Anda di halaman 1dari 8

1

TUGAS KELOMPOK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

OLEH

Sofia Ratu Randu


Jaclijn silvia Ningrum Daga
Maria Salestina Sekunda
Nirwaya Djaba

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

2021
2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan


berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di laboratorium
(Surasmi, 2013)

1. Anamnese orang tua/keluarga


Meliputi : Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke berapa,
BB/ PB dan alamat, nama orang tua bayi.

2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat kehamilan
Kurangnya antenal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang meningkatkan
ikterus. Misalnya salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses
konjugasi sebelum ibu partus.

b. Riwayat persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau dokter. Lahir prematur/ kurang
bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.

c. Riwayat postnatal
Adanya kelainan darahi,kadar bilirubin meningkat, kulit bayi tampak kuning.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polychitemia, gangguan saluran
cerna dan hati (hepatitis).

e. Riwayat psikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua

f. Pengetahuan keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua tentang bayi yang
ikterus.

3. Kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi

Pada umumnya bayi malas minum (refleks mengisap dan menelan lemah)
sehingga berat badan (BB) bayi mengalami penurunan. Palpasi abdomen dapat
menunjukan pembesaran limpa, hepar.
3

b.Eliminasi

Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap pekat,
hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) dan feses mungkin lunak/ cokelat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Bising usus hipoaktif, pasase mekonium
mungkin lambat.

c. Istirahat

Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.

d. Aktifitas

Bayi biasanya mengalami penurunan aktifitas, letargi, hipototonus dan mudah


terusik.

e. Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.

f. Neurosensori Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua


tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran 31
ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidros fetalis mungkin
ada dengan inkompatibilitis Rh berat.

g. Pernapasan Riwayat asfiksia Krekels, mukus bercak merah muda (edema


pleural, hemoragi pulmonal)

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
b. Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa
pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan
langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning), dapat
juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia

c. Dada
Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, khususnya
ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi

d. Perut
Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ini
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan fototerapi. Gangguan Peristaltik
tidak diindikasikan fototerapi, Perut membuncit, muntah , mencret merupakan
akibat gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik, splenomegali dan
hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
4

e. Urogenital
Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul
atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu

f. Ekstremitas
Menunjukkan tonus otot yang lemah

g. Kulit
Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas menurun,
Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis, ikterus pada
kulit dan sklera mata.

h. Pemriksaan Neurologis
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain lain menunjukkan adanya tanda-
tanda kern – ikterus (Surasmi, 2013)

. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan skor ballard
Pengkajian usia gestasional merupakan kriteria penting karena morbiditas
perinatal sangat berhubungan dengan usia gestasional dan 59 berat badan
lahir. Metode yang sering digunakan untuk menentukan usia gestasional adalah
pengkajian usia gestasional yaitu skalla Ballard.
b. Tes kocok (shake Test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan (Maternity, anjani,
& Evrianasari, 2018).
1). Cek darah rutin, glukosa darah, jika perlu juga tersedia fasiltas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa analisa gas darah, (Maternity, Anjani, &
Evrianasari, 2018).
2).Foto dada atau babygram, diperlukan pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didepan diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas (Maternity, Anjani, & Evrianasari, 2018).
c. Pemeriksaan Laboratorium untuk melakukan pengukuran kadar Bilirubin
1). Pemeriksaan Bilirubin berkala Kadar bilirubin pada bayi cukup bulan
biasanya 12mg/dL, dan pada bayi kurang bulan kadar bilirubin biasanya
15mg/dL.
2). . Pemeriksaan darah tepi
3). Skrinning Enzim G6PD

b. Diagnosa Keperawatan.

1. Hipovolemia berhubungan dengan hilangnya air (insensible water loss) dari


fototerapi. (D.0023)

2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi (D.0130)


5

3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.(D.0139)

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang disusun


untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana intervensi disusun
berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan (Cecily, 2009)

No Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1 D.0023.Hipovolemi L.03028.Status Cairan I.0316.Manajemen
a Ekspektasi:Membaik Hipovolemia
b/d hilangnya air Kriteria Hasil: Observasi:
(insensible Woter 1.Nadi menigkat 1.Periksa tanda-tanda dan
Loss) dari Foto 2.Turgor kulit meningkat gejala
terapi 3.Output Urine Hipovolemia(mis.frekwensi
Gejala dan tanda meningkat nadi meningkat,nadi teraba
mayor 4.pengisian vena lemah,turgor kulit
Objektif : meningkat menurun,membrane mukosa
1.Kulit teraba dingin 5.Berat badan membaik kering,volume urine
2.Menggigil 6.Intake cairan membaik menurun,lema)
3.Suhu tubuh 7.Suhu tubuh membaik 2.Monitor intake dan out put
dibawah nilai normal cairan
Gejala dan tanda L.05020.Keseimbangan Terapeutik:
minor cairan 1.Hitung kebutuhan cairan
Objektif : Ekspektasi : meningkat 2.Berikan asupan cairan
1.Akracianosis Kriteria hasil: oral/Asi
2.Bradikardi 1.Asupan cairan Edukasi:
3.Dasar kulit Meningkat 1.Kolaborasi peberian cairan
cianosis 2.Kelembaban IV
4.Hipoksia membrane mukosa I.03121.Pemantauan cairan
5.Vasokontriksi meningkat Observasi:
Perifer 3.Denyut nadi membaik 1.Monitor fekwensi dan
6.Kutis memorata 4.Turgor kulit membaik kekuatan nadi
7.Konsusmsi o2 2.Monitor frekwensi napas
meningkat 3.Monitor Berat Badan
4.Monito elastisitas dan turgor
kulit
4.Monitor jumlah,warnah dan
berat jenis urine
5.Monitor intake dan out put
cairan
6

Terapeutik:
1.Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2.Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1.Informasikan hasil
pemantauan
2 D.0130 Hipertermi L.14134.Termoregulasi I.15506.Manajemen
berhubungan Ekspektasi: Membaik Hipertermi
dengan foto terapi Kriteria Hasil: Observasi:
Gejala dan tanda 1.Kekuatan Nadi 1.Observasi penyebab
mayor (objektif): menurun hipertermi (Penggunaan
1.Suhu tubuh di atas 2.Output Urine Inkubator)
nilai normal meningkat 2.Monitor suhu tubuh
Gejala dan tanda L.03028.Status Cairan 3.Monitor haluaran urine
minor: Ekspektasi:Membaik 4.Monitor komplikasi akibat
1.Kulit merah Kriteria Hasil: Hipertermi
2.Kejang 1.Nadi menigkat Terapeutik:
3.Takikardi 2.Turgor kulit meningkat 1.Berikan cairan oral/ASI
4.Kulit terasa hangat 3.Output Urine 2.Matikan lampu sementara
meningkat bila kenaikan suhu
4.pengisian vena Edukasi:
meningkat 1.Kolaborasi pemberian cairan
5.Berat badan membaik dan elektrolit Intra vena
6.Intake cairan membaik
7.Suhu tubuh membaik

3 D.0139.Resiko L.14125 Integritas Kulit I.11353 Perawatan Integritas


gangguan dan jaringan Kulit
Integritas kulit b/d Ekspektasi:Meningkat Observasi:
foto terapi Kritria hasil: 1.Identifikasi penyebab
Gejala dan tanda 1.Elastisitas meningkat gangguan integritas kulit (foto
mayor (objektif): 2.Hidrasi meningkat terapi)
1.Kerusakan 3.Kerusakan jaringan Terapeutik :
jaringan dan atau menurun 1.Ubah posisi tiap 2 jam
lapisan kulit 4.Kerusakan lapisan 2.Bersihkan perianal
kulit menurun 3.Lakukan pemijatan pada
Gejala dan tanda 5.Kemerahan menurun area yang menonjol
4.Gunakan minyak atau lotion
7

minor (Objektif): 6.Suhu kulit membaik pelembab


1.Kemerahan 5Hindari produk berbahan
dasar alkohol
Edukasi:
1.Anjurkan minum ASI yang
cukup
2.Anjurkan menggunakan
minyak atau lotion
I.14572.Perawatan Tirah
Baring
Observasi:
1.Monitir Kondisi kulit
Terapeutik:
1.Posisikan senyaman
mungkin
2.Pertahankan sprei tetap
kering,bersih dan tidak kusut
3.Pertahankan kebersihan
pasien
4.ubah posisi tiap 2 jam
Edukasi:
1.Jelaskan tujuan dilakukan
tirah baring

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
ditetapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan suhu
tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan elektrolit bayi
terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan partisipasi terhadap
rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang tua (surasmi, 2013 )
8

DAFTAR PUSTAKA

Surasmi A,Handayani S.Kusuma H.2013,Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta,EGC

Maternity,D.,Anjani,A.D.,dan Evriana sari,N.(2018),Asuhan Kebidanan Neonatus


Bayi,Balita dan anak Prasekolah.Yokyakarta:ANDI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai