Anda di halaman 1dari 48

KONSEP PERAWATA PALIATIF

1. Pengertian Paliatif Care.


Perawatan paliatif berasal dari kata palliate
(bahasa inggris) berarti meringankan, dan
“Palliare” (bahsa latin yang berarti
“menyelubungi”), merupakan jenis pelayanan kes.
yg berfokus utk meringankan gejala klien, bukan
berarti kesembuhan
Perawatan paliatif care : penedekatan yg
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarga yg menghadapi masalah b/d penyakit yg
dpt mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan
membantu meringankan penderitaan, identifikasi
dini dan penilaian yg tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif : semua tindakan aktif guna
meringankan beban penderita kanker terutama yg
tdk mungkin desembuhkan tetapi juga pada
penderita yg mempunyai harapan utk sembuh
bersama-sama dgn tindakan kuratif
(Menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta
perbaikan dlm bidang psikologis, sosial dan
spiritual). (Depkes, Pedoman Kanker Terpadu
Paripurna 1997).
Perawatan paliatif adalah Perawatan kes. Terpadu
yg bersifat aktif dan menyeluruh dgn pendekatan
multidisiplin yg terintegrasi antara dokter, perawat,
terapis petugas sosial medis, psikolog,rohaniawan,
relawan dan profesi lain yg diperlukan (Veronica
dkk, 2018)
Perawatan paliatif : pendekatan yg meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam
menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit
yang mengancam jiwa, melalui penceghan-
pencegahan
2. Latar belakang perlunya perawatan paliatif

Adalah karena meningkatnya jumlah pasien dgn


penyakit yg belum dpt disembuhkan baik pd
dewasa maupun pd anak seperti :
- Penyakit kanker
- Penyakit degeneratif
- Penyakit paru
- Stroke
- Gagal jantung
- HIV/AIDS
- DLL
3. Tujuan Perawatan paliatif :
- Untuk mengurangi penderitaan pasien,
-Meningkatkan kualitas hidupnya,
-Memberikan support kepada keluarganya.
Jadi tujuan utama perawatan paliatif bukan utk
menyembuhkan penyakit. yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.
4. Prinsip Perawatan Paliatif Care :
- Menghargai setiap kehidupan
- Menganggap kematian sbgai proses yg normal
- Tdk mempercepat atau menunda kematian
- Menghargai keinginan pasien dlm mengambil
keputusan
- Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yg
mengganggu
- Mengintegrasikan aspek psikologis,sosial dan
spiritual dlm perawatan pasien dan keluarga
- Menghindari tindakan medis yg sia-sia
- Memberikan dukungan yg diperlukan agar
pasien tetap aktif sesuai dgn kondisinya sampai
akhir hayat.
- Memberikan dukungan kpd keluarga dlm masa
duka cita.
5. Hak Hak Penderita
a. Tahu status kesehatannya
b. Ikut serta merencanakan perawtan
c. Dapat informasi tindakan invasif
d. Pelayanan tanpa diskriminasi
e. Dirahasiakan penyakitnya
f. Dapat bekerja dan dapat produktif
g. Berkeluarga
h. Perlindungan asuransi
i. Pendidikan yang layak
6. Dimensi kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch,
Deborah Dudgeeon dan Harvey Scipper (1999) adalah :
a. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)
b. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
c. Kesejahteraan keluarga
d. Kesejahteraan emosional
e. Spiritual
f. Fungsi sosial
g. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
h. Orientasi masa depan (rencana dan harapan
i. Seksualitas (termasuk “body image”)
7. Model/Tempat Perawatan Paliatif Care
a. Rumah sakit, (Hospice hospital care),
b. Rumah (Hospice home care)
c. Hospis (Hospice care)
d. Praktek bersama , Tim/ kelompok perawatan
paliatif
8. Peran Fungsi Perawat pada Askep Paliatif
a. Pelaksana perawat : pemberi asuhan
keperawatan, penddikan kesehatan, koordinator,
advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi
lingkungan.
b. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
c. Penddik : Di pendidikan / dipelayanan
d. Peneliti
9. Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif
a. Melakukan pengkajian dengan cermat,
mendengarkan keluhan dengan sungguh-sungguh
b. Menetapkan diagnosa / masalah
keperawatan dengan tepat
c. Merencanakan asuhan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
e. Mengevaluasi perkembangan pasien secara
cermat
10. Paliatif Care Plan Melibatkan seorang
partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua,
teman sebaya dan petugas kesehatan yang
profesional.
Support :
fisik,
emosional,
psikososial dan
spiritual khususnya
ETIKA DALAM KEPERAWATAN PALIATIF

1. Pengertian Etik atau ethics berasal dari bahasa


yunani yaitu ethos, yg artinya adat kebiasaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus,
etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
apa yang baik secara moral.
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu ttg
kesusilaan yg menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup didalam masy. yg menyangkut aturan
– aturan atau prinsip – prinsip yg menentukan
tingkah laku yg benar, yaitu : baik dan buruk,
kewajiban dan tanggung jawab.
Dalam memberikan perawatan pelayanan pada
individu, keluarga atau komunitas perawat sangat
memerlukan etika keperawatan yg merupakan
filsafat yg mengarahkan tanggung. jawab moral yg
mendasar terhadap pelaksanaan praktik
keperawatan, dimana inti dari falsafah tersebut
adalah hak dan martabat manusia.
2. Prinsip – Prinsip Etik Keperawatan

1) Beneficence (kemurahan hati/berbuat baik)


Adalah t. jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan klien dan menghindari perbuatan
yang merugikan atau membahayakan klien
2) Justice (keadilan) : ad. mereka yg sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yg tidak sederajat
diperlakuan secara tidak sederajat, sesuai dgn
kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kes.
mereka yg sederajat harus menerima sumber
pelayanan kes. dalam jumlah sebanding
3) Otonomi

Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu


mempunyai kebebesan utk menentukan tindakan
atau keputusan berdasarkan rencana yg mereka
pilih.
Masalah yang muncul dari penerapan prinsip ini
adalah adanya variasi kemampuan otonomi klien
yang dipengaruhi dlm banyak hal seperti : tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan RS, ekonomi,
tersedianya informasi dll.
4) Non – maleficienci (tidak merugikan ) Prinsip ini
berati tidak menimbulkan bahaya / cedera fisik dan
psikologis pada klien. Prinsip tidak merugikan,
bahwa kita berkewaiban jika melakukan suatu
tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain.
5)Kejujuran : didefinisikan sebagai menyatakan
hal yg sebenarnya dan tdk bohong. Kejujuran
harus dimiliki perawat saat b/d klien. Kejujuran
merupakan dasar terbinanya hubungan saling
percaya antara perawat – klien. Perawat sering
tidak memberitahukan pada klien yang sakit
parah.
6)Ketaatan. sbagai t. jawab untuk tetap setia
pada suatu kesepakatan. T. jawab dlm konteks
hubungan perawat – klien meliputi tanggung
jawab menjaga janji, mempertahakan, dan
memberikan perhatian dalam hubungan antar
manusia, individu cenderung menepati janji dan
tidak melanggar, kecuali ada alasan demi
kebaikan.
7. kerahasiaan Aturan dalam prinsip kerahasiaan
ini adalah bahwa informasi tentang klien harus
dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien.
8. Akuntabilitas (accountability) Prinsip ini
bahwa tanggung jawab pasti pada setiap
tindakan dan dapat digunakan untuk menilai
orang lain.
Moral Right

a. Advokasi Advokasi adalah memberikan saran dalam


upaya melindungi dan mendukung hak – hak pasien.
Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi
perawat dalam mempraktekan keperawatan
profesional.
b. Responsibilitas ( tanggung jawab ) Eksekusi terhadap
tugas – tugas yg b/d peran tertentu dari perawat.
Misalnya pada saat memberikan obat, perawat
bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien
dgn memberikannya dengan aman dan benar.
c. Loyalitas Suatu konsep yang melewati simpati,
peduli, dan hubungan timbal balik terhadap
pihak yang secara profesional berhubungan
dengan perawat.
d. Nilai ( Value ) Nilai menggambarkan cita-cita
dan harapan-harapan ideal dalam praktik
keperawatan. Nilai dalah sesuatu yang berharga,
keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang.
Nilai yang sangat diperlukan bagi perawat
adalah : kejujuran, Lemah Lembut,Ketepatan,
Menghargai Orang Lain
KEBIJAKAN TENTANG PERAWATAN PALIATIF

Dasar Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI


Nomor:812/Menkes/SK/VII/2007, Tentang
Kebijakan perawatan paliatif.
A. Latar Belakang .
- Meningkatnya jumlah pasien dgn penyakit
yg belum dpt disembuhkan baik pd dewasa
maupun pada anak
- Pasien dgn penyakit kronis tdk hanya mengalami
berbagai masalah fisik, tetapi juga mengalami
ggn psikososial dan spiritual yg mempengaruhi
kualitas hidup pasien dan keluarganya
- Pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini
agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dpt
diatasi dgn baik
Tujuan Dan sasaran Kebijakan
A. Tujuan Kebijakan :
1. Terlaksananya perawatan paliatif yg bermutu
sesuai standar yg berlaku diseluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman pelaksanaan perawatan
paliatif
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yg
terlatih
4. Tersedianya sarana dan prasarana yg diperlukan
B. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1. Seluruh Pasien(dewasa dan anak) dan
anggota keluarga
2. Pelaksana Pelayanan paliatif :dokter,
perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya
3. Institusi-institusi terkait, mis:
- Dinas Kesehatan
- RS, Puskesmas
- Rumah perawatan/hospis
- Fasilitas kes. Pemerintah dan swasta
Lingkup kegiatan perawatan paliatif
1. Jenis kegiatan perawatan paliatif :
- Penatalaksanaan nyeri
- Penatalaksanaan keluhan fisik lain
- Asuhan keperawatan
- Dukungan psikologis
- Dukungan sosial
- Dukungan kultural dan spiritual
- Dukungan persiapan dan dan selama masa
dukacita
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap,rawat
jalan dan kunjungan/rawat rumah.
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN PALIATIF
1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk
pasien paliatif.
a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan
pelaksanaan perawatan paliatif melalui
komunikasi yang intensif dan berkesinam bungan
b. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan
tindakan kedokteran pada dasarnya dilakukan
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
c. sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan
informed consent.
d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan
diutamak an pasien sendiri

e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan utk


memperoleh pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten
ttg apa yg boleh atau tidakboleh dilakukan terhadapnya

f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim


perawatan paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan
2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif

a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya ti ndakan


resusitasi
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada
saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak
menghendaki resusitasi,
d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak bol eh membuat
keputusan tidak resusitasi, kecuali
telah dipesankan dalam advanced directive tertulis.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk
tidak melakukan resusitasi
3. Perawatan pasien paliatif di ICU

a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU


mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
b. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
4. Masalah medikolegal lainnya pd pwt. pasien paliatif

a. Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan


kewenangan yg diberikan oleh Pimpinan RS
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat
kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
tetapi dengan pertimbangan yang memper
hatikan keselamatan pasien
SUMBER DAYA MANUSIA

1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga


kesehatan, pekerja sosial, rohaniawan, keluarga,
relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah te
lah mengikuti pendidik an/pelatihan perawatan
paliatif dan telah mendapat sertifikat.
Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:

a. Rumah sakit : Untuk pasien yang har us


mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau
peralatan khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan
pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pas ien
yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi
belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus
atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan
yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana
kesehatannya adalah :

1. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di


tingkat puskesmas.
2. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah
sakit kelas D, kelas C dan kelas B non pendidikan.
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah
sakit kelas B Pendidikan dan kelas A.
4. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat
koordinatif dan melibatkan semua unsur terkai
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan dan pengawasan dilakukan
melalui si stem berjenjang dengan melibatkan
perhimpunan profesi. Pembinaan dan penga
wasan tertinggi dilakukan oleh Kemenkes.
Pengembangan dan peningkatan mutu perawatan
paliatif
Untuk pengembangan dan peningkatan mutu
perawatan paliatif diperlukan :
a. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan non kesehatan.
b. Pendidikan dan pelat ihan yg berkelanjutan.
c. Menjalankan program keselamatan pasien/patient
safety.
PENDANAAN

Pendanaan yg diperlukan untuk:


1. pengembangan sarana dan prasarana
2. peningkatan kualitas SDM/pelatihan
3. pembinaan dan pengawasan
4. peningkatan mutu pelayanan
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada
APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang tidak
mengikat. Untuk perawatan pasien miskin dan PN S
dapat dimasukan dalam skema Askeskin dan
Askes
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai