MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Kerja
Dosen Pengampu : H. Wasludin, SKM, M. Kes.
Fujiati P27901117009
Hardiyanti P27901117010
Intan Kurnia Putriawan P27901117012
Rasi P27901117027
Tiya Mutiara P27901117041
Virandia Julianti P27901117043
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas untuk membuat makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Kerja. Sholawat serta salam
kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua kelak
mendapatkan syafaat dari beliau. Makalah ini membahas Tentang K3
Pengambilan Sampel Feses, Urine, Dan Darah. Kami mengucapkan terimakasih
kepada dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat membantu kami untuk dapat menyempurnakan
kembali pembuatan makalah yang akan datang. Demikian makalah ini kami susun
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi
penyusunan makalah dengan tema yang senada di waktu yang akan datang.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3
ii
DAFTAR PUSTAKA
Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Dilorenzo. 2014. Urinalisasi dan
cairan tubuh. Mardiana, penerjemah. Jakarta : EGC. Terjemahan dari:
Urinalysis And Body Fluid, Sixth Edition.
Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Dilorenzo. 2014. Intisari flebotomi :
panduan pengambilan darah. Mardiana, penerjemah. Jakarta : EGC.
Terjemahan dari: Phlebotomy Notes: Pocket Guide To Blood
Collection.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler.
Hal lainnya juga pada urine, kita selalu menemui dan melakukan pembuangan
urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air
kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun
kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita
keluarkan tidak seperti biasanya.
Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan
proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan
adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan urine merupakan
pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen urine. Pemeriksaan
pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh
seseorang.
Selain itu, pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan
laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih
diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan
mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses,
cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang
benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Salah satu pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi adalah pemeriksaan
sputum. Pemeriksaan sputum diperlukan juga jika diduga terdapat penyakit
paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. Sputum berbeda dengan sputum yang
bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat
gelembung busa di atasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur
encer dan terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran
nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari
tenggorokan.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang
2
masyarakat indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia,
bronkitis kronis, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tes
terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan
menggunakan dahak atau sputum.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang berprofesi dalam bidang
kesehatan, misalnya Dokter, Perawat, Bidan dan tenaga kesehatan lainnya
harus mengetahui dan memahami cara pengambilan spesimen.
1.3 Tujuan
Dengan materi yang di bahas di harapkan pembaca dapat memahami dan
mampu melakukan :
1. Cara Pengambilan Spesimen Darah Vena dan Arteri
2. Cara Pengambilan Spesimen Urin
3. Cara Pengambilan Spesimen Feses
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Pembuluh balik yang besar ada dua macam, yaitu pembuluh
balik besar atas (vena kava superior) dan pembuluh balik besar
bawah (vena kava inferior). Pembuluh balik besar atas menerima
darah dari tubuh bagian atas, yaitu kepala dan lengan. Pembuluh
balik besar bawah menerima darah dari tubuh bagian bawah, yaitu
badan dan kaki.
b. Fungsi pembuluh balik (Vena)
Menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju jantung.
c. Jenis-jenis pembuluh balik (Vena)
Vena Pulmonalis
Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen dari
paru-paru menuju ke antrium kiri jantung. Vena pulmonalis
terbagi atas dua macam atau jenis yakni vena pulmonalis
kanan dan vena pulmonalis kiri.
Vena Cava atau Vena Sistemik
Pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh
tubuh menuju ke jantung bagian antrium kanan. Vena cava
terbagi atas dua yakni vena cava superior dan vena cava
interior.
Vena Superfisialis
Pembuluh balik yang terletak dekat dengan permukaan
kulit dan tidak terletak dekat dengan arteri yang tepat.
Vena Dalam atau deep
Pembuluh darah vena yang menyertai arteri dan biasanya
tersimpan dalam selubung pembungkus vena dan arteri.
d. Ciri-ciri pembuluh balik (Vena)
Pembuluh balik yang dinding lebih tipis.
Pembuluh yang tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar
daripada pembuluh nadi.
Pada umumnya terletak didekat dengan permukaan tubuh
dan tampak kebiru-biruan.
5
Memiliki ukuran yang berdiamater 1 hingga 1,5 centimeter.
Mengandung banyak karbondioksida.
2. Tujuan
1) Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi
syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2) Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi,
needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun
penderita.
3) Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan
darah (phlebotomy).
3. Indikasi
Semua klien yang membutuhkan pemeriksaan spesimen darah.
4. Kontraindikasi
a. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang mengalami
gangguan sirkulasi darah pada klien dengan mastektomi (operasi
pengangkatan payudara).
b. Daerah edema.
c. Hematome.
d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan.
e. Daerah bekas luka atau terdapat tanda-tanda infeksi, infiltrasi, atau
thrombosis pada tempat penusukan.
f. Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita gangguan
ginjal.
g. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan
atau menurunkan kadar zat tertentu.
h. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan (kelumpuhan
otot dan saraf).
i. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi.
6
5. Prosedur pengambilan darah vena
1) Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik)
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik
(syring) merupakan cara yang masih sering dilakukan di berbagai
laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat
suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari
sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai
ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran
terbesar sampai dengan terkecil adalah: 21G, 22G, 23G, 24G dan
25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada
pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat
diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
7
3. Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di
kursi.
4. Cuci tangan.
5. Pakai sarung tangan bersih.
6. Pasang pengalas di bawah tangan klien.
7. Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di
fossa antecubital).
8. Pasang tourniquet 5-10 cm di atas vena yang dipilih.
9. Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan
arah sirkuler dari dalam ke luar (± 5 cm). Biarkan kulit
mongering.
10. Tempatkan jari telunjuk tangan non domianant di bawah
lokasi penusukan (± 2,5 cm) dan tarik kulit secara perlahan..
11. Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan
perlahan.
12. Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi.
13. Lepaskan tourniquet.
14. Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan
kapas alcohol.
15. Pasang plester di lokasi penyuntikan.
16. Lepaskan jarum suntik dari syringenya.
17. Masukkan darah ke dalam wadah specimen.
18. Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal,
jenis pemeriksaan, nama ruangan).
19. Masukkan wadah spesimen kedalam palstik specimen.
20. Rapikan alat dank klien.
21. Lepaskan sarung tangan.
22. Cuci tangan.
23. Dokumentasi tindakan.
24. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form
permintaan pemeriksaan laboratarium.
8
2) Pengambilan spesimen darah vena dengan vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS
BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari
kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir
ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior
digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan
dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir
keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum
pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong
tabung menancap pada jarum posterior.
9
hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged
needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan
jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum
vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya
adalah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua
buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan
selang yang menghubungkan jarum anterior dan
posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah
akan kelihatan masuk pada selang (flash).
Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien.
2. Cuci tangan.
3. Pakai sarung tangan bersih.
4. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang
banyak melakukan aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas
lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
10
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam
holder dan sekrupkan.
11. Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarum.
12. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong
sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka
darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai
darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung,
setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung
kedua, begitu seterusnya.
13. Lepas torniquet dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
14. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik
jarum. Tekan kapas beberapa saat, lalu plester selama kira-
kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum tourniquet
dibuka.
15. Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya.
16. Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam .
17. Rapikan alat dan klien.
18. Lepaskan sarung tangan.
19. Cuci tangan.
20. Dokumentasi tindakan.
11
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form
permintaan pemeriksaan laboratarium.
12
pemusingnya. Umunya digunakan untuk pemerksaan kimia darah,
imunologi, serologi, dan bank darah (crossmatching test)
b) Tabung tutup kuning. Tabung ini bersisi gel sepator (serum
separator tube/ SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel
darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel
dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi.
c) Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma
separator tube/ PST) dengan antikoagulan lithium heparin.
Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan
sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah.
d) Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA.
Ummnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank
darah (crossmatch).
e) Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (contoh : PPT, APTT).
f) Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium
heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas
osmotic eritrosit, kimia darah.
g) Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas
logam, umumnya digunakan untuk pemeriksan trace element
(zink, copper, mercury) dan toksologi.
h) Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride
dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
i) Tabung tutup hitam berisi buffer sodium sitrat, digunakan untuk
pemeriksaan LED (ESR).
j) Tabung tutup pink. Berisi potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan imunohematologi.
k) Tabung tutup putih. Potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan molekul/PCR dan bDNA.
13
l) Tabung tutup kuning dengan warna hitam dibagian atas. Berisi
media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi- aerob,
anaerob dan jamur.
14
Kedua pembuluh nadi (arteri). yang keluar dan jantung tersebut
kemudian bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh nadi yang
lebih kecil. Pembuluh nadi yang paling kecil, disebut arteriol.
Arteriol berukuran lebih tipis dari satu sisir rambut. Arteriol ini
bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh kapiler.
Selain aorta, pembuluh nadi lain yang membawa darah
meninggalkan jantung adalah pembuluh nadi paru-paru (arteri
pulmonalis). Pembuluh ini berpangkal pada bilik kanan jantung
dan berukuran lebih kecil dari pada aorta. Tugasnya membawa
darah yang mengandung karbon dioksida (darah kotor), dan uap
air ke paru-paru. Melalui pembuluh nadi, darah dari jantung
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh termasuk jaringan penyusun
jantung. Pembuluh nadi yang bertugas mengalirkan oksigen dan
zat makanan ke jantung disebut nadi tajuk (arteri koronaria).
Pembuluh ini berukuran sangat kecil sehingga mudah tersumbat
oleh gumpalan lemak. Penyumbatan aliran darah menyebabkan
sebagian sel-sel pada organ jantung menjadi kekurangan makanan
dan oksigen. Peristiwa penyumbatan pembuluh nadi jantung ini
disebut koronariasis.
b. Fungsi pembuluh nadi (arteri)
Mengalirkan darah dan jantung ke seluruh tubuh,
Menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel,
Mengangkut zat buangan misalnya karbon dioksida,
Menjaga keseimbangan mobilitasi protein, kimia, unsur-unsur
dan sistem kekebalan tubuh dan sel.
c. Jenis-jenis pembuluh nadi (arteri)
Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis atau nadi paru-paru adalah pembuluh
yang dilewati darah dan bilik menuju ke paru-paru. Pembuluh
ini mengandung banyak karbon dioksida yang akan dilepaskan
keparu-paru yakni di alveolus.
15
Arteri Sistemik
Arteri sistemik adalah pembulu yang mengantar darah ke
arteriol setelah itu ke pembuluh kapiler tempat dimana zat
nutrisi dan oksigen ditukarkan.
Aorta
Aorta adalah pembuluh terbesar yang ada dalam tubuh dan
keluar dan ventrikel yang membawa banyak oksigen.
Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi yang paling kecil yang
berhubungan dengan pernbuluh kapiler.
Pembuluh Kapiler
Pembuluh kapiler adalah tempat pertukaran zat yang
menjadi fungsi utama dalam sistem sirkulasi, pembuluh kapiler
merupakan pembuluh yang bukan sesungguhnya. Pembuluh
kapiler merupakan pembuluh yang menghubungkan cabang-
cabang dan pembuluh balik dengan sel-sel tubuh.
d. Ciri-ciri pembuluh arteri
Dinding pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis
Lapisan luar berupa sel-sel otot elastis
Lapisan tengah berupa sel-sel otot polos
Lapisan dalam yang hanya disusun oleh selapis sel berdinding
tipis.
Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastic
Membawa darah yang bersih
Mempunyai satu katup yaitu awal pembuluh yang berada di
dekat jantung
Jika terluka, darah akan memancar
Umumnya terletak dibagian dalam tubuh
16
e. Lokasi pengambilan darah arteri
Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri
yang paling sering untuk pengambilan sampel termasuk arteri
radialis, arteri brachialis, dan arteri femoralis. Dari ketiganya,
arteri radialis adalah area sampling yang paling disukai karena
tiga factor utama:
a) Mudah untuk mengakses
b) Arteri radialis adalah arteri dangkal dan karena itu lebih
mudah untuk diraba, stabil, dan mudak ditusuk,
c) Memiliki jaminan aliran darah.
Jika kerusakan pada arteni radialis terjadi atau menjadi
terhambat, arteri ulnaris akan memasok darah ke jaringan
biasanya dipasok oleh arteri radialis. Untuk menilai arteri radialis
untuk sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi untuk
menjamin patensi arteri, ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:
a) Melenyapkan denyut radialis dan ulnaris secara bersamaan
dengan menekan di kedua pembuluh darah di pergelangan
tangan.
b) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya
sampai kulit terlihat pucat.
c) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi
arteri radialis. Perhatikan kembalinya warna kulit daam
waktu 15 detik.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri
radialis tidak dapat diakses, maka arteri brakialis dapat
digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena lebih besar
bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh darah
besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial
terletak sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan
17
rasa sakit pasien jika Anda secara tidak sengaja mengenainya
dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak
disukai karena merupakan arteri relatif dalam; lerletak
berdekatan dengan saraf femoralis dan vena, dan tidak memiliki
jaminan aliran darah. Tusukan dan arteri femoralis biasanya
digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien hipotensi
parah yang memiliki perfusi perifer yang buruk.
2. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa
gas darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi
penyakit pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi seberapa efek
paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan mengeleminasi
karbondioksida dari darah.
Tekanan parsial oksigen (P02) normal : 75-1 00 mmHg, biasanya
menurun sesuai pertambahan usia.
Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg
pH normaI : 7,35-7,45
Saturasi oksigen (Sa02) : 94-100%
Kandungan oksigen (O2CT) : 1 5-23 volume%
Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 millimols per liter
(mEq/liter)
18
pH PaCO2 Bikarbonat standar
Asidosis Respiratory Rendah Tinggi Normal tinggi
Alkalosis Respiratory Tinggi Rendah Normal tinggi
Asidosis Metabolik Rendah Normal rendah Rendah
Alakalosis Metabolik Tinggi Normal Tinggi
3. Indikasi
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit
paru, Diabetes Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik.
4. Kontraindikasi
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan
trombosit rendah.
5. Komplikasi
Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan
dengan benar. Namun dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang
tertunda atau memar pada area tusukan jarum atau yang jarang terjadi,
kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan.
19
l. Wadah berisi es
m. Kertas label untuk nama
n. Bengkok
7. Prosedur pelaksanaan
1) Cek alat-alat yang akan digunakan
2) Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
3) Perkenalkan nama perawat
4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
5) Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
6) Jaga privasi klien
7) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
8) Posisikan klien dengan nyaman
9) Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
10) Pasang pengalas
11) Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
12) Palpasi arteri radialis
13) Lakukan allen’s tes
Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral
arteri radialis. Klien diminta mengepalkan tangan dengan
kencang. Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri
radialis dan ulnaris. Klien diminta membuka dan mengepalkan
beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak
tangan terbuka. Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari
arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik
bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris ( uji
Allen negatif ), arteri radialis tidak boleh digunakan untuk
pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi arteri
radialis dan arteri ulnaris ( uji Allen negatif ), arteri radialis tidak
boleh digunakan. Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan
20
kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris,
minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada
arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan
tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah
menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan
tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
14) Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan
handuk
15) Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
16) Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-
povidin, kemudian diusap dengan kapas alkohol
17) Berikan anestesi lokal jika perlu
18) Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan
kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum
dan spuit
19) Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45°
sambil menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain
20) Observasi adanya pulsasi ( denyutan ) aliran darah masuk spuit (
apabila darah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi
mengenai vena )
21) Ambil darah 1 sampai 2 ml
22) Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan
kasa 5-10 menit
23) Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus
atau karet
24) Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
25) Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
21
26) Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi
oksigen yang digunakan klien jika kilen menggunakan terapi
oksigen
27) Kirim segera darah ke laboratorium
28) Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak
mengeluarkan darah ( untuk klien yang mendapat terapi
antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama )
29) Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
30) Cuci tangan
31) Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
32) Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu
pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil dan respon
klien
22
Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah
dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus.
Ukur tanda vital ( terutama suhu ) sebelum darah diambil.
Segera kirim ke laboratorium ( cito ).
23
c. Fungsi urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun
atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap
urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan
urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin
berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari
urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak
menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air.
Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat
atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula
yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
24
C. Indikasi
Efektif dilakukan jika:
a. Memastikan apakah urin klien terdapat bakteri, keton, darah, protein
atau zat obat adiktif.
b. Adanya dugaan penyakit tertentu misalnya penyakit yang berkaitan
dengan system perkemihan, endokrin.
c. Adanya penyakit-penyakit metabolic atau sistemik yang
mempengaruhi fungsi ginjal.
d. Ingin memastikan apakah klien dalam keadaan hamil atau tidak.
D. Kontraindikasi
Tidak ada
25
urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan
segera ke penampungan yang lebih besar.
d. Urin acak
Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan
kandungan urin
e. Kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area
kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum
suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak
diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3
mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati
dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
Prosedur pelaksanaan
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan
sabun
26
5. Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun
dan mengeringkannya dengan handuk kecil.
6. Minta klien untuk menampung urinnya di dalam wadah.
7. Minta klien menutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian
dalam tutup.
8. Pasang sarung tangan bersih
9. Keringkan bagian luar wadah dengan tisu
10. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis
pemeriksaan, nama ruangan)
11. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
12. Rapikan alat dank lien
13. Lepaskan sarung tangan
14. Cuci tangan
15. Dokumentasi tindakan
16. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form
permintaan pemeriksaan laboratarium.
b. Pengambilan spesimen urine midstream (clean- voided)
Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah handuk kecil/ tisu
3. 1 buah pakaian mandi
4. 1 buah sabun
5. Bedpan (untuk pasien non ambulatory) atau spesimen hat (untuk
pasien ambulatory)
6. Air secukupnya
7. Tisu antiseptik
8. 1 buah kertas label
9. 1 berkas form permintaan laboratarium
10. 1 buah plastik specimen
Prosedur pelaksanaan:
27
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan
sabun
6. Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan
mengeringkannya dengan handuk kecil.
7. Tampung urinnya di dalam wadah, dengan cara:
8. Laki- laki: pegang penis dengan 1 tangan non dominan, bersihkan
perineum dengan gerakan sirkular dari arah dalam kearah luar
dengan menggunakan tissue antiseptik.
9. Perempuan: regangkan labia minora dengan jari tangan non-
dominan dengan tissue antiseptic dari arah depan (di atas orifisium
uretra) kearah belakang (menuju anus).
10. Sambil memegang penis atau menahan bagian labia, klien diminta
untuk miksi lalu menahan sesaat.
11. Ambil urin midstream 30-60 cc
12. Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin berhenti sambil
tetap menahan labia atau penis dan klien menyelesaikan miksinya.
13. Tutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup
14. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
15. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,tanggal, jenis
pemeriksaan, nama ruangan)
16. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastic spesimen
17. Rapikan alat dan klien
18. Lepaskan sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi tindakan
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium.
28
c. Pengambilan spesimen urin dari kateter
Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk urin kultur)
3. 1 buah spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk urin rutin)
4. 1 buah klem
5. Kapas alkohol
6. Tissue
7. 1 buah kertas labelnya
8. 1 buah wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan steril untuk
kultur)
9. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
10. 1 buah plastik specimen
Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan spesimen
6. Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik dengan kapas
alkohol
7. Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30 derajat
8. Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin rutin
9. Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk urin
rutin)atau pindahkan ke wadah steril (untuk kultur)
10. Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup
11. Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-bag
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
29
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis
pemeriksaan, nama ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan asarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium.
30
Nitrogen ( dari berat kering) 5,7-7,0
Fosfor (sebagai P2O5 dari berat kering) 3,5-5,4
Potasium (sebagai K2O dari berat kering) 1,0-2,5
Karbon ( dari berat kering) 40-55
Kalsium (sebagai CaO dari berat kering) 4-5
C/N rasio ( dari berat kering) 5-10
d. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari
dari jumlah tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya
mungkin berupa kuman dan sisa - sisa kuman. Selebihnya adalah
sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel - sel epitel
yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid
silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna
coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari
sampai 3x per-minggu.
B. Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan
untukpemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan
spesimen feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman, seperti
kelompok salmonela, sigela, sherichia coil, stafilokokus, dan lain-lain.
31
C. Indikasi
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam feses
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
D. Kontraindikasi
Tidak ada
E. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan
sebaliknya sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam
keadaan segar.
32
G. Prosedur
1) Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan minta persetujuan tindakan yang
akan dilakukan pada bayinya
2) Menyiapkan alat yang diperlukan
3) Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi dipopoknya, hindari
kontak dengan urine
4) Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5) Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses kedalam wadah
specimen kemudian tutup dan bungkus
6) Observasi warna, konsistensi, lendir,darah,telur cacing dan adanya
parasit pada sample
7) Buang alat dengan benar
8) Cuci tangan
9) Berikan label pada wadah specimen dan kirimkan ke laboratorium
10) Lakukan pendokumentasian dan tidakan yang sesuai
33
bantu tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik sampah khusus
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5 cm atau sekitar 15-
30cc (jika dalam bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau
pus maka sertakan pula dalam pemeriksaan spesimen.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan Iangkah awal
yang sangat menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh
jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Hasil pemeriksaan laboratorium
mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat pengambilan
dan seleksi spesimen. Pengambilan specimen dilakukan dengan standar
prosedur yang ada. Menyediakan dan mengirim bahan pemeriksaan
laboratarium sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan
terhadap pasien atau kiien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat
segera dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Sehingga hasilnya dapat
secepatnya digunakan untuk menentukan dan mengetahui perkembangan
penyakit pasien atau klien bersangkutan.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk
mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. OIeh karena itu,
kita harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal terutama dalam hal
keperawatan.
35
1