Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

KEPERAWATAN PALIATIF
DAN MENJELANG AJAL

OLEH

NAMA : WA ODE OBA


NIM : 20142010027
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif Keperawatan Paliatif


1. Pengertian
Perspektif (KBBI) → Prospek, sudut pandangan,
pandangan.
→Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi, penilaian, pandangan
seseorang tentang suatu hal/ sesuatu fenomena yang terjadi.
→Perspektif Keperawatan Paliatif adalah merupakan suatu kumpulan asumsi,
penilaian, pandangan keperawatan ttg perawatan paliatif dan menjelang ajal
→Perawatan paliatif adalah perawatan interdisipliner yang berfokus pada pasien
dengan penyakit serius atau mengancam jiwa dengan tujuan mengurangi beban
penyakit, meringankan penderitaan dan mempertahankan kualitas hidup dari saat
setelah terdiagnosis.
Perspektif keperawatan paliatif adalah merupakan suatu kumpulan asumsi,
penilaian, pandangan keperawatan tentang perawatan paliatif dan menjelang ajal.
Perawatan paliatif adalah perawatan interdisipliner yang berfokus pada pasien
dengan penyakit serius atau mengancam jiwa dengan tujuan mengurangi beban
penyakit, meringankan penderitaan dan mempertahankan kualitas hidup dari saat
setelah terdiagnosis.
2. Falsafah Keperawatan Paliatif
a. Pelayanan berfokus pada kebutuhan pasien bukan pada penyakit.
b. Menerima kematian namun tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup.
c. Pelayanan yang membangun kerjasama antara pasien, petugas kesehatan, dan
keluarga pasien.
d. Berfokus pada proses penyembuhan bukan pada pengobatan.
e. Perawatan paliatif bukan untuk mempercepat atau menunda kematian karena
kematian merupakan proses alamiah makhluk hidup.
B. Konsep Dasar Keperawatan Paliatif Dan Menjelang Ajal
1. Pengertian
a. Menurut WHO Palliative care (perawatan paliatif) merupakan suatu cara
pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam
kehidupan, melalui pencegahan dan mengurangi penderitaan dengan
identifikasi awal, penanganan yang benar, pengobatan rasa sakit dan masalah
yang lain yang mencakup aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
b. Perawatan Paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderitaan penderita Kanker, terutama yang tidak mungkin disembuhkan
(Depkes RI, 1997) Perawatan paliatif merupakan pelayanan terintegrasi;
perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh dengan
pendekatan multi disiplin. Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat → tidak peduli stadiun dini atau lanjut, masih
bisa sambuh atau tidak (harus diberikan perawatan maksimal). Bahkan setelah
pasien meninggal perawatan paliatif masih diberikan pada keluarga yang
berduka.
Palliative medicine (Kedokteran Paliatif) merupakan bagian dari ilmu
kedokteran yang mempelajari dan melaksanakan tindakan medis secara aktif
dan progresif untuk pasien dengan penyakit lanjut yang mempunyai prognosis
buruk dengan fokus perawatan pada upaya untuk mempertahankan kualitas
hidup pasien.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis
sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium
kanker, bahkan juga pada penderita penyakit lain yang mengancam kehidupan
seperti HIV/AIDS, gagal jantung, PPOK dan berbagai kelainan yang bersifat
kronis.
Perawatan paliatif:
1) Mengurangi rasa sakit dan gejala-gejala lain yg menyusahkan
2) Menggabungkan aspek psikologis dan spiritual dari perawatan pasien.
3) Menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup secara
aktif sebisa mungkin sampai meninggal
4) Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga mengatasi
kesukaran selama pasien sakit
5) Menggunakan pendekatan dengan suatu tim untuk memenuhi keperluan
pasien dan keluarganya, termasuk konseling
6) Akan meningkatkan kualitas kehidupan, dan dapat secara positif
mempengaruhi perjalanan penyakit
7) Dapat diterapkan dini pada perjalanan penyakit, berhubungan dengan
terapi-terapi lain yang bertujuan untuk memperpanjang kehidupan, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan termasuk pemeriksaan lain yang
diperlukan untuk lebih memahami dan mengatur komplikasi klinis yang
lain
2. Tujuan Perawatan Paliatif
a. Tujuan umum.
Tujuan umur/ akhir dari perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup yang
terbaik untuk pasien dan keluarganya.
b. Tujuan khusus :
1) Meningkatkan kualitas hidup (Quality of life) :
a) Mengurangi penderitaan pasien.
b) Memperpanjang hidup.
2) Meningkatkan kualitas kematian (Quality of death).
a) Jika pasien meninggal dia sdh siap meninggalkan keluarganya dan
keluarganya juga siap ditinggalkan.
b) Pasien meninggal dalam kondisi bermartabat (dignity).
c) Memberikan support pada keluarga pasien.
Pada pasien paliatif, prioritas pelayanan kesehatan berubah dari
pengobatan ke perawatan (from cure to care), dari intervensi ke
pencegahan dan rehabilitasi. Jadi tujuan utama perawatan paliatif bukan
untuk menyembuhkan penyakit.
3. Prinsip Dasar Perawatan Paliatif
a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganganggap kematian sebagai proses
normal.
b. Bukan mempercepat atau menunda kematian.
c. Mengurangi nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
d. Menjaga keseimbangan psikologis , sosial dan spiritual.
e. Berusaha memberi dukungan agar penderita tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
f. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
g. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
h. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
i. Menggunakan pendekatan TIM dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya
4. Tim Perawatan Paliatif
a. Pasien : core
b. Medis : cure
c. Perawatan : care
d. Sosial : keluarga, petugas sosial, relawan dll
e. Spiritual : rohaniwan.
f. Dietician/Nutrisionist : ahli gizi.
g. Psykolog
5. Kompetensi Perawatan Paliatif
a. Keterampilan Komunikasi.
b. Keterampilan Psikososial.
c. Keterampilan Bekerja Tim.
d. Keterampilan dalam Perawatan Fisik.
e. Keterampilan Intrapersonal
6. Sasaran Perawatan Paliatif
Who receives Palliative Care ? ( Siapa yang menerima perawatan paliatif
a. Individuals struggling with various diseases ( Individu/ orang dengan berjuang/
menderita berbagai penyakit).
b. Individuals with chronic diseases such as Cancer, Cardiac disease, Kidney Failure,
Alzheimers, HIV/AIDS, Amyotrophic lateral Sclerosis (ALS); ( Individu/ orang
dengan penyakit kronik seperti kanker, Penyakit jantung, Gagal ginjal,
Alzheimers, HIV/AIDS, ALS
7. Perawatan Pasien Menjelang Ajal
Perawatan yang diberikan bagi pasien menjelang ajal disebut perawatan
hospice/hospitium. Hospice care adalah sebuah konsep perawatan bagi pasien
terminal yang dirancang untuk membebaskan penderitaan dan meringankan gejala-
gejala yang tidak diinginkan.
Perawatan hospice dibagi dua, yaitu
a. Inpatient hospice adalah perawatan yang memberikan harapan/ support bagi
pasien–pasien dengan gejala yang tidak terkendali dengan baik.
b. Outpatient hospice menyediakan pelayanan yang terkoordinasi bagi pasien
menjelang ajal yang berada di rumah atau dalam fasilitas perawatan jangka
panjang.
Perawatan hospice terdiri dari suatu “team work“, yaitu dokter, psikolog,
perawat, terapi rehabilitasi, ahli gizi, pekerja sosial, dll yang bersama–sama
memberikan tindakan yang terpadu atas tahapan–tahapan psikologis penderita
dengan cara yang berbeda–beda.
Kondisi terminal adalah suatu proses yg progresif menuju kematian berlangsung
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,psikologi, sosial, dan spiritual bagi
individu ( Carpenito,1995)
Pasien terminal adalah pasien yang dirawat, yang sudah jelas akan meninggal atau
keadaannya makin lama makin memburuk ( Stevens dkk, 1999).
