Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata autis berasal daribahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang
yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang
autism mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka.Jika
ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi
sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial
(pandanganmata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).

Pemakaian istilah autism infartil diperkenalkan pertama kali oleh Kanner, seorang
psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun
1940-an berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala
kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan
cara berkomunikasi yang aneh. Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat
kaya miskin, di desa di kota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok
etnis dan budaya di dunia.Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya
memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang
lebih dini dengan hasil yang lebih baik.

B. Tujuan Masalah

Tujuan umum:

Agar mahasiswa dapat mengetahui lebih dalam tentang autisme.

Tujuan khusus:

1. Mengetahui konsep teori Autisme


2. Mengetahui asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnose, dan intervensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI
1. ANATOMI OTAK
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris:
central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.

Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi
tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh
dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi.
ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi dengan
neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan
kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada celah yang
dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan
neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga seratus milyar neuron.

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung
jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu
terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya
dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak
mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.

2. Bagian Otak Manusia


a. Otak Besar

Otak besar adalah adalah bagian depan yang paling menonjol dari otak
depan. Otak besar terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap
belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, belahan kiri mengatur
tubuh bagian kanan dan sebaliknya. Jika otak belahan kiri mengalami gangguan
maka tubuh bagian kanan akan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan

b. Korteks otak besar

Korteks otak besar adalah merupakan lapisan tipis berwarna abu-abu yang
terdiri dari 15 - 33 milyar neuron yang masing-masing tersambung ke sekitar
10.000 sinapsis, satu milimeter kubik terdapat kurang lebih satu milyar sinapsis,
Terdapat enam lapisan korteks, neokorteks/isokorteks, arcikorteks, paleokorteks,
allokorteks yang berlipat-lipat sehingga permukaanya menjadi lebih luas dengan
ketebalan 2 hingga 4 mm. Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf
yang mengendalikan ingatan, perhatian, persepsi, pertimbangan, bahasa dan
kesadaran.

