kata virus berasal dari bahasa latin “Virion”
yang berarti “Racun”, yang pertama kali digunakan di Bahasa Inggris tahun 1392. Definisi
"agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728, sebelum
ditemukannya “virus” sendiri oleh Dimitry Iwanovsky tahun 1892.
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus
selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (influenza dan HIV), hewan (flu
burung), atau tanaman (virus mosaik tembakau/TMV)
2.2 SEJARAH VIRUS

Pada pertengahan abad ke 19, eksistensi dunia mikroba dalam bentuk bakteri, jamur
dan protozoa telah mampu di-buktikan. Pada masa tersebut, pemakaian postulat Koch yang
menyatakan bahwa suatu penyebab penyakit harus :
 Dapat ditemukan pada lesi penyakit
 Dapat dibuat biakan murni,
 Menimbulkan penyakit yang sama jika diinokulasikan pada pejamunya,
 Dapat diisolasi kembali dari lesi eksperimental tersebut, telah secara luas diterima
ilmuwan sebagai dogma.
Pada periode tersebut, Jacob Henle mengajukan hipotesis bahwa di dunia ini terdapat
makhluk yang sangat kecil dan tidak mampu diamati dengan mikroskop biasa serta mampu
menyebabkan penyakit; tetapi karena tiadanya bukti-bukti ilmiah yang meyakinkan, hipotesis
ini banyak sekali ditentang. Pada akhir abad ke 19, Adolf Mayer dan Dimitri Ivanofsky
berhasil menginfeksi tembakau sehat dengan filtrat tembakau sakit yang telah dilewatkan
pada saringan yang mampu menahan bakteri. Walaupun demikian mereka tidak
menyimpulkan bahwa etiologi penyakit tersebut adalah organisma yang lebih kecil dari
bakteri.
Bukti awal bahwa etiologi penyakit tersebut merupakan organisma submikroskopik
dideskripsikan oleh Martinus Bei-jerinck. Beijerinck membuktikan bahwa infektifitas etiologi
penyakit mosaik tembakau yang telah berulang kali diencerkan akan meningkat kembali jika
dipasasi pada tanaman hidup. Bukti ini diperkuat dengan Felix D Herelle tentang titrasi virus
bakteri dengan cara esai plaque pada tahun 1917 dan keberhasilan memvisualisasikan virion
dengan mikroskop elektron pada tahun 1939.
Fase berikutnya dari perkembangan virologi adalah fase pemahaman pada tingkat
biokimiawi. Pada tahun 1947, Seymour Cohen dan kawan melakukan penelitian tentang
infeksi bakteriofaga pada sintesis DNA dan RNA. Cohen menemukan bahwa terjadi
perubahan dramatik pada inetabolisme RNA, DNA dan protein pada sel pejamu yang
terinfeksi virus. Penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi virus mampu menimbulkan
tatanan baru dalam sintesa makromolekul oleh set pejamu.
Pada periode yang hampir bersamaan ditemukan teknologi pembiakan virus pada
biakan sel sebagai pengganti binatang hidup dan telur berembrio. Temuan ini memung-
kinkan pengendalian variabel penelitian lebih baik. Temuan dalam bentuk teknologi dan
bahan serta ide yang dikem-bangkan daripadanya terbukti berdampak luas, misalnya saja
dalam hal pembuatan vaksin. Jika antara tahun 1798-1949, semua vaksin dibuat dalam telur
berembrio, setelah periode tersebut banyak vaksin dibuat dalarn biakan sel dengan scaling up
yang lebih efisien dan efek samping vaksin yang lebih kecil.
Pada sisi lain, pemakaian biakan sel memungkinkan virus V dapat dipakai sebagai
pelacak untuk mengetahui berbagai fenomena biologis. Dengan menggunakan sel yang
diinfeksi oleh virus, dapat diketahui lebih jauh bagaimana pemrosesan pascatranlasi protein,
baik berupa pemecahan atau peng-gabungan, penambahan gugus karbohidrat ataupun
terjadinya fosforilasi. Dengan kata lain, banyak pengetahuan tentang inetabolisme sel baik
yang normal maupun yang tidak normal berasal dari penelitian interaksi virus dan sel dan
dengan dasar itu pula terbuka kemungkinan untuk merekayasa fungsi sel.

Periode & Tahun Temuan

1000 M Serangan Virus Smallpax di Cina.


1798 M Pemerah Susu memiliki Kekebalan terhadap virus smallpox. Tonggak pelopor
penggunaan vaksin.
1880 M ”Germ Theory” atau Postulat Koch
1883 M Penyakit mosaik pada tembakau disebabkan oleh bakteri yg lebih kecil dan
tidak terlihat mikroskop biasa.
1892 M Bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih
dapat melewati saringan. Bakteri tersebut mengeluarkan toksin
yang dapat menembus saringan.
1897 M Kemungkinan kedua dari kesimpulan Iwanovsky digugurkan. Patogen mosaik
tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan
contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit
1952 M Martha Chase dan Alfred Hershey berhasil menemukan bakteriofage
2.3 STRUKTUR VIRUS

Virus selalunya terdiri daripada lapisan protein sebagai pelindung (sampul), teras
protein yang menyimpan gen virus, dan gen virus itu sendiri. Sampul yang selalunya
dihasilkan daripada membran sel perumah, melindungi genom virus dan memberikan
mechanisme (the involuntary and consistent response of an
organism to a given stimulus) kepada virus tersebut.
 Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang
menyusun kapsid disebut kapsomer.
 Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga
dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi
kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi
lingkungan yang merugikan virus.
 Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut
sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode
pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan
menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1).
Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
 Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik
tidak mempunyai ekor.
Struktur tubuh sebuah virus masih belum dapat disebut sebagai sel, karena
hanya tersusun dari selubung protein di bagian luar (Kapsid) dan asam nukleat (RNA
atau DNA) di bagian dalamnya. Berdasarkan asam nukleat yang terdapat pada virus,
kita mengenal virus DNA dan virus RNA. Bahan-bahan yang diperlukan untuk
membentuk bagian tubuh virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
2.4 UKURAN

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein
nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3
mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada
virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang,
dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.
Bagian-bagian ini berfungs dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada
awal infeksi. Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak
terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari
ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun
dalam bentuk simetri ikosahedral.
Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki
angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid
sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid
sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
2.5 TAKSONOMI VIRUS

Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai dari karakteristik
(morfologi, genom,fisika-kimia,dan sifat fisiologisnya, protein, antigenic, dan sifat
biologisnya) hingga tingkatan ordo, famili, genus, dan spesies
 Ordo virus:
Merupakan pengelompokan famili virus yang memiliki banyak kesamaan karakteristik.
Ordo ditandai dengan akhiran Virales. Salah satu virus yang telah diberi penamaan oleh
ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus) adalah Mononegavirales,yang
terdiri dr famili paramyxoviridae,Rhabdoviridae,dan Filoviridae
 Famili virus:
Merupakan pengelompokan genus virus yang memiliki byk kesamaan karakteristik dan
dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus ditandai dengan akhiran Viridae.
Contohnya: Picornaviridae, Togaviridae, Poxviridae, Herpesviridae, dan
Paramyxoviridae. Pada beberapa famili (misalnya:Herpesviridae) terdapat hubungan
antara individu-individunya mempunyai 1 subfamili, yang ditandai dengan akhiran
virinae. Herpesviridae diklasifikasikan ke dalam Alphaherpesvirinae (mis: Herpes
simplex virus), Betaherpesvirinae (Cytomegalovirus), dan Gammaherpesvirinae
(misal:Epstein-Barr Virus).
 Genus virus:
Merupakan pengelompokan spesies virus yang memiliki banyak kesamaan
karakteristik. Genus virus ditandai dengan tambahan Virus. Ditandai dengan
akhiran Virus (misal: Genus Simplex virus dan genus Varicellovirus pada
Alphaherpesvirinae).
 Spesies virus:
Menggambarkan suatu klas polythetic pada virus yang
merupakan replikasi keturunan dan menempati bagian relung ekologinya.
2.6 KLASIFIKASI VIRUS
Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas
Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus).Pada tahun 1976 ICTV (International
Commite on Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan
struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus
dibedakan atas dua golongan yaitu virus DNA dan virus RNA.
Virus DNA mempunyai beberapa famili:
 Famili Parvoviridae seperti genus Parvovirus;
 Famili Papovaviridae seperti genus Aviadenovirus;
 Famili Adenoviridae seperti genus Mastadenovirus;
 Famili Herpesviridae seperti genus Herpesvirus;
 Famili Iridoviridae seperti genus Iridovirus;
 Famili Poxviridae seperti genus Orthopoxvirus.

Virus RNA mempunyai beberapa famili:


 Famili Picornaviridae seperti genus Enterivirus;
 Famili Reoviridae seperti genus Reovirus;
 Famili Togaviridae seperti genus Alphavirus;
 Famili Paramyvoviridae seperti genus Pneumovirus;
 Famili Orthomyxoviridae seperti genus Influensavirus;
 Famili Retroviridae seperti genus Leukovirus;
 Famili Rhabdoviridae seperti genus Lyssavirus;
 Famili Arenaviridae seperti genus Arenavirus.
1. Klasifikasi virus berdasarkan morfologi :
Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein
membran terluarnya (envelope).

2. Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran :


Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi enteric virus,
repiratory virus, arbovirus, virus onkogenik, dan hepatitis virus.

3. Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional :


Virus di klasifikan menjadi 8 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi
ini disebut juga klasifikasi Baltimore. Pada virus RNA, dapat berunting tunggal
(umpamanya pikornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau berunting
ganda (misalnya revirus penyebab diare); demikian pula virus DNA (misalnya
berunting tunggal oada fase φ × 174 dan parvorirus berunting ganda pada adenovirus,
herpesvirus dan pokvirus). Virus RNA terdiri atas tiga jenis utama: virus RNA
berunting positif (+), yang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel inang dan
bertindak sebagai cetakan untuk intermediat RNA unting minus (-); virus RNA
berunting negatif (-) yang tidak dapat secara langsung bertindak sebagai mRNA, tetapi
sebagai cetakan untuk sintesis mRNA melalui virion transkriptase; dan retrovirus, yang
berunting + dan dapat bertindak sebagai mRNA, tetapi pada waktu infeksi segera
bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting ganda (segera berintegrasi ke dalam
kromosom inang ) melalui suatu transkriptase balik yang terkandung atau tersandi.
Setiap virus imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari subkelompok
lentivirus dari kelompok retrovirus RNA. Virus ini merupakan penyebab AIDS pada
manusia, menginfeksi setiap sel yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4.
2.7 REPRODUKSI VIRUS

Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu litik dan lisogenik proses-
proses pada siklus litik: pertama, virus akan mengdakan adsorpsi atau attachment yang
ditandai dengan menmpelnya virus pada dinding sel, kemudian pada virus tertentu
(bakteriofage), melakukan penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan
menggunakan enzim, setelah itu virus akan memulai mereplikasi materi genetik dan selubung
protein, kemudian virus akan memanfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami
lisis Proses-proses pada siklus lisogenik: Reduksi dari siklus litik ke profage( dimana materi
genetiak virus dan sel inang bergabung), bakteri mengalami pembelan binner, dan profage
keluar dari kromosom bakteri. Siklus litik: Waktu relative singkat Menonaktifkan bakteri
Berproduksi dengna bebas tanpa terikat pada kromosom bakteri siklus lisogenik Waktu relatif
lama Mengkominasi materi genetic bakteri dengn virus Terikat pada kromosom bakteri.

1. Daur litik (litic cycle)


a. Fase Adsorbsi (fase penempelan)
Ditandai dengan melekatnya ekor virus pada sel bakteri. Setelah
menempel virus mengeluarkan enzim lisoenzim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri untuk memasukkan asam
inti virus.
b. Fase Injeksi (memasukkan asam inti)
Setelah terbentuk lubang pada sel bakteri maka virus akan memasukkan
asam inti (DNA) ke dalam tubuh sel bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada
di luar sel bakteri dan berfungsi lagi.
c. Fase Sintesis (pembentukan)
DNA virus akan mempengaruhi DNA bakteri untuk mereplikasi bagian bagian virus,
sehingga terbentuklah bagian-bagian virus. Di dalam sel
bakteri yang tidak berdaya itu disintesis virus dan protein yang dijadikan
sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
d. Fase Asemblin (perakitan)
Bagian-bagian virus yang telah terbentuk, oleh bakteri akan dirakit
menjadi virus sempurna. Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200
buah dalam satu daur litik.
e. Fase Litik (pemecahan sel inang)
Ketika perakitan selesai, maka virus akan menghancurkan dinding sel
bakteri dengan enzim lisoenzim, akhirnya virus akan mencari inang baru.

2. Daur lisogenik (lisogenic cycle)


a. Fase Penggabungan
Dalam menyisip ke DNA bakteri DNA virus harus memutus DNA bakteri,
kemudian DNA virus menyisip di antara benang DNA bakteri yang
terputus tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri terkandung
materi genetik virus.
b. Fase Pembelahan
Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag. Kemudian DNA
bakteri mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
c. Fase Sintesis
DNA virus melakukan sintesis untuk membentuk bagian-bagian virus
d. Fase Perakitan
Setelah virus membentuk bagian-bagian virus, dan kemudian DNA masuk
ke dalam akan membentuk virus baru
e. Fase Litik
Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri. Virus yang terlepas dari inang
akan mencari inang baru
2.8 PERTUMBUHAN VIRUS

1) Metode Kultur Sel


Virus dapat diperbanyak dengan melakukan kultur sel yaitu menumbuhkan
sel yang terinfeksi virus secara invitro. Perbanyakan sel dilakukan di atas tabung gelas
atau flask (labu plastik) dengan ukuran yang beragam sesuai kebutuhan atau di dalam
bejana yang luas. Tekhnik ini dilakukan secara aseptis untuk menjaga agar kultur bebas
dari kontaminasi jamur dan bakteri. Suspensi sel tunggal yang diketahui konsentrasinya
ditumbuhkan ke dalam flask steril dengan media yang sesuai, kemudian diinkubasi
pada suhu yang sesuai (biasanya 370C) dengan posisi mendatar. Sel akan melekat pada
permukaan dan mulai bereplikasi membentuk sel monolayer (satu lapis) yang saling
berikatan satu dengan lainnya.
Setelah beberapa hari medium yang digunakan untuk pertumbuhan dan
metabolisme sel akan habis, dan jika tidak diganti maka sel akan mengalami kerusakan
dan akan mati. Sel monolayer diberi perlakuan dengan tripsin dan atau larutan versene
untuk mendapatkan sel tunggal. Sel ini kemudian ditumbuhkan pada flask yang baru.
Sel monolayer digunakan untuk menumbuhkan dan menguji beberapa aspek interaksi
virus dengan inang. Selain untuk menumbuhkan sel monolayer, beberapa tipe sel juga
dapat ditumbuhkan di dalam larutan dimana sel tersebut tidak menempel pada
permukaan flask dan tidak menempel satu dengan lainnya, misalnya sel hibridoma yang
mengsekresikan antibodi monoklonal.
2) Media dan Buffer
Kebanyakan media pertumbuhan yang digunakan merupakan media kimiawi,
tetapi ditambahkan dengan serum 5-20% yang mengandung stimulan yang penting
untuk pembelahan sel. Media yang bebas serum dengan tambahan stimulan tertentu
digunakan untuk beberapa tujuan. Media mengandung larutan garam isotonis, asam
amino, vitamin, dan glukosa, sontohnya Eagles Minimal Esential Medium (MEM) yang
diformulasikan oleh Eagle th 50-an. Selain mengandung serum, MEM juga diperkaya
dengan antibiotik (biasanya penicillin dan streptomycin) untuk membantu mencegah
kontaminasi bakteri. Umumnya pertumbuhan sel yang baik terjadi pada pH 7,0-7,4.
Media juga ditambah fenol red sebagai indikator pH yang akan berwarna merah pada
pH 7,4, orange pH 7,0, dan kuning pH 6,5, kebiru-biruan pH 7,6 dan ungu pH 7,8.
Media tumbuh juga membutuhkan penyangga di antara dua kondisi, yaitu:
 Penggunaan flask terbuka menyebabkan masuknya O2 dan
meningkatnya Ph
 Konsentrasi sel yang tinggi menyebabkan diproduksinya CO2 dan asam
laktat menyebabkan turunnya pH. Kedua kondisi ini dihadapi dengan dengan
memberikan buffer ke dalam media dan ke dalam inkubator dialirkan CO2 dari luar.
Buffer yang biasanya digunakan adalah sistem bikarbonat-CO2, sehingga ke dalam
media pertumbuhan ditambahkan larutan bikarbonat. Reagent yang digunakan di
dalam media dan kultur sel harus disterilisasi dengan autoclave (uap panas), hot-air
oven (panas kering), membrane filtration, atau diirradiasi untuk peralatan plastik.

3) Pertumbuhan Virus di dalam Kultur


Kebanyakan penelitian dalam virologi dilakukan dengan menumbuhkan virus
di dalam suatu kultur, mekipun saat ini banyak penelitian yang dilakukan seluruhnya
bersandarkan pada gen yang dikloning dan protein yang diekspresikan di luar kultur
sel. Virus yang dapat tumbuh di dalam kultur dapat dipelajari lebih detail.
Ketidakmampuan untuk tumbuh secara in vitro sangat membatasi kemajuan
penelitian, misalnya pada penelitian produksi vaksin dan pengembangan obat-obatan
anti virus untuk hepatitis B dan C. Virus ditumbuhkan di dalam kultur bertujuan untuk
mendapatkan stock virus. Virus yang telah diremajakan disimpan pada suhu -700C
dan disebut sebagai master-stock, sub master stock, dst., tergantung pada jumlah
peremajaannya. Virus stock ditumbuhkan dengan menginfeksikan sel pada
multiplicity of infection (m.o.i) yang rendah, kira-kira 0,1-0,01 unit infeksi per sel.
Virus melekat pada sel dan mengalami beberapa kali replikasi di dalam kultur sel.
Setelah beberapa hari, virus dipanen dan media ekstraseluler di sekitar kultur sel atau
dari sel itu sendiri yang telah lisis karena pembekuan dan pencarian (freezing and
thawing) atau dilisis menggunakan cawan ultrasonik. Virus kemudian dihitung
dengan infectivity assay. Jika diperlukan virus dengan jumlah yang banyak, misalnya
pada pemurnian virus. Kultur sel diinfeksi dengan m.o.i yang tinggi, seperti 10 unit
infeksi per sel. Hal ini menjamin bahwa semua sel akan terinfeksi
secara bersamaan dan replikasi terjadi hanya satu kali dan virus segera
dipanen pada akhir siklus replikasi. Sel yang terinfeksi menghasilkan
progeni virus dengan kisaran 10-10.000 partikel virus per sel.
4) Penggunaan Telur berembrio
Untuk beberapa virus, kultur sel bukan merupakan pilihan tepat untuk
menumbuhkan virus sehingga digunakanlah fertilized embrio ayam.
Fertilized embrio memiliki berbagai membran dan rongga yang dapat
mendukung pertumbuhan virus. Aliquot kecil dan virus diinokulasikan ke
dalam rongga allantoic telur. Virus kemudian menempel dan bereplikasi di
dalam rongga yang dihasilkan dan sel epitel. Virus kemudian menempel
dan bereplikasi di dalam rongga yang dihasilkan dari sel epitel. Virus
dilepaskan ke cairan allantoik dan dipanen setelah ditumbuhkan selama
sekitar dua hari pada suhu 370C. Vaksin influenza diperbanyak dengan cara
sama seperti ini.
Berbagai contoh virus yang dapat ditumbuhkan secara kultur dan atau melalui
embrio, antara lain:
A Virus herpes simplex, dapat tmbuh pada bermacam-macam kultur dan pada membran
chorio-allantoic
B Virus Varicella-zoster, dapat tumbuh lambat dalam kultur sel manusia
(jaringan kulit, paru-paru, dan otot embrio manusia), dan pada sel ginjal
kera *Cytomegalovirus, dapat tumbuh lambat dalam kultur jaringan sel
paru-paru embrio manusia
C Virus Epstein-Barr, dapat tumbuh pada kultur suspensi dari limfoblas
manusia
D Virus influenza, dapat tumbuh pada kantung korioalantois telur berembrio
2.9 CONTOH VIRUS

 HIV (Human Immunodeficiency Virus) :


Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih
(sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus
tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah
rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN).
Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang.
Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut
mengalami replikasi.
 Virus herpes :
Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian
disalin menjadi mARN.
 Virus influenza :
Siklus replikasi virus influenza hampir sama dengan siklus replikasi virus
herpes. Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal
ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN.
2.10 PERANAN
A. MENGUNTUNGKAN
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.Melalui
terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen
baik (penyembuh). Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor biologi pada
Purdue's School of Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia
kesehatan. Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15
Desember 2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).
B. MERUGIKAN
 Penyakit hewan akibat virus
Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam.
Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). Penyakit kuku dan mulut,
yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau. Penyakit kanker pada
ayam oleh rous sarcoma virus (RSV). Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang
menyerang anjing, kucing, dan monyet. Penyebabnya adalah virus rabies.
 Penyakit tumbuhan akibat virus
Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.
Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis
penyakit yang menyerang tanaman padi. Penyebabnya adalah virus Tungro. Penyakit
degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem
degeneration (CVPD).
 Penyakit manusia akibat virus
Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa
saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang
disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).
Kanker leher rahim juga diduga disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang
menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia
yang memperlihatkan hubungan antara kanker dan agen-agen infektan. Juga ada
beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai
penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit
psikiatris pada manusia. Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia
menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan
meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di
laboratorium. Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis
cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu
menyebabkan kepunahan suatu bangsa. Beberapa suku bangsa Indian telah punah
akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa. Meskipun
sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam
jumlah besar. Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa
Eropa di dunia baru Amerika.
2.11 PENCEGAHAN
Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi,
virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling
efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses
infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus. Penyembuhan
penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan
antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek
samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena
itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit
disebabkan oleh bakteri atau virus.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil, sehingga tidak dapat kita lihat
dengan mata telanjang. Walupun sudah agak lama dikenal, namun dunia mikroba baru mulai
terbuka secara luas sejak manusia menemukan sebuah alat yang disebut mikroskop, hasil
temuan Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723). Mikroskop tersebut sangat sederhana,
hanya memiliki satu lensa, dan mencapai pembesaran kurang dari 200 kali.
Tetapi dengan mikroskop sederhana tersebut misteri tentang bentuk mikroba yang
sebelumnya masih merupakan rahasia besar mulai terungkap.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
danorganisme lain yang tidak berinti sel).
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein,
lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

 file:///C:/Users/user/Downloads/Ilmu%20&%20Pelajaran%20%2
0Dasar-dasar%20Virologi.htm
 file:///C:/Users/user/Downloads/Virologi.%20bag%201.htm

Anda mungkin juga menyukai