Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nindia Elisya

Npm : 1926010011

Kelas : Keperawatan 5A

Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Dosen Pengampu : Ns. Hanipa, M.Kep

A. Hukum dan Etik Perawatan Paliatif


Dasar hokum keperawatan Paliatif diantara nya meliputi :
1. Askep Mediokolegal dalam perawatan paliatif (Kep. Menkes
NOMOR:812/Menkes/SK/VII/2007)
a. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif. Pasien
harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksaan perawatan paliatif.
b. Resusitasi/tidak resusitasi pada pasien paliatif.
Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibua t
oleh pasien yang kompetem atau oleh tim perawatan palitif. Informasi tentang
hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
c. Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan umum
yang berlaku.
d. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang
bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis. Tetapi dengan
pertimangan yang mempertimbangkan kesalamatan pasien dapat didelegasika
kepada tenaga kesehatan yang terlatih
2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seoran pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
(https://www.scribd.com/document/36515471/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif)

B. Teori Etik

Pengertian Etik atau ethics berasal dari bahasa yunani yaitu ethos, yang artinya ada,
kebiasaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang apa yang baik secara moral. Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat
yang menyangkut aturan – aturan atau prinsip – prinsip yang menentukan tingkah laku yang
benar, yaitu : baik dan buruk dan kewajiban dan tanggung jawab.

Dalam memberikan perawatan pelayanan pada individu, keluarga atau komunitas perawat
sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari falsafah
tersebut adalah hak dan martabat manusia (https://pdfcoffee.com/etik-dalam-keperawatan-
paliatif-pdf-free.html

C. Prinsip-Prinsip Etik

1. Autonomy (otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa kita mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
pasien yang menuntut haknya diri sendiri. Oleh karena itu dalam otonomi ini, kita dalam tim
pelayanan paliatif harus menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya sendiri.

2. Non maleficience (tidak merugikan)

Pelayanan paliatif tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pasien. Prinsip
tidak merugikan (Non-maleficience, do no harm) dalam arti bahwa kita berkewajiban bila
melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain. Prinsip ini nampaknya
sama dengan salah satu prinsip dari Hippocrates, yaitu Premium non nocere yang berarti bahwa
yang terpenting adalah jangan sampai merugikan.

3. Beneficience (berbuat baik)

Beneficience berarti, mengerjakan segala sesuatu dengan baik atas dasar kepentingan
pasien dan memberikan keuntungan bagi pasien. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

4. Veracity (kejujuran)

Prinsip ini berarti penyampaian dengan kejujuran dan kebenaran dengan bahasa dan tutur
kata yang baik dan sopan, tidak berkesan menggurui. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa
pasien sangat mengerti. Veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk memberikan
pemahaman dan penerimaan informasi, dan mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani perawatan. Tetapi
sebagai relawan tetap ada keterbatasan dan tidak dianjurkan untuk mengatakan secara jujur
dalam hal yang terkait dengan ranah dokter seperti penyampaian diagnosa dan perjalanan
penyakit, tindak lanjut pengobatan dan tindakan. Jadi jika tidak berkompeten untuk menjawab
pertanyaan pasien dan keluarga, sebaiknya disampaikan dengan jujur bahwa harus
dikonsultasikan lebih dulu dengan tim medis ( dokter dan perawat). Kebenaran adalah dasar
dalam membangun hubungan saling percaya.

5. Justice (keadilan)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

6. Kerahasiaan (confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga
privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijin kan oleh pasien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang pasien diluar
area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga
kesehatan lain harus dicegah. Komunikasi yang terjaga adalah informasi yang diberikan oleh tim
perawatan  kepada  pasien  dengan  kepercayaan  dan  keyakinan  informasi  tersebut  tidak  akan
bocor.

7. Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar yang pasti yang mana tindakan seorang relawan dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.. Secara moral kita memulai sesuatu yang baik dengan melihat pada
situasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, berdasaran konsekwensi apa yang akan
dialami orang yang terlibat jika tindakan tersebut dilakukan.

Kesadaran  etis itu perlu dimiliki oleh tim perawatan paliatif agar dapat selalu
mempertimbangkan setiap tindakan yang akan dilakukan dengan mengingat dan mengutamakan
kepentingan pasien. Demikian juga kesadaran etis dari pasien juga diperlukan agar menghargai
setiap upaya medis yang dilakukan tim perawatan paliatif dalam usaha meringankan/
membebaskan penderitaan penyakitnya. Kesadaran etis itu akan berfungsi dalam tindakan
konkret ketika mengambil keputusan terhadap tindakan tertentu dengan mempertimbangkan baik
bruknya secara bertanggung jawab. (http://www.palliativersdssurabaya.com/etik-perawatan-
paliatif-dan-implementasinya-dalam-pelayanan-paliatif-di-rumah/)

D. Aplikasi Etik dalam Praktik


a. Sikap peduli terhadap pasien
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek dari penderitaan
pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal
lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.

b. Menganggap pasien sebagai seorang individu.


Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama,
namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah
yang harus inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif
untuk tiap individu.

c. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan
pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan .

d. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.

e. Memilih tempat dilakukannya perawatan


Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam
diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.

f. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang
sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.

g. Aspek klinis : perawatan yang sesuai


Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang
diderita pasien .hal ini penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak sesuai,
baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan pasien. Pemberian
perawatn yang berlebihan beresiko untuk memberikan harapan palsu kepada pasien. Hal
ini berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang
diberikan hanya karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia
adalah tidak etis.
h. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawtan
palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan
sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik
dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal kepada
pasien dan keluarga .

i. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin


Perawtan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatn medis yang
konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak
terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.

j. Perwatan yang berkelanjutan.


Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir merupakan
dasr tujuan dari parawtan paliatf. Masalah yang sering terjadi adalah pasien
dipindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan
komunitas perawatan .

k. Mencegah terjadinya kegawatan


Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya
kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien
dan keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi
dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional.

l. Bantuan kepada sang perawat


Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan
emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian
khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari
pemberi perawatan.

m. Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus mengingat
pasien dengan penyakit lanjut karena kondisinya akan cenderung dari waktu ke waktu
(https://id.scribd.com/document/365154717/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif)

E. Filosofi terapeutik dan advokasi pasien komite etik rumah sakit.


Dalam Undang no 44 tentang Rumah sakit pada ayat menimbang point (b)
“Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”.
Organisasi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KERS), suatu badan yang
secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin profesi kesehatan dalam
rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik dan hukum yang
timbul dalam rumah sakit.
Organisasi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dapat menjadi sarana efektif
dalam meningkatkan, saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter,
Petugas rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah
etika, hukum kesehatan dan hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan
di rumah sakit termasuk bisnis dan pemasaran rumah sakit semuanya harus beorientasi
pada nilai nilai kebijakan Etik yang ditetapkan oleh rumah sakit.
Rumah sakit harus menyusun perangkat organisasi Komite yang terdiri dari Ketua
Komite Etik dan Hukum, Sekretaris dan Sub Divisi misalnya Sub Divisi Organisasi, Sub
Divisi Etik Penelitian, Sub Divisi Hukum atau sesuai kebutuhan, jumlah anggota Komite
etik sesuai kebutuhan.
Rumah sakit harus menetapkan tugas, pokok dan fungsi organisasi rumah sakit
dengan tugas tugas mencakup antara lain :
a. Etika Bisnis Rumah sakit dan etik Pemasaran Rumah sakit
b. Etika Keselamatan Pasien
c. Pembinaan etik karyawan/ti
d. Pengaduan pengaduan masalah pelanggaran kode etik organisasi, Etik Profesi
e. Penyelesaian masalah Sengketa Etik, Dilema etik
f. Memberikan rekomendasi penyelesaian sengketa etik
g. Advokasi Pasien dan etik terkait pelayanan pasien antara lain pelayanan radiologi,
pelayanan laboratorium dan lain sebaginya.
h. Etika penerimaan pasien dan transfer pasien
i. Tata cara pemberian sanksi atau penyelesaian sengketa etik/Dilema Etik dalam
ruang lingkup Rumah Sakit
j. Tata laksana etik penelitian Rumah sakit.
(https://www.adzanri.com/2018/03/komite-etik-dan-manajemen-etis-rumah.html?m=1)

Anda mungkin juga menyukai