c. Ganglia dasar
Ganglia dasar merupakan lapisan yang berwarna putih. Lapisan dalam
banyak mengandung serabut saraf, yaitu Dendrit dan Neurit
Otak besar merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat
penting dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan
kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Secara
terperinci, aktivitas tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda. Di depan
celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai
hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah Anterior pada lobus frontalis
berhubungan dengan kemampuan berpikir. Di belakang (Posterior) sulkus entralis
merupakan daerah sensori.
d. Diensefalon
Diensafaon adalah bagian otak yang terdiri dari:
• mid-diencephalic territory
pretalamus / ventral talamus / subtalamus, terletak di bawah kelenjar hipotalamus.
Nuklei berupa zona incerta, thalamic reticular nucleus, dan fields of Forel.
Pretalamus terpola sinyal SHH (bahasa Inggris: sonic hedgehog homolog) dari
ZLI dan setelah itu membuat koneksi yang berbeda-beda ke striatum (caudate
nucleus dan putamen) dalam otak depan, ke talamus (gugus medial dan lateral
nucleus) dalam otak kecil, dan ke red nucleus dan substantia nigra dalam otak
tengah. Pretalamus ditengarai mempunyai andil dalam pengendalian pola
konsumsi termasuk defecation dan copulation.
zona limitan intratalamika yang berfungsi sebagai pusat sinyal layaknya
cerebrum dan sebagai pembatas antara talamus dan pretalamus. talamus / dorsal
talamus yang berfungsi antara lain menghubungkan komunikasi antar belahan
otak besar.
• hipotalamus, merupakan pusat pengendalian waktu biologis, suhu tubuh dan
sekresi hormon dan fungsi biologis lain. Hipotalamus terletak di dasar otak depan.
• epitalamus
• pretektum
e. Otak tengah
Otak tengah adalah bagian otak yang mempunyai struktur:
• tektum, terdiri dari 2 pasang colliculi yang disebut corpora quadrigemina:
inferior colliculi, terlibat pada proses pendengaran. Sinyal yang diterima dari
berbagai nukleus batang otak diproyeksikan menuju bagian dari talamus yang
disebut medial geniculate nucleus untuk diteruskan menuju korteks pendengaran
primer (bahasa Inggris: primary auditory cortex).superior colliculi, berperan
sebagai awal proses visual dan pengendalian gerakan mata
• cerebral peduncle
tegmentum adalah jaringan multi-sinapsis yang terlibat pada sistem homeostasis
dan lintasan refleks.
- crus cerebri
- substantia nigra
f. Otak belakang
Otak belakang terbagi :
• Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan
otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak besar.
• Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan
jembatan pons dengan sumsum tulang belakang. Sekelompok neuron pada
formasi retikular di dalam sumsum lanjutan berfungsi mengontrol sistem
pernafasan, dan syaraf kranial yang berfungsi mengatur laju denyut jantung juga
berada pada sumsum ini. Selain itu juga berperan sebagai pusat pengatur refleks
fisiologi, tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau penyempitan pembuluh
darah, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya
ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin, dan berkedip.
g. Otak Kecil
Otak kecil merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini
terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan
permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau
posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya
orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
3. FUNGSI MASING-MASING OTAK
Penemuan penting di dalam sejarah otak adalah kesadaran kita bahwa berbagai
bagian otak mengendalikan fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian otak adalah:
1. Batang Otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan dasar misalnya
pernapasan dan laju denyut jantung. Mengontrol tingkat kesiagaan. Menyiagakan
anda terhadap informasi sensorik yang masuk. Mengendalikan suhu.Mengendalikan
proses pencernaan. Menyampaikan informasi dari serebelum.
2. Serebelum atau otak kecil atau otak belakang, mengendalikan gerakan tubuh
dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari,
mengatur kegiatan mental dan berlaku sebagai pusat untuk kegiatan-kegiatan yang
disadari.
3. Ganglia dasar Fungsinya adalah:
• Kontrol Kecerdasan
• Koordinasi Gerakan
• Gerakan Voluntary
4. Diensefalon berfungsi menghubungkan otak tengah dengan otak kiri dan otak
kanan
5. Thalamus berfungsi untuk menyalurkan dan mengolah informasi sensoris yang
berasal dari panca indra kecuali indra penciuman menuju serebrum. Thalamus
memilah milah rangsangan yang masuk dan menyalurkan pada otak yang terkait.
6. Hipotalamus berfungsi sebagai pusat tertinggi dari susunan syaraf otonom.
Hipotalamus mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan tubuh, masa tidur jaga, dan
memberikan respot terhadap emosi. Ia juga mengendalikan nafsu makan, rasa haus
dan hasrat seksual.
7. Sistem Limbik atau otak tengah (meneruskan informasi yang diterima kedalam
memori), yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia
Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka
pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh
dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau
perlindungan diri. Menurut ilmuwan Robert Ornstein "suatu cara untuk mengingat
fungsi sistem limbik adalah empat F, yang penting untuk kelangsungan hidup :
Feeding (memberi makan), Fighting (berkelahi), Fleeing (melarikan diri), dan
reproduksi sosial Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap
sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil
(besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya hanya empat gram, hipotalamus
mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan
kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar
pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu
mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar. Selain itu system
limbic memberikan kontribusi yang mendasar untuk mengingat dan proses belajar.
8. Serebum atau korteks serebral (fungsi; mengendalikan gerakan yang disadari),
membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebum adalah karya
besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk
ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan kreativitas. Fungsi : pengaturan,
ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas, pembuatan keputusan, mind mapping,
bicara, musik. Serebum dibungkus oleh suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel
saraf setebal seperdelapan inci yang amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai
korteks serebral. Sifat kortekslah yang merumuskan kita sebagai manusia.Area
terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak adalah serebrum
atau yang sering disebut 'otak kiri dan kanan.Serebum membagi tugas ke dalam dua
kategori utama yaitu tugas otak kanan dan otak kiri.tugas otak kanan antara lain
irama, kesadaran ruang, imajinasi, melamun, warna, dimensi dan tugas tugas yang
membutuhkan kesadaran holistik atau gambaran keseluruhan. Tugas otak kiri antara
lain kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis.

B. KONSEP TEORI AUTISME


a. Definisi

Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai


dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Kata autisma berasal dari bahasa Yunani “auto”
berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam
dunianya sendiri”. Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan suara, penglihatan
ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak
sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari
atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang,
bermain dengan anak lain dan sebagainya. (Mardiyono, 2010)

Autisme pada anak adalah gangguan perkembangan pervasive yang ditandai


oleh adanya abnormalitas dan atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia
3 tahun, dan anak mempunyai fungsi abnormal dalam 3 bidang yaitu interaksi social,
komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang. ( WHO, 1992)

b. Etiologi

Penyebab pasti autism belum diketahui, tetapi diketahui bahwa penyebabnya


sangat kompleks dan multifactorial dan terutama dipengaruhi oleh factor genetik.
Dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa berbagai factor secara sendiri atau
bersama-sama menganggu susunan saraf pusat melalui mekanisme tertentu, yang
akhirnya menghasilkan suatu syndrome gangguan perilaku yang disebut sebagai
autism. Berbagai teori yang diperkirakan menjadi penyeba bterjadinya autism adalah
sebagai berikut :

1) Factor Psikososial

Dulu diperkirakan penyebab autism adalah factor psikogenik, yaitu


pengasuhan yang kaku dan obsesif dalam suasana emosional yang dingin.
Pendapat lain adalah sikap ibu yang kurang memperhatikanan atau yang tidak
menghendaki/menolak kehadiran anak tersebut, sehingga mengakibatkan
penarikan diri dari anak tersebut. Sebagai akibat teori ini banyak ibu merasa
bersalah dan stress. Padahal dia juga sudah banyak ebbanv dengan merawat
anaknya yang autism. Namun, sekarang teori tersebut disanggah, karena tidak
dapat perbedaan situasi keluarga antara anak yang autism dengan yang normal.

2) Faktor prenatal, perinatal, dan pascanatal

Komplikasi prenatal, perinatal, dan pascanatal, sering ditemukan pada


anak yang menderita autism, seperti perdarahan setelah kehamilan trimester
pertama serta mekoneum pada cairan amnion sebagai tandaa danya fetal distress
dan preklamsia. Komplikasi lainya antara lain adalah penggunan obat-obatan
tertentu pada ibu, infeksi rubella pada ibu, inkompatibilitasrheus, fenilketonuria
yang tidak diobati asfiksia atau gangguan pernafasan lainnya, anemia pada janin,
dan kejang pada neonatus, semua komplikasi itu menyebabkan gangguan fungsi
otak yang diduga sebagai penyebab autism.

3) Teori imunologi

Ditemukan antibody ibu terhadap antigen tertentu yang menyebabkan


penyumbatan sementara aliran darah otak janin. Selain itu antigen juga ditemukan
pada sel otak janin. Sehingga antibody ibu dapat merusak jaringan otak janin
keadaan tersebut memperkuat teori peranan imunologi pada terjadinya autism
penyakit auto imun seperti diabetes tipe 1 artritis rheumatoid dan lupus
aritematosus sistemik banyak ditemukan pada keluarga yang anaknya menderita
austisme dikatakan bahwa autism ditemukan 8,8 kali banyak pada menderita pada
ibunya.

4) Teori infeksi

Peningkatan austisme terjadi pada anak-anak yang lahir dengan rubella


kongenital, ensefalitis herpes simplek dan infeksi sitomegaloforis sebagai akibat
dari kerusakan otak. Pernah dilaporkan bahwa overgorth jamur albians juga
menyebar kesuluruh tubuh termasuk organ anak sehingga mengganggu fungsi
otak. C,albinass juga mengeluarkan enzim fosfolipid dan protease yang
mengakibatkan permebialitas usus meningkat, sehingga mudah dilalui protein
yang belum sempurna dipecah gluten dan kasein.

5) Faktor genetik

Terdapat bukti yang kuatbahwa factor genetik berperan pada autism


dikatakan pula bahwa autism adalah salah satu dari kemungkinan yang timbul
pada anak yang secara genetik pada keluarga terdapat masalah belajar dan
komunikasi.

Komponen genetik autism cenderung heterogen melibtakan sekitar 100


gen kelainan autism ditemukan hampir pada semua mitokondria dan semua
kromosom, kecuali kromosom 14 dan 20.

6) Faktor neuroanatomi

Telah ditemukan adanya kerusakan yang kahas dalam sistem limbik yaitu
bagian otak yang disebut hipokampus dan amigdala. Amigdala mengendalikan
fungsi emosi dan agresi anak autism pada umunya tidak bisa mengendlikan
emosinya, mereka sering kali ageresif terhadap orang lain atau pada diri sendiri
atau meraka sangat pasif seolah-olah tidak memiliki emosi. Amigdala juga peka
terhadap rangsang sensori seperti suara penglihatan penciuman dan emosi yang
berhubungan dengan rasa takut.
Hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat,
kerusakan pada hipokampus menyebabkan kesulitan menyerap dan mengingat
informasi baru dan juga menimbulkan streotipik, stimulasi diri, serta
hiperaktivitas keseimbangan antara neutransmiter serotonin dan dopamine sangat
diperlukan untuk penyaluran implus dari neuron satu kelainannya.

7) Faktor neurokimiawi/neurotransmiter

Faktor ini mengacu pada ditemukanya kadar serotonin pada sepertiga anak
autism, sejak itu peranan neurotransmitter pada autism mendapat banyak
perhatian. Diduga gangguan fungsi neurotransmitter inilah yang mendasari
terjadinya gangguan fungsi perilaku dan kognitif pada autism. Neurotransmitter
yang diduga menimbulkan gangguan autism adalah :

a) Serotonin
Hiperserotoninnemia didapatkan pada sepertiga anak autism, separuh anak
austime dengan retardasi mental, serta pada keluarga anak autism.
b) Dopamin
Adanya hiperdopaminergik pada susunan saraf pusat diduga sebagai penyebab
hiperaktivitas dan stereoript pada austime. Walaupun tidak terdapat perbedaan
antara kadar asam homovalinik cairan serebrospinal dan perifer terbukti
bahwa penghambatan reseptor dopamine dapat mengurangi gejala
hiperaktivitas dan stereotipi pada beberapa kasus autism.
c) Opiat endogen
Dikatakan bahwa penderita autisme memproduksi ensefalin dan beta-endorfin
dalam jumlah banyak.ditemukan persamaan tingkat laku antara anak autism
dengan anak dengan ketergantungan opiat, yaitu terdapat gangguan interaksi
sosial dan kurang sensitive terhadap rasa sakit.

 Cara Mengetahui Autisme Pada Anak

Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:


a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat
bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.

 Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:


a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan
sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata.
Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan
untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai
kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak
untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek
menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat
terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau
berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang
lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada
suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga
berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.

c. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :

1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-
lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit
estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati
dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan
bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas
intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa,
analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu
untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas
terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya
respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya
sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada
umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.

 Gejala Klinis
1) Pada masa bayi

Gejala utama yang khas adalah selalu membelakangi/tidak berani menatap


mata pengasuhnya untuk menghindari kontak fisik/kontak mata. Agar tidak
diangkat, bayi memperlihatkan sikap yang diam atau asyik bermain sendiri
berjam – jam di ranjangnya tanpa menangis atau membutuhkan pengasuhnya,
sehingga pada awalnya orangtua mengira sebagai bayi yang manis dan mudah
diatur. Sebaliknya, sebagian bayi lainnya sering tampak agresif. Pada bayi yang
agresif ini, bayi sering menangis berjam –jam tanpa sebab yang jelas pada waktu
mereka sedang terjaga.

Gejala lainnya adalah bayi menolak untuk dipeluk/disayang, tidak


menyambut ajakan ketika kedua tangannya diangkat, kurang bisa meniru
pembicaraan atau gerakan badan, gagal menunjukkan suatu objek kepada orang
lain, dan kurang responsive terhadap isyarat sosial seperti kontak mata atau
senyuman. Bergumam yang biasanya muncul sebelum anak dapat mengucapkan
kata – kata mungkin tidak Nampak pada anak autisme.

2) Pada masa anak ( Regressive autism )


Selama masa anak ini, perkembangan anak autisme dibawah rata – rata anak
sebayanya dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, kognitif, dan gangguan
perilaku mulai tampak.
a. Gangguan perilaku
Gangguan perilaku tersebuut antara lain adalah stimulasi diri ( gerakan
aneh yang diulang – ulang atau perilaku yang tanpa tujuan, seperti
menggoyang – goyangkan tubuhnya kedepan dan belakang, tepuk – tepuk
tangan, dll ), mencederai diri sendiri (menggit – gigit tangannya, melukai diri,
membentur – benturkan kepalanya), timbul masalah tidur dan makan, tidak
sensitive terhadap nyeri, hiper/hipoaktivitas, gangguan pemusatan perhatian,.
Terutama pada masa anak dini, kadang – kadang terdapat kelekatan yang aneh
terhadap benda yang tidak lembut.
Karakteristik lainnya opada anak autism adalagh insistence on samenessatau
perilaku perseverative, yaitu sikap yang sangat rutin (ada perubahan sedikit
saja, anak akan marah dan tantrum). Dan anak juga dapat memaksakan suatu
kegiatan yang rutin.

b. Interaksi sosial
Tidak ada reaksi bila anak dipanggil sehingga orangtua mengira anaknya
tuli. Anak senang menyendiri, tidak tertarik bergaul/bermain dengan anak
lain, tidak mampu memahami aturan – aturan yang berlaku, dan menghindari
kontak mata. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa memahami ekspresi
wajah atau mengekspresikan perasaannya baik secara vocal maupun dengan
ekspresi wajah yang baik. Dengan demikian, ia tidak mempunyai empati
terhadap orang lain yang sangat dibutuhkan dalam interaksi sosial.

c. Gangguan komunikasi
Pada anak autism perkembangan kemampuan berbahasa sangat lambat
atau tidak ada sama sekali. Kata – kata yang dikeluarkan tidak dapat
dimengerti ( bahasa planet ), meniru tanpa mengetahui artinya(ekolali), dan
nada suaranya monoton seperti suara robot. Anak tidak dapat menyampaikan
keinginannya dengan kata – kata atau dengan bahasa isyarat. Bila bertanya
mereka sering menggunakan kata ganti orang yang terbalik, misalnya
menyebut dirinya “kamu” dan menyebut orang lain “saya”.
Komunikasi nonverbal lewat ekspresi wajah dan gerakan tubuh seringkali
tidak ditemukan pada anak autism. Anak autism sulit menggunakan bahasa
tubuh untuk berkomunikasi, seperti menggelengkan kepala, melambaikan
tangan, mengangkat alis. Biasanya tidak menunjuk atau memakai gerakan
tubuh untuk menyampaikan maksudnya, tetapi mengambil tangan orang lain
untuk menunjukkan objek yang dituju.

d. Gangguan kognitif
Gangguan kognitif pada anak autism tidak terjadi pada semua sektor
perkembangan biasa, misalnya dalam bidang musik, matematik, kemampuan
visuo – spatial, disamping kekurangannya yang berat di bidang lain. Anak ini
disebut sebgai autisme savant (dulu disebut idiot savant).

e. Respons abnormal terhadap perangsangan indera


Pada anak autism, mungkin terjadi respon yang hipo/hipersensititif
terhadap perangsangan penglihatan, pendengaran, perabaan/sentuhan,
penciuman, dan pengecapan.

f. Gangguan emosi
Beberapa anak menunjukkan perubahan perasaan yang tiba – tiba
(mungkin tertawa atau menangis) tanpa alasan yang jelas. Kadang – kadang
timbul rasa takut yang sangat terhadap objek yang sebenarnya tidak
menakutkan atau terdapat keterikatan pada benda – benda tertentu, atau ada
cemas/depresi berat terhadap perpisahan.
Anak juga menunjukkan respon yang kurang terhadap emosi orang lain
dan tidak bisa menunjukkan empati, sehingga tidak terdapat respons timbale
balik sosio – emosional.

3) Pada masa pubertas


Manisfestasi autism berubah sejalan dengan tumbuh kembang anak, tetapi
deficit tetap berlanjut sampai/melewati usia dewasa dengan pola yang sama dalam
hal sosialisasi, komunikasi, dan pola minat. Kadang – kadang anak autism
mengalami kesulitan pada masa transisi ke pubertas. Sekitar sepertiga
mendapatkan kejang untuk pertama kalinya pada masa pubertas, yang mungkin
disebabkan oleh adanya pengaruh hormonal. Di samping itu, banyak masalah
perilaku yang menjadi lebih sering dan lebih berat pada masa ini. Namun,
sebagian anak autism yang ringan dapat melewati masa pubertas dengan relative
mudah.
Anak – anak autis dapat tinggal bersama keluarga. Kecuali, pada kasus
yang berat; bahkan banyak orang dewasa autism mempunyai IQ yang normal dan
dapat menamarkan pendidikan tinggi dan berkerluarga. Pada lingkungan kerja,
orang dewasa austime dapat menjadi pekerja tetapi harus dengan bimbingan.
Namun, pada kenyataannya, orang dewasa autism sulit mendapatkan pekerjaan
karena mereka tampak berbeda dan sering mengalami kesulitan pada waktu
wawancara.

 Ciri yang khas pada anak yang austik :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang
lain).

 Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak
imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

 Ciri yang khas pada anak yang austik :


a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang
lain).

 Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak
imajinatif.
d. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

d. Klasifikasi

Autisme dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Autisme persepsi

Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal karena
kelainan sudah timbul sebelum lahir.

2. Autisme reaktif

Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu berulang-


ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang

3. Autisme yang timbul kemudian

Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan
pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah
melekat,ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.

Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :

a. Menyendiri
 Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
 bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah
meskipun usianya bertambah lanjut.
 menghabiskan harinya berjam-jam sendiri, dan kalau berbuat sesuatu,
melakukannya berulang-ulang
 Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari

b. Kelompok anak autisme yang pasif


 Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain dengan
kelompok.
 Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak
terlambat biasa berbicarannya.
 Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada kata yang kurang
tepat
 Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
 Kelompok ini bisa diajari dan dilatih

c. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri


 Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling banyak dan
cepat bisa berbicaramasih bisa ikut berbagi rasa dengan teman
 Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip kata yang aneh
dan kurang dimengerti
 Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.

e. Patofisiologi

Genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi selain itu juga faktor
lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan merusak struktur tubuh.
Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan autisme.karena kita ketahui
bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang
dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila
tidak segera diatasi bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang
akan mengakibatkan perubahan perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena
infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan,
kasein dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun
setelah lahir.Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus
parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini
menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir, mengingat dan belajar
berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme kurang berespon
terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan
informasi baru.

f. Deteksi Dini Dengan Skrining

Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan klarifikasi yang disebut


sebagai Zero to three’s Diagnostic Classification of Mental Health and Development
Disorders of Infacy and early Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa proses
diagnosis adalah proses berkelanjutan dan terus menerus, sehingga dokter yang
merawat dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda, gejala dan diagnosis pada
anak. Menurut Judarwanto W (2010), beberapa deteksi dini dengan menggunakan
skrening antara lain :

1. MSDD (Multisystem Developmental Disorders)

MSDD (Multisystem Developmental Disorders) adalah diagnosis


gangguan perkembangan dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan MSDD tidak menetap seperti
gangguan pada Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat mungkin untuk terjadi
perubahan dan perbaikkan. Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris
multipel dan interaksi sensori motor. Gejala MSDD meliputi : gangguan dalam
berhubungan sosial dan emosional dengan orang tua atau pengasuh, gangguan
dalam mempertahankan dan mengembangkan komunikai, gangguan dalam proses
auditory dan gangguan dalam proses berbagai sensori lain atau koordinasi
motorik.
2. Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II

PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh
Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory,
Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di berbagai
pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian menunjukkan hasil
yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening Autis.

3. Deteksi Dini Dengan Chat (Cheklist in Toddler)

Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada


penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT (Checklist
Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk
penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention. Menurut American of
Pediatrics, Committee on Children With Disabilities. Technical Report : The
Pediatrician’s Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder
inChildren.

Menurut Levine (2008), mengatakan gejala gangguan spektrum autisme


mencakup gangguan dalam interaksi sosial dan komunikasi, tetapi juga dicirikan
oleh perilaku yang tidak biasa seperti gerakan berulang, mengepakkan tangan dan
kurangnya kontak mata. Sebelumnya diagnosis dan intervensi terkait dengan hasil
jangka panjang lebih baik, ” katanya seperti dikutip dari Momlogic. Levine juga
mencatat bahwa jika orangtua curiga anak mereka mungkin terkena autisme, tes
Rapid ABC hanyalah tes cepat. Kemudian harus dilanjutkan dengan uji diagnostik
untuk evaluasi emosional dan fisik secara menyeluruh.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak autism harus melibatkan berbagai ahli seperti dokter


anak, psikiater, ahli rehabilitasi medis, psikolog, ahli terapi wicara, dan pendidik,
peran aktif orang tua dan dukungan dari lingkungan sangat diperlukan.

Tujuan utama penatalaksanaan anak autism adalah :


1. Memaksimalkan kualitas hidup, kemandirian dan tanggung jawab
2. Meminimalkan gejala-gejala utisme, mengurangi masalah komunikasi, enteraksi
social, perilaku mal adaptif dan streotipi
3. Memfasilitasi perkembagan anak dan belajar
4. Memberi dukungan dan mentoring kepada keluarga untuk intervensi tambahan
dirumah

Perlu tiga pendekatan utama yang dapat memperlukan waktu bertahun-tahun, yaitu
terapi psikodinamik, terapi medis atau biologis, dan terapi perilaku :

1. Terapi psikodinamik

Dilakukan ketika autism diduga sebagai kelainan emosi akibat dari pola asuh
yang salah

2. Terapi medis atau biologis termasuk obat-obatan dan vitamin

Obat obatan diberikan pada anak autism dalam kondisi tertentu, misalnya autism
yang disertai hiperaktifitas, agresifitas, dan yang menciderai diri sendiri
contohnya : autism yang disertai hiperaktifitas dapat diberikan klonidin,
guanvacine, imipramine, yang disertai agresif dapat diberi haloperidol, sedangkan
yang menciderai dirisendiri dapat diberikan naltrexone, atau trayodon

Sementara itu prinsip terapi biomedis adalah memberikan elemen-elemen yang


mengoptimalkan system dan pengeluaran semua elemen yang menggangu terapi
biomedis antara lain dengan pemberian hormone sekretin, anti jamur,
megavitamin, yang mengandung vitamin larut air.

3. Terapi perilaku

Mengikuti prinsip belajar yang terdiri dari operan learning, kognitif, dan social
learning yaitu bagaimana mengajarkan perilaku yang layak dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dan mengurangi hal-hal yang tidak berkenan pada anak
autism, serta memberikan pendidikan khusus yang difokuskan kepada
keterampilan berkaitan dengan perkembangan akademik dan sekolah
Beberapa jenis terapi dijelaskan dibawah ini:

a. ABA (Applied behavior analisis)

Terapi ini merupakan intervensi pendidikan untuk mengubah perilaku anak secara
sistematis dan digunakan untuk perbaikan perilaku.

b. TEACCH ( Treatment and Education Of Autistic and Related Comunication


Hndicapped Chldren)

Dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak autism dan memodivikasi


lingkungan sesuai dengan kelainan pada anak terapi ini juga disebut sebagai
pendidikan yang terstruktur

c. Develop Mental, Individual, Differensi, relationship Bahaset (DIR)

Terapi ini membantu profosional guru, orang tua untuk membuat penilain yang
komprehensif dan memilih intervensi yang sesuai dengan potensi dan kelainan setiap
anak.

Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan social emosional dan itelktual anak.


Focus terapi ini adalah hubungan interpersonal yaitu :

 Teknik flortime dan strategi lain yang meningkatkan hubungan emsi dan interaksi
social
 Terapi lain untuk meningkatkan kemampuan proses biologi seperti
mendenganrkan, bicara, motoric, sensorik, dan visual spatial

d. Terapi wicara

Komunikasi alternative seperti bahasa tubuh, tanda-tanda, dan gambar lebih efektif
untuk anak atisme dalam pembelajaran bahasa nonverbal.

e. Social skill Instraktion


Tujuan terapi ini adalah memberikan respon terhadap perilaku social dari anak lain
diharapkan anak akan mulai mempunyai perilaku social dan perilaku repitisi menjadi
minimal.

f. Terapi okupasi dan sensori integrasi


 Terapi okupasi , digunkan untuk meningkatkan regulasi diri, sepeti memakai baju,
menggunakan sendok, menulis.
 Terapi sensori integrasi, dilakukan berdiri sendiri atau menjadi bagian dari terapi
okupasi

Tujuan : memperbaiki kelainan diotak dan integrasi informasi sensori untuk


membantu anak menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan, membuat anak menjadi
lebih tenang, memperbaiki perilaku, dan membantu perubahan aktivitas.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME

A. PENGKAJIAN
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada kelurga
b. Riwayat keluarga yang terkena autis
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal
 Cedera otak
d. Status perkembangan anak
 Anak kurang merespon orang lain
 Anak sulit fokus pada objek
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbala
 Keterbatasan kognitif
e. Pemeriksaan fisik
 Tidak ada kontak mata pada anak.
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
 Terdapat Ekolalia.
 Tidak ada ekspresi non verbal.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mutilasi diri berhubungan dengan Autisme.
2. Hambatan interaksi sosialberhubungan dengan Gangguan konsep diri.
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan memahami komunikasi,
ketidaktepatan verbalisasi.

Anda mungkin juga menyukai