Anda di halaman 1dari 11

Syella Elnida Depari

1911110487

A 2019 1

1. Defenisi paliatif care & terminal ilness


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lainseperti fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812,
2007).
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan
memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai sejak tegaknya
diagnosa hingga akhir kehidupan (World Health Organization, 2014).
Secara umum, perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang
bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisplin yang terintegrasi, yaitu
terkait bidang medis, psikologis, sosial, dan spiritual yang ditujukan untuk pasien dan
keluarga pasien penyakit kronis. Seperti penyakit apapun yan diderita pasien dlam
jangka waktu panjang, penyakit yang terus berkembang, penyakit yang membuat
kondisi fisik pasien memburuk tanpa penanganan yang tepat serta mengancam
keselamatan jiwa pasien (Maria 2015:10).
2. Tujuan paliatif care
Tujuan pelayanan perawatan paliatif sebagai upaya untuk mencegah dan meringankan
penderitaan, guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga, dalam menghadapi berbagai masalah terkait dengan penyakit yang diderita,
melalui upaya pencegahan dan penanganan kepada pasien terhadap penanganan nyeri
serta masalah-masalah lainnya baik fisik, psikologis, spiritual, dukungan sosial, serta
dukungan keluarga kepada pasien selama masa sakit dan duka cita (Campbell, 2014).
Adapun tujuan lain dari perawatan paliatif adalah memenuhi kebutuhan seluruh
individu dengan penyakit serius dan penyakit stadium akhir seperti penyakit jantung,
kanker, stroke, penyakit obstruksi paru-paru kronis, dan diabetes melitus. Sebagian
besar dari penyakit ini dapat menyebabkan penyakit yang berkepanjangan seperti
gejala yang biasanya mengganggu dan membuat pasien tidak nyaman (Black &
Hawks, 2014).
Tujuan paliatif juga untuk mengurangi, memperpanjang umur, meningkatkan kualitas
hidup, serta memberi dukungan kepada keluarga pasien. Dalam hal ini perlu
diperhatikan adalah penerimaan pasien terhadap kematian secara psikologis dan
spiritual sudah siap serta tidak merasa terbebani atau sters menghadapi penyakit yang
diderita dan perawatan paliatif tidak hanya sampai pasien meninggal tetapi akan
berlanjut pada anggota keluarga yang berduka (Anita, 2016).
3. Prinsip paliatif care
Prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif adalah
(a) Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain,
(b) Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses yang normal,
(c) Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
(d) Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
(e) Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
(f) Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
(g) Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya,
(h) Menghindari tindakan yang sia-sia (Kemenkes RI, 2013)
4. Indikasi paliatif care
Perawatan paliatif dimulai sejak diagnosis ditegakkan atau bila didapatkan satu atau
lebih kondisi seperti berikut:
(a) Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi,
(b) Stres berat berhubungan dengan diagnosis atau terapi kanker,
(c) Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya,
(d) Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang yang akan atau sedang
dilakukan,
(e) Pasien atau keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif,
(f) Angka harapan hidup ≤ 12 bulan,
(g) Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang diberikan
(Kemenkes RI, 2013).
5. Ruang lingkup paliatif care
Menurut Hockenberry, Wilson dan Wong (2013), keadaan lokasi sangat penting untuk
memfokuskan intervensi yang membahas semua aspek pasien dan kenyamanan
keluarga yang meliputi kenyamanan fisik pasien, kebutuhan sosial, emosional dan
spiritual pasien dan keluarga. Berdasarkan hasil keputusan oleh pasien dan keluarga
mengenai keinginan untuk perawatan, ada beberapa pilihan untuk tempat perawatan
yang dapat dipilih keluarga, meliputi :
Rumah Sakit Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk
menerima perawatan jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil. Perawatan di
rumah bukanlah suatu pilihan jika kondisi pasien dalam keadaan sakit dan
memerlukan pengawasan yang ketat. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap berada
di rumah sakit untuk perawatan terminal pada pasien maka pengaturan kamar harus
dibuat seperti keadaan di rumah. Selain itu, dalam memberikan perawatan harus ada
rencana yang konsisten dan terkoordinasi dengan melibatkan keluarga.
Rumah Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga mereka
ke rumah dengan menerima jasa perawatan di rumah. Umumnya layanan ini
memerlukan jadwal kunjungan perawatan untuk memberikan pengobatan, peralatan
yang dibutuhkan, atau persediaan obat-obatan. Perawatan di rumah adalah pilihan
yang paling sering dipilih oleh keluarga karena pandangan tradisional yang
mengharuskan penderita kanker yang memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan
maka harus dirawat dekat dengan keluarga.
. Hospice Care Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan
diri dalam kasus kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice care
dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap kematian
sebagai proses yang alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk pengelolaan
kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual penderita kanker serta keluarga.
Layanan di hospice care menyediakan home visit dan kunjungan dari pekerja sosial,
pemuka agama, dan dokter. Obat-obatan, peralatan medis dan apapun yang diperlukan
semua sudah dikoordinasikan oleh organisasi rumah sakit pemberi perawatan.

6. Langkah - langkah dalam paliatif care

Langkah Langkah pelaksanaan program paliatif antara lain terdiri dari ( Kemenkes RI,
2015:13-14):
a. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural dan spiritual.
b. Menentukan tujuan perawatan pasien
c. Menentukan tujuan perawatan pasien
d. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien
e. Melakukan tatalaksana gejla, dukungan psikologis, sosial dan kultural dan
spiritual
f. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum
dibuat, misalnya : penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang
memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dan lain –
lain.)
g. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning ( wasiat atau
keinginan terakhir.)
h. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.

7. Pola dasar paliatif


Hal-hal yang penting yang menjadi dasar perawatan paliatif adalah sebagai berikut
(Djauzi, 2003 ; Woodruff, 1999)
1. Caring attitude (Sikap merawat), melibatkan sensitivitas, simpati dan turut
merasakan penderitaan, dan ini didemonstrasikan kepada penderita kanker yang sudah
mencapai Paliatif. Sikap merawat sulit diajarkan, dan ini adalah tanggung jawab
kepada mereka yang berpengalaman dilapangan menjadi contoh. Kompetensi yang
dicapai adalah mengetahui mengenai rencana pasien dan memberikan pasien
perawatan.
2. Commitment (komitmen), kebutuhan akan komitmen yang kuat dari anggota tim
paliatif menentukan keberhasilan perawatan. Berhadapan terus menerus dengan
pasien kanker stadium paliatif menyebabkan stress, dan dedikasi yang kuat
dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan dan masalah yang kompleks dimana beberapa
mungkin tidak dapat diatasi.
3. Considerationofindividuality (pertimbangan individualitas). Setiap pasien
adalahunik secara individu. Praktikpengelompokan pasien berdasarkan penyakit
mereka, berdasarkan kesamaan masalah medis yang dihadapi, untuk mengenal
gambaran psikososial individu dan masalahnya yang membuat pasien berbeda.
4. Cultural consideration (pertimbangan kebudayaan). Etnis, ras, agama dan faktor
budaya lain membawa pengaruh pada penderitaan pasien. Perbedaan kebudayaan
harus dihargai dan perawatan direncanakan dengan mempertimbangkan sensitivitas
secara kebudayaan.
5. Consent (ijin). Ijin dari pasien atau seseorang yang dilimpahkan tanggung jawab,
adalah penting sebelum suatu pengobatan diberikan atau dihentikan. Terdapat suatu
aturan moral untuk mengkaji penginformasian keputusan, yang dibuat oleh pasien
atau wakil mereka sehubungan dengan terapi yang dipilih. Kata kuncinya adalah
terinformasikan (informed)
6. Choice of site of care (pilihan tempat perawatan) .Pasien dan keluarganya perlu
dilibatkan dalam diskusitentang dimana pasien akan dirawat. Perawat memberikan
respon tentang keinginan pasien serta keinginan para keluarga. Keluarga akan
ditawarkan agar pasien kanker dapat dilakukan perawatan di rumah dengan dukungan
kunjungan tim perawatan paliatif.
8. Tim pelayanan paliatif
Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif, pelayanan paliatif membutuhkan
keterlibatan antara tenaga medis dan dukungan keluarga. Tim perawatan paliatif
terdiri dari :
a. Dokter
Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif. Dokter harus
kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa sakit dan
gejala lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit
pasien.
b. Perawat
Perawat merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama
dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui kondisi
pasien, menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang penting bagi
pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi dampak kemajuan penyakit.
c. Pekerja sosial dan psikolog
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi
dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan
emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses berkabung.
Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama karena keluarga
mulai merencanakan masa depan.
d. Konselor Spiritual
Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak menghakimi,
mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan maknakehidupan. Sering
juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus sebagai sumber dukungan
terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual keagamaan dan sakramen yang
berarti bagi pasien kanker.
e. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala dalam perawatan
paliatif, sehingga apoteker mempunyai peranan penting. Apoteker memastikan
bahwa pasien dan keluarga memiliki akses penting ke obat-obatan untuk
pelayanan paliatif. Keahlian apoteker juga dibutuhkan untuk mendukung tim
kesehatan dengan memberikan informasi mengenai dosis obat, interaksi obat,
formulasi yang tepat, rute administrasi, dan alternatif pendekatan.
d. Caregiver/Keluarga
Keluarga sebagai caregiver merupakan bagian yang sangat penting dalam perawatan
paliatif di rumah. Yang dimaksud care giver disini adalah anggota keluarga, teman
atau tetangga yang tidak mendapatkan bayaran dimana mereka memberikan
perawatan bagi individu yang dalam kondisi sakit akut atau kronis yang
membutuhkan bantuan dalam berbagai macam tugas baik memberikan bantuan
terhadap aktivitas sehari-hari seperti memandikan, mengganti baju, memberikan
obatobatan maupun perawatan lainnya (Hughes, 2008). Caregiver keluarga dalam
Given, & Sherwood, (2012) merupakan individu yang membantu dalam kegiatan
pelayanan kesehatan bagi seseorang yang membutuhkan bantuan atau untuk pasien
yang menderita kanker dan tidak dapat melakukan aktivitas merawat diri secara
independen atau membutuhkan bantuan untuk mengelola perawatan mereka yang
berhubungan dengan kanker atau pengobatan kanker. Menurut Timonen, (2009)
caregiver terdiri dari dua jenis yaitu formaldan informal. Caregiver informal anggota
keluarga ataupun teman yang tidak mendapatkan pelatihan formal dan tidak
bertanggung jawab pada standar praktek. Caregiver formal merupakan anggota dari
suatu organisasi yang mendapakan gaji dalam memberikan perawatan yang
mengetahui norma praktek, profesional dan mendapatkan pelatihan formal dalam
rangka menjalankan tugasnya. Peran dan tanggung jawab caregiverkeluarga
mengalami pergeseran, dari sebagai penjaga pasien kemudian berubah dengan
memiliki multi peran dalam mendampingi pasien kanker stadium lanjut. Berbagai
tanggung jawab yang harus dilakukan caregiver keluarga yaitu manajemen gejala,
memonitoring perubahan gejala yang dialami pasien, tranportasi pasien dan advokasi,
menajemen aktivitas pasien sehari-hari. Caregiver pada pasien kanker diharapkan
dapat berfungsi secara luas, memberikan perawatan langsung bantuan dan aktivitas
sehari-hari, manajemen kasus, dukungan emosianal, mendampingi pasien dan
pengawasan pengobatan. Caregiver melakukan banyak peran, termasuk sebagai
pekerja, orang tua. Beberapa peran caregiver pada pasien kanker antara lain tugas
administratifmencakup manajemen kasus,pengelolaanfinansial,mencari informasi,
melaporkan gejala dan efek samping, mempromosikan prilaku sehat, mendorong
kepatuhan pegobatan. instrumental tasks mencakup mendampingi pasien ke
pelayanan kesehatan, menjalankan tugas pribadi. Dukungan sosial menyediakan
persahabatan dan bersosialisasi (Given et al., 2008; PDQ Supportive and Palliative
Care, 2017) Peran caregiver dan beban caregiver dipengaruhi oleh prognosis pasien,
stadium penyakit dan tujuan perwatan. Peran caregiver pada kondisi hospitalisasi
memainkan peranan penting dalam membuat keputusan tentang perawatan. Selain itu
caregiver sebagai advokat pasien dan pengambil keputusan utama atas permintaan
pasien. Caregiver dalam memenuhi peran bergantung pada hubungannya yang sudah
ada sebelumnyaa dengan pasien dan tingkat kesepakatan antara perawat dan pasien.
Ketidaksepakatan dan konflik dapat mempersulit pengambilan keputusan dan
mempengaruhi pilihan pengobatan. Selain hal tersebut ketidaksepakatan dalam
keluarga tentang pilihan pengobatan yang paling tepat untuk pasien dapat
menyebabkan stres yang berlebihan bagi pasien dan perawat sehingga dapat
mengurangi kualitas hidup. Pada perawatan di rumah, caregiver bertanggung jawab
untuk mengelola perawatan secara utuh di rumah, mengatur kebutuhan medis dan
makanan yang diperlukan, mengelola keadaan darurat medis yang mungkin timbul
dan umumnya mengarahkan sistem perawatan kesehatan (PDQ Supportive and
Palliative Care, 2010).
9. Peran perawat dalam melakukan paliatif care
Peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi berbagai dimensi yang saling
berhubungan. Dimensi tersebut meliputi: menilai, menemukan arti, memberdayakan,
menghubungkan, doing for, dan mempersiapkan integritas diri dan yang lainnya
(CPHCA,2002). Ketika beberapa dimensi ini menjadi orientasi aktifitas perawat maka
perawat akan menunjukan sikap yang lebih besar dan merupakan refleksi dari
interpersonal dan holistik alamiah dari perawat. Hubungan ini ditunjukan perawat
sebagai sebuah profesional yang tidak dapat dipisahkan dari perawat sebagai personal
jika hubungan teraupeticperawat pasien sudah didapat. Berikut adalah yang
menggambarkan dimensi dari peran perawat.
1. Valuing.
Valuing berarti perawat memeiliki kepercayaan dasar yang layak melekat dalam
kesejahteraan manusia tanpa memperhatikan berbagai karakteristik dari beberapa
individual. Valuing mengijinkan perawat terus menghormati dan memberikan
perawatan kepada pasien, walaupun dalam kondisi yang berbeda (Davies
&Oberle,1990).
2. Finding meaning.
Finding meaning berarti perawat mampu mendampingi pasien menemukan arti dalam
situasi membantu pasien memfokuskan kehidupan sampai mereka mati, membantu
mereka melakukan yang terbaik dalam situasi apapun, menyumbangkan harapan,
mendorong merefleksikan kehidupanya, membantu mereka memenuhi kebutuhan
spiritual mereka, dan mengakui kematian dengan membicarakan dengan terbuka
tentang kematian ketika pasien dan keluarga menginginkan mereka melakukanya.
3. Empowering
Empowering meliputi memfasilitasi, mengakui, memperbaiki, dan memberikan
informasi, memfasilitasi kekuatan individual dan keluarga. Perawat melibatkan pasien
dan keluarga dalam membuat strategi perencanaan, memberikan dukungan,
memberikan pilihan, dan memberikan informasi. Perawat menunjukan sikap
menghormati hak pasien dan keluarga dalam kemampuan mengambil keputusan.
Perawat juga mengakui keterbatasan dan membantu mereka melakukan berbagai hal
untuk mendapatkan hasil yang positif. Perawat mengetahui keterbatasan pasien dan
keluarganya dalam memilih dukungan dan mendorong pasien dan keluarga untuk
melakukan apa yang mereka pilih. Membantu pasien dan keluarga untuk yakin
dengan pikiran negatif mereka dan memberikan waktu untuk mereka ungkapkan.
Mendengarkan dengan terbuka dan tidak bertindak dengan membela diri. Perawat
membiarkan orang lain untuk membuka kemarahan mereka. Kekuatan kapasitas
pasien dan keluarga ini dapat membantu mereka memanajemen diri mereka sendiri.
4. Connecting
Connecting adalah salah satu kegiatan perawat membuat kontak dengan pasien dan
membangun hubungan teraupetik. Kegiatan ini meliputi pengenalan, membangun
kepercayaan, menjelaskan peran, mengumpulkan informasi utama,dan menjelaskan
bagaimana bisa menghubungi perawat.
5. Doing for
Doing for fokus pada perawatan fisik pasien. Intervensi ini meliputi mengontrol nyeri
dan gejalanya, membuat discharge planning dan membantu keluarga untuk mengakses
peralatan, dan membantu perawatan langsung. Kolaborasi tim adalah komponen dari
doing for. Kolaborasitim meliputi menghubungkan system kedalam kepentingan
pasien dan keluarga,mengkonsultasi kandengan anggota tim kesehatan yang lain,
berbagi informasi, melayani hubungan antara berbagai institusi dan program, mediasi
kepentingan keluarga dan menjelaskan keuntungan bagi pasien dan keluarga.
6. Preserving own integrity.
Intervensi preserving own integrity identik dengan kemampuan perawat
menyeimbangkan rasa bersalah terhadap diri sendiri, harga diri, dan tingkat energy.
Hal ini dikaitkan dengan kegiatan perawat yang terlalu sering menghadapi
penderitaan, nyeri dan kehilangan. Kegiatan ini merefleksikan kegiatan terpenting
yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien paliatif. Hasilnya
dapat dilihat melalui evaluasi perawat terhadap perawatan yang diberikan kepada
pasien
Peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi berpastisipasi aktif dalam
perawatan klinis, pendidikan, kolaborasi interprofesional, sistem kapasitas,
kompetensi dalam perawatan paliatif, penelitian, dan pengembangan kebijakan.
Perawatan palitif pada dasarnya dipandu oleh prinsip perawatan kesehatan primer
yang melanjutkan peran perawat untuk menenuhi peran sebagai advokat. Perawat juga
memiliki peran dalam mendukung keluarga dan tim interprofesional. Perawatan
paliatif adalah pusat untuk mengekspresikan dan merefleksikan esensi dari
keperawatan dan perawatan perawat karena meliputi dimensi spiritual, emsoinal,
keluarga, dan klinisilain.
Dalam penelitian Xara et al (2011) menyatakan peran perawat adalah
melakukan pengkajian kualitas hidup yang sistematis yang dapat membantu
melindungi pasien dari efek samping dosis pengobatan yang tidak diperlukan tubuh
pasien. Perawat mengkaji kualitas hidup pasien sehingga menggambarkan perkiraan
hidup yang lebih baik dari pada menggunakan pengukuran tumor sebagai patokan.
Setelah melakukan pengkajian secara komprehensif kepada pasien, perawat dituntut
untuk menentukan intervensi yang mendukung kebutuhan pasien. Contohnya seperti
yang dilakukan oleh Saatci el all (2007) dalam mengurangi efek samping kemoterapi.
Penelitian Saatci et all menunjukkan bahwa penggunaan sarung tangan yang dingin
selama kemoterapi mampu meminimalisir efek samping dari kemoterapi pada
masalah tangan dan kuku pasien kanker.
Hasil penelitian kualitatif dari Aslakson et al (2012) mengungkapkan hal yang
menarik yang didapatkan dari wawancara partisipan perawat icu. Partisipan perawat
icu menjawab bahwa peran yang sangat penting dari perawatan paliatif adalah
perawat bekerja, bersikap dan bertutur kata harus memunculkan caring attitude dari
Woodruff (1999). Caring attitude sangat memegang peranan penting dalam merawat
pasien kanker. Sikap dari perawat membuat pasien kanker merasa dihargai dan
diperhatikan kebutuhannya. Peran perawat yang lain diungkap dalam penelitian
kualitatif dari Calvin et al (2009) adalah sebagai fasilitator. Fasilitator maksudnya
adalah perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi keluarga pasien
kanker yang menjelang ajal sehingga pasien dan keluarganya memilki banyak waktu
kebersamaan. Perawat berusaha menghadirkan keluarga untuk mempersiapkan
keluarga menerima kematian pasien karena sulit bagi keluarga menerima kematian
kondisi pasien. Penelitian lain juga dari Oflaz F, Vural H (2010) menyebutkan
perawat juga berperan dalam memberikan dukungan kepada keluarga pasien kanker
Paliatif. Perawat paliatif akan mendapat kepuasan saat melakukan perawatan paliatif
fase terminal dengan hadir mendampingi keluarga dan memberikan dukungan
melewati fase itu.

10. Terapi pada paliatif care ( Berbagai macam, seperti nutrisi sampai kemoterapi. Untuk
kemotrapi dilengkapi ECOG (Jelaskan grade nya), dan skala karnofsky (Jelaskan skala 0%
sampai 100%)

11. Askep paliatif care

NB :

Boleh ketik/tulis tangan


Dealine Hari Selasa pukul 10.00 WIB kirim ke email kakak : Sakiahfitriana22@gmail.

Anda mungkin juga menyukai