Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh,dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada
akhirnya pasien meninggal dunia, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak setres menghadapi
penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : Menghargai setiap
kehidupan, Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak
mempercepat atau menunda kematian, Menghargai keinginan pasien dalam
mengambil keputusan, Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, Mengintegrasikan aspek psikologis , social, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan keluarga, Menghindari tindakan medis yang sia sia,
Memberikan dukungan yang di perlukan agar pasien tetep aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat, Memberikan dukungan kepada keluarga
dalam masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam
kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan
paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar
masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan
paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi
dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap
pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan
perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada makalah ini untuk mengetahui etik dan kebijakan
tentang keperawatan paliatif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini, yaitu :
a. mengetahui pengertian keperawatan paliatif dan etik
b. mengetahui Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
c. mengetahui Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
d. mengetahui kebijakan nasional terkait perawatan paliatif
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perawatan Paliatif Dan Etika Keperawatan

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti


meringankan, dan “Palliare” (bahasa latin yang berarti “menyelubungi”),
merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan
gejala klien, bukan berarti kesembuhan.

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan


memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah
berhubungan dengan penyakit yang dapatmengancam jiwa, mealaui
pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasidini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik,
psikososialdan spiritual (WHO 2011).

Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala


macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para
pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
(Amelia, 2013)

B. Dasar Hukum Keperawatan Paliatif


Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :
1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007 )
a. Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif.  
b. Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif. Keputusan dilakukan
atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang
kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal ini
sebaiknya telah di informasikan pada saat  pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
c. Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif
pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku.
d. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan
yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi
dengan pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien
tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan yang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia Euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seseorang pasien atau
sengaja melakukan sesuatu untukmemperpendek hidup atau mengakhiri
hidup seorang  pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri.

C. Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif


1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari
medis, perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara
praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan
prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif
( Rasjidi,2010 ) :
a. Sikap peduli terhadap pasien
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek
dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan
yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi .Faktor karakteristik,
kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya tidak boleh
mempengaruhi perawatan.  
b. Menganggap pasien sebagai seorang individu
Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun
gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama
persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus inilah yang
harus dipertimbangkan dalam merencanakan  perawatan paliatif untuk
tiap individu.
c. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan
dalam perencanaan perawatan .
d. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum  perawatan
dimulai atau diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju
dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti
segala usaha perawatan.
e. Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya
harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan  penyakit terminal
sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
f. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan
keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam
pelaksanaan perawatan paliatif.
g. Aspek klinis
Perawatan yang sesuai semua perawatan paliatif harus sesuai dengan
stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini
penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak sesuai, baik
itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah  penderitaan pasien.
Pemberian perawatn yang berlebihan  beresiko untuk memberikan
harapan palsu kepada pasien. Hal ini  berhubungan dengan masalah
etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya
karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia
adalah tidak etis.
h. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang
profesi perawatan palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik
dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup
keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang  baik dari
masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang
maksimal kepada pasien dan keluarga.
i. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin
Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan  berkelanjutan.
Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan
terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan
sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.  
j. Perawatan yang berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir.
merupakan dasar tujuan dari parawtan paliatif. Masalah yang sering
terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat ketempat lain
sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas  perawatan.
k. Mencegah terjadinya kegawatan
Perwatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk
mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin
terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus
diberituaukan sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan
membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional.
l. Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap
stress fisik dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah
sehingga perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat
keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi
perawatan.
m. Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus
menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut.
2. Prinsip otonomi Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikirlogis dan mampu membuat keputusan
sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan  bertindak secara
rasional.
a. Non maleficienci (tidak merugikan ) Prinsip ini berati tidak
menimbulkan bahya / cedera fisik dan  psikologis pada klien. Prinsip
tidak merugikan, bahwa kita  berkwaiban jika melakukan suatu
tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain.  
b. Veracity ( kejujuran ) Prinsip veracity berarti penuh dengan
kebenaran. Nilai ini diperlikan oleh pemberi layanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
c. Beneficiene ( berbuat baik ) Beneficience berarti, hanya melakukan
sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang dalam
situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini dengan
otonomi.
d. Justice ( keadilan ) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip –  prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang  benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
e. Kerahasiaaan ( Confidentiality ) Aturan dalam prinsip kerahasiaan
ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga privasinya.
Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya
boleh dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh  pasien
dengan bukti pesetujuannya.
f. Akuntabilitas (accountability) Prinsip ini berhubungan erat dengan
fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap
tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain. Akuntabilitas
merupakan standar yang  pasti yang man tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali

D. Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan


terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas
hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper
(1999), adalah : a. Gejala fisik b. Kemampuan fungsional (aktivitas) c.
Kesejahteraan keluarga d. Spiritual e. Fungsi sosial f. Kepuasan terhadap
pengobatan (termasuk masalah keuangan) g. Orientasi masa depan h.
Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i. Fungsi dalam
bekerja.

Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang


dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas
bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif. Hospis adalah tempat dimana pasien
dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun
tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit Pelayanan
yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan
untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di
rumah pasien sendiri. Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang
menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi masyarakat.Kompeten
adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu
menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat
keputusan secara rasional berdasarkan informasi tersebut.

1. Tujuan kebijakan
a. Tujuan umum: Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan
paliatif di Indonesia
b. Tujuan khusus:
1) Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar
yang berlaku di seluruh Indonesia
2) Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan / juklak perawatan
paliatif.
3) Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4) Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
2. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
a. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan
yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di
seluruh Indonesia
b. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya dan tenaga terkait lainnya.
c. Institusi-institusi terkait, misalnya:
1) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota  
2) Rumah Sakit pemerintah dan swasta
3) Puskesmas
4) Rumah perawatan/hospis
5) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
3. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
1) Penatalaksanaan nyeri.  
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.
4. Sumber Daya Manusia
a. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja
sosial, rohaniawan, keluarga, relawan.
b. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat
sertifikat.
c. Pelatihan a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan
dilakukan dengan kerjasama antara para pakar perawatan paliatif
dengan Departemen Kesehatan (Badan Pembinaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut terdiri dari modul
untuk dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga kesehatan
lainnya, modul untuk tenaga non medis. b. Pelatih : Pakar
perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas Kedokteran. c.
Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan
Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan
sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan  paliatif di 5
(lima) propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar,
Makasar. Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan setelah
mengikuti pelatihan.
d. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran
paliatif, ilmu keperawatan paliatif).
5. Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif
Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah: a. Rumah
sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus,
tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan
pengawasan tenaga kesehatan. d. Rumah pasien : Untuk  pasien yang
tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh
keluarga. Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat
pelayanan/sarana kesehatannya adalah : 1. Kelompok Perawatan
Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas. 2. Unit Perawatan Paliatif
dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non  pendidikan.
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B
Pendidikan dan kelas A. 4.Tata kerja organisasi perawatan  paliatif
bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait.
6. Pembinaan Dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem


berjenjang dengan melibatkan perhimpunan profesi/keseminatan
terkait.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan.

7. Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif

Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan


paliatif diperlukan : a. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan non kesehatan. b. Pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan/Continuing Professional Development untuk perawatan
paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas pelayanan. c.
Menjalankan program keselamatan pasien / patient safety.
8. Pendanaan

Pendanaan yang diperlukan untuk: 1. pengembangan sarana


dan prasarana 2. peningkatan kualitas SDM/pelatihan 3. pembinaan
dan pengawasan 4. peningkatan mutu pelayanan. Sumber pendanaan
dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang
tidak mengikat.Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat
dimasukan dalam skema Askeskin dan Askes.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


812/Menkes/Sk/Vii/2007
Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik
Indonesia

Menimbang :

a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin


meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b.  bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitatif
juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium
terminal;
c. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu
adanya Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS
di Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 319/PB/A.4/88 tentang Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

1. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan


perawatan paliatif
2. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan
Paliatif sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh Menteri
Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan;
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam surat keputusan ini, akan dilakukan perbaikan-
perbaikan sebagaimana mestinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk


meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui
identifikasi awal serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual. Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku
yang dapat dipertanggung jawabkan, didalam etik terdapat nila-nilai moral
yang merupakan dasar dari perilaku manusia (niat).Yang terpenting adalah
rambu rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang euthanasia,
agar terdapat kejelasan.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://www.aidsindosia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_Nomor_812M
ENKESSKVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_paliatif.pdf (04/09/2018;07:42)

https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-PaliatifKelompok-1
(04/09/2018;07:42)

Kemp, Charles.2009.  Klien Sakit Terminal ,  seri asuhan keperawatan. Edisi 2.


Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai