Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi Paliatif Care


Paliatif care atau perawatan paliatif adalah perawatan yang berfokus pada
pencegahan, pemulihan, pengurangan, atau penanganan gejala penyakt atau gangguan di
sepanjang perjalanan penyakit, termasuk perawatan lanjutan untuk keluarga yang sekarat
dan berkabung ((Patrisia et al., 2020).
Patrisia, I. et al. (2020) Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Dasar Manusia. Medan:
Yayasan Kita Menulis.

Menurut (Black & Hawks, 2014), perawatan paliatif adalah pendekatan yang
meningkatkan kualitas pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi permasalahan
yang berkaitan dengan penyakit yang mengancam kehidupan, melalui tindakan
mencegah dan meringankan penderitaan dengan cara mengidentifikasi dan mengkaji
secara sempurna serta menangani nyeri maupun masalah fisik, psikososial, dan spiritual.
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria.

2. Tujuan Paliatif Care


Perawatan paliatif bertujuan sebagai upaya untuk mencegah dan meringankan
penderitaan, guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga, dalam menghadapi berbagai masalah terkait dengan penyakit yang diderita,
melalui upaya pencegahan dan penanganan kepada pasien terhadap penanganan nyeri
serta masalah-masalah lainnya baik fisik, psikologis, spiritual, dukungan sosial, serta
dukungan keluarga kepada pasien selama masa sakit dan duka cita (Campbell 2014
dalam Pulingmahi 2020).
Pulingmahi, S.B. (2020). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Pasien
Paliatif Dirumah Sakit Daerah Kalabahi Kabupaten Alor. Skripsi Universitas
Hasanuddin: Makassar.

Adapun tujuan paliative care menurut Febri (2019) dalam berbagai aspek:
a. Aspek fisik: keluhan fisik berkurang.
b. Aspek psikologis: keamanan psikologis, kebahagiaan meningkat dan pasien
dapat menerima penyakitnya.

1
c. Aspek sosial: hubungan interpersonal tetap terjaga dan masalah sosial lain dapat
diatasi.
d. Aspek spiritual: tercapainya arti kehidupan yang bernilai bagi pasien dan
keluarga dalam menjalankan kehidupan rohani yang positif serta dapat
menjalankan ibadah sampai akhir hayatnya.
Febri, B. (2019). Perawatan Kanker Paliatif di Rumah. Padang: Andalas University Press.

3. Prinsip Paliatif Care


Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2016) prinsip paliatif care adalah sebagai
berikut:
a. Sikap peduli terhadap pasien.
b. Mengaggap pasien sebagai individu.
c. Pertimbangan kebudayaan.
d. Persetujuan.
e. Memilih tempat di mana perawatan.
f. Komunikasi.
g. Perawatan yang sesuai.
h. Kualitas perawatan sebaik mungkin.
Kemenkes RI. (2016). Modul TOT Paliatif Kanker Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta :
Direktorat jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

4. Peran Perawat dalam Melakukan Paliatif Care


Palliative care merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas
hidup orang-orang dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam
menghadapi masalah tersebut, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.
Kepala ruangan dapat mengarahkan perawat dalam menerapkan proses pemberian
asuhan keperawatan palliative care. Yaitu dengan cara memberikan pelatihan dan
pendidikan bagi para perawat palliative care dalam memberikan perawatan yang
berkesinambungan pada pasien dan. Pelatihan yang diselenggarakan kepada tenaga
kesehatan memberi hubungan terhadap peningkatan pengetahuan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien di rumah sakit (Afiatika, 2020).

5. Kriteria Penyakit Terminal pada Paliatif Care

2
6. Ruang Lingkup Paliatif Care
Menurut Sudarsa & Wawan (2020), ruang lingkup paliatif care adalah:
a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi:
1) Penatalaksanaan nyeri.
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.
Sudarsa, I Wayan. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif. Surabaya: Airlangga University
Press.
Menurut kemenkes (2011), Ada 8 lingkup kegiatan perawatan paliatif yaitu:

a. Penatalaksanaan nyeri
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa duka cita.
h. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Panduan Asuhan Keperawatan Paliatif di Rumah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

7. Landasan Hukum Paliatif Care


8. Tantangan dan Hambatan Paliatif Care
Tantangan yang dapat dihadapi dalam perawatan paliatif menurut Tampubolon,
Fatimah dan Hidayati (2021) salah satunya adalah tantangan dalam komunikasi, seperti
mengabarkan berita buruk, menghadapi tanggapan emosional, menghentikan atau
menahan perawatan aktif, membahas tentang kematian dan prosesnya, dan sebagainya.
Menurut Azwar (2020), hambatan dalam perawatan paliatif adalah sebagai berikut:

3
a. Terbatasnya pertolongan yang dapat diberikan
b. Panggilan kunjungan yang tidak diperlukan
c. Keluarga pasien yang tidak kompak
d. Pasien/keluarga tidak jujur, tidak terbuka, tidak terampil, malu dan minder
terhadap penyakit/keluhan pasien
e. Kolaborasi dengan tim paliatif terhambat
f. Sikap penolakan, amarah, konflik batin, depresi, sampai dengan
penerimaan/ pasrah akan takdir yang dialami penderita.

Tampubolon, Nurhannifah Rizky., dkk. (2021). Hambatan-Hambatan Implementasi


Perawatan Paliatif di Indonesia: Systematic Review. Jurnal Kesehatan 14 (1): 1-10.
Azwar. (2020). Pelaksanaan Paliatif Care. Gowa: Pustaka Taman Ilmu.

9. Etika Paliatif Care


Etika diperlukan untuk menghormati martabat setiap pasien dalam situasi apapun
termasuk kondisi akhir kehidupan serta dapat membantu pasien dan keluarga dalam
mengambil keputusan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya. Etika yang
disepakati dan perlu diketehuii dalam pelayanan paliatif maupun medis secara umum
adalah :
a. Autonomy (Otonomi)
Dalam tim pelayanan paliatif harus menghargai hak-hak pasien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya sendiri. Pada pasien anak,
autonomy tersebut diberikan pada orangtua atau wali.
b. Non maleficience (Tidak Merugikan)
Pelayanan paliatif tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pasien. Prinsip tidak merugikan (Non-maleficience, do no harm) dalam arti
bahwa kita berkewajiban bila melakukan suatu tindakan agar jangan
sampai merugikan orang lain.
c. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience berarti, mengerjakan segala sesuatu dengan baik atas dasar
kepentingan pasien dan memberikan keuntungan bagi pasien.
d. Veracity (Kejujuran)
e. Prinsip ini berarti penyampaian dengan kejujuran dan kebenaran dengan
bahasa dan tutur kata yang baik dan sopan, tidak berkesan menggurui.

4
f. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan,
memperlakukan semua pasien tanpa diskriminasi (tidak membe-dakan ras,
suku, agama, gender dan status ekonomi), nilai ini direfleksikan dalam
praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang
pasien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak
ada satu orang pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin
kan oleh pasien dengan bukti persetujuannya.
h. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan
seorang relawan dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

10. Langkah-langkah Paliatif Care


Langkah-lang perawatn paliatif menurut Kemenkes RI tahun 2015 adalah:
a. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan
spiritual.
b. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.
c. Menentukan tujuan perawatan pasien.
d. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.
e. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan kultural,
dan spiritual.
f. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat
belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan
yang memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan,
dan lain-lain).
5
g. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau
keingingan terakhir).
h. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal (Kemenkes RI, 2015).

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

11. Pola Dasar Paliatif Care


12. Tim Paliatif Care
Tim dalam perawatan paliatif adalah sebagai berikut (Azwar, 2020) :
a. Dokter
Dokter kompeten dalam pengendalian rasa sakit dan gejala lain, harus
akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit pasien, bertanggung
jawab untuk penilaian, pengawasan dan pengelolaan dari banyak dilema
pengobatan sulit.
b. Perawat
Perawat enilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang penting bagi
pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi dampak kemajuan penyakit.
Perawat dapat bekerja sama dengan pasien dan keluarganya dalam
membuat rujukan sesuai dengan disiplin ilmu lain dan pelayanan
kesehatan.
c. Pekerja sosial dan psikolog
Membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi
dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan
emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses
berkabung.
d. Konselor spritual
Konselor harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak
menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna
kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus
sebagai sumber dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian
ritual keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker.
e. Relawan
Relawan yang termasuk dalam rumah sakit dan tim pelayanan paliatif
membantu profesional kesehatan untuk memberikan kualitas hidup

6
yang optimal bagi pasien dan keluarga, relawan dapat memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas
administratif, atau bahkan bekerja sebagai konselor. Selain itu, dapat
berperan membantu meningkatkan kesadaran, memberikan pendidikan
kesehatan, menghasilkan dana, membantu rehabilitasi, atau bahkan
memberikan beberapa jenis perawatan medis.
f. Apoteker
Apoteker memastikan bahwa pasien dan keluarga memiliki akses
penting ke obat-obatan untuk pelayanan paliatif, mendukung tim
kesehatan dengan memberikan informasi mengenai dosis obat, interaksi
obat, formulasi yang tepat, rute administrasi, dan alternatif pendekatan.
Azwar. (2020). Pelaksanaan Paliatif Care. Gowa: Pustaka Taman Ilmu.

13. Pelayanan Paliatif Care


Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal adalah evaluasi (Kemenkes RI,
2013):
a. Apakah nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik?
b. Apakah stress pasien dan keluarga berkurang?
c. Apakah pasien memiliki kemampuan untuk mengontrol kemampuan yang
ada?
d. Apakah beban keluarga berkurang?
e. Apakah hubungan dengan orang lain lebih baik?
f. Apakah kualitas hidup meningkat?
g. Apakah pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual?
Pelayanan perawatan paliatif jika pasien meningga adalah :
a. Perawatan jenazah
b. Kelengkapan surat dan keperluan pamakaman
c. Dukungan masa duka cita (berkabung)

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta.

14. Terapi pada Paliatif Care


15. Asuhan Keperawatan Paliatif Care
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori urgensi
masalah berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, diagnosa keperawatan yang

7
mungkin pada kasus paliatif sesuai 14 kebutuhan Handerson adalah sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2006):
a. Gangguan oksigenasi dan sirkulasi
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
c. Gangguan kebutuhan nutrisi
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK/BAB
f. Gangguan citra diri/konsep diri
g. Gangguan istirahat
h. Gangguan mobilisasi
i. Gangguan psikologis putus asa dan merasa tidak berguna
j. Gangguan rasa aman, nyaman
k. Gangguan reproduksi
l. Gangguan integritas kulit
m. Gangguan neurosensory
n. Gangguan komunikasi

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien penyakit terminal antara lain
(Lubis, 2019):
a. Anxietas/ cemas berhubungan d harus dengan antisipasi kehilangan,
konflik yang tidak terselesaikan, rasa takut.
b. Isolasi diri berhubungan dengan perasaan tidak berharga, perasaan
meninggalkan aktivitasnya, menarik diri.
c. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau
emosional,
d. Depresi berhubungan dengan keadan fisik yang bertambah peran dan
kunjungan keluarga yang tidak teratur.
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan status
mental, denial, kehilangan kepercayaan (trust), depresi, riwayat
keterampilan komunikasi verbal.
f. Menarik diri/ isolasi diri berhubungan dengan ketidakmampuan
mengekpresikan perasaannya.
g. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan rasa bersalah, rasa
takut, gangguan mood, gangguan mengambil keputusan.
8
h. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan rasa takut.
i. Ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya berhubungan dengan
denial, aspek fisik perawatan klien.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan peran,
kehilangan anggota keluarga, stress financial.
k. Takut (kematian atau ketidak tahuan) berhubungan dengan hilang control,
tidak memprediksi masa depan.
l. Antisipasi berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan, rasa takut,
perubahan self image.
m. Disfungsi berduka berhubungan dengan kehilangan rasa bersalah, marah,
konflik yang tidak terselesaikan.
n. Putus harapan berhubungan dengan melihat harapan hidup, perubahan
fisik dan mental, hilang control, merasa hidup sendiri,
o. Gangguan peran b.d. perubahan fungsi.
p. Potensial self care defisit berhubungan dengan ilangnya fungsi mental,
meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan.
q. Gangguan self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik/
mental, meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan.

Anda mungkin juga menyukai