Anda di halaman 1dari 26

BAB 3

SUB TOPIK / SUB JUDUL : Tanggung Jawab Hukum Perlindungan


Hukum

TUJUAN INSTRUKSIONAL :Untuk Mengetahui Bagaimana


Tanggung Jawab Hukum dan
Perlindungan Hukum

INDIKATOR : Mahasiswa Dapat Mengemukakan


Pengertian Dari Tanggung Jawab dan
Perlindungan Hukum

URAIAN MATERI :

A. PENDAHULUAN
Kewenangan ahli teknologi laboratorium medik dalam menjalankan
tugas dan profesinya secara prinsip diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik. Dalam menjalankan praktik
profesinya ahli teknologi laboratorium medik tidak lepas dari batasan
kewenangan yang dimiliki sebagai syarat utama dalam melakukan pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Batasan kewenangan praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik di


laboratorium tersebut yaitu:

a. Batasan kewenangan melakukan praktik sesuai dengan jenjang pendidikan


yaitu dibedakan sebagai lulusan Diploma III sebagai Ahli Madya Teknologi
Laboratorium Medik dan lulusan Diploma IV sebagai Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium Medik.

b. Kewenangan memberikan pelayanan hanya dapat dilakukan berdasarkan


permintaan tertulis dengan keterangan klinis yang jelas dari tenaga
medis/dokter dan bidan.
c. Ahli Teknologi Laboratorium Medik dapat melaksanakan kewenangan
selain yang sudah disebutkan, apabila terdapat penugasan oleh pimpinan
fasilitaspelayanan kesehatan dengan memperhatikan kompetensi, kedaruratan
dan kemungkinan untuk dirujuk.

d. Pelimpahan wewenang kepada ahli teknologi laboratorium medik dalam


memberikan pelayanan kesehatan dapat bersifat mandat maupun delegatif.

Pertanggungjawaban hukum ahli teknologi laboratorium medik dapat


dibedakan berdasarkan bidang hukum itu sendiri yaitu secara hukum perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi;

a. Pertanggungjawaban secara hukum perdata akan bersumber pada


perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) yaitu bahwa ahli
teknologi laboratorium medik harus bertanggung jawab atas kesalahannya
yang merugikan pasien dan untuk mengganti kerugian, selain itu ahli
teknologi laboratorium medik harus bertanggung jawab atas kerugian yang
disebabkan oleh kelalaian dan kurang hati-hati dalam menjalankan tugas
profesionalnya. Selain itu adanya wanprestasi terkait dengan syarat sahnya
suatu perjanjian khususnya dalam hal pengambilan sampel darah
(flebotomi) dimana ahli teknologi laboratorium medik berhubungan
langsung dengan pasien dalam rangka memenuhi upaya kesehatan bersama
dokter (inspannings verbintenis) meskipun dalam hubungan hukum bukan
bersifat langsung. Pertanggungjawabannya dapat langsung atau menjadi
tanggung gugat bersama dokter atau Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta sebagai instansi, tergantung pada jenis tindakan yang
dilakukan.
b. Sedangkan pertanggungjawaban hukum pidana akan bersumber terhadap
persyaratan untuk dapat dimintai pertanggungjawaban hukum yaitu (1)
adanya perbuatan atau tidak berbuat yang berdasarkan aturan tertulis, (2)
adanya kemampuan bertanggung jawab, (3) adanya suatu kesalahan baik
disengaja maupun lalai, (4) tidak ada unsur pemaaf dan unsur pembenar,
serta (5) kewajiban memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan perijinan
ahli teknologi laboratorium medik harus dalam bentuk Surat Ijin Praktik
Ahli Teknologi Laboratorium Medik (SIP-ATLM). Bentuk
pertanggungjawaban adalah mandiri dan langsung.
c. Pertanggungjawaban hukum administrasi yaitu tanggung jawab ahli
teknologi laboratorium medik yang berkaitan dengan persyaratan
administrasi bersumber dari kewenangan yang diperoleh dan dihubungkan
dengan fungsi ahli teknologi laboratorium medik dalam menjalankan
praktik profesinya di laboratorium klinik.

B. TANGGUNG JAWAB HUKUM


Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul
tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua
macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan
pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (lilability without based on fault) dan
pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang dikenal(lilability without
fault)yang dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung jawab mutlak
(strick liabiliy). Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar kesalahan
mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung jawab karena ia
melakukan kesalahan karena merugikan orang lain.

Menurut Ridwan Halim, 1988, tanggung jawab hukum adalah sebagai


sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan
hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum
diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berprilaku menurut
cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.
Purbacaraka juga berpendapat bahwa tanggung jawab hukum bersumber
atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk
menggunakan hak dan/atau melaksanakan kewajibannya. Lebih lanjut ditegaskan,
setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yang dilakukan
secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada dasarnya
tetap harus disertai dengan pertanggung jawaban, demikian pula dengan
pelaksanaan kekuasaan (Purbacaraka, 2010).

I. PRINSIP TANGGUNG JAWAB HUKUM

Prinsip tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam


hukum perlindungan konsumen. dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen
diperlukan kehatihatian dalam menganlisis siapa yang harus bertanggung jawab
dan seberapa jauh tanggng jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait
(Shidarta, 2000).
Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat
dibedakan sebagai berikut (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008):
1. Kesalahan (liability based on fault)
2. Praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability)
3. Praduga tidak selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability)
4. Tanggung jawab mutlak (strict liability)
5. Pembatasan tanggung jawab (limitation of liability)
Adapun penjelasan dari prinsip-prinsip tanggung jawab:
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang
cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPer,
khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.
Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggung
jawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.
Dalam pasal 1365 KUHPer yang lazim dikenal sebagai pasal tentang
perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhnya empat unsur pokok,
yaitu:
a. Adanya perbuatan;
b. Adanya unsur kesalahan;
c. Adanya kerugian yang diterima;
d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.
2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumption of liability),
Prinsip ini meyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab, sampai
ia membuktikan ia tidak berselah. Jadi beban pembuktian ada ada si
tergugat.
3. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab (presumption of
nonliability), Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip ini
untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi
konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara
common sense dapat dibenarkan. Contoh dalam penerapan prinsip ini
adalah hukum pengangkutan, kehilngan atau kerusakan pada bagasi kabin
atau bagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si penumpang
(konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini,
pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat diminta pertanggung jawaban.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability), Prinsip tanggung jawab
mutlak sering diidentikan dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolute
liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua
terminologi diatas. Strict liability adalah prinip tanggung jawab yang
menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun, ada
pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari
tanggung jawab, misalnya keadaan force majeur. Sebaliknya, absolute
liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada
pengecualian.
5. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan (limitation of liability
principle), prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi
oleh pelaku usaha untuk mencantumkan sebagai klasula eksonerasi dalam
perjanjian standar yang dibuat. Dalam perjanjian cuci cetak film misalnya,
ditentukan bila film ingin dicuci/dicetak itu hilang dan/atau rusak (termasuk
akibat kesalahan petugas),maka konsumen hanya dibatasi ganti kerugian
sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Prinsip tanggung jawab ini
sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku
usaha. Dalam UUPK seharusnya pelaku usaha tidakboleh secara sepihak
menetukan klausul yang merugikan konsumen, termasuk membatasi
maksimal tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan mutlak harus
berdasarkan peraturan perundangundangan yang jelas.
II. Perbuatan Melawan Hukum
Istilah perbuatan melawan hukum berasal dari bahasa Belanda disebut
dengan istilah (onrechmatige daad) atau dalam bahasa inggris disebut tort.
Kata (tort) berkembang sedemikian rupa sehingga berarti kesalahan perdata
yang bukan dari wanprestasi kontrak. Kata (tort) berasal dari bahasa latin
(orquer) atau (tortus) dalam bahasa Prancis, seperti kata (wrong) berasal dari
bahasa Prancis (wrung) yang berarti kesalahan atau kerugian (injury).

Pada prinsipnya, tujuan dibentuknya sistem hukum yang kemudian


dikenal dengan perbutan melawan hukum tersebut adalah untuk dapat tercapai
seperti apa yang disebut oleh pribahasa latin, yaitu (juris praecepta sunt haec
honeste vivere, alterum non leadere, suum cuque tribune) artinya semboyan
hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain dan memberikan
orang lain haknya. Sebelum tahun 1919 yang dimaksud perbuatan melawan
hukum adalah perbuatan yang melanggar peraturan tertulis. Namun sejak tahun
1919 berdasar Arrest HR 31 Januari 1919 dalam perkara Cohen melawan
Lindenbaum, maka yang dimaksud perbuatan melawan hukum adalah
perbuatan yang melanggar hak orang lain, hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis, kewajiban hukum serta kepatutan dan kesusilaan yang diterima di
masyarakat.

Perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diatur


dalam Buku III KUHPerdata. Rumusan perbuatan melawan hukum
terdapat pada Pasal 1365 KUHPerdata yaitu :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang


lain mewajibkan orang yang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”

Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perbuatan


melawan hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh
seorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) katgori perbuatan melawan hukum, yaitu
sebagai berikut :

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan.

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan


maupun kelalaian).

c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.

Jika ditinjau dari pengaturan KUHPerdata Indonesia tentang perbuatan


melawan hukum lainya, sebagaimana juga dengan KUHPerdata di negara
sistem Eropa Kontinental, maka model tanggung jawab hukum adalah sebagai
berikut :

a. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian),


sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata.

b. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan, khususnya unsur kelalaian,


sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1366 KUHPerdata.

III. Macam – Macam Tanggung Jawab

Macam-macam tanggung jawab adalah sebagai berikut

a. Tanggung jawab dan Individu

Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat bertanggung


jawab. Hanya mereka yang memikul akibat dari perbuatan mereka. Oleh
karenanya, istilah tanggungjawab pribadi atau tanggungjawab sendiri
sebenarnya “mubajir”. Suatu masyarakat yang tidak mengakui bahwa setiap
individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya tidak mampu
menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu mengenali hakikat
kebebasan.

Friedrich August von Hayek mengatakan bahwa 46 “Semua bentuk dari


apa yang disebut dengan tanggungjawab kolektif mengacu pada tanggungjawab
individu”. Istilah tanggungjawab bersama umumnya hanyalah digunakan untuk
menutup-nutupi tanggungjawab itu sendiri. Dalam tanggungjawab politis
sebuah masalah jelas bagi setiap pendelegasian kewenangan (tanggungjawab).
Pihak yang disebut penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat
dari keputusan mereka. Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan
pemilihannya atau pensiun dini. Sementara sisanya harus ditanggung si
pembayar pajak. Karena itulah para penganut liberal menekankan pada
subsidiaritas, pada keputusan-keputusan yang sedapat mungkin ditentukan di
kalangan rakyat yang notabene harus menanggung akibat dari keputusan
tersebut.

b) Tanggung jawab dan kebebasan

Kebebasan dan tanggungjawab tidak dapat dipisahkan. Orang yang dapat


bertanggung jawab terhadap tindakannya dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya hanyalah orang yang mengambil keputusan dan bertindak tanpa
tekanan dari pihak manapun atau secara bebas. Liberalisme menghendaki satu
bentuk kehidupan bersama yang memungkinkan manusianya untuk membuat
keputusan sendiri tentang hidup mereka. Karena itu bagi suatu masyarakat
liberal hal yang mendasar adalah bahwa setiap individu harus mengambil alih
tanggungjawab. Ini merupakan kebalikan dari konsep sosialis yang
mendelegasikan tanggungjawab dalam ukuran seperlunya kepada masyarakat
atau negara. Kebebasan berarti tanggungjawab; Itulah sebabnya mengapa
kebanyakan manusia takut terhadapnya.

George Bernard Shaw mengatakan bahwa47“Persaingan yang merupakan


unsur pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi jika ada
tanggungjawab individu. Seorang manusia baru akan dapat menerapkan seluruh
pengetahuan dan energinya dalam bentuk tindakan yang efektif dan berguna
jika ia sendiri harus menanggung akibat dari perbuatannya, baik itu berupa
keuntungan maupun kerugian. Justru di sinilah gagalnya ekonomi terpimpin
dan masyarakat sosialis: secara resmi memang semua bertanggungjawab untuk
segala sesuatunya, tapi faktanya tak seorangpun bertanggungjawab. Akibatnya
masih kita alami sampai sekarang.”
c) Tanggungjawab sosial

Dalam diskusi politik sering disebut-sebut istilah tanggungjawab sosial.


Istilah ini dianggap sebagai bentuk khusus, lebih tinggi dari tanggungjawab
secara umum. Namun berbeda dari penggunaan bahasa yang ada,
tanggungjawab sosial dan solidaritas muncul dari tanggungjawab pribadi dan
sekaligus menuntut kebebasan

dan persaingan dalam ukuran yang tinggi.

Untuk mengimbangi “tanggungjawab sosial” tersebut pemerintah membuat


sejumlah sistem, mulai dari Lembaga Federal untuk Pekerjaan sampai asuransi
dana pensiun yang dibiayai dengan uang pajak atau sumbangan-sumbangan
paksaan. Institusi yang terkait ditentukan dengan keanggotaan paksaan. Karena
itu institusi-institusi tersebut tidak mempunyai kualitas moral organisasi yang
bersifat sukarela. Orang yang terlibat dalam organisasi-organisasi seperti ini
adalah mereka yang melaksanakan tanggungjawab pribadi untuk diri sendiri
dan orang lain.Semboyan umum semua birokrat adalah perlindungan sebagai
ganti tanggungjawab.

d) Tanggung jawab terhadap orang lain

Setiap manusia mempunyai kemungkinan dan di banyak situasi Juga


kewajiban moral atau hukum untuk bertanggungjawab terhadap orang lain.
Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan
tanggung jawabnya. Si orang tua bertanggungjawab kepada anaknya, anggota
keluarga saling tanggungjawab. Anggota keluarga saling membantu dalam
keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini
khususnya menyangkut manusia yang karena berbagai alasan tidak mampu atau
tidak mampu lagi bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri secara penuh. Ini
terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau tidak.
Tanggungjawab terhadap orang lain seperti ini tentu saja dapat diterapkan di
luar lingkungan keluarga. Bentuknya bisa beranekaragam. Yang penting adalah
prinsip sukarela – pada kedua belah pihak. Pertanggungjawaban manusia
terhadap dirinya sendiri tidak boleh digantikan dengan perwalian.
e) Tanggungjawab dan risiko

Dalam masyarakat modern orang berhadapan dengan berbagai risiko.


Risiko itu bisa membuat orang sakit dan membutuhkan penanganan medis yang
sangat mahal. Atau membuat orang kehilangan pekerjaan dan bahkan harta
bendanya. Ada berbagai cara untuk mengamankan dari risiko tersebut,
misalnya dengan asuransi. Untuk itu tidak diperlukan organisasi pemerintah,
melainkan hanya tindakan setiap individu yang penuh tanggungjawab dan
bijaksana.

C. PERLINDUNGAN HUKUM

I. KONSEP DASAR PERLINDUNGAN HUKUM

Sebagai makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu
melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum
(rechtsbetrekkingen) (R. Soeroso, 2006). Suatu hubungan hukum akan
memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan, sehingga apabila dilanggar akan mengakibatkan pihak pelanggar dapat
dituntut di pengadilan (Soedjono Dirjosisworo, 2001). Tiap hubungan hukum
tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu masing-masing anggota
masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan yang berbeda-beda dan
saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi ketegangan dan konflik
maka tampil hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan tersebut yang
dinamakan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep


Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan
memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

II. PENGERTIAN PERLINDUNGAN HUKUM

Kehidupan dalam masyarakat yang sedikit banyak berjalan dengan tertib


dan teratur ini tidak lepas dari adanya dukungan oleh adanya suatu tatanan.
Karena dengan adanyatatanan inilah kehidupan menjadi tertib. Sehingga hukum di
sini dengan adanya tatanan inilah kehidupan menjadi tertib, hukum disini
merupakan bagian intergral dari kehidupan manusia. Hukum mengatur dan
menguasai manusia dalam kehidupan manusia dalam kehidupan bersama. Dan
dari situlah, maka perlindungan hukum sangatlah dibutuhkan bagi manusia demi
perkelakuan di masyarakat untuk memberikan suatu nilai keadilan bagi
masyarakat. Intinya, perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang diikuti oleh
subjek hukum dalam Negara hukum, berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan (Philipus M. Hadjon, 1987).
Prinsip-prinsip perlindungan hukum di Negara kita, Indonesia, landasan
pijaknya adalah Pancasilla sebagai dasar ideologi dan falsafah Negara. Konsepsi
perlindungan hukum bagi Negara-negara Barat bersumber pada konsep-konsep
Rechtsstaat and Rule of The Law. Menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka
berpikir dengan landasan bijak Pancasila, maka prinsip perlindungan hukum di
Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia yang bersumber pada Pancasila.
Hukum adalah karya manusia yang berupa norma-norma berisikan
pelajaran-pelajaran tentang tingkah laku. Yang merupakan cermin dari kehendak
manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan diarahkan.
Menjalankan fungsinya sebagai pengatur kehidupan bersama manusia, hukum
harus mengalami proses yang panjang dan melibatkan berbagai aktivitas
(pembuatan dan penegakan hukum) dengan kualitas yang berbeda (Satjipto
Raharjo, 2000).
Lebih lanjut Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa hukum hadir dalam
masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-
kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain. Pengkoordinasian
kepentingan-kepentingan tersebut dilakukan dengan cara membatasi dan
melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Hukum melindungi kepentingan
seseorang dengan cara memberikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam
memenuhi kepentingannya tersebut. Pemberian kekuasaan, atau yang sering
disebut dengan hak ini, dilakukan secara terukur, keluasan dan kedalamannya.
Sedangkan menurut Paton (dalam Satjipto Raharjo, 2000), suatu
kepentingan merupakan sasaran hak, bukan hanya karena ia dilindungi oleh
hukum, melainkan juga karena ada pengakuan terhadap itu. Hak tidak hanya
mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, tapi juga kehendak.
Terkait fungsi hukum untuk memberikan perlindungan, Lili Rasjidi dan B.
Arief Sidharta, 1994, mengatakan bahwa hukum itu ditumbuhkan dan dibutuhkan
manusia justru berdasarkan produk penilaian manusia untuk menciptakan kondisi
yang melindungi dan memajukan martabat manusia serta untuk memungkinkan
manusia menjalani kehidupan yang wajar sesuai dengan martabatnya.
Philipus M. Hadjon, 1987, berpendapat bahwa: “Prinsip perlindungan
hukum bagi rakyat terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari
konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan
dan perlindugan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kEpada pembatasan-
pembatasan dan peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah.”
Perlindungan hukum dalam Bahasa Inggris disebut legal protection,
sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut rechtsbecherming. Harjono mencoba
memberikan pengertian perlindungan hukum sebagai perlindungan dengan
menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum,
ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu
dengan menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut dalam sebuah hak
hukum (Harjono, 2008).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata
lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan
membentengi. Sedangkan Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan,
penjagaan, asilun, dan bunker. Beberapa unsur kata Perlindungan
1. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga,
memelihara, merawat, menyelamatkan.
2. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan)
memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung);
3. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi;
4. Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan;
5. Lindungan: yang dilindungi, tempat berlindung, perbuatan;
6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung;
7. Melindungkan membuat diri terlindungi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum adalah
perlindungan yang diberikan dengan berlandaskan hukum dan perundang-
undangan.
Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia
(Setiono, 2004).
Perlindungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali,
dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUDNRI 1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif
harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua
orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan
yang berkembang di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan yang
mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap warga negara.
Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), konsep perlindungan
hukum, yang tidak lepas dari perlindungan hak asasi manusia, merupkan konsep
Negara hukum yang merupkan istilah sebagai terjemahan dari dua istilah rechstaat
dan rule of law. Sehingga, dalam penjelasan UUD RI 1945 sebelum amandemen
disebutkan, “Negara Indonesia berdasar atas hukum, (rechtsstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.
Teori Negara hukum secara essensial bermakna bahwa hukum adalah
supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau pemerintahan
untuk tunduk pada hukum (subject to the law), tidak ada kekuasaan diatas hukum
(above the law), semuanya ada dibawah hukum (under the rule of law), dengan
kedudukan ini, tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang (arbitrary
power) atau penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power) (Muh. Hasrul, 2013).
Mahfud MD, 2006, mengatakan bahwa Pancasila memiliki sekurang-
kurangnya empat kaedah penuntun yang harus dijadikan pedoman dalam
pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia. Pertama, hukum harus
melindungi segenap bangsa dan menjamin keutuhan bangsa dan karenanya tidak
diperbolehkan adanya hukum-hukum yang menanam benih-benih disintegrasi.
Kedua, hukum harus mampu menjamin keadilan sosial dengan memberikan
proteksi khusus bagi golongan lemah agar tidak tereksploitasi dalam persaingan
bebas melawan golongan yang kuat. Ketiga, hukum harus dibangun secara
demokratis sekaligus membangun demokrasi sejalan dengan nomokrasi (Negara
hukum). Keempat, hukum tidak boleh diskriminatif berdasarkan ikatan primordial
apapun dan harus mendorong terciptanya toleransi beragama berdasarkan
kemanusian dan keberadaban.
Berdasarkan pandangan diatas dan sesuai dengan prinsip NKRI sebagai
negara hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD RI 1945,
amandemen ketiga, tahun 2001, maka prinsip-prinsip negara hukum Pancasila
tersebut harus ditegakkan.

III. PEMBAGIAN DAN SARANA PERLINDUNGAN HUKUM

Menurut Muchsin, Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu:
a. Perlindungan Hukum Preventif
b. Perlindungan Hukum Represif
Menurut Philipus M. Hadjon, 1987 menyatakan bahwa sarana perlindungan
Hukum ada dua macam, yaitu:
1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta
memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu
kewajiban.
Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu
keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah
mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya
bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di
Indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.
2. Sarana Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan
Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip
perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari
konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasimanusia
karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-
pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua
yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip
negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.
Pengertian perlindungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menentukan
bahwa perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban yang wajib
dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini.

D. RINGKASAN

Hubungan hukum tercermin pada hak dan kewajiban yang diberikan oleh
hukum. Setiap manusia pasti dibebani tanggung jawab. Apabila tidak mau
bertanggung jawab, ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab. Tanggung
jawab berisi kewajiban dan hak yang harus dipenuhi, tanggung jawab muncul
berkenaan dengan pemenuhan kewajiban.
Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap
harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadahap asasi manusia di bidang
hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada
Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan
pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Sarana
perlindungan hukum ada dua bentuk, yaitu sarana perlindungan hukum preventif
dan represif.

LATIHAN PEMAHAMAN
1. Yang bukan termasuk pinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum
menurut Celina Tri Siwi Kristiyanti adalah
a. Kesalahan (liability based on fault)
b. Praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability)
c. Kesempatan untuk merusak (change to damage)
d. Tidak selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability)
e. Tanggung jawab mutlak (strict liability)
Jawaban : C

2. Yang tidak berkaitan erat dengan kata Perlindungan adalah


a. Cara berlindung
b. Tempat berlindung
c. Hal (perbuatan) memperlindungi
d. Hal hal yang menyebabkan seseorang berlindung Keinginan untuk
berlindung
Jawaban : E

3. Pasal yang memuat tentang perlindungan adalah


a. Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
b. Pasal 2 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
c. Pasal 1 butir 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
d. Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
e. Pasal 2 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
Jawaban : A
4. Tokoh yang tidak berpendapat mengenai pengertian perlindungan hukum
adalah
a. Philipus M. Hadjon, 1987
b. Satjipto Raharjo, 2000
c. Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, 1994,
d. Franklyin Brooke, 2003
e. Harjono, 2008
Jawaban : D.
5. Pancasila memiliki sekurang-kurangnya empat kaedah penuntun yang
harus dijadikan pedoman dalam pembentukan dan penegakan hukum di
Indonesia
a. Hukum harus melindungi segenap bangsa dan menjamin keutuhan
bangsa
b. Hukum harus mampu menjamin keadilan sosial dengan memberikan
proteksi khusus bagi golongan lemah
c. Hukum harus dibangun secara demokratis sekaligus membangun
demokrasi sejalan dengan nomokrasi (Negara hukum). K
d. hukum tidak boleh diskriminatif berdasarkan ikatan primordial
apapun
e. Hukum merupakan sarana untuk berbuat bebas bagi kaum berkuasa
Jawaban : E..
6. Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus bertanggung jawab atas
kesalahannya yang merugikan pasien dan bertanggung jawab atas kerugian
yang disebabkan oleh kelalaian dan kurang hati-hati dalam menjalankan
tugas profesionalnya. Dari kasus tersebut maka ATLM dikenakan ...
c. Hukum perdata d. Hukum preventif
d. Hukum pidana e. Hukum represif
e. Hukum administratif
Jawaban : A

7. Yang dimaksud perbuatan melawan hukum adalah .....


a. perbuatan yang tidak melanggar hak orang lain, hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis, kewajiban hukum serta kepatutan dan
kesusilaan yang diterima di masyarakat.
b. perbuatan yang melanggar hak orang lain, hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis, kewajiban hukum serta kepatutan dan
kesusilaan yang diterima di masyarakat.
c. Menyelisihpahamkan hukum yang ada baik disekitar maupun
hukum yang tertulis dan ditetapkan oleh negara
d. Mengambil hak orang lain tetapi masih sesuai dengan hukum yang
berlaku
e. Perbuatan atau tidak berbuat yang berdasarkan aturan tertulis

Jawaban : B

8. Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang melawan hukum


yang dilakukan oleh seorang yang karena salahnya telah menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Dari penjelasan diatas berdasarkan ...
a. Pasal 1360 KUHP perdata
b. Pasal 1361 KUHP perdata
c. Pasal 1365 KUHP perdata
d. Pasal 1369 KUHP perdata
e. Pasal 1367 KUHP perdata
Jawbaan : C

9. Menurut Muchsin, Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu : Perlindungan Hukum Preventif dan Perlindungan Hukum Represif.
Yang dimaksud hukum preventif adalah ....
a. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran
b. perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan
hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa
atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
c. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran
d. Perlindungan hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa.
e. Perlindungan yang diberikan oleh keluarga dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran
Jawaban : A

10. Mahfud MD, 2006, mengatakan bahwa Pancasila memiliki sekurang-


kurangnya empat kaedah penuntun yang harus dijadikan pedoman dalam
pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia, yang bukan termasuk 4
kaedah tersebut yaitu .....
a. Hukum harus melindungi segenap bangsa dan menjamin keutuhan
bangsa dan karenanya tidak diperbolehkan adanya hukum-hukum
yang menanam benih-benih disintegrasi.
b. Hukum harus mampu menjamin keadilan sosial dengan
memberikan proteksi khusus bagi golongan lemah agar tidak
tereksploitasi dalam persaingan bebas melawan golongan yang
kuat.
c. Hukum harus dibangun secara demokratis sekaligus membangun
demokrasi sejalan dengan nomokrasi (Negara hukum).
d. Hukum tidak boleh diskriminatif berdasarkan ikatan primordial
apapun dan harus mendorong terciptanya toleransi beragama
berdasarkan kemanusian dan keberadaban.
e. Hukum bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasimanusia karena menurut
sejarah dari barat.
Jawaban : E

11. Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua


macam, yaitu ...
a. Kesalahan dan risiko
b. Kebenaran dan tanggungjawab
c. Perbuatan dan kondisi
d. Tuntutan dan Perbuatan
e. Kesalahan dan konsekuensi

Jawaban : A

12. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan


dengan sengaja disebut ....
a. Tort liability
b. Negligence tort ability
c. Concept of fault
d. Intertional tort ability
e. Strick liability
Jawaban : D

13. Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab


sampai ia membuktikan ia tidak bersalah disebut prinsip ....
a. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab
b. Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab
c. Prinsip tanggung jawab mutlak
d. Prinsip tanggung jawab dengan kebebasan
e. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

Jawaban : B

14. Dalam ilmu hukum dikenal dengan kategori perbuatan melawan hukum
yaitu ...
a. Perbuatan melawan hukum karena ketidaksengajaan
b. Perbuatan melawan hukum dengan kesalahan
c. Perbuatan melawan hukum karena ketidaklalaian
d. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
e. Perbuatan melawan hukum karena keterpaksaan

Jawaban : D

15. Teori negara hukum secara essensial bermakna bahwa hukum adalah
supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggaraan negara atau
pemerintahan untuk, kecuali ...

a. Tunduk pada hukum

b. Ada kekuasaan diatas hukum

c. Semuanya ada dibawah hukum

d. Tidak boleh ada kekuasaan sewenang-wenang

e. Penyalahgunaan kekuasaan

Jawaban : A
16. “Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindak pemerintah
bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat,
lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindugan terhadap hak-
hak asasi manusia diarahkan kEpada pembatasan-pembatasan dan
peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah.” Merupakan
pengertian perlindungan hokum menurut..
a. Philipus M. Hadjon
b. Satjipto Harjo
c. R. Soeroto
d. Ir. Soekarno
e. Moh Hatta
Jawaban : A

17. Menurut Philipus M. Hadjon, 1987 menyatakan bahwa sarana


perlindungan Hukum ada dua macam, yaitu:
a. Sarana Perlindungan Represif dan Priogatif
b. Sarana perlindungan Represif dan Preventif
c. Srana Perlindungan Preventif dan Prioritas
d. Saran Perlindungan Progresif dan Prioritas
e. Sarana Perlindungan Mnadiri dan Prioritas
Jawaban : B

18. “Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk


mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.” Merupakan pengertian dari
sarana hukum..
a. Preventif
b. Priogatif
c. Mandiri
d. Prioritas
e. Hukum Publik
Jawaban A
19. Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum Celina Tri
Siwi Kristiyanti, 2008 dibagi menjadi
a. 5
b. 4
c. 6
d. 7
e. 3
Jawaban : A

20. Perlindungan hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.


Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan
Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini.
Adalah tujuan dari perlindungan hukum..
a. Represif
b. Preventif
c. Priogatif
d. Mandiri
e. Prioritas
Jawaban : A
GLOSARIUM

Common sense: Aktivitas yang sifatnya umum tentang pengalaman bersama,


persetujuan bersama, dan pendapat umum tetang suatu objek tertentu yang
memiliki kesamaan.

Delegatif: orang yang ditunjuk dan diutus oleh suatu perkumpulan (negara dan
sebagainya) dalam suatu perundingan (musyawarah dan sebagainya)/ perutusan.

Force majeur: suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak
dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Hubungan kausalitas: hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari dua


realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan.

Hukum perdata: ketentuan yang mengatur hak dan kepentingan antar individu
dalam masyarakat.

Hukum pidana: keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan


perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.

Hukum administrasi: suatu perangkat aturan yang memungkinkan administrasi


negara melaksanakan fungsinya, yang juga sebagai pelindung warga negara
terhadap perbuatan tindak administrasi Negara dan sebagai pelindung administrasi
Negara itu sendiri.

Konservasi: pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk


mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan, pengawetan,
pelestarian.

Mandat: perintah atau arahan yang diberikan oleh orang banyak (rakyat,
perkumpulan, dan sebagainya) kepada seseorang (beberapa orang) untuk
dilaksanakan sesuai dengan kehendak orang banyak itu
Praduga: anggapan tentang sesuatu tanpa (harus) membuktikannya terlebih
dahulu/prasangka.

Preventif: sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan


kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan di masa depan.

Represif: suatu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya


suatu pelanggaran atau juga peristiwa buruk. Dengan kata lain, tindakan yang
dilakukan setelah atau sesudah peristiwa terjadi

Rule of law: prinsip hukum yang menyatakan bahwa hukum harus memerintah
sebuah negara dan bukan keputusan pejabat-pejabat secara individual. Prinsip
tersebut biasanya merujuk kepada pengaruh dan otoritas hukum dalam
masyarakat, terutama sebagai pengatur perilaku, termasuk perilaku para pejabat
pemerintah.

Tanggung jawab mutlak (Absolute liability) : sebuah prinsip dalam


penyelesaian sengketa lingkungan, khususnya sengketa karena pencemaran dan
perusakan lingkungan. Prinsip ini terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Meskipun ada
dalam undang-undang tersebut, prinsip ini menimbulkan persoalan dalam hal
penerapannya. Meskipun demikian, strict liability penting dalam hal perlindungan
semua korban pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.

Wanprestasi: pelaksanaan kewajiban yang tidak dipenuhi atau ingkar janji atau
kelalaian yang dilakukan oleh debitur baik karena tidak melaksanakan apa yang
telah diperjanjikan maupun malah melakukan sesuatu yang menurut perjanjian
tidak boleh dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Y. (2017). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis (TLM): ETIKA


PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Abdulkadir Muhammad. 2010.Hukum Perusahaan Indonesia,Bandung: Citra


Aditya Bakti

Fuady,Munir.2010.Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer.


Bandung: Citra Adiyta Bakti,

Amin, Yanuar. 2017. Pertanggungjawaban Hukum Ahli Teknologi Laboratorium


Medik Dalam Pelayanan Kesehatan Di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta.Yogyakarta: UGM

Anda mungkin juga menyukai