Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. JHON AZIS (23320066P)

2. NOVA INDRIANA (23320070P)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


812/Menkes/SK/VII/2007 tentang kebijakan Perawatan Paliatif bahwa kasus
penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat jumlahnya baik
pada pasien dewasa maupun anak. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit
yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit
kanker, penyakit degenerative, penyakit paru obstruktif kronis, stroke, gagal
jantung, dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan
paliatif disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas, terapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual
yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan
pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pengobatan gejala fisik,
namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial, dan
spiritualdengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai Perawatan Paliatif.

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Perawatan Paliatif


2. Mahasiswa mampu menjelaskan perawatan menjelang ajal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif keperawatan menjelang ajal dan
paliatif
4. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep keperawatan paliatif etik dalam
keperawatan paliatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERAWATAN PALIATIF

Perawatan paliatif berasal dari kata “palliate” (Bahasa Inggris) berarti


meringankan dan “palliare” (Bahasa Latin) yang berarti menyelubungi.
Merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala
klien, bukan berarti menyembuhkan.

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO
2011).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban


penderita kanker terutama yang tidak mungkin disembuhkan tetapi juga pada
penderita yang mempunyai harapan untuk sembuh Bersama-sama dengan
tindakan kuratif (menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dalam
bidang psikologis, sosial dan spiritual). (Depkes Pedoman Kanker Terpadu
Paripurna 1997).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup


pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan-pencegahan sempurna dan
pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, spiritual (Kemkes RI
Nomer 812, 2007).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban


penderita terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang
dimaksud antara lain menghilangkan nyeri, dan keluhan lain serta mengupayakan
perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual.

Peran utama Perawat Paliatif (Degner dkk, 1991)


1. Memberikan rasa nyaman
2. Responsif selama proses kematian
3. Respon terhadap rasa marah pasien/keluarga
4. Memberikan support perkembangan individu
5. Respon terhadap sejawat
6. Meningkatkan kualitas hidup/kualitas meninggal dengan damai
7. Respon terhadap keluarga
B. PERAWATAN MENJELANG AJAL

Tatalaksana persiapan menjelang akhir kehidupan


1. Meringankan rasa sakit dan keluhan fisik lainnya
2. Menjaga agar pasien merasa nyaman dan tenang
3. Menjaga kehidupan pasien dan keluarga senormal mungkin
4. Membantu keluarga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan
5. Membicarakan harapan/keinginan pasien
6. Memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang kondisi pasien
7. Membantu proses berduka atas kematian pasien

Tujuan perawatan terminal


1. Memastikan bahwa tidak ada rasa nyeri dan stress
2. Memberikan perhatian secara penuh dengan kasih sayang
3. Menjaga agar pasien tidak mengalami nyeri yang berkepanjangan
4. Mempersiapkan dan mendukung keluarga menghadapi kematian pasien
5. Jangan berikan obat melalui oral tetapi jalur lain yaitu rektal, transdermal atau
subkutan pada pasien yang sudah penurunan kesadaran.
6. Tempat yang tepat bagi pasien untuk meninggal adalah di rumah.
7. Jangan biarkan pasien meninggal tanpa ditemani orang-orang yang
dicintainya.

C. PERSPEKTIF KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PELIATIF

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam


kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan
paliatif menekannkan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar
masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan
paliafif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak
mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di


Indonesia masih terbatas di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Surabaya,
Yogyakarta, Denpasar dan Makasar. Ditinjau dari besarnya kebutuhan dari pasien,
jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif juga masih
terbatas. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum
merata, sedangkan pasien memilikihak untuk mendapatkan pelayanan yang
bermutu, komprehensif dan holistik. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat
inap, rawat jalan dan kunjungan/rawat rumah.

Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :


1. Penatalaksanaan nyeri
2. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
3. Asuhan keperawatan
4. Dukungan psikologis
5. Dukungan sosial
6. Dukungan kultural dan spiritual
7. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita

D. KONSEP KEPERAWATAN PALIATIF ETIK DALAM KEPERAWATAN


PALIATIF

Prinsip dasar perawatan paliatif (Rasjidi, 2010) :


1. Sikap peduli terhadap pasien
Termasuk sensitifitas dan empati segala aspek dan penderitaan pasien, bukan
hanya masalah kesehatan.

2. Menganggap pasien sebagai individu


Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataypun gejala yang
sama, namun tidak ada satu pasien pun yang sama persis dengan pasien
lainnya. Keunikan inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan
perawatan paliatif untuk tiap individu.

3. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya dapat mempengaruhi
penderitaan pasian.

4. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai
atau diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan
yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.

5. Memilih tempat dilakukannya perawatan


Untuk menentukan tempat perawatan, pasien dan keluarga harus ikut serta
dalam diskusi. Sebisa mungkin pasien dengan kasus terminal diberi perawatan
di rumah.

6. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara tim Kesehatan dan keluarga adalah hal yang
sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif

7. Aspek klinis : perawatan yang sesuai


Perawatan paliatif yang diberikan harus sesuai dengan stadium dan prognosis
dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena bila perawatan yang
diberikan kurang hanya akan menambah penderitaan pasien. Sedangkan bila
berlebihan maka akan memberikan harapan palsu kepada pasien.

8. Perawatan kompresensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi


perawatan paliatif akan memberikan perawatan yang bersifat holistik dan
integratif untuk memberikan hasil yang maksimal pada pasien dan keluarga.
9. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin
Perawatan secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga yang akan
sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.

10. Perawatan yang berkelanjutan


Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir
merupakan dasar tujuan dari perawatan paliatif.

11. Mencegah terjadi kegawatan


Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan yang teliti untuk
mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi
dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberitahukan
sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan membuat rencana untuk
meminimalisasi stress fisik dan emosional.
12. Bantuan kepada pemberi perawatan
Keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan karena
keluarga pasien dengan penyakit lanjut seringkali rentan terhadap stress fisik
dan emosional terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu
perhatian khusus kepada mereka.

13. Pemeriksaan ulang


Perlu dilakukan pemeriksaan kondisi pasien secara terus-menerus menggingat
pasien dengan penyakit lanjut cenderung menurun dari waktu ke waktu.

Prinsip -prinsip etik


1. Autonomy (menghormati hak pasien)
Didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusannya sendiri. Merupakan bentuk respek terhadap seseorang
atau dipandang sebagai persetujuan yang tidak memaksa dan bertindak secara
rasional.

2. Non malficience (tidak merugikan pasien)


Tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada pasien. Tidak
melakukan tindakan yang akan merugikan orang lain.

3. Veracity (jujur pada pasien dan keluarga)


Menyampaikan kebenaran pada pasien dan keluarga serta meyakinkan bahwa
pasien dan keluarga sudah sangat mengerti dengan kondisinya.

4. Beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien)


Diperlukan kerjasama antara tim Kesehatan dan keluarga untuk melakukan
perawatan yang terbaik bagi pasien.
5. Justice (bersikap adil kepada semua pasien)
Dalam memberikan perawatan, tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum dan standart prakterk untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan yang optimal kepada semua pasien.

6. Confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien)


Informasi tentang pasien harus dijaga privasinya. Yang terdapat dalam
dokumen catatan Kesehatan pasien hanya boleh dibaca oleh tim perawatan
dalam rangka perawatan pasien. Tidak ada satu orang pun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti persetujuannya.

7. Fidelity (selalu menepati janji pada pasien dan keluarga)


Tim parawatan paliatif harus bertanggung jawab pada setiap tindakan pada
pasien dan keluarganya.

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


812/Menkes/SK/VII/2007 aspek medikolegal dalam perawatan paliatif terdiri
atas:
1. Persetujuan tindakan medis (informed consent) untuk pasien paliatif
a. Pesien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan
paliatif melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara
tim perawatan paliatif dengan pasien dan keluarganya.
b. Pelaksanaan informed consent pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah
diatur dalam undang-undang.
c. Meskipun pada umumnya hanya tindakan medis yang membutuhkan
informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan
yang beresiko dilakukan informed consent.
d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien
sendiri apabila ia masih kompeten dengan saksi anggota keluarga
terdekatnya. Diberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Bila pasien telah tidak
kompeten, maka keluarga terdekat melakukannya atas nama pasien.
e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan
atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang
harus, boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila
kompetensinya kemudian turun. Pesan (advanced directive) dapat memuat
secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Pasien
juga dapat menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam
membuat keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut
dibuat tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi tim perawatan
paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
2. Resusitasi/tidak resusitasi pada pasien paliatif
a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat
dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh tim perawatan paliatif.
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya diberikan pada saat pasien memasuki
atau memulai perawatan paliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi
sepanjang informasi yang diberikan adekuat untuk membuat keputusan
yang telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk
pesan (advanced directive) atau dalam informed consent menjelang ia
kehilangan kompetensinya.
d. Keluarga terdekat pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak
resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi yaitu apabila pasien berada pada tahap terminal dan tindakan
resusitasi tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya.

3. Perawatan pasien paliatif di ICU


a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku seperti yang diuraikan diatas.
b. Dalam menghadapi tahap terminal, tim perawatan paliatif harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life
supporting.

4. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif


a. Tim perawatan paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan
oleh pimpinan rumah sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di
rumah pasien.
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dilakukan oleh
tenaga medis, tetapi dengan mempertimbangkan keselamatan pasien,
tindakan-tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan
non medis yang terlatih. Harus ada komunikasi antara pelaksana dengan
pembuat kebijakan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan


kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa. Dengan identifikasi awal
serta informed consent yang adekuat dapat mengurangi penderitaan pasien,
sehingga pasien dapat merasa tenang dan nyaman sampai akhir hidupnya.
Dukungan pada keluarga juga perlu diperhatikan agar keluarga dapat menerima
kondisi pasien, menerima kenyataan akan kehilangan, mendampingi pasien
sampai saat akhir hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa
kehadiran anggota keluarga yang sudah meninggal.

Kerjasama antar anggota tim perawatan paliatif yang kompresensif dan


terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan paliatif akan memberikan
perawatan yang bersifat holistik dan integratif untuk memberikan hasil yang
maksimal pada pasien dan keluarga.

B. SARAN

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam


mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan
pada pasien dengan kondisi terminal dan membutuhkan perawatan paliatif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Achadiat. Chritiono M, 2007, Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalam


Tantangan Zaman, ECG, Jakarta

2. Asshiddiqie. Jimly, 2005, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia, Ketua Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia dan Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.

3. Guwandi, 2000, Bioethics & Biolaw, Faultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta.

4. Kozier, 2000, Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.


Philadelphia. Addison Wesley.

5. Rasjidi. Imam, 2010, Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri Pada
Kanker, CV Sagung Seto, Jakarta

6. Kemenkes RI Nomor: . 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang kebijakan Perawatan


Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai