Anda di halaman 1dari 27

Identifikasi Profil Lipid

Definisi Profil Lipid


Profil lipid adalah unsur – unsur lemak dalam plasma yang tersiri dari
kolestrol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Penetapan kadar lipid
darah dalam plasma dilakukan dengan mengukur kadar total kolesterol, HDL
kolesterol, LDL kolesterol dan trigilesrida.
Kolesterol adalah komponen lemak yang terdapat pada pembuluh darah
semua binatang dan juga manusia. Kolesterol sebenarnya berguna sebagai
sumber energi, membentuk dinding sel-sel dalam tubuh, dan sebagai bahan
dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol memang dibutuhkan
tubuh, namun dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah.
Sebagai kolesterol baik, HDL berfungsi mengambil kolesterol jahat serta
fosolipida dari darah dan menyerahkan pada lipoprotein lain, untuk diangkut
kembali ke hati. Kemudian lemak akan diedarkan kembali atau dikeluarkan
dari tubuh.
Di hati, reseptor LDL mengatur kolesterol darah. Jika LDL meningkat,
sel-sel perusak menumpuk di dinding pembuluh darah dan membentuk plak,
yang memperkecil diameter pembuluh darah. Plak yang bercampur dengan
protein akan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium dan dalam jangka waktu
bertahun-tahun bisa terjadi asterosklerosis (pengerasan dan penyempitan
pembuluh darah). Akibatnya, suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh
terhambat. Jika dibiarkan, dapat mengakibatkan gangguan jantung, stroke,
dan gangguan lain.
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang
mengandung Apo Al dan Apo All, dengan kandungan trigliserida sebesar 5-
10% dan kolesterol sebesar 15-25%. HDL ini mempunyai efek antiaterogenik
kuat, sehingga disebut juga dengan kolesterol baik. Fungsi utama HDL adalah
pengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer,
termasuk pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu

1
dan dikeluarkan ke usus kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa
tinja. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang
LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang
mengangkut kolesterol terbanyak40-50% untuk disebarkan ke seluruh endotel
jaringan perifer dan pembuluh nadi. LDL juga merupakan metabolit Very
Low Density Lipoprotein atau VLDL yang juga disebut kolesterol jahat,
karena efeknya yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan penumpukkan lemak yang
dapat menyempitkan pembuluh darah. Proses tersebut dinamakan
aterosklerosis. Tingginya kadar kolesterol LDL ini bisa terjadi akibat
kurangnya pembentukan reseptor LDL seperti pada kelainan genetik
(hiperkolesterolemia familia) atau jenuhnya reseptor LDL yang berhubungan
dengan konsumsi makanan yang terlalu tinggi kadar VLDL, kecepatan
produksi, dan eleminasi LDL. Jaringan yang banyak mengandung LDL
adalah hati dan kelenjar di dalam darah akan menyebabkan metabolisme LDL
menjadi terganggu.
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan
berbagai organ dalam tubuh. Dari sudut ilmu kimia trigliserida merupakan
substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak.
Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR – CHCOOR’ – CH2 –
COOR”, dimana R = R’ dan R” masing-masing adalah sebuah rantai alkil
yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH dan R”COOH bisa jadi
semuanya berbeda atau hanya dua diantaranya yang sama. Panjang rantai
asam lemak trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun
panjang yang paling umum adalah 16,18 atau 20 atom karbon. Trigliserida
menyusun sekitar 90% lemak dalam makanan yang kita santap. Tubuh
membutuhkan trigliserida untuk energi, tetapi seperti kolesterol bila
jumlahnya terlalu banyak akan buruk bagi pembuluh arteri jantung.
Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Trigliserida dan lipida besar
lainnya (kolesterol dan phospholipid) yang terbentuk di dalam usus halus dan
dikemas untuk di absorbsi secara aktif dan di transportasi oleh darah.

2
Trigliserida akan bergabung dengan protein-protein khusus dan membentuk
alat angkut lipida yang dinamakan lipoprotein.1

A. Pemeriksaan Profil Lipid


Untuk mengetahui profil lemak darah seseorang umumnya dilakukan
pemeriksaan fraksi lemak darah di laboratorium. Fraksi lemak yang perlu di
periksa adalah kadar trigliserida, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
kolesterol HDL. Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung.
Namun memperingan biaya pemeriksaan, kolesterol LDL dapat juga dihitung
dengan rumus Friedewald, dengan syarat kadar trigliserida < 400 mg/dL.
Profil lipid pada umumnya diperiksa setelah subjek puasa 10 – 12 jam (Kee
JL, 2008).
Klasifikasi kadar lipid plasma menurut NCEP ATP III2

Kolesterol Total
< 200 Yang diharapkan
200-239 Batas tinggi (borderline)
> 240 Tinggi
Kolesterol LDL
< 100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Batas tinggi (borderline)
160-189 Tinggi
> 190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
< 40 Rendah
> 60 Tinggi
Trigliserida
< 150 Normal

1
Almaster S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
2
Ruslianti. (2014). Kolesterol Tinggi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia, hlm 15-16

3
150-199 Batas tinggi
200-499 Tinggi
> 500 Sangat tinggi

Beberapa faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia dan jenis
kelamin, yang secara teori dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan
profil lipid darah. Penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung memiliki
komposisi lemak tubuh yang tinggi dibanding pria pada kelompok usia yang
sama. Distribusi lemak tubuh terutama di area jaringan adiposa viseral, dapat
mempengaruhi perubahan profil lipid darah. Studi-studi prospektif jangka
panjang mengungkapkan bahwa peningkatan kadar serum kolesterol pada
usia dewasa muda dapat menjadi prediktor terhadap kejadian penyakit
jantung koroner (PJK) pada usia dewasa menengah. Berdasarkan hal tersebut
pula, NCEP menyarankan bahwa sebaiknya pemeriksaan kadar lipid dan
lipoprotein darah dimulai pada usia 20 tahun, karena diharapkan pada usia ini,
beberapa faktor risiko penyakit yang muncul pada tahap awal dapat dideteksi
lebih dini, sehingga dapat dilakukannya upaya pencegahan primer3

1. Pemeriksaan Kolesterol Total


Tujuan pengujian kolesterol adalah untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko terkena penyakit jantung arteriosklerosis. Uji kolestrol
biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian profil lipid, yang juga
mengevaluasi lipoprotein dan trigliserida, karena dengan sendirinya,
kolesterol bukanlah prediktor penyakit jantung yang benar-benar akurat.
Ada banyak tumpang tindih dalam tingkat "normail" dan "berisiko tinggi".
Tingkat "normal" berasal dari sekelompok pasien yang tidak memiliki
bukti PJK yang jelas (penyakit jantung Choroner). Namun, hal ini
mungkin tidak tepat jika pasien ini memiliki PJK praklinis dan mungkin
tidak benar-benar mencerminkan populasi "tidak berisiko". Tujuan

3
Edyanto, Ermia & Puruhita, Niken. (2012). Perbedaan Kadar Kolesterol LDL dan HDL antara
Wanita Vegetarian Tipe Vegan dan Non-Vegan. Journal of Nutrition College, 1(1), 134-143

4
dilakukannya pemeriksaan kolerterol total adalah untuk memeriksa kadar
kolesterol pasien, memantau kadar kolesterol, dan pemeriksaan kolesterol
serum digunakan sebagai indicator penyakit arteri koroner dan
asterosklerosis4
a. Metode Pemeriksaan
1) Metode Lieberman Burchard
Prinsip dari metode ini adalah kolesterol dengan asetat anhidrat
dan asam sulfat pekat pada temperatur amar membentuk senyawa
yang berwarna coklat hijau tua dengan cara ini ekstraksi dan
deproteinasi dapat ditiadakan.

Sumber kesalahan dapat terjadi larena reaksinya sangat sensitif


terhadap kelembaban, penggunaan pipet dan alat gelas yang bersih
dan kering. Serum yang mengandung bilirubin akan memberikan
nilai yang lebih besar, 1 mh/1mm mL bilirubin menghasilkan
kenaikan nilai kolestrol sebesar 5-6 mg/100 mL serum. Jangan
menggunakan serum yang sudah sangat terhemolisis.

2) Metode Enzimatis
Kolesterol direaksikan menggunakan enzim tertentu sebagai
biokatalisator sehingga reaksi lebih spesifik. Selain itu,
menggunakan fotometer untuk membaca substat, produk atau Ko
enzim dan yang diukur umumnya adalah aktivitas dari enzim yang
patalel dengan konsentrasi kolesterol. Metode enzimatis yang
digunakan adalah kolesterol oksidase (CHOD-PAP). Prinsipnya,
kolesterol oksidase akan menghasilkan peroksida. Peroksida yang
terbentuk, diwarnai dengan empat amino antipirin membetuk
kuinoneimine yang berawrna merah muda. Metode ini paling
banyak digunakan karena hasilnya lebih teliti, karena hanya saja

4
Kee, Joyce LeFever. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: EGC

5
reagen-reagen harus disimpan dengan baik karena enzim mudah
rusak (Zulbadar Panil, 2008).5

b. Faktor yang Mempengaruhi Kolesterol Total


Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
kolesterol dalam darah yaitu:
1) Faktor dari dalam pasien
Faktor dari dalam pasien yang dimaksud adalah keadaan pasien
saat pengambilan sampel yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan kolesterol dalam darah. Faktornya antara lain:6
a) Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat
dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar Hb akan lebih tinggi
pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol
total dan kolesterol LDL akan berubah dengan pola tertentu
sesuai dengan pertambahan umur.
b) Efek makanan
Kolesterol dalam makanan dan asupan kalori total
merupakan penentu utama konsentrasi lemak darah. Seseorang
yang vegetarian akan sangat sedikit mendapat kolesterol dari
makanan sehingga kadar kolesterol darah relatif rendah.
c) Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan lambat pada
hitung leukosit, lipoprotein, aktivitas enzim, hormon, vitamin,
petanda tumor dan logam berat.
d) Menstruasi
Variasi siklus bulanan pada wanita karena terjadi
mentruasi dan ovulasi setiap bulan. Pada masa sesudah

5
Purbayanti, Dwi. (2015). Pengaruh Waktu pada Penyimpanan Serum untuk Pemeriksaan
Kolesterol Total. Jurnal Surya Medika, 1(1), 8-17
6
Departemen Kesehatan. (2004). Pedoman Praktik Laboratorium yang Benar (Good Laboratory
Practice). Jakarta: Departemen Kesehatan

6
menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein, dan
fosfat. Demikian pula pada saat ovulasi terjadi peningkatan
kadar aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol
darah.
e) Demam
Pengambilan sampel pada saat pasien demam dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan kolesterol. Hal ini terjadi
karena peningkatan metabolisme lemak di awal demam dan
terjadi peningkatan asam lemak bebas dan badan keton karena
penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah
lama. Hal tersebut dapat membuat penurunan kadar kolesterol
dan trigliserida.
f) Faktor Genetik
Selain itu, peningkatan kadar kolesterol juga dapat
disebabkan oleh faktor genetik, stres berat, pengambilan
sampel dilakukan pada ibu hamil trimester III, konsumsi obat
seperti pil KB, epinefrin, fenotiazin, vitamin A, sulfonamid
dan fenition.7
2) Faktor dari luar pasien
Faktor luar pasien adalah faktor yang menyebabkan kesalahan
dalam pembacaan hasil. Beberapa faktornya yaitu:
a) Hemolisis yang diakibatkan oleh teknik pengambilan sampel
yang salah.
b) Bilirubin diatas 20 mg/dl dan hemoglobin diatas 100 mg/dl
dapat mengganggu pembacaan hasil jika menggunakan
spektrofotometer.
c) Penanganan dan penyimpanan sampel yang tidak sesuai.
Adapun faktor lainnya yang dapat mempengaruhi temuan
laboratorium adalah:

7
Sutedjo, A. Y. (2009). Buku Saku, Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta: Amara

7
1) Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
peningkatan kadar kolesterol serum.
2) Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan
dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum.
3) Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.
4) Hemolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol serum.

c. Prosedur
Metode: CHOD-PAP: tes fotometrik enzimatis
Prinsip: Penentuan kadar kolesterol diukur setelah hidrolisis enzimatik
dan oksidasi. Indikator kolorimetri adalah quinonei nine yang
dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida
dalam kerja katalitik dari peroksidase.
Reaksi :
CHE
Kolesterol ester + H2O Cholesterol + Fatty acid
CHO
Kolesterol + O2 Cholesterol-3-one + H2O2
POD
H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinone mine + 4 H2O
1) Pra-Analitik
a) Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan, cairan, dan obat)
selama 12 jam. Klien diperbolehkan minum.
b) Pengisian informed consent
c) Pencatatan identitas pasien (sampel)
d) Persiapan alat dan bahan
Alat:
(1) Tabung reaksi
(2) Rak tabung reaksi
(3) Pipet mikro 10 µl – tip putih
(4) Pipet mikro 1000 µl – tip biru
(5) Spektrofotometer
(6) Sentrifuge

8
(7) Kapas alkohol
(8) Jarum dan spuit 3 cc
(9) Torniquet
Bahan:
(1) Sampel
(a) Serum kontrol kolesterol (DIACON)
(b) Serum pasien yang akan diperiksa
(2) Reagen
(a) Reagen tunggal kolesterol
Komposisi reagen:
Good’s buffer pH 6,7 250 mmol/L
Phenol 5 mmol/L
4-Aminoantipyrine 0,3 mmol/L
Cholesterol Esterase ≥ 200 U/L
Cholesterol Oxidase ≥ 50 U/L
Peroxidase ≥ 3 KU/L
(b) Standar Kolesterol
(c) Aquadest
e) Persiapan reagen
(1) Masa kadaluarsa tidak terlampaui
(2) Jika dari kulkas, dikeluarkan, dan diletakkan pada suhu
ruang
f) Pengambilan darah vena (dilakukan setelah pasien puasa)
g) Pembuatan serum
(1) Biarkan darah membeku dahulu pada suhu kamar selama
20-30 menit, kemudian sentrifuge dengan kecepatan 3000
rpm selama 5-15 menit.
(2) Lapisan jernih berwarna kuning muda yang berada di
bagian atas adalah serum yang akan diperiksa dan segera
dipisahkan dari endapan sel-sel darah.

9
(3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah
dan keruh (lipemik)

2) Analitik
a) Reagen kolesterol dan bahan kontrol kolesterol dikeluarkan
dari kulkas atau tempat penyimpanan reagen dan dibiarkan
pada suhu ruangan (15-25˚C) hingga suhu reagen stabil (suhu
reagen sama dengan suhu ruang selama ± 30 menit).
b) Kolesterol diperiksa menggunakan alat spektrofotometer
dengan prosedur kerja seperti yang tercantum pada tabel
berikut:

Tabel. 2. Cara Kerja Pemeriksaan Kolesterol

Blanko Standar Kontrol Sampel


Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar - 10 µl - -
Serum kontrol - - 10 µl -
Sampel - - - 10 µl
Campur, inkubasi pada suhu 20˚C-25˚C selama 10 menit atau 37˚C
selama 5 menit. Baca pada Spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm8

3) Pasca analitik
a) Pencatatan hasil pemeriksaan kadar kolesterol darah.
b) Pelaporan hasil pemeriksaan kadar kolesterol darah.

d. Nilai Rujukan
Menurut Kee, Joyce LeFever

8
Kurniawan, Fajar Bakti. (2015). Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC, hlm 99

10
1) Dewasa
a) Nilai ideal : <200 mg/dl
b) Risiko sedang : 200-240 mg/dl
c) Risiko tinggi : >240 mg/dl
2) Kehamilan: Kadar berisiko tinggi, tetapi akan kembali ke kadar
seperti sebelum kehamilan, yaitu 1 bulan setelah pelahiran.
3) Bayi : 90-130 mg/dl
4) Anak (usia 2-19 tahun)
a) Nilai ideal : 130-170 mg/dl
b) Risiko sedang : 171-184 mg/dl
c) Risiko tinggi : >185 mg/dl
e. Implikasi Klinik
1) Penurunan kadar: hipertiroidisme, sindrom Cushing (hormon adrenal
yang berlebih), kelaparan, malabsorpsi, anemia, infeksi akut. Selain
itu juga dapat terjadi karena adanya pengaruh obat: Antilipid (Zocor,
Mevacor, Lipitor), tiroksin, antibiotik (kanamisin, neomisin,
parmomisin, tetrasiklin), asam nikotinat, estrogen, glukagon,
heparin, salisilat (aspirin), kolkisin, obat hipoglikemik per oral.
2) Peningkatan kadar: MCI akut; aterosklerosis; hipotiroidisme,
obstruksi bilier; sirosis bilier; kolangitis, hiperkolesterolemia
keluarga, diabetes melitus yang tidak terkontrol; sindrom nefrotik;
pankreatektomi; kehamilan (trimester III); hiperlipoproteinemia tipe
II, III, dan V; periode stres berat; diet kolesterol tinggi (lemak
hewan). Pengaruh obat: Aspirin, kortikosteroid, steroid (agens
anabolik dan androgen), kontrasepsi oral, epinefrin dan norepinefrin,
bromida, fenotiazin (klorpromazin, trifluoperazin, vitamin A dan D,
sulfonamid, fenitoin).
2. Pemeriksaan HDL (High Density Lipoprotein)
Studi klinis dan epidemiologi telah menunjukkan bahwa kolesterol
HDL total adalah faktor risiko invers independen untuk penyakit arteri
koroner. tingkat rendah (<35 mg / dL) diyakini meningkatkan risiko

11
seseorang terhadap penyakit arteri koroner, meskipun tingkat tinggi (> 60
mg/dL) dianggap protektif. Ketika HDL dan pengukuran kolesterol total
dikombinasikan dengan mode rasio, keakuratan prediksi CAD meningkat.
Rasio kolesterol / HDL total minimal 5: 1, dengan ideal 3: 1

a. Metode Pemeriksaan HDL


1) Metode langsung
Prinsip: Kilomikron, VLDL dan LDL dihancurkan secara
khusus melalui reaksi enzimatik. Kolesterol yang tertinggal dari
fraksi HDL diukur melalui reaksi enzimatik khusus oleh adanya
surfactant spesifik HDL. Kombinasi ini membuat lebih spesifik
untuk HDL dari metode lain.

2) Metode Tidak Langsung


Prinsip: Dengan pemberian phosphotungstat acid dan ion
magnesium ke dalam sampel maka kilomikron, VLDL dan LDL
mengendap (presipitasi).

Serum + HDL separating reagent → sentrifuge → HDL


fraksi (supernatan) + kilomikron, VLDL, LDL, fraksi (presipitasi).
Setelah dipusingkan dalam supernatan hanya terdapat HDL yang
kadar kolesterolnya ditentukan dengan metode kalorimetrik
enzimatik.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kadar HDL
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar HDL
dalam darah, antara lain:
1) Merokok dan konsumsi alkohol menurunkan tingkat HDL
2) Makan berlebihan dapat mengubah nilai lipoprotein
3) Nilai HDL, seperti kolesterol, cenderung menurun secara signifikan
selama 3 bulan setelah infark miokard
4) HDL meningkat pada pasien dengan hipotiroid dan berkurang pada
mereka dengan hipertiroid

12
c. Prosedur
1) Pra analitik
Metode: Pengendapan dan penentuan HDL kolesterol dengan
kolesterol kit
Prinsip: Kilomikron, VLDL dan LDL diendapkan dengan
penambahan larutan asam fosfotungstat dan magnesium klorida.
Setelah proses sentrifugasi, cairan supernatan mengandung fraksi
HDL. Penentuan HDL kolesterol dilakukan dengan menggunakan
kit kolesterol.
Alat:
a) Fotometer
b) Rak tabung reaksi
c) Tabung reaksi
d) Timer
e) Tip biru dan kuning
f) Tisu
g) Sentrifuge
Bahan:
a) Serum pasien’
b) Reagen HDL kolesterol tes kit

2) Analitik
Prosedur:
a) Proses pengendapan/ presipitasi (metode makro)
Tabel. 3. Pemeriksaan presipitat HDL kolesterol

Pipet ke Dalam Tabung Reaksi Makro (µl)


Reagen presipitasi 1000
Sampel 100
Campur dengan vorteks (bila ada) hingga tercampur sempurna lalu
inkubasi pada suhu ruangan selama 10 menit. Sentrifugasi selama

13
10 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Segera pisahkan supernatan
dengan endapan.

b) Proses penetuan
Tabel. 4. Prosedur pemeriksaan HDL kolesterol

Pipet ke Dalam Tabung Reaksi Blanko (µl) Sampel (µl)


Supernatan - 100
Akuabides 100 -
Larutan pereaksi 1000 1000
Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Baca
dengan fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

3) Pasca analitik
Perhitungan: Absorban sampel × 318 (F) = ….. mg/dl9
d. Nilai Rujukan
Nilai normal dewasa: 30-70 mg/dl
e. Implikasi Klinik
1) Terdapat hubungan antara HDL – kolesterol dan penyakit arteri
koroner.
2) Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier
primer, tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon.
Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan klofibrat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral
dan fenitoin.
3) Penurunan HDL dapat terjadi pada kasus fibrosis sistik, sirosis hati,
DM, sindrom nefrotik, malaria, dan beberapa infeksi akut.
Penurunan HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan
probucol, hidrokloritiazid, progestin dan infus nutrisi parenteral.10

9
Kurniawan, Fajar Bakti. (2015). Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC, hlm 103
10
Indrawaty, Sri., dkk. (2011). Pedoman interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI

14
3. Pemeriksaan LDL (Low Density Lipoprotein)
Dahulu konsentrasi kolesterol LDL hanya dapat ditentukan secara
langsung dengan teknik-teknik laboratorium canggih yang tersedia untuk
klinik rutin. Akibatnya, konsentrasi kolesterol LDL dalam darah
ditentukan secara tidak langsung dengan menggunakan rumus Friedwald:
jumlah kadar kolesterol HDL dan kadar trigliserol yang dibagi 5 (yang
memberi perkiraan kadar kolesterol VLDL) dikurang dari kadar kolesterol
total.

LDL = Kolesterol total - (HDL + Trigliserida/5)

Persamaan ini menghasilkan kadar kolesterol LDL yang tidak akurat


sebesar 15-20% dan tidak dapat digunakan apabila kadar trigliserol serum >
400 mg/dL. Pemeriksaan baru, yang disebut dengan LDL direct
mengisolasi kolesterol LDL dengan menggunakan suatu reagen
imunoseparasi khusus. Pemeriksaan kolesterol LDL langsung ini tidak saja
lebih akurat daripada perhitungan Friedewald yang tidak langsung, tetapi
juga tidak dipengaruhi oleh kadar triasilgliserol yang tinggi dan dapat
digunakan terhadap pasien yang tidak berpuasa. Pemeriksaan ini tidak
memerlukan penentuan kadar kolesterol total, kolesterol HDL dan
triasilgliserol11.

a. Metode Pemeriksaan LDL


Metode pemeriksaan LDL kolesterol dapat dibagi menjadi yaitu
sebagai berikut:
1) Metode indireck (secara tidak langsung)
Metode indireck terdapat beberapa teknik pemeriksaan antara
lain sebagai berikut:
a) Metode formula fridewald

11
Pagana, Mary Sullivan. (2006). Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Test.
Pennsylvania: ELSEVIER, hlm 352-354

15
Validasi suatu formula oleh fridewald dkk telah
menghasilkan penggunaan suatu nilai LDL-Kolesterol yang
telah dihitung. Prosedur ini konsentrasi total, trigliserida, dan
HDL-Kolesterol terlebih dahulu diukur dan kemudian
konsentrasi LDL-Kolesterol dihitung. Formula tersebut
tergantung pada asumsi bahwa VLDL-C terdapat dalam
konsentrasi yang sama dengan seperlima konsentrasi
trigliserida. Asumsi ini valid untuk konsentrasi trigliserida
>400 mg/dl. Kemudian akan terjadi inkonsistensi dalam rasi
VLDL trigliserida/ kolesterol dan formula tersebut tidak dapat
digunakan. Kolesterol dihitung dengan menggunakan rumus
fridewald:
Trigliserida
LDL = kolesterol total – (HDL Kolesterol + )
5

b) Metode Ultrasentrifugasi
Metode ini dapat memisahkan lipoprotein pada densitas
plasma 1,006 g/ml kilomikron dan VLDL akan terapung
sedangkan LDL dan HDL akan mengendap. Densitas 1,210
g/ml HDL akan mengapung protein plasma yang lain akan
mengapung pada densitas diatas 1,3 g/ml, jadi lipoprotein dapat
dipisahkan dari protein plasma yang lain dan dari masing-
masing lipoprotein dengan ultrasentrifugasi pada densitas
tertentu.
c) Metode Elektroforesis
Elektroforesis merupakan salah satu metode untuk
memisahkan dan mengukur lipoprotein. Bahan yang digunakan
adalah gel agarosa karena sensitif dan dapat memisahkan
lipoprotein. Lipoprotein yang berpindah berturut-turut HDL>
VLDL> LDL. Lipoprotein secara elektroforesis dinamakan
sesuai dengan mobilitasnya. LDL (𝛼 lipoprotein) bergerak pada

16
daerah 𝛼 globulin, LDL (𝛽 lipoprotein) migrasi pada daerah 𝛽
globulin dan VLDL (pre- 𝛽 globulin) pada pre- 𝛽 globulin.
d) Metode Presipitasi Polianion
Metode ini menggunakan lipoprotein dipresipitasi
dengan polianion seperti heparin sulfat dan dextran sulfat
dengan adanya kation divalen. Presipitasi dipengaruhi oleh
konsentrasi reagen, pH, kekuatan ion, adanya protein serum
lain, antikoagulan, jumlah lipid dan protein yang ada dalam
lipoprotein, kondisi serta lamanya penyimpanan sampel.
Masing-masing lipoprotein dapat dipisahkan dengan metode
presipitasi polianion.
e) Metode Kombinasi
Metode kombinasi menggunakan spesimen EDTA
plasma yang diputar pada ultrasentrifuge dengan kecepatan
105,000 G selama 18 jam 10˚C pada kondisi ini, VLDL dan
kilomikron akan terakumulasi sebagai lapisan yang melayang
dengan d<1,006 g/ml infranatan berisi LDL dan HDL. Lapisan
yang melayang dipisahkan dan aliquot diputar kembali. Kadar
kolesterol diukur, sedang HDL diukur tersendiri dari aliquot
plasma. VLDL dan LDL kolesterol dihitung dengan formula:
[VLDL − Kol] = [total kolesterol] − [d > 1,006 𝑔/𝑚𝑙]
[LDL − Kol] = [d > 1,006 𝑔/𝑚𝑙] – [HDL − Koleserol]
2) Metode direk (secara langsung)
a) Metode imunokimia
Metode imunokimia menggunakan poliklonal antibodi
untuk mempresipitasi VLDL, IDL, dan HDL sedangkan LDL
kolesterol diukur dalam supernatan dengan metode enzimatik.
b) Metode Presipitasi
Metode presipitasi langsung dengan cara
mempresipitasikan LDL-Kolesterol dengan polyvinil sulfat
atau heparin pada pH rendah, kadar LDL-Kolesterol dihitung

17
sebagai selisih dari total kolesterol dan kadar yang terdapat
pada supernatan. Pada penetapan kadar LDL-Kolesterol,
digunakan metode presipitasi atau pengendapan. Prinsip
metode ini adalah LDL diendapkan dan setelah disentrifugasi
HDL dan VLDL ada di supernatan. LDL dapat dihitung dari
perbedaan kolesterol supernatan dan serum total.
c) Metode Homogenassay
Metode baru dalam menentukan kadar LDL kolesterol
diperkenalkan pada tahun 1998. Arti dari homogen yaitu seperti
yang digunakan dalam immunoassay, metode homogenassay
juga memiliki kemampuan otomatis penuh dalam menentukan
kadar LDL kolesterol secara langsung, selain ini juga
memerlukan volume sampel yang kecil dan waktu pemeriksaan
yang singkat. Keuntungan potensial lainnya yaitu menggunakan
pipet otomatis serta kendali waktu dan suhu yang lebih akurat.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kadar LDL
Terdapat berberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol
LDL dalam tubuh seseorang antara lain genetik, pola makan, usia dan
jenis kelamin, aktifitas, merokok, alkohol, penyakit, dan stress. Kadar
LDL dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan gaya
hidup yang meliputi pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi
lemak, tinggi protein, rendah serat, dan aktivitas fisik yang kurang.
Faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dan LDL selain pola
makan tinggi lemak juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Aktivitas fisik
yang hanya duduk terus-menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang
gerak dapat meningkatkan resiko PJK12

12
Kurniawati, Fauziah Khusnul. (2015). Hubungan Konsumsi Lemak dan Aktivitas Fisik dengan
Kadar Kolesterol Darah dan Kadar Low Density Lipoprotein pada Pasien Penyakit Jantung
Koroner Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah, hlm 3

18
c. Prosedur
1) Pra analitik
Metode: Pengendapan dan penentuan LDL kolesterol dengan
kolesterol kit
Prinsip: LDL diendapkan oleh heparin pada titik isoelektrik (pH 5,
12). Sesudah sentrifugasi, HDL dan VLDL tetap berada dalam
supernatan dan dapat ditentukan dengan metode enzimatik.
Alat:
a) Fotometer
b) Rak tabung reaksi
c) Tabung reaksi
d) Timer
e) Tip biru dan kuning
f) Tisu
g) Sentrifugasi
Bahan:
a) Serum pasien
b) Reagen LDL kolesterol tes kit

2) Analitik
Prosedur:
a) Proses pengendapan/ presipitasi (metode makro)
Tabel. 5. Pemeriksaan presipitat LDL kolesterol

Pipet ke Dalam Tabung Reaksi Makro (µl)


Reagen presipitasi 1000
Sampel 100
Campur dengan vorteks (bila ada) hingga tercampur sempurna
lalu inkubasi pada suhu ruangan selama 10 menit. Sentrifugasi
selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Segera
pisahkan supernatan dengan endapan.

19
b) Proses penetuan
Tabel. 6. Prosedur pemeriksaan LDL kolesterol

Pipet ke Dalam Tabung Reaksi Blanko (µl) Sampel (µl)


Supernatan - 100
Akuabides 100 -
Larutan pereaksi 1000 1000
Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Baca
dengan fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

3) Pasca analitik
Perhitungan: Absorban sampel × 1000 (F) = ….. mg/dL13

d. Nilai Rujukan
Nilai normal : < 130 mg/dl
Nilai batas : 130-159 mg/dl
Risiko tinggi : > 160 mg/dl

e. Implikasi Klinik
1) Nilai LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah
koroner atau hiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat terjadi
pada sampel yang diambil segera. Hal serupa terjadi pula pada
hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM, hipotiroidsm, sakit
kuning yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipedemia bawaan dan
idopatik serta penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung
estrogen.
2) Penurunan LDL dapat terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia
atau alfa-beta-lipoproteinemia.

13
Kurniawan, Fajar Bakti. (2015). Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC, hlm 101

20
4. Pemeriksaan Trigliserida
Pengukuran trigliserida digunakan dalam pemeriksaan penyaring
lemak untuk mendeteksi resiko artheroclerosis dan untuk memantau
penurunan lemak. Suatu penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
konsentrasi trigliserida yang tinggi dikombinasikan dengan konsentrasi
low density lipoprotein (LDL) yang merupakan suatu resiko tinggi untuk
serangan jantung. Kadar trigliserida diukur dengan pemeriksaan
trigliserida dengan bahan serum. Pemeriksaan tersebut menggunakan
metode enzimatik dengan menggunakan alat laboratorium. Penetapan
trigliserida dilakukan dengan serum atau plasma. Baik serum maupun
plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan disimpan dalam
lemari es agar enzim-enzim tidak sempat mengubah proporsi lipoprotein.
Spesimen darah harus diperoleh setelah pasien berpuasa 8-12 jam, karena
santapan baru akan menyebabkan peningkatan trigliserida sehingga akan
didapatkan hasil tinggi palsu.14
a. Metode Pemeriksaan Trigliserida
1) Ultra sentrifuge
Metode ini merupakan pemisahan fraksi-fraksi lemak. Lemak
akan bergabung dengan protein membentuk lipoprotein. Berat jenis
lipoprotein ditentukan dari perbandingan antara banyaknya lemak
dan protein. Semakin tinggi perbandingan antara lemak dan
protein, maka semakin rendah berat jenisnya. Berat jenis lemak
murni lebih rendah dari pada berat jenis air.
2) Elektroforesa
Metode ini dapat memisahkan kilomikron, betalipoprotein,
prebetalipoprotein, dan alfalipoprotein. Serum diteteskan pada
selaput dari selulosa atau kertas saring yang diletakkan pada medan
listrik. Kemudian intensitas warna yang terbentuk diukur dengan
densitometer.15

14
Francess K. Widmann. (2002). Clinical Interpretation of Laoratory Test.
15
Pusdiknakes. (1985). Diktat Kimia Klinik. Jakarta: Depkes RI

21
3) Enzim kolorimetri (GPO-PAP)
Sejauh ini, metode pemeriksaan trigliserida yang standar
dilakukan di Indonesia adalah sama dengan metode yang
dianjurkan WHO dan IFCC (International Federation of Clinical
Chemistry) yaitu metode kolorimetri enzimatik. Metode ini
trigliserida akan dihidrolisis secara enzimatis menjadi gliserol dan
asam bebas. Kompleks warna yang terbentuk diukur kadarnya
menggunakan alat spektrofotometer. Prinsipnya adalah trigliserida
dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol yang terbentuk
dikonversi menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserol kinase.
Gliserol-3-fosfat ini kemudian diubah menjadi hidroksiaseton dan
hidrogen peroksida oleh enzim GPO. Hidrogen peroksida yang
terbentuk bersama dengan 4-klorofenol oleh enzim peroksidase
diubah menjadi diubah menjadi 4-(b-benzoquinon-monoimino)-
fenazone yang berwarna merah. Kelemahan dari metode
pemeriksaan ini adalah proses hidrolisis trigliserida tidak selalu
optimal terutama jika menghidrolisis trigliserida dengan asam
lemak yang lebih dari 16 rantai karbon, tidak semua reagen
komersil yang tersedia menghidrolisis secara sempurna.16

b. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
proses pemeriksaan trigliserida, antara lain:
1) Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini dikarenakan
pengaruhnya sangat besar, maka pasien diharapkan puasa 8-12 jam

16
Departemen Kesehatan. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1792/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia

22
menjelang pemeriksaan. Khusus untuk pemeriksaan trigliserida,
pasien dianjurkan puasa minimal 10 jam.
2) Obat-obatan
Obat-obatan yang masuk ke tubuh akan direspon oleh tubuh.
Misalnya penggunaan obat statin dan obat yang diberikan dengan
cara disuntik akan menimbulkan jejak pada otot sehingga enzim
yang dikandung oleh otot masuk ke dalam darah. Hal ini dapat
mempengaruhi pemeriksaan.
3) Merokok
Merokok dapat menyebabkan terjadinya perubahan cepat (1
jam) terhadap peningkatan kadar asam lemak dan gliserol bebas.
4) Alkohol
Konsumsi alkohol dapat menyebabkan terjadinya
perubahan cepat (2-4 jam) terhadap peningkatan kadar glukosa,
laktat, dan asam urat. Selain itu, dapat juga menyebabkan
perubahan lambat berupa peningkatan trigliserida.
c. Prosedur
Metode: GPO-PAP
Prinsip: Penentuan kadar trigliserida setelah hidrolisis enzimatik
dengan enzim lipase. Terciptanya bentuk quinoneimin dari hidrogen
peroksidase, 4-aminoantipirin dan 2-klorofenol adalah karena adanya
proses katalitik yang mempengaruhi reaksi peroksidase.
Reaksi :
Gliserol + ATP GK L Gliserol 3 fosfat + ADP
L-a Gliserol – 3 Fosfat + O2 GPO dihidroksisetose fosfat + H2O
H2O2 + 2 Klorofenol + 4-Aminoantipirin GDO 4-(O-
benzoquinonemono) fenazon 2 H2O + Quinonimine yang terbentuk
sebanding dengan trigliserida total.
1) Pra analitik
a) Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien diharuskan berpuasa
kecuali air putih setelah pukul 18.00 kurang lebih selama 8-12

23
jam. Obat-obatan tidak diberikan sampai selesai pengambilan
darah. Tetap dengan diet normal selama 2 hari atau lebih
sebelum pemeriksaan.
b) Catat dalam lembaran laboratorium apabila berat badan klien
naik atau turun dalam waktu 2 minggu.
c) Persiapan alat dan bahan:
Alat:
(1) Fotometer/ Spektrofotometer
(2) Rak tabung reaksi
(3) Tabung reaksi
(4) Mikropipet
(5) Tip kuning dan tip biru
(6) Tabung Eppendorf
(7) Sentrifuge
(8) Spuit 5 cc
Bahan:
(1) Serum pasien
(2) Serum kontrol normal
(3) Reagen trigliserida tes kit
d) Pengambilan darah vena (dilakukan setelah pasien berpuasa)
e) Pembuatan serum

2) Analitik
Tabel. 1. Prosedur pemeriksaan trigliserida

Blanko Standar Kontrol Sampel


Reagen kerja 1000 µl 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar - 10 µl - -
Serum kontrol - - 10 µl -
Sampel - - - 10 µl

24
Campur, inkubasi pada suhu 37˚C selama 5 menit. Baca pada
Fotometer/ Spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

3) Pasca analitik
Perhitungan:
Absorban Sampel
Perhitungan: Absorban Standar× 200 (Faktor standar) = ….. mg/dl

d. Nilai Rujukan (serum)


1) Menurut Kee, Joyce LeFever
a) Bayi : 5-40 mg/dl
b) Anak-anak (5-11 tahun) : 10-135 mg/dl
c) Usia 12 sampai 29 tahun : 10-140 mg/dl
d) Usia 30 sampai 39 tahun : 20-150 mg/dl
e) Usia 40 sampai 49 tahun : 30-160 mg/dl
f) Usia >50 tahun : 40-190 mg/dl17
2) Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011
Nilai normal dewasa yang diharapkan:
Wanita : 35-135 mg/dl
Pria : 40-160 mg/dl18
3) Ambang batas trigliserida dalam darah menurut NCEP (National
Cholesterol Education Program) sebagai berikut:
a) Kadar normal: ≤ 150 mg/dl
Berarti resiko terkena penyakit kardiovaskuler rendah.
Bagi orang-orang dengan kadar trigliserida serum < 150 mg/dl
maka disarankan untuk mempertahankannya selalu dalam
kondisi normal dengan cara menjaga berat badan tetap ideal,
berolahraga teratur, berhenti merokok dan memiliki pola
makan sehat.

17
Kee, Joyce LeFever. (2008). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: EGC
18
Indrawaty, Sri., dkk. (2011). Pedoman interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI

25
b) Kadar ambang batas tinggi: 151-199 mg/dl
Kadar trigliserida dalam range ini tergolong tinggi.
Biasanya disebabkan karena faktor gaya hidup dan masih bisa
diatasi dengan modifikasi gaya hidup. Jika ada penyakit lain
(seperti diabetes, ginjal atau tiroid), ataupun obat-obatan
(misalnya betablocker atau kortikosteroid) yang berperan
terhadap tingginya trigliserida.
c) Kadar trigliserida tinggi: 200-499 mg/dl
Kadar trigliserida yang tinggi bisa disebabkan oleh
kombinasi faktor genetik dan gaya hidup. Mereka yang masuk
dalam kategori tinggi biasanya juga memiliki faktor risiko
penyakit jantung seperti lingkar pinggang yang lebar atau
resistensi insulin yang menyebabkan diabetes. Perubahan
gaya hidup adalah terapi utama yang bisa dilakukan.
d) Kadar trigliserida amat tinggi: ≥ 500 mg/dl
Orang yang memiliki kadar trigliserida sangat tinggi
biasanya juga menderita diabetes tipe 2 dan faktor resiko lain
penyakit jantung. Jika kadar trigliserida sudah melebihi 1000
mg/dl, akan terjadi peningkatan risiko pankreatitis akut atau
inflamasi di pankreas. Kadar trigliserida yang sangat tinggi
pada umumnya diatasi dengan perubahan gaya hidup dan obat-
obatan.19

e. Implikasi Klinik
1) Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap
sirosis alkoholik, alkoholisme, anoreksa nervosa, sorosis bilier,
obstruksi bilier, trombosis cerebral, gagal ginjal kronis, DM,
Sindrom Down’s, hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik,
hiperlipoproteinemia (tipe I, II, III, IV, dan V), penyakit
penimbunan glikogen (tipe I, III, VI), gout, penyakit iskemia hati

19
Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

26
hipotiroidism, kehamilan, porfiria akut yang sering kambuh,
sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral, dan sindrom
Werner’s.
2) Kolestiramin, kortikosteroid, estrogen, etanol, diet karbohidrat,
mikonazoliv, kontrasepsi oral dan spironolakton dapat
meningkatkan trigliserida.
3) Penurunan trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis,
hiperparatiroidsm, hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit
parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi.
4) Vitamin C, asparagin, klofibrat dan heparin dapat menurunkan
konsentrasi serum trigliserida.20

20
Indrawaty, Sri., dkk. (2011). Pedoman interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI

27

Anda mungkin juga menyukai