C. Etika Dalam Keperawatan Paliatif
1. Pengertian
Etik adalah Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar
perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar
dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan
Kebaikan / kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah Kesepakatan / peraturan tentang penerapan nilai moral
dan keputusan keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan
(Wikipedia,2008).
2. Kajian Tentang Perawatan Paliatif
Prinsip dasar perawatan paliatif (Rasjidi,2010)
a. Sikap peduli terhadap pasien
Sensifitas dan empati segala aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya
masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak menghakimi.
Karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya tidak
mempengaruhi perawatan.
b. Menganggap pasien sebagai seorang individu.
Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala gejala
yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien
lainnya. Keunikan inilah yang harus dipertimbangkan dlm merencanakan
perawatan paliatif setiap individu.
c. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi
penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan
perawatan .
d. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai
atau diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan
yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
e. Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut
serta dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin
diberi perawatan di rumah
f. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga
adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan
paliatif.
g. Aspek klinis : perawatan yang sesuai
Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari
penyakit yang diderita pasien.hal ini penting karena pemberian pareawatan
yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah
penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan beresiko untuk
memberikan harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan
masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya
karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah
tidak etis.
h. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi
perawtan palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif
sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup
pasien serta koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut
untuk memberikan hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga .
i. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin
Perawtan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatn
medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan
kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik
pasien maupun keluarga.
j. Perwatan yang berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir
merupakan dasr tujuan dari parawtan paliatf.
Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawtan
k. Perwatan yang berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir
merupakan dasr tujuan dari parawtan paliatf.
Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawtan
l. Mencegah terjadinya kegawatan
Perwatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah
terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam
perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberituaukan sebelumnya
mengenai masalah yang sering terjadi dan membentuk rencana untuk
meminimalisasi stress fisik dan emosional.
m. Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit stadium lanjut rentan terhadap stress fisik
dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu
diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari
perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan.
n. Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus
mengingat pasien dengan penyakit lanjut karena kondisinya akan cenderung
dari waktu ke waktu.
3. Prinsip – prinsip etik
a. Autonomy (otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional.
b. Non maleficienci (tidak merugikan )
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik, psikologis, dan
soaial pada pasien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkewaiban agar
jangan sampai merugikan orang lain jika melakukan suatu tindakan
c. Veracity ( kejujuran )
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien
dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
d. Beneficienec ( berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain.Terkadang dalam pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.
e. Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip–prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan terbaik
f. Kerahasiaaan ( Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien
harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu
orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien
dengan bukti pesetujuannya.
g. Akuntabilitas (accountability )
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti ada pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti, dimana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang sangat jelas atau tanpa terkecuali.
h. Fidelity (kesetiaan)
Merupakan sebuah komitmen atau permintaan khusus dari sesorang yang
perlu untuk dipertahankan
i. Paternalism/Parentalism
Kondisi dimana seeorang mengambil keputusan untuk orang. Tenaga
kesehatan dapat membantu pasien membuat keputusan ketika pasien tdk
mampu membuat keputusan yan komprehensif.
j. Menghargai orang lain
Memahami hak individu, perbedaan budaya, keinginan, gender, agama dan
keyakinan, ras dll
D. Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif
1. Kebijakan
Program Paliatif yang efektif akan tercapai jika didukung komitmen pemangku
kebijakan dengan pendekatan kesehatan masyarakat, melalui :
a. Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.
b. Ketersediaan layanan professional serta pemberdayaan masyarakat.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana terutama untuk pengelolaan nyeri dan
gejala psikologis.
d. Aksesibilitas setiap pasien yang memerlukan program paliatif.
e. Program paliatif dilakukan mulai dari RS hingga masyarakat.
2. Strategi
a. Menjamin pelayanan paliatif pada institusi fasyankes.
b. Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi program paliatif.
c. Menyiapkan tenaga profesional pada program paliatif.
d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program paliatif.
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran masyarakat
untuk menyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang program paliatif.
f. Menjamin aksesibilitas masyarakat terhadap program paliatif yang berkualitas
melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi serta
standarisasi pelayanan.
3. Dasar hukum perawatan paliatif
Dasar hukum perawatan paliatif adalah surat keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia no. 812 tahun 2007 (Kep Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/ VII/ 2007 )
a. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif
1) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif.
a) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif melalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan paliati dengan pasien dan
keluarganya.
b) Pelaksanaan informed concent dilakukan sesuai perarutan perundang
undangan yang berlaku.
c) Setiap tindakan yang beresiko dilakukan Informed consent.
d) Penerima informasi dan pemberi persetujuan sebaiknya pasien sendiri.
e) Informed consent sebaiknya secara tertulis.
f) Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik bagi pasien tim
perawatan dapat melakukan tindakan yang diperlukan dengan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
2) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.
1) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat
dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif.
Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif..
2) Informasi ttg hal ini diinformasikan pada pasien memulai perawatan
paliatif.
3) Keputusan resusitasi/ tidak resusitasi tergantung pada pasien dan
keluarganya.
4) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai pedoman perawatan paliatif, misalnya
karena tidak akan memperbaiki kualitas hidup pasien.
3) Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan
umum yang berlaku.
4) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif.
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
tetapi tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan yang terlatih dengan mempertimbangkan keselamatan pasien
b. Medikolegal Euthanasia
1) Pengertian.
Euthanasia dapat diartikan : meninggal dengan baik atau meninggal tanpa
merasakan sakit. Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan
sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien (Euthanasia pasif)
atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien (euthanasia aktif), dan ini dilakukan
untuk kepentingan pasien sendiri.
2) Beberapa alasan individu untuk mengahiri hidup (euthanasia) :
a) Nyeri berat yang tdk teratasi, rasa tercekik atau sesak yang berat.
b) Khawatir tidak dapat menahan nyeri dan keluhan lainnya.
c) Khawatir proses penyakit yg makin memburuk dan berlangsung dlm
waktu lama.
d) Depresi.
e) Khawatir menyusahkan orang lain secara permanen.
f) Merasa tidak diinginkan lagi keberadaannya dalam keluarga.
4. Tempat Perawatan Paliatif
a. Rumah Sakit : Rawat jalan dan Rawat inap.
b. Puskesmas : Rawat jalan dan kunjungan rumah.
E. Komunikasi Dalam Perawatan Paliatif
1. Pengertian
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan
nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi
tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.
Kebisuan juga merupakan sebuah makna komunikasi. Komunikasi menyampaikan
informasi , dan merupakan suatu aksi saling berbagi.
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang membawa berita/ pesan dlm
bentuk lisan atau tulisan dgn berbagai macam cara penyampaiannya, dan
penerima berkewajiban menginterpretasikan pesan tersebut. Komunikasi adalah
sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan
terapeutik antara perawat dan klien.
2. Model Komunikasi dalam Perawatan Paliatif.
a. An Interpersonal Approach ( pendekatan yang produktif antara pasien dan
petugas kesehatan → meningkatkan wawasan melalui interaksi pruduktif dan
sensitif antara pasien dan petugas kesehatan → Proses pertukaran pesan/
informasi antara sender dengan receiver).
b. A Social Construction Approach : pendekatan pemahaman sosial →
bagaimana pemahaman sosial dpt memproduksi dan mereproduksi pola
interaksi → tidak ada kata, aksi, perilaku, atau kejadian memiliki makna
tanpa memahami sistem, nilai nilai sosial ttg menjelang ajal dan kematian.
c. A Critical Cultural Approach : Bagaimana faktor ekonomi, materi dan sejarah
membentuk budaya untuk merespon konsep kesehatan, sakit, dan pengobatan.
Budaya dipahami sebagai cara hidup, ide mengenai pengobatan, kepercayaan
ttg sehat sakit dan bahasa yg digunakan untuk menjelaskan ttg kematian dan
menjelang ajal.
d. A Multi Method Approach ( pendekatan dgn berbagai metode )
3. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
a. Lingkungan (tenang, sejuk, panas, bising, pengap dll)
b. Kondisi fisik dan psikologis pasien (penerima).
c. Pendidikan/ pengetahuan penerima.
d. Waktu.
e. Metode/ cara penyampaian pesan.
f. Bahasa.
g. Harapan dan kepercayaan.
h. usia.
4. Keterampilan Komunikasi dalam perawatan paliatif
a. Keterampilan dasar berkomunikasi :
1) Contex / setting : ruang yg memadai, bahasa tubuh, kontak mata,
sentuhan, pengantar (perkenalan).
2) Listening Skills (keterampilan mendegar) : pertanyaan terbuka, teknik
fasilitasi, klarifikasi, mengendalikan waktu & interupsi.
3) Acknowledgement (Respon empati) : suatu teknik untuk mengetahui dan
memahami apa yg ditunjukkan pasien.
4) Strategy management :
a) Tentukan apa yg akan dinilai sebagai strategi medis yg optimal.
b) Lakukan penilaian ttg harapan pasien, pengobatan, hasil yg ingin
dicapai.
c) Usulkan strategi menurut anda.
d) Kaji respon pasien dgn membuat catatan perkembangan
kesehatanpasien.
5) Summary (ringkasan).
a) Membuat ikhtisar atau pengulangan point utama / penting
pembahasan.
b) Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya.
c) Membuat rencana pertemuan berikunya
F. Teknik Menyampaikan Berita Buruk
1. Pengertian Berita Buruk
a. Berita buruk adalah sebuah berita yang kurang menyenangkan untuk
didengar, dan mungkin juga dapat merubah sikap seseorang yang
mendapatkan berita tersebut.
b. Berita buruk dapat juga diartikan sebagai suatu situasi di mana tidak ada lagi,
adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik seseorang, sesuatu yang
menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan, ataupun
sesuatu yang membuat seseorang memiliki lebih sedikit pilihan di dalam
hidupnya. (Sugiharto, 2011)
c. Berita buruk ini seringkali juga diasosiasikan dengan penyakit - penyakit
terminal yang sudah tidak mungkin lagi disembuhkan.
2. Tujuan menyampaikan berita buruk
Memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarganya tentang kondisi /
status kesehatan pasien saat ini dan kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.
3. Hal Penting Dalam Penyampaian Berita Buruk
a. Isi berita
Apa yang di bicarakan, dan seberapa banyak informasi atau keterangan yang
diberikan oleh perawat. Item ini sangat berhubungan dengan
anggapan/kepercayaan pasien terhadap kompetensi perawat memahami
kondisi dan perkembangan penyakit pasien.
b. Support
aspek supportif dalam komunikasi seorang perawat adalah kemampuan
perawat dalam mempraktikkan komunikasi teraputik pada pasien dan
keluarganya. Bentuk support adalah mendengarkan dan memberikan jawaban
atas pertanyaan pasien./keluarganya.
c. Fasilitas
Fasilitas adalah kapan, dimana informasi akan diberikan : ruang untuk
menjaga privacy, media, lingkungan yang bersih dan nyaman bagi pasien.
d. Cara Penyampaian
Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memberi informasi
dengan singkat, jelas, lembut dan jujur.
4. Teknik/ Cara Menyampaikan Berita Buruk
a. Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang akan
disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil laboratorium atau pun
pemeriksaan penunjang ada saat percakapan. Persiapkan juga pengetahuan
dasar tentang prognosis atau pun terapi pilihan terkait penyakit pasien.
b. Atur waktu yang tepat dan memadai dengan lokasi yang aman dan nyaman.
Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari orang lain atau
dering telepon.
c. Latihan mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Jika perlu
tulislah kata-kata spesifik yang akan disampaikan atau yang harus dihindari
dalam penyampaian.
d. Jika memungkinkan sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir. Perkenalkan
diri pada setiap yang hadir, tanyakan nama dan hubungan mereka dengan
pasien.
e. Menanyakan pengetahuan dan pendapatnya tentang penyakit yang dideritanya
(biasa, parah, perkembangannya, harapan )
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
1. Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?
2. Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini?
3. Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?
4. Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda?
Atau menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan?
5. Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?
6. Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda turun
drastis?

Anda mungkin juga menyukai