Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK PALIATIF

MAKALAH
KONSEP ETIK PERAWATAN PALIATIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Paliatif

Disusun Oleh :

1.. Tresna Astuti Dwi A P07120420001

2. Sofia Lestari P07120420012


3. Sunu Mashuri P07120420013

4.Wresni Hidayati P07120420014

5. Krisyan P07120420015

6. Diah Perwitasari P07120420016

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Meningkatnya penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada orang
dewasa seperti kanker terutama kanker serviks (Anita, 2016) dan pada anak
seperti sindrom pernapasan, prematuritas, neoplasma ganas, penyakit jantung dll
(Adistie dkk, 2018) memerlukan perawatan paliatif disamping kegiatan
promotif , preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun, masyarakat menganggap
perawatan paliatif hanya untuk pasien dengan kondisi terminal yang akan segera
meninggal sehingga muncullah konsep baru perawatan paliatif yang
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah
fisik, psikososial, dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan
terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa
setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan- pelayanan yang
bermutu, komprehensif dan holistic, oleh karena itu seorang profesional harus
memiliki orientasi pelayanan, standar praktik, dan kode etik untuk melindungi
masyarakat, serta memajukan profesinya.

B. Rumusan Masalah

a. Apa konsep dari etik perawatan paliatif?

b. Bagaimana cara pendekatan perawatan paliatif pada pasien dan keluarga?

c. Apa contoh kasus etika dalam perawatan paliatif?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui konsep etik perawatan paliatif.

b. Untuk mengetahui pendekatan perawatan paliatif pada pasien dan keluarga.

c. Untuk mengetahui contoh kasus etika dalam perawatan paliatif.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Etika

Menurut WHO, perawatan paliatif adalah suatu pendekatan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pecegahan, monitor, pegobatan sakit
pada fisik lainnya, masalah-masalah psikososial dan spiritual.
Etika merupakan prinsip nilai-nilai luhur yang dipegang sebagai
komitmen bersama(Kemenkes RI, 2016).
Etik perawatan paliatif adalah prinsip atau komitmen bersama yang
digunakan dalam perawatan paliatif. Jadi, setiap pasien dan keluarga memiliki
hak untuk mendapatkan informasi dan dilibatkan dalam pengambilan
keputusan medis.
Issue etika dalam keperawatan paliatif : pasien menghadapi kondisi
penyakit tidak dapat disembuhkan, terapi yang diberikan bukan kuratif
tapi simptomatis atau paliatif, pasien cenderung lemah fisik maupun mental,
pasien tidak mampu menghadapi stress fisik dan mental yang  timbul dari luar
atau lingkungan sendiri, pasien di ambang kematian  yang akan menimbulkan
ketakutan dan kegelisahan, perlu mendapat simpati, dukungan mental dan
spiritual.
1. Prinsip perawatan paliatif
Prinsip-prinsip medis yang disepakati dan perlu diketahui dalam
pelayanan paliatif maupun medis secara umum adalah (Darwin & Hardisman,
2016) :
a. Autonomy
Hak individu dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang
akan dilakukan atau tidak dilkukan setelah mendapatkan informasi dari
dokter serta memahami informasi tersebut secara jelas. Pada pasien anak,
autonomy tersebut diberikan pada orang tua atau wali.
b. Beneficence

Semua penyedia layanan kesehatan harus berusaha untuk


meningkatkan kesehatan pasien, dengan melakukan yang paling baik
untuk pasien dalam setiap situasi.
c. Non Malaficence

Penyedia layanan kesehatan harus menghindari tindakan yang


menyebabkan kerugian pada pasien.

d. Justice

Keadilan pemberian pelayanan kesehatan (tidak membedakan ras,

suku, agama, gender, dan status ekonomi).

2. Kepatutan terapi pada pasien paliatif

Dalam konsep etik perawatan paliatif perlu mempertimbangkan


kepatutan terapi pada pasien paliatif. Kepatutan terapi pada pasien paliatif
adalah suatu pertimbangan medis dan efisiensi biaya (cost effec-tive)
terutama pada penyakit terminal. Terapi berlebihan yang bertujuan
memperpanjang hidup secara progresif tidak memberikan manfaat berarti
justru menambah penderitaan pasien. Pertimbangan ini tergantung pada
situasi klinis medis, kompleks dan sulitnya masalah, serta penilaian yang
dilakukan berulang(Kemenkes RI, 2016).

3. Allow Natural Death (AND)

Bila tim paliatif dan keluarga bersepakat bahwa kematian adalah


proses alamiah, maka tindakan medis diberikan secara proporsional yaitu
hanya tindakan yang bertujuan untuk mencapai kondisi terbebas dari
penderitaan, damai dan bermartabat (com-fort, peace and dignity). Misalnya
dengan tidak melakukan resusi-tasi jantung paru (RJP) dan tindakan invasif
lainnya seperti pemakaian alat bantu pernafasan pada orang dengan
penyakit terminal di masa akhir kehidupannya dengan resiko yang telah
dijelaskan diskusi dengan keluarga dan pasien ketika masih memiliki
kemampuan kognitif untuk mengambil keputusan.(Kemenkes RI, 2016).
Tidak melakukan hal-hal seperti RJP dan tindakan intensif lainnya bukan
berarti meniadakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kematian
yang bermartabat, misalnya pemberian cairan apabila dehidrasi
menimbulkan ketidaknyamanan pasien, pemberian obat-obat anti nyeri,
pemberian oksigen apabila ditemukan hipoksia pada sesak nafas, dan nutrisi
yang sesuai kondisi pasien. Obat lain secara simptomatis.(Kemenkes RI,
2015).

4. Menahan dan menghentikan terapi medis

Sesuai prinsip perawatan paliatif, tujuan terapi pada pasien stadium


terminal adalah untuk mencapai kondisi nyaman dan meninggal secara
bermartabat, sehingga terapi yang diberikan bertujuan untuk memperpanjang
proses kematian harus dihentikan dan terapi yang tidak sesuai dengan tujuan
diatas tidak mungkin diberikan (Kemenkes RI, 2015).
Setiap pasien memiliki kekhususan dalam menerima upaya perawatan
paliatif.penilaian dan keputusan harus dilakukan secara seksama dan
individual. Oleh karena itu perlu dinilai kondisi pasien
berdasarkan(Kemenkes RI, 2016) :
a. Kondisi fisiologi sistem organ
b. Ketergantungan pada terapi
c. Derajat kesadaran
d. Pilihan untuk sedasi dan analgesi
e. Keterlibatan keluarga dan orang-orang yang dicintai.
Dalam kondisi khusus di rumah sakit pada pasien dengan kondisi terminal
yang menggunakan alat bantu napas, diharapkan tim medis dapat
menjelaskan manfaat dan kerugian melanjutkan penggunaan alat bantu napas
pada kondisi tersebut. Bila keluarga memilih untuk menghentikan alat bantu
tersebut, maka persetujuan tertulis(Formulir inform concent) dan pelepasan
alat akan dilakukan oleh petugas medis dengan didampingi keluarga. Selain
itu, perlu dilakukan penilaian obat-obat yang digunakan pasien secara berkala
berdasarkan kebutuhan pasien.(Kemenkes RI, 2016).

B. Pendekatan Pasien dan Keluarga

Pendekatan pasien dan keluarga berkaitan dengan pemberian informasi


dari petugas kesehatan yang berwenang kepada pasien dan keluarga tentang
kondisi medis pasien. Penyampaian tersebut diberikan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keinginan pasien untuk mengetahui atau tidak mengetahui kondisi
sebenarnya.
b. Sejauh mana pasien ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya (Kemenkes
RI, 2016).
Kesiapan pasien untuk menerima informasi berkaitan dengan kondisi yang
sebenarnya. Dalam hal pasien tidak menginginkan untuk mengetahui kondisi
yang sebenarnya, perlu menunjuk wakil dirinya yang dapat menerima informasi
tersebut. Dalam hal ini wakil yang ditunjuk dapat berasal dari keluarga maupun
orang terdekat pasien yang dapat mengambil keputusan untuk pasien jika
diperlukan. (Kemenkes RI, 2016):
Pada beberapa kasus seringkali ada dilema etika dalam hal penyampaian
informasi kepada pasien. Tidak memberitahu pasien berarti memenuhi keinginan
keluarga yang takut pasien tidak menerima kondisinya (do good) atau
menghalangi pasien untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan untuk dapat
membuat persiapan dalam menghadapi kondisi tersebut (do harm). Hal ini sering
dihadapi di lapangan, bagaimanapun tim paliatif harus menghargai keputusan
dari keluarga pasien. (Kemenkes RI, 2016).

C. Kasus Etika
1. Contoh kasus paliatif etika autonomy
Di ruang rawat inap RS Melati terdapat pasien bernama Tn. T berusia 70
tahun dan beragama Kristen. Tn T mengidap penyakit kanker stadium 4. Saat
ini pasien hanya dapat berbaring lemah di tempat tidur. Kondisi Tn. T
menurun selama 1 minggu terakhir. Selama sakit Tn T selalu didampingi oleh
istri dan anak-anaknya. Pada saat Tn T menunjukan gejala sakaratul maut
petugas segera menyiapkan alat bantu untuk menangani Tn. T, namun istri Tn.
T menolak tindakan tersebut, istri Tn T mengatakan bahwa Tn T sudah
berpesan untuk tidak dipasang dan tidak dilakukan bantuan bantu medis saat
menjelang ajal, karena tidak lagi ingin merasakan kesakitan dan ingin
meninggal dalam keadaan baik dan tenang.
2. Contoh kasus paliatif etika beneficence
Di ruang perawatan suatu RS terdapat pasien bernama Tn A berumur 65 tahun
dengan penyakit kanker esophagus. Pasien sering merasakan nyeri karena
penyakitnya. Tn A menjalani kemoterapi untuk penanganan penyakitnya. Saat
kemoterapi pertama kali Tn A memberikan jadwal kemoterapi kepada perawat
yang bertugas pada hari itu. Perawat memberikan informasi terkait kemoterapi
hari ini dan waktunya. Perawat membantu Tn A untuk bersiap-siap
menjalankan kemoterapi, mengantar ke ruang kemoterapi, dan menjemput
pasien kembali keruangan saat kemoterapi sudah selesai.
3. Contoh kasus paliatif etika malafiencence
Ny S umur 85 tahun menderita penyakit stroke sudah 2 tahun, karena
penyakitnya Ny S tidak bisa menelan makanan. Setiap 14 hari sekali perawat
datang kerumah Ny S untuk mengganti selang makan pasien, hal ini dilakukan
untuk mencegah infeksi kepada pasien karena pemansangan alat bantu makan
yang terus menerus.
4. Contoh kasus paliatif etika justice
Tn M usia 65 tahun beragama islam menderita HIV/AIDS di rawat di ruang
rawat inap di RS Kristen di kota X, pada saat mengalami kondisi semakin
menurun keluarga meminta petugas untuk difasilitasi
pembeimbing/rohaniawan untuk meringankan rasa sakit dan memberikan
ketenangan pasien. Walaupun petugas dan RS menganut kepercayaan lain,
tetapi tetap memfasilitasi permintaan keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Etik perawatan paliatif adalah prinsip atau komitmen bersama yang


digunakan dalam perawatan paliatif. Jadi, setiap pasien dan keluarga memiliki
hak untuk mendapatkan informasi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan
medis. Adapun prinsip dalam perawatan paliatif adalah autonomy, beneficence,
non-malaficence dan justice. Sementara yang dimaksud dengan kepatutan terapi
adalah suatu pertimbangan cost benefit, ada atau tidaknya manfaat dari terapi
yang berlebihan.

Bila tim paliatif dan keluarga bersepakat bahwa kematian adalah


proses alamiah, maka tindakan medis diberikan secara proporsional yaitu hanya
tindakan yang bertujuan untuk mencapai kondisi terbebas dari penderitaan,
damai dan bermartabat. Pendekatan pasien dan keluarga melalui penyampaian
informasi petugas kesehatan yang berwenang kepada pasien dan keluarga
tentang kondisi medis pasien. Dan untuk penyampaian tersebut dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu : informasi kepada keluarga, informasi yang
diberikan harus dapat membantu keluarga dalam membuat keputusan, dan
apabila terdapat perbedaan antar pasien dan keluarga dalam hal pengambilan
keputusan, keputusan pasien yang harus diperhatikan.
B. Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan sudah seharusnya kita mempelajari


tentang konsep etik perawatan paliatif agar kita dapat lebih memahami tentang
etik perawatan paliatif dan bertindak sesuai etik . Setiap tindakan perawat itu
baik mandiri maupun kolaborasi jadi kita harus tetap mengingat etik atau prinsip
dari perawatan paliatif.

Daftar Pustaka

https://core.ac.uk/download/pdf/229302961.pdf

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/237/223

https://www.google.com/books?
hl=id&lr=&id=b_c4CQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR12&dq=etika+profesi+
kesehatan+darwin&ots=ySP7AJoax7&sig=zzgsdng7BB8-KY4pQ-
_jEyy5vyI
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj/article/view/2515

Kemenkes RI. 2016. Modul TOT Paliatif Kanker Bagi Tenaga Kesehatan.
Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker. Jakarta :
Kemenkes RI
Rehatta, Margarita N, dkk. 2019. Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sutjahjo, Ari. 2016. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press
Yodang. 2018. Buku Ajar Keperawatan Paliatif Berdasarkan Kurikulum AIPNI
2015. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai