Anda di halaman 1dari 21

Makalah

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SISTIM PERSYARAFAN ( TUMOR OTAK )

Oleh

Sofia Ratu Randu


Jaclijn Silvia Ningrum Daga

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG
PRODI PENDIDIKAN NERS
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di
lainnya (Hakim, 2005; Wahjoepramono, 2006).
Menurut The Central Brain Tumor Registry of the United States (CBTRUS),
tumor otak primer adalah termasuk dalam 10 besar penyebab kematian terkait
kanker. Di Eropa rata- rata survival rate pasien tumor otak maligna dewasa adalah
18,7%. Prognosis penderita tumor otak primer beragam
Menurut data WHO, pada tahun 2012 ada sekitar 4900 kasus tumor otak
yang terjadi di Indonesia. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka pengidap tumor
otak berjenis kelamin pria sedikit lebih banyak dibanding wanita. Penyakit genetik
seperti neurofibromatosis (penyakit genetik yang menyebabkan tumor tumbuh di
saraf) bisa meningkatkan risiko munculnya tumor otak. Namun, penyebab utama dari
kebanyakan tumor otak belum diketahui. Tumor otak tidak mengenal usia dan bisa
menjangkiti siapa saja, termasuk anak-anak. (WHO 2012).
Permasalahan klinis pada tumor otak agak berbeda dengan tumor lain karena
efek yang ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Kerusakan
pada jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional pada
sistem saraf pusat, berupa gangguan motorik, sensorik, panca indera, bahkan
kemampuan kognitif. Selain itu efek massa yang ditimbulkan tumor otak juga akan
memberikan masalah serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang
pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap
Dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237 juta penduduk ada sekitar
237.000 penderita kanker/tumor baru setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, data
empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit ini kian meningkat.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) tahun 2007, prevalensi
kanker/tumor di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk dan merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perintal dan
diabetes militus. Tingginya kematian akibat penyakit ini dikarenakan terbatasnya
pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari tumor ini, tanda-tanda dini dari tumor,
faktor-faktor resiko, cara penanggulangannya secara benar serta membiasakan diri
dengan pola hidup sehat dan pasien sering datang berobat ke tempat yang salah
sehingga datang ke Rumah Sakit dalam keadaan yang sudah lanjut sehingga biaya
pengobatannya lebih mahal.

2
B.Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Tumor Otak
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui tentang pengertian dari Tumor Otak
b. Untuk mengetahui tentang Anatomi Otak
c. Untuk mengetahui tentang Etiologi Tumot Otak
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Tumor Otak
e. Untuk mengetahui Jenis – jenis Tumor Otak
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Otak
g. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada Tumor Otak
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan Trauma Otak
i. Untuk mengetahui pencegahan pada Trauma Otak

3
BAB II
DASAR TEORI
2.1.Pengertian

Tumor otak adalah neoplasma atau benjolan padat di dalam rongga kepala, yang
merupakan suatu pertumbuhan abnormal sel-sel di dalam otak atau sumsum tulang
belakang. Tumor otak mencakup semua tumor di dalam tengkorak. Tumor ini terjadi
akibat pembelahan sel yang abnormal dan tidak terkendali. Biasanya tumor di dalam
otak berasal atau berupa pertumbuhan sel saraf (Neuron), sel-sel glial (Jaringan
penunjang), jaringan limfatik, pembuluh darah, dan kelenjar yang juga merupakan
bagian yang bisa terkena tumor otak. Setiap tumor otak bisa berakibat serius dan
mengancam nyawa penderita, karena karakter tumor yang invasif dan infiltrasi dalam
ruang terbatas dalam rongga kepala (intrakranial).

2.2.Anatomi otak.

Gambar 2.1

Otak merupakan pusat kendali seluruh fungsi organ tubuh manusia. Jika otak
sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental.
Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental bisa ikut
terganggu (www.aktivasiotak.com). Susunan syaraf pusat meliputi otak dan medulla
spinalis. Otak merupakan organ manusia yang terpenting yang mengatur pikiran,
ingatan, emosi, sensoris, kemampuan gerak, penglihatan, pernafasan, suhu dan
semua proses di dalam tubuh. Otak terdiri dari Cerebrum, Cerebellum, Brainstem
dan Limbic System.

 Cerebrum (supratentorial) terdiri dari hemisfer kanan dan kiri

Fungsi dari cerebrum antara lain mengontrol pergerakan, temperatur,


pendengaran,emosi, proses belajar. Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak
manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak
Depan.

4
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,
kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual
atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.

Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus yaitu :

1. Lobus Frontal Merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat 12 alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

2. Lobus Parietal Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan


seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

3. Lobus Temporal Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan


pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

4. Lobus Occipital Ada di bagian paling belakang berhubungan dengan rangsangan


visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek
yang ditangkap oleh retina mata. Apabila diuraikan lebih detail setiap lobus masih
bisa dibagi menjadi beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Cerebrum (Otak Besar)

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung
oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan
mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan
terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik.

 Brainstem (middle brain) terdiri dari midbrain, pons, medulla

5
Fungsi dari batang otak adalah: pusat gerakan mata dan mulut, pusat panas, dingin,
lapar, haus, pusat pernafasan, pusat pengendalian jantung, gerakan otot polos,
bersin, batuk, muntah, menelan. Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang
tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang.
Brainstem dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Mesencephalon Bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak
Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon
penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
2. Medulla oblongata Titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis
otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
3. Pons Stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

Gambar 2.3 Brain Stem (Batang Otak)


 Cerebellum (infratentorial)
Fungsi untuk pusat koordinasi gerakan, mempertahankan keseimbangan dan postur
tubuh. Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.

6
Gambar 2.4 Cerebellum (Otak Kecil)
 Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan
mana yang tidak.

Gambar 2.5 Limbic System (Sistem Limbik)

2.3.Etiologi

Dikutip dari (www.alodokter.com) Belum diketahui secara pasti apa yang


menyebabkan seseorang menderita tumor otak primer (tumor yang muncul pertama
kali di otak atau jaringan sekitar otak). Diperkirakan bahwa tumor otak primer mulai
muncul ketika sel normal mengalami kesalahan atau mutasi DNA. Mutasi inilah yang
membuat sel-sel tumbuh dan berkembang biak dengan tingkat yang lebih cepat,
serta tetap hidup ketika sel-sel sehat sudah mati. Akibatnya terjadi penumpukan sel-

7
sel abnormal dan membentuk tumor. Tumor otak primer lebih jarang terjadi
dibandingkan tumor otak sekunder (tumor otak yang berasal dari kanker yang
tumbuh di bagian tubuh lain lalu menyebar ke otak).

a) Bahan Kimia: Zat-zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan
berbagai jenis kanker pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang
tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.
Bahan zat kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat
meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.

b) Penyinaran yang berlebihan: Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat
menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif, sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi
dapat menimbulkan kanker dan leukemia.

c) Virus: Beberapa jenis virus yang berhubungan erat dengan perubahan sel normal
menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus kanker atau virus onkogenik.

d) Hormon: Hormon wanita – karena meningioma lebih sering ditemui pada


perempuan, para ahli percaya bahwa hormon wanita merupakan salah satu
faktor penyabab terjadinya meningioma.

Meningioma adalah tumor yang terbentuk di meninges, yaitu selaput pelindung


otak dan tulang belakang. Tumor ini biasanya tumbuh di otak, tetapi juga bisa
tumbuh di tulang belakang.

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur
kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui,
bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur
dan prostat (kelenjar kelamin pria).

e) Makanan: Salah satu penyebab kanker otak yang paling sulit dihindari
adalah yang berasal dari makanan. Beberapa makanan, terutama yang
banyak mengandung pengawet dan bahan kimia, kerap dikonsumsi tanpa
sadar bahwa ada efek negatif yang bisa ditimbulkan bagi
kesehatan.Makanan kaleng banyak dijadikan pilihan karena kepraktisannya.
Tapi tahukah Anda bahwa kandungan BPA dan zat-zat kimia lainnya di
dalam makanan kalengan adalah pemicu kanker. Maka dari itu kurangilah
konsumsi makanan-makanan kalengan dan upayakan untuk mengkonsumsi
yang segar saja.

8
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tumor
otak, yaitu:
1. Usia
Resiko mengalami tumor otak akan meningkat saat usia Anda bertambah
karena tumor otak lebih umum terjadi pada orang tua. Tapi perlu disadari
bahwa tumor otak bisa muncul pada usia berapa pun. Ada beberapa jenis
tumor yang hanya muncul pada anak-anak.
2. Faktor Keturunan
Jika terdapat keluarga yang mengalami tumor otak, maka risiko seseorang untuk
mengalami tumor otak lebih tinggi. Selain itu, ada beberapa penyakit keturunan
yang bisa meningkatkan risiko mengalami tumor otak jinak, di antaranya adalah
neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom Turcot, sindrom von Hippel-Lindau,
sindrom Gorlin, sindrom kanker LiFraumeni, dan sklerosis tuberosa. Kondisi-
kondisi tersebut cenderung menyebabkan
2.4.Jenis-jenis Tumor
Ada bermacam-macam jenis tumor otak yang dibedakan ke dalam dua
kelompok berdasarkan perkembangannya, yaitu tumor jinak (tidak bersifat kanker)
dan tumor ganas (bersifat kanker). Tumor yang tumbuh di otak dikenal dengan istilah
tumor otak primer, sedangkan tumor yang tumbuh di bagian lain dari tubuh dan
menyebar hingga ke otak disebut dengan tumor otak sekunder atau metastatik
(www.alodokter.com).
Tingkatan tumor otak terbagi dari tingkat 1 hingga tingkat 4. Pengelompokan
ini didasari oleh perilaku tumor itu sendiri, seperti lokasi tumbuhnya tumor, kecepatan
pertumbuhan, dan cara penyebarannya.
1. Tumor otak yang tergolong jinak dan tidak berpotensi ganas berada pada
tingkat 1 dan 2.

Gambar : Tumor Otak

2. Sedangkan pada tingkat 3 dan 4, biasanya sudah berpotensi menjadi kanker


dan sering disebut sebagai tumor otak ganas atau kanker otak.

9
Gambar kanker Otak
Tumor otak memiliki beberapa level atau tingkatan diantaranya :
a) Tumor meningioma yaitu jenis sel jinak
b) Tumor ganas Glioblastoma yang terdiri dari
-.Glioblastoma grade ( tumor ganas )
-.Glioblastoma multiforme ( high grade/paling ganas )
kanker muncul pada masa kanakkanak dan awal masa remaja.

2.5.Manifestasi Tumor Otak

Dikutip dari (www.alodokter.com) Gejala tumor otak sangat beragam dan bergantung
pada lokasi, ukuran, atau tingkat pertumbuhan tumor itu sendiri.
Gejala neoplasma atau tumor pada otak dapat dibagi dalam 3 kategori utama:
a). Meningkatnya Tekanan Intrakranial (Rongga Otak): hal ini disebabkan oleh
pembesaran tumor atau meluasnya edema, yang secara klinis berakibat berupa:
 Sakit kepala
 Muntah (kadang-kadang tanpa mual)
 Kesadaran yang menurun (penderita senantiasa mengantuk, koma)
 Pembesaran pupil mata pada sisi yang menderita (anisocoria)
 Cakram optik menonjol pada pemeriksaan funduskopi mata (papilledema).
Walaupun ukuran tumor kecil, tetapi bisa berdampak dan menghalangi
perjalan cairan otak yang pada akhirnya memperparah tekanan didalam
intracranial tersebut. Peningkatan tekanan intrakranial dapat mengakibatkan
perpindahan bagian-bagian tertentu dari otak, seperti cerebellar atau uncus
temporal, sehingga kompresi batang otak dapat mengakibatkan mematikan.

b). Kalainan fungsi


Tergantung pada lokasi tumor dan kerusakan yang menyebabkan struktur
otak sekitarnya dapat terganggu, berupa kompresi atau infiltrasi. Semua jenis gejala
neurologik dapat terjadi, seperti; gangguan kognitif dan perilaku berupa:
 kehilangan memori,

10
 gangguan orientasi,
 gangguan kepribadian atau emosi
 kelumpuhan,
 kehilangan rasa,
 gangguan berbicara,
 gangguan penglihatan,
 gangguan penciuman,
 gangguan pendengaran,
 kelumpuhan wajah,
 penglihatan ganda, tetapi gejala yang lebih parah juga mungkin terjadi
 kelumpuhan pada satu sisi bagaian tubuh.

c). Iritasi: yang ditandai dengan:


 kelelahan
 tremor
 epilepsi.

Stadium pada kanker otak dikutip dari (www.disehat.com) :


1. Kanker Otak Stadium 1
Penyakit kanker otak pada stadium satu penderita tak menyadari
kehadiran sel kanker di otaknya karena tidak terlihat jelas. Penderita
akan merasakan sakitnya ketika penderita kanker otak memasuki
stadium dua.
2. Kanker Otak Stadium 2
Penderita kanker otak stadium 2 akan mengalami kelelahan yang
berlebihan, meskipun penderika kanker otak stadium 2 tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan.
3. Kanker Otak Stadium 3
Penderita kanker otak stadium 3 akan sering mengalami sakit kepala
yang hebat dan intensitas lumayan sering dan dibarengi mimisan yang
terkadang tak terasa darah mengalir dari hidung ketika penderita
memikirkan sesuatu yang berat, tangan dan kaki sulit untuk digerakkan,
sehingga penderita akan mudah terjatuh saat berjalan karena
keseimbangan tubuh yang mulai tergangg.
4. Kanker Otak Stadium 4

11
Penderita kanker otak stadium 4 akan mengalami gangguan penglihatan
dan akan mengalami kesulitan dalam mendengaran suara. Penderita
kanker otak stadium 4 disarankan untuk rajin melakukan kemoterapi
untuk menghindari kebutaan, tuli dan lumpuh. Jika penderita tidak rajin
melakukan kemoterapi, maka sel kanker pada otaknya bisa
menyebabkan ia mengalami kebutaan, tuli dan bahkan lumpuh.

2.6.Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak

Pendeteksian tumor otak dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tes


sebagai berikut :

a. Pemeriksaan neurologis Pemeriksaan neurologis dibagi menjadi 2 bagian yaitu


pemeriksaan saraf pusat, yaitu serabut-serabut saraf mulai dari kortek sampai motor
neuron, dan pemeriksaan tepi, yaitu srabutserabut saraf mulai dari motor neuron
sampai dengan dengan otot. Pemeriksaan juga melibatkan pengecekan pada
penglihatan, pendengaran, kekuatan, sensasi, keseimbangan, refleks, dan
kemampuan mengingat serta berpikir.

b. Angiogram Selain pemeriksaan neurologis, Metode ini dilakukan dengan cara


menyelipkan sebuah tabung plastik yang sangat kecil dan lembut disebut kateter
masuk melalui pembuluh arteri di pangkal paha atau di pergelangan tangan
(www.nobel-heart.com). Angiogram adalah jenis tes sinar-X pada daerah kepala
untuk menunjukkan pembuluh arteri dan vena pada otak. Pewarna kontras
sebelumnya disuntikkan ke arteri di kepala sebelum pasien menjalani pemeriksaan.

c. Scan otak Scan otak dilakukan untuk mengetahui ketidaknormalan. Sebelumnya,


pewarna kontras disuntikkan ke arteri untuk membedakan mana jaringan normal dan
mana sel kanker (www.merdeka.com).

d. CT Scan CT scan merupakan teknologi pemeriksaan yang memanfaatkan sinar-x


untuk menghasilkan gambar tiga dimensi dari otak. Komputer menggabungkan
gambar-gambar otak agar dokter bisa mengetahui adanya ketidaknormalan atau sel
kanker. 22 Pemeriksaan ini juga bisa menunjukkan adanya pembengkakan,
pendarahan, dan pengerasan tulang atau jaringan.

e. Diffusion Tensor Imaging (DTI) Tes yang digunakan untuk mengukur aliran cairan
dalam otak. Hasil gambar tes DTI biasanya dibandingkan untuk mengetahui
perbedaan yang terjadi.

12
f. Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) FMRI digunakan untuk
menentukan lokasi spesifik dari fungsi otak. Selama diperiksa, pasien juga diminta
untuk melakukan tugas tertentu.

g. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Jenis tes pencitraan yang paling baik untuk
mendeteksi kanker otak. Sebab pemeriksaan ini menggunakan gelombang radio
yang lebih akurat daripada sinar-X.

h. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) MRS adalah metode lain yang bisa
dilakukan untuk mendeteksi kanker otak. Biasanya metode ini juga digunakan untuk
mendiagnosis infeksi pada otak, stroke, penyakit Alzheimer, multiple sclerosis, luka
akibat radiasi, dan juga tumor. MRS pada dasarnya mirip dengan MRI.
Perbedaannya adalah MRS fokus pada fungsi daripada struktur otak.

i. Positron Emission Tomography (PET) PET dilakukan untuk mendeteksi perubahan


sel yang sedang berkembang. Sebelum melakukan tes, cairan glukosa radioaktif 23
disuntikkan. Tergantung pada besarnya tumor, jumlah glukosa yang diserap akan
menunjukkan letak dan seberapa parah kanker yang diderita.

j. Biopsi Biopsi adalah prosedur operasi yang digunakan untuk mengambil sampel
tumor. Kebanyakan biopsi dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan
tumor. Namun biopsi juga bisa dilakukan tanpa operasi jika tumor tidak bisa diangkat
atau kondisi pasien terlalu lemah (www.merdeka.com). Tes ini dilakukan dengan
mengambil sebagian kecil sel-sel dari daerah yang dicurigai ketika melakukan
kolposkopi. Dari hasil biopsi tersebut akan diperoleh kepastian kondisi pasien,
sehingga hasil biopsi merupakan dasar terapi.

k. Biopsi Konisasi Tes ini dilakukan dengan mengambil sel-sel dalam jumlah yang
lebih besar pada sekitar daerah yang dicurigai. Biasanya prosedur ini dilakukan
sebagai prosedur operasi dan juga bisa digunakan sebagai pengobatan kanker pada
tahap dini (www.informasimedika.com).

2.7.Pengobatan Tumor Otak

Pengobatan disesuaikan dengan jenis, lokasi, dan ukuran sel tumor yang tumbuh.
Kondisi kesehatan dan usia pengidap tumor otak juga menjadi pertimbangan dokter
dalam menentukan prosedur pengobatan. Lantas, apa saja pilihan pengobatan sel
tumor otak?

1. Operasi

13
Operasi adalah pengobatan tumor otak yang paling umum. Prosedur ini dilakukan
untuk mengangkat sel tumor sebagian atau secara menyeluruh. Jika pengangkatan
tumor berpotensi merusak jaringan penting otak, dokter akan mengangkat sebagian
sel tumor. Tindakan ini bertujuan mengurangi tekanan pada otak dan mengurangi
jumlah sel tumor yang diangkat lewat radiasi atau kemoterapi.
Apabila sel tumor tidak bisa diangkat, prosedur biopsi dapat dilakukan dengan cara
mengambil sampel sel tumor, lalu diuji di bawah mikroskop. Biopsi membantu dokter
menentukan pengobatan yang tepat.

2. Terapi Radiasi
Disebut juga radioterapi. Prosedur ini menggunakan sinar radiasi untuk
menghancurkan sel tumor dan menghentikan pertumbuhannya. Radioterapi
dilakukan jika sel tumor tidak bisa diangkat lewat prosedur operasi, atau masih ada
sisa sel tumor setelah operasi dilakukan. Ada dua jenis radioterapi untuk mengobati
tumor otak:
Radioterapi eksternal. Prosedur ini dilakukan selama lima hari hingga beberapa
minggu. Pelaksanaannya disesuaikan usia pengidap, serta jenis dan ukuran sel
tumor yang tumbuh.

Radioterapi internal. Prosedur ini menggunakan radiasi dosis tinggi yang diarahkan
langsung ke sel tumor.

3. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obatan khusus untuk membunuh sel kanker. Dokter
bisa menggunakan satu jenis atau beberapa kombinasi obat yang diberikan secara
oral atau suntikan. Prosedur ini dilakukan secara berkala. Maksudnya, pengidap sel
tumor melakukan kemoterapi dan fase pemulihan beberapa kali.

2.8.Cara Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan kebiasaan hidup sehat sejak usia muda dan
menghindari faktor-faktor penyebab tumor atau kanker. Uaha pencegahan tersebut,
berupa:
1. Mengurangi makanan berlemak tinggi
2. Lebih banyak menkonsumsi makanan berserat:sayur-sayuran berwarna serta
buah-buahan segar
3. Mengurangi makanan yang telah diawetkan atau disimpan terlalu lama
4. Menghindari atau membatasi minuman alkohol.
5. Hindari kebiasaan merokok.
6. Upayakan kehidupan seimbang dan hindari stress
7. memeriksa kesehatan secara berkala dan teratur.

14
Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan


besar menentukan pelayanan keperawatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang dimilikinya secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota
kesehatan lainnya (Depkes RI, 2006).

A. Pengkajian
Menurut Smeltzer (2007) pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana
klien berfungsi, bergerak dan berjalan, beradaptasi terhadap kelemahan atau
paralisis dan untuk melihat dan kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
Pengkajian dibuat terhadap gejala-gejala yang menyebabkan distress bagi klien.
Terdiri dari nyeri, masalah pernapasan, masalah eliminasi dan berkemih, gangguan
tidur dan gangguan integritas kulit, keseimbangan cairan, dan pengaturan suhu.
Masalah-masalah ini dapat disebabkan oleh invasi tumor. Perawat dapat bekerja
sama dengan pekerja sosial untuk mengkaji dampak penyakit klien pada keluarga
dalam hal perawatan di rumah, perubahan hubungan, masalah keuangan,
keterbatasan waktu dan masalah-masalah dalam keluarga. Informasi ini penting
dalam membantu keluarga menguatkan ketrampilan koping mereka. Pengumpulan
data tdd:
Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditunjukkan kepada pasien, untuk
mengetahui keadaan pasien dan faktor yang dimiliknya. Anamnesa dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:

15
a. Autoanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien.
Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dan menceritakan
kondisinya.
b. Allonamnesa adalah anamnesa yang dilakukan dengan orang lain guna
mendapatkan informasi yang tepat tentang kondisi pasien.

Adapun pengkajian yang perlu diperhatiakan dalam pengkajian pada pasien dengan
diagnosa medis Tumor Otak (Astrocytoma) adalah sebagai berikut:
Identitas Pasien yang meliputi nama, umur, alamat status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis.

a. Neurosensori
Gejala: Pusing, sakit kepala, kelemahan, hilangnya rangsangan sensorik
kontralateral, gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan, penurunan
kesadaran sampai dengan koma.
b. Sirkulasi
Gejala: Nyeri dada (angina) Tanda: Distritmia (Vibrilasi Atrium), irama gallop, mur-
mur, peningkatan darah dengan tekanan nada yang kuat, takikardi saat istirahat,
sirkulasi kolaps (krisis tirotoksikosi)
c. Pernafasan
Gejala: Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).
d. Nyeri/Ketidaknyamanan.
Gejala: Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit).
e. Makanan/cairan
Gejala: Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal), nafsu
makan hilang, kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, kehilangan berat
badan yang mendadak, kehausan, mual, muntah, kebiasaan diet buruk (misalnya
rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa).
f. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia) misalnya
nyeri, bising usus negatif.
g. Seksualitas

16
Gejala : Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas,
Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas. Tanda: Perubahan pola respons
seksual.
h. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat malam.
i. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious, atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan,
menyangkal diagnosa, dan perasaan putus asa.
j. Interaksi Sosial
Gejala : Menarik diri, tidak percaya diri, menyendiri. k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat tumor pada keluarga, sisi prime, penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya.
l. Keamanan
Gejala: Tidak toleransi terhadap aktifitas, keringat berlebihan, alergi, (mungkin
digunakan pada pemeriksaan). Tanda: Suhu meningkat 37, 40o C, diaphoresis kulit
halus, hangat dan kemerahan.
m. Perencanaan Pulang
Gejala: Mungkin membutuhkan bantuan untuk perawatan diri dan aktivitas.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi,
Label dari diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian
identifikasi masalah dari proses keperawatan (Dongoes, Gelssier, Moorhouse, 2010).
Menurut Wilkinson (2007) diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1) Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi.
4) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
C. Intrvensi Keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan penyakit.

17
NOC: Nyeri berkurang sampai hilangnya rasa nyeri setelah dilakukan tindakan
keperawatan Kriteria Hasil: Mengekspresikan penurunan nyeri atau
ketidaknyamanan dan tampak rileks, mampu tidur istirahat dengan tepat.
NIC: 1.1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala
0-10), perhatikan petunjuk verbal dan nonverbal.
1.2 Monitor TTV
1.3 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri.
1.4 Bantu pasien menemukan posisi nyaman.
1.5 Kolaborasi dengan pemberian analgetik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker.
NOC : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Keriteria Hasil: a. Nutrisi klien terpenuhi
b. Mual berkurang sampai dengan hilang.

NIC : 2.1 Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
2.2 Kaji kebiasaan makan klien.
2.3 Beritahu makanan dengan gizi yang seimbang.
2.4 Timbang berat badan bila memungkinkan.
2.5 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi.
NOC : Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakitnya dan penanganan
penyakit setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab tumor otak dan komplikasinya.
NIC : 3.1 Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyakit tumor otak
dan penangannya.
3.2 Jelaskan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman
klien.
3.3 Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami
perubahan akibat penyakit.
4. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
NOC : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil: Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan
dilakukannya kembali aktifitas.
NOC : 4.1 Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala

18
Ketergantungan ( 0-4 ).
4.2 Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan
karena tekanan.
4.3 Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri
sesuai kemampuan
4.4 Anjurkan pasien untuk melatih gerak sendi sesuai dengan
Kemampuan
4.5 Bantu untuk melakukan rentang gerak.
D. Implementasi
Menurut Rohmah (2012), pelaksanaan adalah realisasi tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Komponen tahap
implementasi diantaranya sebagai berikut:
1. Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter Tindakan
Keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standart practice American nurses
Assosiation undang-undang praktik perawat negara bagian dan kebijakan institusi
perawatan kesehatan.
2. Tindakan Keperawatan kolaboratif Tindakan yang dilakukan oleh perawat
biasa perawat bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertahap untuk mengatasi masalah pada
pasien dengan Tumor Otak.

E. Evaluasi
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus
pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebutkan
juga evaluasi pencapaian jangka panjang (Hidayat, 2004). Ada tiga alternative dalam
menafsirkan hasil evaluasi yaitu:
1. Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapain tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian apabila klien atau keluarga menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah diterapkan.

19
3. Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukkan perubahan prilaku perkembangan kesehatan bahkan timbul
masalah yang baru.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologindannpatologinanatomi.

B.Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara professional. Selain itu pembaca diharapkan dapat
mengaplikasikan tindakan pencegahan dan penanggulangan untuk menghindari
terjadinya penyakit tumor otak. Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penyusun makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, TA. 2012. Sistem neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika. Bactticaca, FB.
2008.
Asuhan Keperawatan K;ien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta :
Salemba Medika.
Hartono. 2011. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Muttaqin, A. 2008.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Saraf.Jakarta : Salemba
Medika.
Widagdo, 2012.Tata lakasana masalah penyakit anak dengan kejang.Jakarta : CV
Sagung Seto.
Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi 6. Alih bahasa: Andry
Hartono. Jakarta : EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai