Anda di halaman 1dari 51

ONCOLOGI DAN PERAWATAN PALIATIF

OLEH :
YUSTINA P. M. PASCHALIA, S.Kep., Ns., M.Kes.

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM ALIH JENJANG
JURUSAN KEPERAWATAN - POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2021
1. GAMBARAN UMUM
Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun
di Indonesia.
Kanker cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
WHO (2012) memperkirakan tahun 2030 akan ada 26 juta orang akan
menderita kanker dan 17 juta diantaranya diperkirakan akan meninggal.
Di Indonesia, prevalensi kanker tercatat 1,4 per 1000 peduduk
(Riskesdas, 2013).
Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dialami dan paling ditakuti
oleh pasien kanker. Sekitar 40% pasien kanker mengalami nyeri ketika
didiagnosis, sedangkan pada stadium terminal hal tersebut dirasakan
oleh 70-90% pasien.
Dari pasien kanker tersebut, 60% nya mengalami nyeri derajat sedang
sampai berat sehingga memerlukan opioid.
GAMBARAN UMUM .....

Nyeri yang tidak mendapat penatalaksanaan yang baik


menimbulkan penderitaan yang akan sangat mempengaruhi
kualitas hidup.
Kondisi saat ini, hampir sebagian penyakit kanker ditemukan
pada stadium lanjut, sehingga angka kesembuhan dan angka
harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan
meskipun tata laksana kanker telah berkembang dengan
pesat.
Pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang
memerlukan pendekatan terintegrasi berbagai disipilin ilmu
agar pasien tersebut memiliki kualitas hidup yang baik dan
pada akhir hayatnya meninggal secara bermartabat.
GAMBARAN UMUM .....

Keperawatan onkologi adalah subbagian dari disiplin ilmu


keperawatan medikal bedah (KMB). Keperawatan onkologi
mempelajari mengenai asuhan keperawatan dan pengobatan
tumor/kanker.
Pasien dengan penyakit kanker membutuhkan langkah penanganan
dan perawatan yang terbaik demi kelangsungan hidupnya.
Waktu memegang peranan yang sangat penting dalam menghadapi
penyakit kanker. Oleh karena itu, kapan diagnosis dilakukan akan
menentukan jenis penanganan yang dapat dilakukan, begitu juga
dengan pengaruhnya terhadap jenis kanker yang dialami pasien.
Semakin cepat diketahui jenis kankernya, semakin tinggi peluang
keberhasilan penanganan yang dilakukan.
GAMBARAN UMUM.....
Pelayanan paliatif merupakan filosofi dan bentuk layanan kesehatan
yang perlu terus dikembangkan, sehingga penatalaksanaan pasien
kanker menjadi efektif dan efisien. Paliatif membantu seorang
penderita kanker untuk hidup lebih nyaman sehingga memiliki kualitas
hidup yang lebih baik.
Hal ini merupakan kebutuhan penting bagi kemanusiaan terutama
untuk para penderita kanker.
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim
paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan
dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan
melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan
nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan
spiritual, dan pelayanan masa duka cita bagi keluarga.
Tujuan Umum Perawatan Paliatif

Terselenggaranya Program Paliatif yang terintegrasi


dalam tata laksana kanker di setiap jenjang
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Tujuan Khusus Perawatan Paliatif

1. Tersosialisasinya Program Paliatif pasien


kanker di semua tingkat layanan
kesehatan.
2. Terintegrasinya Program Paliatif pasien
kanker untuk mewujudkan pelayanan
paripurna.
3. Terlaksananya sistem rujukan Program
Paliatif pasien kanker
Sasaran Program Paliatif

Sasaran program paliatif meliputi


tenaga kesehatan termasuk perawat
dan tenaga lain yang terlibat
termasuk relawan, dan keluarga
pasien.
Ruang Lingkup Program Paliatif

1. Program
Paliatif di Rumah Sakit
(Rumah Sakit tipe A, B ,C, dan D)
2. Program
Paliatif di masyarakat
(Puskesmas, hospis, perawatan di
rumah)
Etika Paliatif
1. Autonomy. Hak individu dalam membuat keputusan terhadap tindakan
yang akan dilakukan atau tidak dilakukan setelah mendapatkan informasi
dari dokter serta memahami informasi tersebut secara jelas. Pada pasien
anak, autonomy tersebut diberikan pada orangtua atau wali.
2. Beneficence. Tindakan yang dilakukan harus memberikan manfaat bagi
pasien dengan memperhatikan kenyamanan, kemandirian, kesejahteraan
pasien dan keluarga, serta sesuai keyakinan dan kepercayaannya.
3. Non-maleficence. Tindakan yang dilakukan harus tidak bertujuan
mencederai atau memperburuk keadaan kondisi yang ada.
4. Justice. Memperlakukan semua pasien tanpa diskriminasi (tidak membe-
dakan ras, suku, agama, gender dan status ekonomi)
Tindakan yang telah disetujui oleh pasien dan atau keluarga harus dituangkan
dalam “inform consent” dan ditandatangani oleh pasien dan keluarga dan
petugas kesehatan sebelum tindakan dilakukan atau tidak dilakukan.
Program Paliatif Pasien Kanker

Program Paliatif pasien kanker adalah pendekatan


terintegrasi oleh tim paliatif untuk :
mencapai kualitas hidup pasien dan kematian yang
bermartabat, serta
memberikan dukungan bagi keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan
mencegah dan mengurangi penderitaan, melalui :
identifikasi dini, penilaian yang seksama, serta pengobatan
nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik,
psikososial dan spiritual (WHO, 2002)
Prinsip Program Paliatif Pasien Kanker
Prinsip tersebut di bawah ini merupakan acuan dalam melaksanakan program
paliatif pasien kanker (Adaptasi WHO, 2007):
1. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
2. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal.
3. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian.
4. Mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
5. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin.
6. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
8. Menghindari tindakan yang sia sia.
9. Bersifat individual tergantung kebutuhan pasien.
Indikasi Pelayanan Paliatif
Program Paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan serta bila didapatkan satu atau
lebih kondisi di bawah ini :
1. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang belum dapat diatasi.
2. Gangguan psikologis terkait dengan diagnosis atau terapi kanker.
3. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya.
4. Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang terapi yang akan atau sedang
dilakukan.
5. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif (sesuai dengan prosedur
rujukan).
6. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG> 3 atau Karnofsky < 50%, metastasis otak dan
leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, sindromvena cava superior, kaheksia,
serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap tindakan,
yaitu kompresi tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ) *.
7. Pasien kanker stadium lanjut yang tidak memberikan respon dengan terapi yang
diberikan.
Catatan :
Eastern cooperative Oncology Group (ECOG)
yang merupakan penilaian status fungsional
pasien untuk mengetahui perkembangan
penyakit.
Skor karnofsky adalah salah satu dari sistem
penilaian status performa yang digunakan
pada pasien kanker, hasil pengukuran
skor karnofsky berkaitan erat dengan
kualitas hidup dan keadaan fungsional fisik
pasien.
Langkah-langkah dalam Program Paliatif
1. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
2. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.
3. Menentukan tujuan perawatan pasien.
4. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.
5. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan kultural, dan
spiritual.
6. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum
dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang
memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dan
lain-lain).
7. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau
keingingan terakhir).
8. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.
Tim Program Paliatif
1. Dokter : Dokter Umum, Dokter Paliatif, Dokter
Spesialis
2. PerawatPaliatif : Perawat sebagai koordinator
layanan paliatif, Perawat sebagai tenaga pelaksana,
Perawat Homecare, Pelaku rawat (caregiver)
3. Apoteker
4. Pekerja social dan Psikolog
5. Rohaniawan
6. Terapis
7. Relawan
Tempat Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif dapat dilakukan di
1. Rumah Sakit
Indikasi pelayanan paliatif di rumah sakit :
Pasien dengan gejala dan tanda yang belum teratasi.
Pasien stadium terminal dan keluarga pasien menghendaki perawatan di RS.
Pasien kanker yang memerlukan tindakan medis seperti pungsi peritoneum, pungsi
pleura dll.
Pasien yang memerlukan perawatan respite karena keluarga tidak sanggup
(kelelahan) melakukan perawatan di rumah dalam jangka waktu tertentu (1-3 hari).
Pasien dengan krisis psikososial yang harus segera ditangani.
Pasien yang dirujuk untuk persiapan perawatan di rumah.
2. Masyarakat
Program Paliatif di masyarakat dilaksanakan dalam supervisi puskesmas dan atau RS.
2. ORGANISASI – ORGANISASI CANCER
Di Indonesia, jumlah komunitas pasien maupun penyintas kanker cukup banyak.
Para pasien kanker mengukuhkan diri dalam satu wadah bernama Asosiasi Advokasi
Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI).
Tercatat ada 13 komunitas bergabung, antara lain :

1. Yayasan Kanker Payudara (YKPI) 8. Makassar Cancer Care


2. Yayasan Kanker Indonesia (YKI Community,
DKI Jakarta) 9. Meta Menggala,
3. Yayasan Kanker Indonesia Pusat 10. Pink Shimmer Inc,
(YKI) 11. Reach to Recovery Surabaya,
4. Lovepink 12. Bali Pink Ribbon,
5. Bandung Cancer Society 13. Cancer Information and
6. Yayasan Peduli Kanker Priangan, Support Center (CISC)
7. Think Survive
3. Penatalaksanaan Cancer
Terdapat beberapa tindakan untuk menaggulangi penyakit kanker yaitu
tindakan bedah, terapi radioterapi dan terapi kemoterapi. Ini tergantung
pada stadium yang di derita pasien (lukitto, 2010).
1. Tindakan pembedahan : Tindakan pembedahan biasanya dilakukan pada
stadium awal dari pertumbuhannya kanker. Dan juga merupakan suatu
tindakan infasif yang akan memotong atau mengambil tumor ganas tersebut
yang belum terjadi metastasis.
2. Terapi radioterapi : Radioterapi dilakukan di aksila apabila sampel kelenjar
getah bening menunjukan hasil yang positif, jika telah dilakukan diseksi
aksila maka terapi tersebut tidak dilakukan (Davey, medicine at a glance,
2005).
3. Terapi kemoterapi : Suatu obat-obat kemoterapi yang harus diberikan
kepada pasien dengan stadium lanjut atau kanker yang sudah menyebar
luas. Terapi ini diberikan melalui intravena atau secara oral dan
intrathecal.
Penatalaksanaan .......
Komunikasi antara dokter dan petugas kesehatan lain dgn pasien dan keluarga serta
antara pasien dan keluarga merupakan hal yg penting dlm perawatan paliatif.
Pasien adalah pribadi yang harus dihargai haknya untuk mengetahui atau tidak
mengatahui kondisi penyakitnya.
Pasien juga merupakan individu yang berhak menentukan tindakan yang akan
dilakukan terhadapnya jika pasien masih memilki kompetensi untuk membuat
keputusan.
Pada fase akhir kehidupan banyak pasien yang tidak lagi mampu membuat
keputusan, sehingga pembicaraan tentang apa yang akan atau tidak dilakukan
sebaiknya diputuskan pada saat pasien masih memiliki kesadaran penuh.
Walaupun demikian keluarga tetap dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Dalam menyampaikan BERITA BURUK, hal hal berikut ini harus diperhatikan: Apa,
sejauh mana, kapan, dengan siapa dan bagaimana cara menyampaikan berita tsb.
Dalam hal ini, petugas kesehatan harus memperhatikan kultur yang dianut pasien
dan keluarga.
4. Kualitas Hidup pasien
Quality of life adalah persepsi individu terhadap kondisi hidup saat ini
yang dialami berdasarkan budaya atau nilai hidup yang berhubungan
dgn tujuan, harapan, dan perhatian. (WHO 1997)
Quality of life adalah bagaimana kualitas seseorang apabila dilihat
dari interaksi dengan kehidupan di sekitarnya (Soetardjo, 2013).
Konsep kualitas hidup menjadi penting untuk dibahas dalam
mengevaluasi hasil akhir kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh para professional kesehatan sejalan dengan tumbuhnya kesadaran
bahwa kesejahteraan penderita menjadi pertimbangan yang penting
dalam memilih terapi pengobatan dan untuk mempertahankan
kehidupan.
Penelitian Pratiwi, TF., dengan judul kualitas hidup penderita kanker,
menjelaskan bahwa penyakit kanker memberikan perubahan signifikan
secara fisik maupun psikis individu, antara lain: kesedihan,
kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan dan kematian.
Kualitas Hidup .........

Kualitas hidup penderita kanker dipengaruhi pemahaman individu


terhadap penyakitnya sehingga seseorang tahu cara menjaga
kesehatan, serta faktor ekonomi dimana hal ini menjadi
kekhawatiran khusus terhadap biaya pengobatan.
Aspek dominan pembentukan kualitas hidup penderita kanker
adalah aspek psikologis, meliputi spiritualitas, dukungan sosial
dan kesejahteraan.
Faktanya, aspek psikologis sangat menentukan kualitas hidup,
penderita mendapatkan kekuatan dan merasa lebih sehat tanpa
obat, hal ini disebabkan karena sugesti dalam diri individu
tersebut untuk tetap sehat.
Kecerdasan spiritualitas menuntun penderita memiliki
penerimaan diri terhadap penyakitnya.
Kualitas Hidup .........
Penderita mengalami peningkatan spiritual dibanding
sebelum menderita kanker.
Penderita merasa lebih dekat dengan Tuhan dan tidak
menyalahkan Tuhan, melainkan menganggap sebagai
sebuah anugerah Tuhan.
Rasa cinta dan nyaman dari dukungan sosial memberi
motivasi untuk sembuh dan kuat menjalani hidup.
Akhirnya memberikan kesejahteraan yang menentukan
kualitas hidup penderita.
Dimensi kualitas hidup
Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah
Dudgeeon dan Harvey Scipper (1999) adalah :
1. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)
2. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
3. Kesejahteraan keluarga
4. Kesejahteraan emosional
5. Spiritual
6. Fungsi sosial
7. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
8. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
9. Seksualitas (termasuk “body image”)
10.Fungsi okupasi (Tujuan utama terapi okupasi adalah membuat kualitas hidup pasien
menjadi lebih baik)
Gambaran Kualitas Hidup pasien Kanker
Kualitas hidup penderita kanker juga terpengaruh oleh adanya
penyakit tersebut. Misalnya saja selama dalam pengobatan.
Pengobatan kanker berpotensial mempengaruhi seluruh aspek
kualitas hidup. Selama pengobatan, sebagian besar individu
merasakan keterbatasan fisik, merasa lelah dan kekurangan
energi.
Selain itu juga merasakan gejala dan efek samping yang tidak
menyenangkan, termasuk nausea, luka di mulut, alopesia
(kehilangan rambut seluruh badan) dan gangguan kulit. Individu
juga mengalami perubahan dalam nafsu makan, gangguan dalam
pemilihan rasa, dan kombinasi luka di mulut. Kemoterapi dapat
mempunyai efek yang signifikan terehadap suasana hati. Keluarga
pasien kanker melaporkan anggota keluarganya mengalami
gangguan tidur dan lesu (Koot and Wallender, 2001).
Gambaran.....

Larasati (2009) menyatakan:


pasien kanker dengan kualitas hidup positif terlihat dari
gambaran fisik pasien kanker yang selalu menjaga
kesehatanya.
Dalam aspek psikologis pasien berusaha meredam emosi agar
tidak mudah marah, hubungan sosial pasien baik dengan
banyaknya teman yang dimilikinya, lingkungan mendukung dan
memberi rasa aman kepada pasien.
Pasien dapat mengenali diri sendiri, pasien mampu beradaptasi
dengan kondisi yang dialami saat ini, pasien mempunyai
perasaan kasih kepada orang lain .
5. Perawatan selama Fase Sekarat (Dying)
Pasien Terminal adalah: Pasien–pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
Penting bagi pasien agar bisa memiliki akses ke ahli kesehatan yang
mengkhususkan diri dalam kesehatan mental, sehingga mampu membantu
mereka agar lebih kuat menjalani setiap masalah psikologis yang harus
mereka hadapi.
Untuk membantu mengatasi kecemasan, perawatan ini menawarkan:
1. Konseling
2. Visualisasi
3. Terapi kognitif
4. Terapi obat
5. Terapi manajemen relaksasi stres juga bagian dari perawatan paliatif
yang melibatkan pemberian dukungan emosional, bagi pasien yang
merasa membutuhkannya.
Manifestasi klinis pasien terminal :
Mendekati kematian :
Penurunan tonus otot
Sirkulasi melemah
Kegagalan fungsi sensorik
Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan
Saat Kematian :
Terhentinya pernafasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak
berfungsinya paru-paru, jantung dan otak), hilangnya respon terhadap
stimulasi eksternal, hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan
rectum (inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat, kaki dan
ujung hidung menjadi dingin, hilangnya kemampuan panca indera, hanya
indera pendengaran yang paling lama dapat berfungsi, adanya garis datar
pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas listrik
otak merupakan penilaian pasti suatu kematian.
Tahapan Berduka :

1. Denial (Pengingkaran)
2. Anger (marah)
3. Bargaining (tawar menawar)
4. Depretion (Depresi)
5. Acceptance (Penerimaan)
Masalah Keperawatan dan Intervensi
1. Ansietas atau ketakutan (individu, keluarga) b.d. situasi yang
tidak dikenal, sifat, dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan; takut akan kematian dan efek negative pada
gaya hidup.
Intervensi :
1) Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya.
2) Kaji tingkat ansietas klien
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan
ketakutan ketakuta mereka.
4) Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan
koping positif.
Lanjutan ...........
2. Berduka b.d. penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
Intervensi:
1) Berikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang
terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu.
3) Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan
terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
4) Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan.
Lanjutan ...........
3. Perubahan proses keluarga b.d. gangguan kehidupan
keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan
lingkungannya penuh dengan stress (tempat perawatan)
Intervensi :
1) Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat
klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
2) Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan, ketakutan, dan
kekawatiran.
3) Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi
dalam tindakan keperawatan.
Lanjutan ...........
4. Resiko terhadap distress spiritual b.d. perpisahan dari sistem
pendukung keagamaan, kurang privasi atau ketidakmampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian.
Intervesi :
1) Gali apakah klien menginginkan untuk melakanakan praktek
ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan saat memberi
kesempatan pada klien untuk melakukannya.
2) Ekspresikan pengertian dan penerimaan tentang pentingnya
keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien
3) Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai
kebutuhan klien.
4) Tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca
buku keagamaan.
6. Proses Kehilangan
a. Pengertian Loss

Loss adalah sebuah perasaan pada diri individu yang


diakibatkan dari peristiwa menjadi tidak adanya suatu
hal baik orang atau apapun yang sebelumnya ada.
Peristiwa tersebut bisa berupa kematian, perceraian,
kecelakaan, bencana alam, PHK, dan lain lain.
Kehilangan akibat kematian merupakan kehilangan yang
paling berat dan sulit diterima.
b. Jenis-jenis loss

Menurur Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan yakni


sebagai berikut.
1. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau
kehancuran akibat bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya
pekerjaan, anggota keluarga, dan teman dekat.
4. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah
dan diri sendiri.
c. Sifat kehilangan
1. Tiba-tiba(tidak dapat diramalkan) Kehilangan
secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat
mengarah pada pemulihan dukacita yang
lambat. Kematian karena tindak kekerasan,
bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri
akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur(dapat Diramalkan) Penyakit
yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan
menyebabkan yang ditinggalkan mengalami
keletihan emosional.
d. Tipe kehilangan
1. Actual Loss Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi
oleh orang lain, sama dengan individu yang mengalami
kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss (Psikologis) Kehilangan Sesuatu yang dirasakan
oleh individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan/dilihat
oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa remaja, lingkungan
yang berharga.
3. Anticipatory Loss Perasaan kehilangan terjadi sebelum
kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan perilaku kehilangan
dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita
sakit terminal.
e. Kategori kehilangan

1. Kehilangan objek eksternal Kehilangan benda eksternal


mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang
berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap
benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orang
tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari
benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal Kehilangan yang
berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal. Selama
periode tertentu atau kepindahan secara permanen.
Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan di rumah
sakit.
Kategori.....
3. Kehilangan orang terdekat Orang terdekat mencakup orangtua,
pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, teman,
tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mungkin
menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan
bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai
orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau
kematian.
4. Kehilangan aspek diri Kehilangan aspek dalam diri dapat
mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Orang
tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan
tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra
tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup Kehilangan dirasakan oleh orang yang
menghadapi detik-detik dimana orang tersebut akan meninggal.
f. Tahapan proses kehilangan
Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (2005), respon berduka
seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap seperti
pengingkaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
1) Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah shok,
tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu
memang benar terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak
percaya itu terjadi” atau “itu tidak mungkin terjadi”.
Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa
tahun.
Tahapan.......
2) Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan
kenyataan terjadinya kehilangan.
Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya
sendiri.
Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara
kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang
tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Tahapan.......
3) Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan
memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan
dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa”.
Apabila proses ini dialami oleh keluarga maka pernyataan yang
sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4) Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri,
dan sebagainya.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah
tidur, letih, dorongan libido manurun.
Tahapan.......
5) Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan
mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan
yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang
mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih
kepada obyek yang baru.
Fase ini biasanya dinyatakan dengan “saya betul-betul kehilangan
baju saya tapi baju yang ini tampak manis” atau “apa yang dapat
saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan
perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta
mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak
dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
7. Perawatan Lanjutan
Rekomendasi untuk Memfasilitasi Penggunaan Perawatan Rumah
pada Keperawatan Paliatif
Spesialis perawatan paliatif bekerja tidak hanya ketika pasien
kanker berada di rumah sakit, tapi juga ketika pasien sudah pulang
ke rumah. Tempat perawatan tidak lagi berpusat pada
bangsal rumah sakit, melainkan perawatan berbasis masyarakat dan
keluarga.
Perawat profesional sebagai pemberi layanan perawatan di rumah
harus memiliki pengetahuan dan keahlian untuk mengelola gejala
pasien dan memiliki keterampilan yang mereka perlukan untuk
mengelola masalah perawatan pasien.
Agar perawatan paliatif berhasil di rumah maka dokter dan ahli
lainnya harus bekerja sama dengan perawat dan siap untuk
memecahkan masalah saat timbul.
Perawatan .......
Kunci dari semua ini adalah pelayanan Specialist Palliative
Care (SPC) yang diberikan melalui penekanan pada
peningkatan kualitas hidup pasien. Salah satu indikatornya
adalah melalui pencegahan dan pelepasan pasien sedini
mungkin dari penderitaan dan rasa nyeri. (Gaertner et al,
2012, Elsayem et al, 2011).
Proses atau mekanisme kerja dari specialist palliative care ini
dimulai saat pasien masih berada di rumah sakit. Penyakit
kanker yang sudah tidak dapat disembuhkan lagi akan
ditangani oleh tim specialist palliative care. Tim specialist
palliative care kemudian melakukan diskusi dengan keluarga
tentang planning selanjutnya.
Perawatan .......
Sesuai otonomi dan kesiapan pasien, pasien akan dipindahkan ke layanan
berbasis komunitas yang terletak paling dekat dan sesuai pilihan pasien.
adanya SPC telah terbukti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,
mengurangi stres pasien dan keluarga, mengurangi terapi tindakan
medis yang agresif serta biaya perawatan rumah sakit dan bahkan
terbukti dapat memperpanjang usia pasien kanker (Smith, T. J.et al
2012).
Dalam pengaturan home care, nursing home dan hospice peran perawat
adalah sebagai koordinator dalam anggota tim yang lain seperti dokter,
mental health worker, terapis dan anggota professional lainnya.
Dalam pengaturan home care, perawat harus memastikan kemampuan
keluarga dalam menyediakan perawatan paliatif di rumah. Keluarga yang
melakukan perawatan paliatif di rumah akan mengalami stress tingkat
tinggi yang mampu mempengaruhi kesehatan keluarga jika dinilai belum
mampu (Ferrell, 2010).
Referensi :
PEDOMAN TEKNIS PELAYANAN PALIATIF KANKER,
Direktur Jenderal PP-PL Kementerian
Kesehatan, 2013
Petunjuk Teknis Paliatif Kanker Pada Dewasa,
Direktur Jenderal PP-PL Kementerian
Kesehatan, 2017
Tugas IV

Telusur jurnal Keperawatan yang berkaitan:


Kualitas hidup pasien palliative care :
Literatur Review
Uraian Tugas – Secara Umum
1. Objek garapan: Sesuai Tugas
2. Batasan objek rancagan: mahasiswa Telusur jurnal Keperawatan yang berkaitan dengan
Topik Tugas
3. Yang harus dikerjakan : Mencari jurnal (5 Jurnal / 5 tahun terakhir ), dan buku (5 buku/
10 tahun terakhir),
4. Diskripsi luaran tugas: Penyelesaian laporan: diketik dalam kertas HVS A4 dengan huruf
arial 12 .
Out Line pembuatan makalah presentasi meliputi:
Bab I. Pendahuluan,
Bab II. Tinjauan Teori ,
Bab III pembahasan
Bab.IV kesimpulan/ringkasan,
Daftar Pusaka,
Lampiran: Jurnal; Daftar Konsultasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai