Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cerebral palsy pertama kali ditemukan oleh William Little (surgeon,
1860) yakni penyakit yang mengakibatkan lengan dan tungkai sulit untuk
memegang, merangkak, berjalan, tetapi tidak memburuk atau tidak membaik
sehingga disebut William desease .
Cerebral Palsy (CP) adalah kondisi dimana masa kanak-kanak ada
kelainan motorik (palsy) yang disebabkan oehlesi statis dan non progresif di otak
(serebral).Kejadian kausatif terjadi pasa anak usia dini, biasanya didefinisikan
kurang dari 2 tahun. Anak-anak CP memiliki kondisi yang stabil dan tidak
progresif, oleh karena itu mereka kebanyakan adalah anak normal dengan
kebutuhan khusus.
Cerebral Palsy (CP) menggambarkan sekelompok gangguan permanen
gerakan dan postur yang dikaitkan dengan dengan gangguan nonprogresif di
perkembangan otak mempengaruhi 3,3 per 1.000 anak. Ini adalah kondisi
heterogen dalam hal etiologi dan tingkat keparahan, dan sering disertai dengan
gangguan sensai, kognisi, komunikasi, persepsi, perilagu, atau
keduanya.Diperkirakan bahwa antara 765.000 dan 1.000.000 anak dan orang
dewasa dengan CP hidup di United States (Baileset al. 2012)
Di Indonesia, angka kejadian cerebral palsy belum dapat dikaji secara
pasti. Namun dilaporkan beberapa instasi kesehatan di Indonesia sudah bisa
mendata diantaranya YPAC cabang Surakarta jumlah anak denagn kondisi
cerebralpalsy pada tahun 2001 berjumlah 313 anak, tahun 2002 berjumlah 242
anak, tahun 2003 berjumlah 265, tahun 2004 berjumlah 239 anak, sedangkan
thun 2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 sampai dengan bulan Desember yaitu
198 anak, tahun 2010 sebanyak 330 penderita, dan pada tahun 2011 sebanyak
343 penderita (YPAC cabang Surakarta, 2011).

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
“Bagaimana penatalaksaan fisioterapi menggunakan NSMRD&S dan
myofascial release pada Cerebral Palsy hipotonus spastichemiplegic dextra tipe
extensi?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui penatalaksaan fisioterapi
menggunakan NSMRD&S dan myofascial release pada Cerebral Palsy hipotonus
spastik hemiplegi dextra tipe extensi.

D. Manfaat penulisan
1. Manfaat praktis
Untuk mengetahui dan memahami tentang CP Hipotonus Spastic
Hemiplegi Dextra tipe Extensi dengan segala permasalahannya untuk dapat
diterapkan dalam penanganan pasien secara cepat dipelayanan.
2. Manfaat teoritis
Bermanfaat untuk pemahaman tentang CP Hipotonus Spastic
Hemiplegi Dextra tipe Extensi.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Anatomi Dan Fisiologi Otak


1. Pengertian
Otak (Encephalon) adalah Pusat Sistem Saraf ( Central Nervous
System, CNS). Otak berfungsi mengatur dan mengkordinir sebagian besar,
gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung,
tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat dari
seluruh kegiatan tubuh manusia. Jika otak sehat, maka akan mendorong
kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan fisik dan mental manusia.
Sebaliknya apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental
akan terganggu.
Otak merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang
anatomi dan fisiologi otak secara detail bisa memakan waktu berhari-hari.
Oleh karena itu disini kita akan membahas anatomi dan fisiologi otak
secara garis besar saja, sekedar membuat kita paham bagian-bagian dan
fungsi otak.
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut meningens yang terdiri dari
3 lapisan yaitu :
a) Durameter
Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan
ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk
melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula
spinalis.
b) Arakhnoid
Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk
jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang
subarakhnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal.

3
Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis
dari guncangan.

c) Piameter
Lapisan paling dalam dari otak dan melekat langsung pada
otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk
melindungi otak secara langsung

2. Bagian Otak
a) Otak Besar ( Cerebrum )
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berfikir, analisa, logika, bahasa, perasaan, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Otak Besar / Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang
disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian
lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus:
o Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan,
kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
o Lobus Parietal
Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
o Lobus Temporal

4
Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau
komunikasi dalam bentuk suara.

o Lobus Occipital
Bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan
visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

b) Otak Kecil ( Cerebellum )


Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala,
dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak
fungsi otomatis otak, diantaranya:
- Mengatur sikap atau posisi tubuh
- Mengontrol keseimbangan
- Koordinasi otot dan gerakan tubuh
Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi.
c) Batang Otak ( Brainstem )
Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang
Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

5
o Mesencephallon
Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.
Berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

o Diencephallo
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari
batang otak dan di depan mesencephalon. Terdiri dari :
1) Thalamus ( yang terletak diantara korteks otak besar dan otak
tengah ) yang berfungsi untuk menyampaikan impuls / sinyal
motorik menuju korteks otak besar dan medulla spinalis.
2) Hipotalamus adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah
nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid,
glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus merupakan pusat
kontrol autonom. Salah satu fungsi yang penting adalah karena
terhubung dengan sistem syaraf dan kelenjar hipofisis yang
merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin yaitu fungsi
neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonom
sehingga dapat menjaga homeostasis tekanan darah, denyut
jantung, suhu tubuh, perilaku konsumsi dan emosi. Hipotalamus
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan
merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju
korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir
pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi
tersebut diteruskan menuju korteks otak besar. Hipotalamus
berfungsi juga mengirim sinyal menuju kelenjar adrenal yaitu
epinephrine dan norepinephrine yang menskresikan Antideuretic
Hormone (ADH), Oksitosin, dan Regulatori Hormone.

6
o Medulla Oblongata
Adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis
menuju otak. Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan
respirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga mengatur gerak refleks
lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
o Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan.
Adalah bagian otak yang berupa serabut syaraf yang
menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga
menghubungkan korteks otak dan medula.
Pons disebut juga Pons Varoli / Jembatan Varol.Sebagai bagian
dari batang otak, pons juga mempengaruhi beberapa fungsi
otomatis organ vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan
frekuensi pernapasan. Pons juga dikaitkan dengan kontrol siklus
tidur. Selain itu pons juga berhubungan dengan batang otak untuk
mengontrol refleks.

7
d) Simtem limbic
Sistem limbik merupakan keseluruhan neuronal yang mengatur
tingkah laku emosional dan dorongan motivasional. Bagian utama dari
sistem limbik adalah hipotalamus. Area ini mengatur perilaku, mengatur
banyak kondisi internal dari tubuh seberti suhu badan, osmolaritas cairan
tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum. Disekeliling hipotalamus
terdapat struktur subkortikal dari sistem limbik yang mengelilinginya,
meliputi septum, area paraolfaktoria, epitalamus, nuclei anterior talamus,
bagian ganglia basalis, hipokampus, dan amigdala. Disekeliling area
subkortikal limbik terdapat korteks limbik terdiri atas sebuah cincin
korteks serebri yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan
ventral lobus frontalis, menyebar keatas didalam girus subkalosal dibawah
bagian anterior korpus kalosum, melewati ujung atas kalosum ke bagian
medial hemisfer serebri dalam girus singulata dan akhirnnya berjalan
dibelakang korpus kalosum dan kebawah menuju permukaan
ventromedial lobus tempralis ke girus parahipokampus dan unkus. Cincin
korteks limbik berfungsi sebagai komunikasi dua arah dan penghubung
antara neokoteks dan struktur limbik bagian bawah. Pada permukaan
medial dan ventral dari setiap hemisfer serebri terdapat cincin
paleokorteks yang sangat erat dengan perilaku dan emosi.
Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks,
pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

8
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,
hipocampus dan korteks limbik.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang
salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu
mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya sikap lebih
memperhatikan anak sendiri dibanding dengan anak orang lain. Karena
manusia khususnya orang tua mempunyai hubungan emosional yang kuat
dengan anak mereka.

9
B. Definisi Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah berbagai perubahan fungsi gerak atau fungsi
motor tidak normal dan timbul akibat kecelakaan, luka, penyakit syaraf pada
rongga tengkorak. ( American academy of cerebral palsy)
Cerebral palsy adalah gambaran klinis yang di akibatkan luka pada
otak, terutama pada komponen yang menjadi pengatur dalam gerak,
selanjutnya CP di gambarkan sebagai kondisi nyata seperti lumpuh, lemah,t
idak ada koordinasi, atau penyimpangan fungsi gerak yang di sebabkan
patologi pusat control gerak di otak karena ada disfungsi otak, maka ada
kelainan bahasa, bicara, memori, emosi, belajar dan psikologis. CP bukan
penyakit dan tidak bersifat progresif. CP tidak dapat di sembuhkan dan
berlangsung seumur hidup. ( The United CP Assosiation)
Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi
tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non
progresif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell
SK et al, 2001 dalam Jan S, 2008).
Cerebral Palsy adalah suaatu kerusakan yang permanent, tetapi bukan
berarti tidak mengalami perubahan sama sekali pada postur gerakan yang
terjadi karena kerusakan otak non progresif, disebabkan oleh faktor bawaan,
masalah selama kandungan, proses kelahiran dan masa bayi atau sekitar dua
tahun pertama kehiduoan anak (Badali, 2010).

C. Klasifikasi Cerebral Palsy


CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis
neurologis. Spastik diplegia, untuk pertama kali di deskripsikan oleh
dr.Little (1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal
selanjutnya sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan
kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, ya

10
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP terbanyak (70-80%), otot mengalami
kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika
kedua tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan,
kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis
ini membentuk karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal
dengan gait gunting (scissors gait) (Bryers,1941). Anak dengan
spastik hemiplegia dapat disertai tremor hemiparesis, dimana
seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada
satu sisi tubuh. Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan
gerakan berat.
CP spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena,
yaitu:
a. Monoplegi
Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan.
b. Diplegia
Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat
daripada kedua lengan
c. Triplegia
Bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah
mengenai kedua lengan dan 1 kaki
d. Quadriplegia
Keempat ekstremitas terkena dengan derajad yang sama
e. Hemiplegia
Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena
lebih berat

11
Jenis-jenis CP spastik

2. CP Atetoid/diskinetik
Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang
tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai
tangan, kaki, lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar kasus,
otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak menyeringai dan
selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama
periode peningkatan stres dan hilang pada saat tidur. Penderita juga
mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP
atetoid terjadi pada 10-20% penderita CP.

3. CP Ataksid
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam.
Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang
buruk; berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar,

12
meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan;
kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya
menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami
tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil
buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh
yang baru digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat
penderita akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini
mengenai 5-10% penderita CP (Clement et al, 1984).

4. CP campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih
dari satu bentuk CP yang dijabarkan diatas. Bentuk campuran yang
sering dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi
kombinasi lain juga mungkin dijumpai.
CP juga dapat diklasifikasikan berdasarkan estimasi derajat
beratnya penyakit dan kemampuan penderita untuk melakukan
aktivitas normal.

13
Tabel: Klasifikasi CP berdasarkan Derajat Penyakit :

D. Komplikasi Cerebral Palsy


1. Gangguan Mental
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga
dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal.
Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik
quadriplegia.
2. Kejang atau Epilepsi.
Setengah dari seluruh anak CP menderita kejang. Selama kejang,
aktivitas elektrik dengan pola normal dan teratur diotak mengalami
gangguan karena letupan listrik yang tidak terkontrol. Pada penderita CP
dan epilepsi, gangguan tersebut akan tersebar keseluruh otak dan

14
menyebabkan gejala pada seluruh tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau
mungkin hanya pada satu bagian otak dan menyebabkan gejala kejang
parsial. Kejang tonik-klonik secara umum menyebabkan penderita
menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching kedua tungkai
dan lengan, gerakan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol kandung kemih.
Kejang parsial diklasifikasikan menjadi simpleks atau kompleks. Pada tipe
simpleks, penderita menunjukkan gejala yang terlokalisir misalnya kejang
otot, gerakan mengunyah, mati rasa atau rasa gatal. Pada tipe kompleks,
penderita dapat mengalami halusinasi, berjalan sempoyongan, gerakan
otomatisasi dan tanpa tujuan, atau mengalami gangguan kesadaran atau
mengalami kebingungan.
3. Gangguan Pertumbuhan.
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga
berat, terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah
istilah untuk mendeskripsikan anak-anak yang terhambat pertumbuhan
dan perkembangannya walaupun cukup mendapat asupan makanan. Pada
bayi-bayi, terhambatnya laju pertumbuhan terlihat dari kenaikan berat
badan yang sangat kecil; pada anak kecil, dapat tampak terlalu pendek;
pada remaja, tampak sebagai kombinasi antara terlalu pendek dan tidak
tampak tanda maturasi seksual. Gagal tumbuh dapat disebabkan beberapa
sebab, termasuk nutrisi yang buruk dan kerusakan otak yang berfungsi
untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai tambahan,
otot tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai kecenderungan lebih
kecil dibanding normal. Hal tersebut tampak nyata pada sebagian besar
penderita dengan spastik hemiplegia, karena tungkai pada sisi yang sakit
tidak dapat tumbuh secepat sisi yang normal. Kondisi tersebut juga
mengenai tangan dan kaki karena gangguan penggunaan otot tungkai
(disuse atrophy).

15
4. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran.
Banyak anak CP menderita strabismus, dimana mata tidak tampak
segaris karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri. Pada
perkembangannya, hal ini akan menimbulkan gejala pengelihatan ganda.
Jika tidak segera dikoreksi akan menimbulkan gangguan pengelihatan
berat pada satu mata dan sebenarnya dapat diintervensi dengan
kemampuan visus tertentu, misalnya membatasi jarak pandang.
Pada beberapa kasus, terapi bedah direkomendasikan untuk koreksi
strabismus. Anak dengan hemiparesis dapat mengalami hemianopia,
dimana terjadi kecacatan visus atau kebutaan yang mengenai lapangan
pandang normal pada satu sisi. Sebagai contoh, jika hemianopia mengenai
mata kanan, dengan melihat lurus ke depan akan mempunyai visus terbaik
kecuali untuk melihat kanan jarak jauh. Pada hemianopia homonymous ,
kelainan akan mengenai sisi yang sama dari lapang pandang dari kedua
mata. Gangguan pendengaran juga sering dijumpai diantara penderita CP
dibanding pada populasi umum.
5. Sensasi dan Persepsi abnormal.
Sebagian penderita CP mengalami gangguan kemampuan untuk
merasakan sensasi misalnya sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami
stereognosia, atau mengalami kesulitan merasakan dan mengidentifikasi
obyek melalui sensasi raba.

E. Etiologi Cerebral Palsy


Di USA, sekitar 10-20% CP disebabkan karena penyakit setelah lahir
(prosentase tersebut akan lebih tinggi pada negara-negara yang belum
berkembang). CP dapatan juga dapat merupakan hasil dari kerusakan otak
pada bulan-bulan pertama atau tahun-tahun pertama kehidupan yang
merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya meningitis bakteri atau
encephalitis virus, atau merupakan hasil dari trauma kepala yang sering akibat
kecelakaan lalu lintas, jatuh atau penganiayaan anak.

16
CP kongenital, pada satu sisi lainnya, tampak pada saat dilahirkan.
Pada banyak kasus, penyebab CP kongenital sering tidak diketahui.
Diperkirakan terjadi kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar
kelahiran dimana terjadi kerusakan pusat motorik pada otak yang sedang
berkembang. Beberapa penyebab CP kongenital adalah :
1. Infeksi selama kehamilan.
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan
menyebabkan kerusakan sistim saraf yang sedang berkembang. Infeksi
lain yang dapat menyebabkan cedera otak fetus meliputi cytomegalovirus
dan toxoplasmosis. Pada saat ini sering dijumpai infeksi maternal lain
yang dihubungkan dengan CP (Leviton & Gilles, 1984)
2. Ikterus neonatorum.
Pigmen bilirubin, yang merupakan komponen yang secara normal
dijumpai dalam jumlah kecil dalam darah, merupakan hasil produksi dari
pemecahan eritrosit. Jika banyak eritrosit mengalami kerusakan dalam
waktu yang singkat, misalnya dalam keadaan Rh/ABO inkompatibilitas,
bilirubin indirek akan meningkat dan menyebabkan ikterus. Ikterus berat
dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara permanen (Van Praagh,
1961).
3. Kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik) pada otak atau trauma
kepala selama proses persalinan.
Asphyxia sering dijumpai pada bayi-bayi dengan kesulitan persalinan.
Asphyxia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada
periode lama, anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal
hipoksik iskemik encephalopathi. Angka mortalitas meningkat pada
kondisi asphyxia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat
menjadi CP, dimana dapat bersama dengan gangguan mental dan
kejang (Nelson, et al 1994). Kriteria yang digunakan untuk memastikan
hipoksik intrapartum sebagai penyebab CP (MacLennan A et al, 1999):

17
a. Metabolik asidosis pada janin dengan pemeriksaan darah arteri tali
pusat janin, atau neonatal dini pH=7 dan BE=12mmol/L
b. Neonatal encephalopathy dini berat sampai sedang pada bayi >34
minggu gestasi
c. Tipe CP spastik quadriplegia atau diskinetik
d. Tanda hipoksik pada bayi segera setelah lahir atau selama persalinan
e. Penurunan detak jantung janin cepat, segera dan cepat memburuk
segera setelah tanda hipoksik terjadi dimana sebelumnya diketahui
dalam batas normal
f. Apgar score 0-6 =5 menit
g. Multi sistim tubuh terganggu segera setelah hipoksik
h. Imaging dini abnormalitas cerebral

Pada masa lampau, banyak penelitian yang menunjukkan


meningkatnya kasus CP karena asphyxia atau komplikasi selama
persalinan, sedangkan penyebab lain belum dapat diidentifikasi. Tetapi
penelitian yang ekstensif oleh NINDS menunjukkan bahwa hanya
sebagian kecil bayi dengan asphyxia berkembang menjadi encephalopathi
segera setelah lahir. Riset juga menunjukkan bahwa sebagian besar bayi
yang menderita asphyxia tidak berkembang menjadi CP atau kelainan
neurologis lainnya. Komplikasi persalinan termasuk asphyxia
diperkirakan sekitar 6% dari kasus CP kongenital.

F. Faktor Resiko Cerebral Palsy


Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP
semakin besar antara lain adalah:
1. Letak sungsang.
2. Proses persalinan sulit. Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama
persalinan merupakan tanda awal yang menunjukkan adanya masalah
kerusakan otak atau otak bayi tidak berkembang secara normal.
Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.

18
3. Apgar score rendah. Apgar score yang rendah hingga 10-20 menit
setelah kelahiran.
4. BBLR dan prematuritas. Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan
berat lahir < 2500gram dan bayi lahir dengan usia kehamilan < 37
minggu. Resiko akan meningkat sesuai dengan rendahnya berat lahir
dan usia kehamilan.
5. Kehamilan ganda.
6. Malformasi SSP. Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP
memperlihatkan malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala
abnormal (mikrosefali). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah
telah terjadi pada saat perkembangan SSP sejak dalam kandungan.
7. Perdarahan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir
kehamilan. Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan
dan peningkatan jumlah protein dalam urine berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya CP pada bayi.
8. Hipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang.
9. Kejang pada bayi baru lahir.

G. Pola tidur
Definisi Tidur
 Tidur bukan hanya sekedar istirahat, tapi jauh dari itu ada proses
perbaikan pada seluruh organ tubuh.
 Bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh
direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan
keadaan metabolisme tubuh yang minimal
 Merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton 1986)
 Apa saja yang terjadi pada tubuh saat tidur? Tak hanya
mengistirahatkan otot, saat tidur tubuh mengalami perbaikan sel otak
dan otot serta detoksifikasi (mengeluarkan racun). Tidur juga memberi

19
kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi hormon-
hormon imunitas (kekebalan tubuh), memperbaiki sistem peredaran
darah serta sebagai proses restorasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang :
 Penyakit
 Latihan dan kelelahan
 Stress psikologis
 Obat
 Nutrisi
 Lingkungan
 Motivasi
Berikut merupakan data jumlah kebutuhan tidur berdasarkan umur:

H. Circadian rhythm

Ritme sirkadian adalah proses biologis yang berpatokan pada siklus 24 jam
atau siklus pagi-malam yang mempengaruhi sistem fungsional tubuh manusia.

20
Jam sirkadian otak mengatur tidur, pola makan, suhu tubuh, produksi hormon,
regulasi level glukosa dan insulin, produksi urin, regenerasi sel, dan aktivitas
biologis lainnya.

Berdasarkan ritme sirkadian, umumnya puncak waktu tidur pada orang


dewasa terjadi antara pukul 2.00-4.00 am dan pada siang hari pukul 1.00-3.00
pm.
Perubahan ritme sirkadian dapat terjadi, terutama selama masa remaja, ketika
sebagian besar remaja mengalami penundaan fase tidur sehingga terjaga pada
malam hari. Ritme sirkadian pada remaja umumnya terjadi antara pukul 3.00-
7.00 pada pagi hari dan 2.00-5.00 pada siang hari. Namun pada pagi hari
dapat lebih panjang lagi hingga pukul 9.00 am atau 10.00 am apabila kurang
tidur.
Jam biologis sirkadian ini dikendalikan oleh bagian otak yang disebut
Suprachiasmatic Nucleus (SCN), yaitu sel pada hipotalamus yang merespon
cahaya dan sinyal gelap. Sinyal SCN akan dikirimkan ke bagian otak lain
yang mengontrol hormon, suhu tubuh, dan fungsi lain yang berperan dalam
proses mengantuk dan terjaga.
Hormon yang paling penting terhadap ritme sirkadian yang mempengaruhi
tidur adalah hormon melatonin (menyebabkan rasa kantuk dan menurunkan
suhu) dan kortisol (membentuk glukosa dan mengaktifkan anti-stress dan anti-
inflamasi dalam tubuh).

21
Melatonin biasanya mulai diproduksi tubuh sekitar pukul 8.00-9.00 pm pada
malam hari dan berhenti sekitar pukul 7.00-8.00 am pada pagi hari. Level
melatonin tertinggi terjadi pada tengah malam, sehingga pada periode ini
seseorang biasanya mengalami deep sleep.
Tidurlah sesuai jam biologis tubuh untuk menjaga kesehatan tubuh dan
mencegah berbagai penyakit yang dapat timbul akibat kurang tidur.
Perubahan level hormon dalam tubuh dan dampaknya terhadap kesehatan
sudah lama diteliti para ahli, yaitu sebagai berikut:
PAGI
05.00:
Tubuh menghasilkan hormon-hormon penting untuk memperbaiki jaringan sel
dan memperkuat tulang. Tubuh berada pada kondisi maksimal untuk tidur,
karena tubuh menghasilkan hormon melatonin. Orang yang bekerja shift
malam akan merasa sangat mengantuk pada jam ini.
06.00:
Waktunya wanita dan pria berada pada puncak kesuburan. Tingginya hormon
testosteron pada pria dan wanita menyebabkan tingginya dorongan seks. Bila
Anda tak ingin hamil, jangan lakukan hubungan seks pada waktu ini.
07.00:
Hormon anti-inflamasi berada pada tingkat paling rendah, sejalan dengan
menurunnya suhu otot. Pada jam ini tubuh terasa kaku dan sakit. Bagi
penderita rematik, jam ini dapat sangat menyiksa.

22
08.00:
Tekanan darah dan suhu tubuh meningkat karena hormon kortisol (hormon
stress) meningkat. Pada periode ini lazim apabila terjadi serangan jantung.
10.00:
Kondisi terjaga yang maksimal, otak dalam kondisi paling tajam dan jernih.
Ingatan jangka pendek dan kemampuan memusatkan pikiran sangat optimal,
sehingga jam ini merupakan saat tepat untuk mengerjakan pekerjaan yang
mengandalkan pikiran.
11.00:
Sistem imunitas tubuh menurun, karena sel darah putih yang bertugas
melawan infeksi dan penyakit kurang aktif. Pada jam ini seseorang mudah
terserang penyakit.

SIANG
12.00:
Kejadian stroke meningkat sampai 50 persen pada jam ini karena tekanan
darah meningkat. Tingginya tekanan darah dapat menegangkan pembuluh
darah karena tersumbat oleh simpanan lemak, sehingga bisa berakibat
pecahnya pembuluh darah.
16.00:
Hormon adrenalin dan suhu tubuh berada pada kondisi paling tinggi. Saat
inilah waktu paling tepat untuk berolahraga. Jam ini juga paru-paru berfungsi
maksimal.
17.00:
Tingginya produksi hormon serotonin membuat Anda merasa gembira pada
jam ini. Ditambah jam pulang kantor yang ditunggu-tunggu, Anda merasa
lebih gembira.
MALAM
19.00:
Waktu yang pas untuk makan malam, karena tubuh mulai santai sehubungan

23
dengan tubuh yang memproduksi hormon melatonin yang membuat Anda siap
tidur malam.
20.00:
Hati mempersiapkan enzim untuk memecah alkohol. Bagi Anda yang ingin
mengonsumsi alkohol, minumlah pada jam ini, karena setelah dua jam, enzim
akan turun kembali.
21.00:
Bila Anda sedang sakit, Anda butuh penghilang rasa sakit. Pada jam ini
hormon endorphine turun drastis.
22.00:
Sistem imunitas meningkat, tubuh Anda siap melawan kuman.
23.00:
Alergi Anda mulai bergejolak karena kadar histamin meningkat.
Tengah malam (midnight):
Anda yang sedang hamil tua, bersiaplah menghadapi kontraksi, karena
hormon progesteron (hormon pemicu kontraksi) sedang dalam kondisi
optimal.
01.00:
Waktu terbaik bagi tubuh untuk memulihkan diri, jadi Anda harus tidur pada
jam ini. Namun bila Anda penderita penyakit asam urat, rasa sakit akan
menyerang karena kadar asam urat meningkat pada jam ini.
03.00:
Serangan asma terjadi pada dini hari karena rendahnya hormon adrenalin dan
zat antiradang dalam tubuh.
04.00:
Di jam ini kematian sering terjadi di rumah sakit. Penyebabnya adalah
turunnya tekanan darah saat pasien tidur lelap.

24
I. DIAGNOSA BANDING
1. Adhd (attentions devicit hyperactivity disorder) adalah gangguan
perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan cenderung
berlebihan. Gejala yang dapat timbul bervariasi mulai dari yang ringan
hingga yang berat, gejala adhd sudah dapat ilihat sejak bayi, gejala
yang harus dicermati adalah sensitive terhadap suara dan cahaya,
menangis, suka menjerit dan susah tidur.
2. Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan
ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan
perilaku terbatas, berulang-ulang dan karakter stereotip. Gejala autis
muncul sebelum 3 tahun pertama kelahiran sang anak. Autisme
merupakan salah satu dari tiga gangguan Autism spectrum disorder.
Dua di antaranya adalah sindrom Asperger dan PDD-NOS
(pervasive developmental disorder, not otherwise specified).

J. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. SKALA ASWORTH

Nilai Keterangan

0 Tidak ada peningkatan tonus otot

Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan


1 terasanya tahanan minimal pada akhir ROM pada
waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai adanya

2 pemberhentian gerakan dan diikuti adanya tahanan


minimal sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi
mudah digerakkan

25
Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjan
3 sebagian besar ROM, tapi sendi masih mudah
digerakkan

4 Penigkatan tonus otot sangat nyata, gerakan pasif sulit


dilakukan

5 Sendi atau ekstremitas kaku/rigid pada gerakan fleksi atau


ekstensi

2. SENSORIS
Sensori merupakan stimulus, baik secara internal maupun
eksternal yang masuk melalui organ sensori berupa indra. Sistem
sensori berperan penting dalam hantaran informasi ke sistem saraf
pusat mengenai lingkungan sekitarnya (Wilson & Hartwig, 2002
dalam Price & Wilson, 2002).
a. Visual
b. Auditori
c. Pengecapan (Taste)
d. Penciuman (Smell)
e. Touch (menyentuh)
f. Taktil
g. Propioceptiv
h. Vestibular
3. REFLEK

Kategori Reflek Eksistensi


Spinal Moro Natal – 6 bulan
Crossed estensor Natal – ½ bulan
Fleksi withdrawl Natal – ½ bulan

26
Extensor thrust Natal – ½ bulan
Reflek walking Natal – 6 bulan
Grasp reflek Natal – 6 bulan
Brain Tonic labyrinthine Natal – 6 bulan
steam STNR 2 bulan – 6 bulan
ATNR 4/6 bulan – 10 bulan
Supporting reaction Natal – 2 bulan
Mid brain Neck Natal – 4/6 bulan
Labyrinthine 2 bulan – akhir hayat
Optical 7/12 bulan – akhir hayat
Body on body 7/12 bulan – akhir hayat
Protective extension:
Forwards 6/9 bulan - akhir hayat
Sideways 8 bulan sampai akhir hayat
Backward 10 bulan – akhir hayat
Landaw 3/6 bulan – ½ tahun
Cortical Prone 6 bulan – akhir hayat
Supine 7/8 bulan – akhir hayat
All fours 9/12 bulan – akhir hayat
Standing 12/21 bulan – akhir hayat

27
4. PSQI
5. GROSS MOTOR FUNCTION MEASURE (GMFM)
GMFM merupakan salah sarana / instrumen pemeriksaan yang
sudah di standarisasi untuk mengukur perubahan fungsi motorik kasar
pada anak-anak, penilaian menggunakan kriteria sebagai berikut;

0 = tidak memiliki insiatif


1 = insiatif
2 = sebagai di lengkapi
3 = di lengkapi
NT = no tested
Item dalam penghitungan skor GMFM – 66 di tandai dengan
tanda (*) hanya berlaku untuk anak-anak.

Berikut di bawah ini adalah salah satu bentuk formulir GMFM;

28
29
30
31
32
33
K. INTERVENSI
1. Neuro senso motor reflex development and sincronitations
Adalah suatu metode untuk interrvensi atau terapi untuk anak-
anak yang mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan
neurologisnya. Sehingga pada anak-anak yang mengalami gangguan
tersebut diberikan stimulasi sensoris pada reseptor taktil (seluruh
tubuh) sebagai pintu utama semua rangsangan atau stimulus yang
masuk (Takarini,2012).
Pemberian modalitas neuro senso pada awal terapi
dimaksudkan untuk membuka gerbang sensoris sebagai pintu utama
masuknya seluruh stimulus yang diberikan. Pemberian stimulasi juga
bertujuan untuk relaksasi, menurunkan spastisitas, serta meningkatkan
bandung antara pasien dan terapis. Neuro senso dapat menstimulais
perbaikan jaringan pada otak yang mengalami permasalahan pada
masa tumbuh kembang dengan menggnakan sensitifitas dan plastisitas
otak,sedangkan pada anak dengan pertumbuhan dan perkembangan
normal dapat menstimulasi pembentukan jaringan otak dengan
menggunakan sensitifitas dan plastisitas otak (Takarini, 2014)
2. Myofascial release
 Konsep:
Teknik myofascial release memecah nyeri tendon otot dan siklus nyeri
meningkatkan sirkulasi dan drainase dari jaringan dapat membantu
mengurangi respon imflamasi
 Prinsip
1. Ekstensibilitas dari jaringan ikat, jaringan ikat di letakan di
bawah sepanjang ketegangan ringan dengan menunjukan
elongasi plastic
2. Strecth reflek
- Peregangan otot dapat merangsang spindle otot
sehingga menghasilkan kontraksi reflek

34
- Dapat dihindari dengan penerapan slow, bahkan dengan
tekanan dan releasing secara perlahan dan merata.
3. Panas yang di aplikasikan pada otot biasanya menghasilkan
peningkatan respon elastis
4. Reflek organ tendon golgi
Ketika ketegangan otot menjadi ekstrem efek inhibisi dari
organ tendon golgi bisa menyebabkan relaksasi otot secara
tiba-tiba.
5. Reflek spindle otot
Jika extrafusal fiber berkontraksi kurang dari intrafusal fiber,
spindle otot akan mempertahankan peregangan
6. Inhibisi timbal balik
Saat reflek peregangan menstimulasi satu otot, sekaligus
menghambat otot antagonis
7. Crossed extensor reflex
- Ketika reflek strecth menstimulasi 1 otot, sekaligus
menstimulasi otot antagonis kontra lateral
- Gerakan yang dibuat menyilang dari satu sisi spinal ke
sisi lain disebut pola X
 Teknik
Teknik myofascial release dibagi menjadi dua yaitu passive
dan active
1. Passive
Posisi pasien: pasien rileks
Aplikasikan manual traksi ada pada salah 1 pada 4 arah
- Tarik garis di ke-2 ujung otot
- Tarik garis di ujung otot keduanya pada waktuang
bersamaan
- Mendorong otot tegak lurus terhadap axis serat otot
yang panjang

35
- Menarik otot tegak lurus ke axis serat otot yang
panjang
2. Active
Posisi pasien: paien membantu secara aktif
mengkontraksikan otot tertentu di bawah bimbingan
terapis
1. Langsung
- Pasien mengkontraksikan otot-otot yang terlibat
- Reflek tendon golgi
- Tahanan isometrik – tahanan isometrik pada
kontraksi diperbolehkan untuk pemendekan otot
2. Tidak langsung
- Terapis mengkontraksikan otot-otot yang
antagonis yang sedang di terapi
- Reflek inhibisi timbal balik
- Tahanan isokinetik – gaya resistif menyebabkan
peningkatan kontraksi otot sangat sedikit
dengan penurunan panjang otot secara bertahap.

3. Inhibitory technique
- Pada jaringan otot, diarea yang tegang dan
terdapat nyeri tekan dapat disebabkan oleh
trauma, stress dan inflamasi
- Daerah ini menunjukan perubahan dan mudah
di tekan
- Tekan dengan keras dapat menginhibisi impuls
syaraf dan memperbaiki ketegangan otot
- Dapat dilakukan dengan mencubit otot atau
menekan dengan keras area yang nyeri dengan
ibu jari

36
- Tahan hingga 60-90 detik
- Jaringan akan melunak dan nyeri tekan hilang
berangsur-angsur
4. Counter strain
- Menghilangkan proteksi dari spasme otot
- Mengidentifikasi titik tekan
- Memendekan otot
- Tahan 90 detik
- Informasi dari otot ke sistem syaraf adalah
relaksasi
- Sistem saraf tidak menerima lagi feedback yang
berlebihan dari otot dan menginstruksikannya
berubah dari spasme ke istirahat
- Pemulihan gerak sering kali cepat terjadi
5. Facilitated positional release
- Posisikan sendi ke posisi release
- Fasilitasi tekanan seperti kompresi
- Tambah gerakan
- Rilis untuk memonitor

37
BAB III
LAPORAN STATUS KLINIS

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama :An. M H P
Umur :8 tahun 11 bulan ( 26 januari 2009)
Jeniskelamin :LAKI- LAKI
No Rm : 10.218
Agama : ISLAM
Pekerjaan :-
Alamat :Batam, Kav Saguba Asri Blok D No 172 Kec.
Segulung Kepulaun Riau

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. DIAGNOSIS MEDIS
CP hipotonus spastic hemiplegi dextra tipe ekstensi dengan
problem perilaku dan emosi
B. CATATAN KLINIS
LAB (+)
CT Scan (+)
C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT)
1. Okupasi terapi 2x (Senin dan Kamis)
2. Fisioterapi 2x (Selasa dan rabu
3. Terapi wicara 2x (jumat dan sabtu)

D. RUJUKAN FISIOTERAI DARI DOKTER


Pasien datang ke fisioterapi secara mandiri atau inisiatif sendiri

38
III. SEGI FISIOTERAPI
TANGGAL: 8 desember 2017
A. ANAMNESIS (HETERO)
1. KELUHAN UTAMA:
Pasienberusia 8 tahun 11 bulan belum mampu berdiri dan
susah tidur emosi masih labil serta mudah marah

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Pre natal
- Trimester 1 : tidak ada keluhan
- Trimester 2 : tidak ada keluhan
- Trimester 3 : tidak ada keluhan
 Natal
Pada usia kandungan 9 bulan anak lahir secara
normal spontan dengan berat badan 2,9 kg dan langsung
menangis keras.
 Post natal
Pada saat 21 hari anak mendapatkan imunisasi DPT
lalu anak langsung mengalami 390C. Kemudian anak
dibawa ke rumah sakit batam dan di rawat 1 malam.
Kemudian anak menjalani CT Scan dengan hasil
menunjukan adanya pecah pembuluh darah di otak kiri.
Lalu anak menjalani operasi. 6 bualn kemudian pasien
dioperasi lagi untuk mengeluarkan cairan di dalam
kepalanya. Setelah menjalani operasi pembuluh darah
pecah pasien langsung kaku di anggota gerak kanan dan
sering kejang 1 minggu sekali hingga usia 4 tahun.

39
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Pada usia 21 hari pasien pernah menjalani operasi
pecah pembuluh darah.
- Hingga usia 4 tahun pasien sering kejang dengan
rentang waktu 1 minggu sekali
4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA
- Kejang (-)
- Batuk (-)
5. RIWAYAT PRIBADI (KETERANGAN UMUM
PENDERITA)
Pasien berusia 8 tahun 11 bulan anak pertama dari 2
bersaudara
6. RIWAYAT KELUARGA
- Orang tua kooperatif
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang
sama
- Nama ayah : Hendriyanto 35 tahun
- Nama ibu : Linda 31 tahun
- Ibu meninggal pada 19 oktober 2017 ( meninggal
mendadak)
7. ANAMNESIS SISTEM
a) Kepala&Leher
- Bentuk kepala asimetris
- Mata asimetris
b) Kardiovaskuler
Orang tua mengatakan pasien tidak memiliki
penyakitt jantung
c) Respirasi
Orang tua mengatakan bahwa pasien tidak ada
keluhan sesak dan batuk

40
d) Gastrointestinalis
- BAB → seminggu sekali
- Pilih-pilih makanan
- Tekstur nasi padat
e) Urogenitalis
BAK tidak ada keluhan
f) Muskuloskeletal
- Otot yang lemah anggota gerak bawah sebelah kanan.
- Anggota gerak sebelah kiri lebih kuat dari anggota
gerak sebelah kanan
g) Nervorum
- Keseimbangan terganggu pada saat posisi duduk (jatuh
kebelakang kira-kira lebih dari 30 menit)
- Gangguan pola tidur
- Anak kadang kaget apabila mendengar suara keras

B. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1.1. TANDA-TANDA VITAL:
A) Tekanandarah : 80/70 mmHg
B) Denyutnadi : 62x/menit
C) Pernafasan : 25x/menit
D) Temperature : 36,50C
E) Tinggibadan : cm
F) Beratbadan :27 kg
G) Lingkar kepala : 46 cm

41
1.2. INSPEKSI :
Statis : pasien datang memakai kursi roda
Keterangan

Head -Kepala tidak simetris


-Kepala cenderung side fleksi ke kanan dan rotasi ke kiri

Shoulder -bahu kanan depresi dan bahu kiri elevasi

Trunk -postur lordosis


-susp. Scoliosis C ke arah dextra

Pelvic Anterior tilting

Hip Ekstensi

knee Semi fleksi

Ankle -Posisi ankle kanan hiper plantar karena kontraktur


-Posisi angkle kiri plantar fleksi

Dinamis : pasien pindah posisi dengan cara mengesot dengan


sisi yang sehat

1.3. PALPASI :
- Suhu : normal
- Spasme pada m.upper trapezius
- Tonus postural : hipotonus
- Otot ekstensor lebih besar daripada fleksor

42
1.4. PERKUSI :
Dextra Sinistra

Biceps + +

Triceps + +

Patella + +

Achilles + +

Ket:
 - : a refleks
 ++ : normal
 +++ : hiper refleks
 + : hipo refleks

1.5. AUSKULTASI :
Tidak dilakukan

1.6. GERAKAN DASAR :


a. Gerakaktif :
Regio Gerakan ROM Dextra ROM
Sinistra

Fleksi Tidak full Full ROM


ROM
shoulder Ekstensi Tidak full Full ROM
ROM
Abduksi Tidak full Full ROM
ROM
Adduksi Tidak full Full ROM

43
ROM
elbow Fleksi Full ROM Full ROM

Ekstensi Tidak full Full ROM


ROM
wrist Palmar fleksi Full ROM Full ROM

Dorsi fleksi Tidak full Full ROM


ROM
Fleksi Full ROM Full ROM
trunk
Ekstensi Full ROM Full ROM

Side fleksi Full ROM Full ROM

Hip Fleksi Tidak full Full ROM


ROM
Ekstensi Tidak full Full ROM
ROM
Abduksi Tidak full Full ROM
ROM
Adduksi Tidak full Full ROM
ROM
Knee Fleksi Tidak full Full ROM
ROM
Ekstensi Full ROM Full ROM

Ankle Plantar fleksi Full ROM Full ROM

Dorsi fleksi Tidak full Full ROM


ROM

44
b. Gerak pasif
Regio Gerakan ROM End ROM End
Dextra Feel Sinistra Feel
Dextra Sinistra

Fleksi Tdk Full Springy Full Soft


Rom Rom
Ekstensi Tdk Full Springy Full Hard
ROM ROM
Shoulder Abduksi Tdk Full Springy Full Elastic
ROM ROM
Adduksi Full Springy Full Soft
ROM ROM
Fleksi Full Springy Full Soft
Elbow ROM ROM
Ekstensi Tdk Full Springy Full Hard
ROM ROM
Palmar Full Springy Full Soft
Wrist Fleksi Rom Rom
Dorsi Tdk Full Springy Full Soft
Fleksi ROM ROM
Fleksi Tdk Full Springy Full Soft
Rom Rom
Trunk Ekstensi Full Soft Full Soft
ROM ROM
Side Full Soft Full Soft
Fleksi ROM ROM
Fleksi Tdk Full Springy Full Soft
Rom Rom

45
Ekstensi Tdk Full Springy Full Hard
ROM ROM
Hip Abduksi Tdk Full Springy Full Elastic
ROM ROM
Adduksi Tdk Full Springy Full Soft
ROM ROM
Fleksi Full Soft Full Soft
Knee Rom Rom
Ekstensi Tdk Full Springy Full Hard
ROM ROM
Plantar Full Hard Full Firm
Fleksi Rom Rom
Ankle Dorsi Tdk Full Hard Full Firm
Fleksi ROM ROM

c. Gerak isometric melawantahanan :


Tidak dilakukan

1.7. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER


PERSONAL :
- Kognitif : pasien kurang kooperatif
- Intrapersonal : pasien merasa takut saat di terapi
- Interpersonal : pasien mampu mengerti apa yang diucapkan
terapis

1.8. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN


AKTIVITAS :
a) Kemampuan fungsional dasar :

46
- Pasien mampu berguling, tengkurap dan duduk
serta mengesot dengan sisi kiri
- Pasien tidak mampu merangkak, berdiri, dan
berjalan

b) Aktivitas fungsional :
- Pasien belum mampu melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri
- Pasien baru mampu menggenggam gelas, pensil
c) Lingkungan aktivitas :
Lingkungan pasien mendukung untuk kesembuhan
pasien

2. PEMERIKSAAN SPESIFIK (FT A / FT B / FT C / FT D / FT


E *)
2.1.GMFM
Dimensi A= 62,74%
B=61,67%
C=50%
D=0%
E=0%

174,41%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = 34,82%
5

Kesimpulan: anak berada di dimensi B


2.2. Pemeriksaan sensoris
No Pemeriksaan Nilai

1 Visual 1

2 Auditory 1

47
3 Taste 1

4 Smell 1

5 Touch 1

6 Taktil 1

7 Propioceptif 1

8 Vestibular 1

Kesimpulan: sensoris terganggu

2.3. Pemeriksaan spastis


Regio Gerakan dextra Sinistra

Fleksi 2 1
shoulder
Ekstensi 2 1

Abduksi 2 1

Adduksi 2 1

Elbow Fleksi 1 1

Ekstensi 2 1

Wrist Palmar fleksi 2 1

Dorsi fleksi 2 1

Fleksi 2 1
Trunk
Ekstensi 2 1

48
Side fleksi 2 1

Fleksi 3 2

Ekstensi 3 2
Hip
Abduksi 3 2

Adduksi 3 2

Knee Fleksi 1 1

Ekstensi 1 1

Ankle Plantar fleksi 5 3

Dorsi fleksi 5 3

Kesimpulan: spastisitas ekstremitas bawah > ekstremitas atas

2.4. Reflek
Kategori Reflek Dextra Sinistra

Spinal Moro ±

Crossed Ekstensor + +

Fleksor Withdrawl - -

Reflek Walking - -

Graps Reflek - -

Brain Tonic Labyrinthine ±


Steam
Stnr -

49
Atnr ±

Supporting
Reaction
Mid Neck Righting +
Brain
Labyrinthine ±

Optical ±

Body On Body ± +

Protectiv Extension
-Forward - -
-Side Ways - +
-Back Ward - -
-Landau - -
- -

Cortical Prone - -

Supine - -

All Fours - -

Ankle Standing - -

Kesimpulan: level reflek setara midbrain

C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. IMPAIRMENT :
- Tonus postural : hipotonus
- Adanya semua gangguan pada sensoris
- Adanya gangguan pola tidur

50
- Tons otot lemah pada otot fleksor yang lebih kuat
ekstensor terutama otot-otot trunk
- Adanya spastisitas pada anggota gerak dextra lebih
besar dari sinistra
- Aligment tubuh lordosis dan scoliosis
- Reflek: level mid brain
2. LIMITASI FUNGSI:
- pasien sudah bisa tengkurap dan duduk
- pasien belum bisa merangkak,berdiri, dan berjalan
3. DISSABILITY/PARTICIPATION RETRICTION :
- emosi belum stabil
- komunikasi belum lancar
- pasien belum bisa bermain dengan teman sebayanya

D. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI


1. TUJUAN :
Tujuan jangka pendek:
- Memperbaiki pola tidur
- Mengkontrol postur postural
- Meningkatkan semua sensoris
- Mengkontrol spastisitas
- Memperbaiki postur

2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Teknologi fisioterapi :
1. Teknologi alternatif :
- Neuro senso motor reflek development &
synchronization
- Myofasial realease
- Anti gravity exercise

51
- Brain gym
- NDT

2. Teknologi yang dilaksanakan :


 Neuro senso motor reflek development &
synchronization
- Bertujuan untuk membuka gerbang sensoris
- Menurunkan emosi serta membuat anak lebih
nyaman
- Mengontrol spastisitas dan meninngkatkan
kemampuan fungsional motorik da aktivitas
fungsional
 Myofasial realease
- Bertujuan untuk merileksasikan otot-otot yang
mengalami spasme.
- Mengontrol spastisitas
- Untuk penguluran otot

b. EDUKASI :
- Orang tua pasien diminta agar pasien tidak sering berguling
ke kanan sesekali ke kiri
- Orang tua pasien diminta ketika pasien tidur untuk
meluruskan tangan dan kaki kanannya
- Orang tua pasien diminta pada saat menggendong posisi
kaki terbuka
- Cukur rambut pasien sebulan sekali
- Usahakan sering mengusap kepala 2 jam sekali
- Keramas 2 hari sekali
- Gunting kuku seminggu sekali

52
3. RENCANA EVALUASI :
- Evaluasi GMFM
- EvaluasiPemeriksaan sensoris
- EvaluasiSkala asworth
- EvaluasiRefleks
- Evaluasi Pediatric sleep questionnare

E. PROGNOSIS
Quo ad vitam : baik
Quo ad sanam : sedang
Quo ad fungsionam : sedang
Quo ad cosmeticam : buruk

F. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Neuro senso motor reflex development and synchronization
 Posisi terlentang
- Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi
dimulai dari arah proksimal ke distal
- Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga,
kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian
kembali lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic
lalu menujuke distal yakni paha, lutut kemudian ankle
diulangi sampai 3 x
- Usapan lembut kearah midline tubuh Letakkan satu tangan
2 cm dibawah umbilicus (center of gravity ) lalu usapkan
hingga keproksimal hingga menyentuh incisura jugularis
( sebanyak 3 x usapan )
- Usapan lembut kearah menyilang kekanan hingga
menyentuh otot pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan )

53
- Usapan lembut kearah menyilang kekiri hingga menyentuh
otot pectoralis mayor( sebanyak 3 x usapan )
- Usapan lembut kearah pelvic kiri dan kanan ( sebanyak 3 x
usapan )
- Pertemukan kedua tangan hingga kebagian posterior /
lumbal.
 Stimulasi gelombang
- berikan usapan pada sisi midline tubuh, sisi kanan dan sisi
kiri, kemudian arah pelvic dengan usapan berbentuk
gelombang ( masing masing 3 x )
- Pertemukan kedua tangan terapis hingga ke bagian
belakang ( vertebra lumbal )
 Stimulasi berbentuk angka delapan
- Letakkan satutangan, 2 cm dibawah umbilicus lalu
Berikan usapan dengan arah usapan membentuk angka
delapan dimulai dari sisi medial - lateral – medial dan
membentuk angka delapan pada area midline tubuh,
sisikanan, sisi kiri kemudian pelvic ( masing masing 3 x )
Pertemukan kedua tangan hingga kepsoterior ( vertebra
lumbal ).
- Stimulasi berupa contrac stretch diberikanpada :
* posisitidurterlentang
- Padasisi anterior ( dimulai dari midline tubuh, anterior
dekstra dan anterior sinistra )
 Posisi tidur terlentang dengan arah midline tubuh
- letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu
tangan di proksimal dari sternum ( di incisura
jugularis )berikan “contrac” masing – masing sebanyak 3 x
ke arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing –
masing sebanyak 3 x

54
- Arah menyilang kekanan
- Letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu
tangan di otot pectoralis mayor.
- berikan “contrac” masing – masing sebanyak 3 x kearah
dalam lalu berikan stretch kearah luar masing – masing
sebanyak 3 x
- Arah menyilang kekiri
- Letakkan satutangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu
tangan di ototpectoralis mayor.
- berikan “contrac” masing – masing sebanyak 3 x kearah
dalam lalu berikan stretch kearah luar masing – masing
sebanyak 3 x
- Arah menyilang kekiri
- Letakkan satutangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu
tangan di ototpectoralis mayor.
- berikan “contrac” masing – masingsebanyak 3 x kearah
dalam lalu berikan stretch kearah luar masing – masing
sebanyak 3 x
 posisi miring
- Posisi pasien miring , Terapis disamping pasien dengan
fiksasi scapula dan pelvic Gerakan “contrac” kearah dalam
3 x pengulangan dan “strech” kearah luar 3x pengulangan.
 Pada AGA lengan atas
- Posisipasien : tengkurap dan terlentang
- Posisiterapis : di sampan gpasien
- Fiksasi : menggunakan palmar terapis, satu
palmar memfiksasi distal dari humeri dan satu palmar
terapis lagi memfiksasi proksimal humeri.

55
- Gerakan : - bentuk packing up untuk menghasilkan
muscle belly lalu berikan contrac dan stretch masing -
masing 3 x
 Pada AGB tungkai atas dan bawah
- Posisipasien : tengkurap dan terlentang
- Posisiterapis : di samping pasien
- Fiksasi : menggunakan palmar terapis, satu
palmar memfiksasi patella pasien dan satu palmar terapis
lagi memfiksasi proksimal femur
- Gerakan : - bentuk packing up untuk
menghasilkan muscle belly laluberikan contrac dan stretch
masing - masing 3 x
Myofascial release
 M. spelenius capitis
Persiapan pasien : posisikan pasien duduk, alihkan
perhatian pasien
Media : bantal
Penatalaksanaan : letakkan ibu jari pada origo
splenius capitis di ligamentum nuchae lalu release
kearah insersio di occipital dengan tekhnik focus
stretch
 M. levator scapula
Persiapan pasien : posisikan pasien duduk, alihkan
perhatian pasien
Media : bantal
Penatalaksanaan : letakkan palmar pada origo m.
levator scapula di vertebrae C1-4 release kea rah
insersio di margo medialis spine scapula

56
 M. upper trapezius
Persiapan pasien : posisikan pasien duduk, alihkan
perhatian pasien
Media : bantal
Penatalaksanaan : letakkan tangan di origin m.
upper trapezius di dasar release kea rah insersio di
clavicula dengan tekhnik gross stretch
 M. erector spine
Persiapan pasien : posisikan pasien tengkurap atau
fleksi trunk alihkan perhatian pasien
Media : bantal
Penatalaksanaan : letakkan tangan di origo m.
erector spine di scrum release kea rah insersio
gunakan tekhnik gros stretch
 M. pectoralis major
Persiapan pasien : posisikan pasien terlentang
alaihkan perhatian pasien
Media : bantal
Penatalaksanaan : letakkan ibu jari di orirgo di
sepertiga medial clavicula release kea rah insersio
di scapula dengan tekhnik focus stretch

57
G. EVALUASI
Evaluasi GMFM
T0 T akhir

Dimensi Dimensi
A= 62,74% A= 62,74%
B=61,67% B=61,67%
C=50% C=50%
D=0% D=0%
E=0% E=0%
174,41% 174,41%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 5
= 34,82% 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 5
= 34,82%

Kesimpulan: belum ada perubahan pada GMFM awal dan akhir

 Evaluasi sensoris

No pemeriksaan nilai
T0 TA
1 Visual 1 1
2 Auditory 1 1
3 Taste 1 1
4 Smell 1 1
5 Touch 1 1
6 Taktil 1 1
7 Propioceptif 1 1
8 vestibular 1 1

Kesimpulan : belum ada perubahan pada anak serta responnya


masih fluktuaif

58
 Evaluasi spastisitas
regio gerakan T0 TA

dextra sinistra dextra sinistra

Fleksi 2 1 2 1

Ekstensi 2 1 2 1
shoulder
Abduksi 2 1 2 1

Adduksi 2 1 2 1

elbow Fleksi 1 1 1 1

Ekstensi 2 1 2 1

Palmar fleksi 2 1 1 1
wrist
Dorsal fleksi 2 1 1 1

Fleksi 2 1 3 1

Ekstensi 2 1 1 1
trunk
Side fleksi 2 1 1 1

Fleksi 3 2 2 1

Ekstensi 3 2 2 1
hip
Abduksi 3 2 2 1

Adduksi 3 2 2 1

Fleksi 1 1 1 1

59
knee Ekstensi 1 1 1 1

Plantar fleksi 5 3 5 3
ankle
Dorsi fleksi 5 3 5 3

Kesimpulan : sudah tampak perubahan

 Evaluasi reflex

Kategori Reflek T0 Ta
dextra sinistra dextra sinistra
Moro ± ±
Crossed extensor ± + ± +
Spinal Flexor withdrawl - -
Extensor withdrawl - - - -
Reflex walking - - - -
Graps reflex - - - -
Tonic labyrinthine ± ±
Brainsteam STNR - -
ATNR ± ±
Supporting reaction - -
Neck righting + +
Labyrinthine ± ±
Optical ± ±
Body on body ± + ± +
Mid brain Protecctive extension
Forward - + - +
Sideways - + - +
backward - - - -
landau - - - -
Prone + + + +
Cotical supine + + + +
All fours - - - -
standing - - - -

Kkesimpulan : belum ada perubahan pada reflek

60
 Evaluasi tidur
Tanggal Hasil

19.30-04.30
06 desember 2017 Terbangun 1 kali

07 desember 2017 19.00-04.30


Terbangun 1 kali

19.00-04.30
08 desember 2017 Terbangun 1 kali

18.00-05.00
09 desember 2017 Terbangun 2 kali

20.00-05.00
11 desember 2017 Tidak terbangun

19.00-05.00
12 desember 2017 Terbangun 1 kali

20.00-05.00
13 desember 2017 Terbangun 1 kali

61
H. HASIL TERAPI TERAKHIR :
Seorang pasien atas nama An. H berusia 8 tahun 11 bulan
dengan diagnosa CP hipotonus spastic hemiplegi dextra tipe extensi
dengan problem perilaku dan emosi setelah dilakukan tindakan
fisioterapi berupa NSMRDNS dan myofascial release di peroleh hasil
sebagai berikut:
- Penurunan spastisitas
- Emosi sedikit terkontrol
- Pola tidur mulai teratur

62
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

NSMRD&S dan myofacial release dapat mempengaruhi pola tidur dan


bisa mengontrol emosi dan perilaku pada anak dengan diagnosa CP Hipotonus
Spastik Hemiplegi Dextra tipe Extensi dengan problem perilaku dan emosi.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapat kekliruan maupun kesalahan baik dari segi penyusun maupun
penulisannya sehingga dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangu. Hal ini bertujuan untuk memberikan kami
motivasi dalam usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan agar pembuatan
makalah berikutnya jauh lebih baik.

63
DAFTAR PUSTAKA
http://lagizi.com/ritem-sirkadian-penentu-jam-biologis-tubuh/
http://journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-teknoin/article/viewFile/792/710
http://www.sleep.pitt.edu/includes/showFile.asp?fltype=doc&flID=1296
www.ilo.org
www.businessnews.co.id
http://askepdoumbojo.blogspot.com
CEREBRAL PALSY, DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA, Darto Saharso,
Kelompok studi neuro-developmental Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK Unair RSU
Dr. Soetomo Surabaya, 2006
http://eprints.uny.ac.id/9555/2/bab%202%20-%2005103241017.pdf
http://www.pintarbiologi.com/2016/03/cerebral-palsy-pengertian-klasifikasi-gejala-
penyebabnya.html

64

Anda mungkin juga menyukai