Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI OTAK

Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan
eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan
lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan system saraf
keseluruhan. System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf mengubah rangsangan
dalam bentuk implus listrik. Kemudian implus listrik dikirim ke pusat system saraf,
yang berada di otak dan urat saraf tulang belakang. Disinilah data diproses dan
direspon dengan rangsangan yang ‘’cocok’’. Biasanya dalam tahap ini timbul saraf
efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot sehingga otot berkontraksi
atau rileks.
Di dalam jaringan system saraf pusat terdapat hirarki control. Banyak rangsangan
sederhana berhubungan dengan tindakan refleks/aksi spontan (misalnya, dengan cepat
kita mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas). Otak tidak terlibat langsung
dalam proses ‘’identifikasi’’ mengenai tindakan refleks. Tapi, tindakan refleks tersebut
diproses di saraf tulang belakang. Meskipun otak tidak terlibat langsung dalam proses
yang berhubungan dengan aksi spontan, tetap saja kita akan mencerna data/rangsangan
yang dipersepsi alat indera.
Contohnya kita tidak serta-merta menumpahkan sepiring penuh makanan tanpa
alasan kecuali piring itu memang panas sehingga kita refleks menumpahkannya. Atau
bisa juga hal itu disebabkan oleh stress yang kita alami. Fenomena semacam ini adalah
fungsi yang rumit yang terjadi di otak. Bernafas, keseimbangan, menelan, dan
mencerna terjadi, karena fungsi ‘’otomatis’’ otak. Dan kita tidak menyadari bahwa
proses tubuh tersebut membutuhkan control yang ‘’lembut’’ dan teknik mengatur yang
baik. Otak ‘’purba’’ mengontrolnya secara relatif. Misalnya, kita akan menoleh jika
seseorang memanggil nama kita di jalan. Aksi tersebut dikontrol oleh bagian otak yang
‘’lebih baru’’. Otak dan urat saraf tulang belakang dilindungi oleh tulang (tengkorak
dan tulang belakang secara berurutan) dan dikelilingi oleh cairan otak, yang berfungsi
sebagai alat penahan goncangan.
1. Bagian-Bagian Otak
Otak nampak seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata 1,2 kg
pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian
umum, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Anehnya nama
bagian-bagian tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak (contohnya otak depan
tidak berada di bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut didasarkan pada
posisi saat manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian otak
tersebut berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.
Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri d
ari empat bagian fungsional, yaitu medulla oblongata, pons, bentuk reticular
(reticular formation), dan cerebellum.
 Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
 Pons merupakan ‘’stasiun pemancar’’ yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita
terjaga atau tertidur.
 Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan
perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‘’mengaktifkan’’
bagian lain dalam otak.
 Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang
dinamakan cerebellum dengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak
kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak besar (otak secara
keseluruhan). Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak. Tapi,
sebenarnya fungsi tersebut perlu ‘’dipelajari’’ dan dilatih, seperti keseimbangan
dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa
dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Itulah salah
satu kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan
kita.

Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah
lanjutan dari formasi reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti
gerak mata). Otak tengah tampaknya lebih ‘’penting’’ fungsinya pada hewan
mamalia daripada manusia, karena pada manusia yang lebih dominan digunakan
adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar pada otak. Bagiannya yang
paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih 10 miliar saraf dan
terletak pada lapisan luar otak. Otak tengah juga merupakan ‘’puncak’’ fungsional
otak yang respon terhadap fungsi yang ‘’lebih rumit’’, tindakan sengaja, dan
kesadaran.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah thalamus,
hypothalamus, dan system limbic.
 Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai ‘’tempat
penerimaan’’ untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk
mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
 Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan
mengatur kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak tengah,
dan otak belakang (tidak termasuk cerebellum) bersama-sama membentuk apa
yang disebut ‘’tangkai/batang’’ otak (the brain stem). Batang otak berfungsi
untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar. Jika batang otak
tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut psikiater
akan menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak.
 Di antara pusat otak dan korteks terletak system limbic (limbic berasal dari
bahasa Latin yang berarti batas). Anatomi system limbic ini hampir seperti
hypothalamus. System limbic memungkinkan kita mengontrol insting/naluri
kita. Misalnya, kita tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja
menginjak kaki kita. System limbic terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
amygdala dan septum yang berfungsi mengontrol kemarahan, agresi, dan
ketakutan, serta hippocampus yang penting dalam merekam memori baru.
 Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5
mm, tapi luas bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen bagian
otak. Lipatan korteks yang erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat
otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks memproses data. Warna korteks
kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan ‘’benda/zat kelabu’’
–the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan satu sama lain (dengan
bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan bagian-bagian
terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup penyekat
berlemak yang disebut myelin. Myelin membuat jaringan tersebut berwarna
putih (disebut juga ‘’benda/zat putih’’)Korteks mempunyai sejumlah struktur
dan bagian-bagian fungsional. Yang paling nyata dari pembagian ini adalah
belahan kiri dan kanannya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kedua belahan otak dihubungkan oleh
sebuah ‘’bundel serat tebal’’ yang disebut corpus callosum. Corpus callosum
membantu menyatukan aktivitas otak (memberitahu otak kiri tentang apa yang
dilakukan otak kanan, juga sebaliknya). Pembagian penting lainnya dalam
korteks adalah empat buah lobus atau cuping, yaitu temporal, frontal,
occipital, dan parietal.
Bagian-bagian tersebut dinamai berdasarkan letaknya setelah tulang
tengkorak. Sejak lama muncul berbagai pendapat tentang fungsi tersebut dalam
otak. Lobus frontal berhubungan dengan konsentrasi, lobus temporal
berhubungan dengan bahasa dan ingatan, lobus parietal berhubungan dengan
sensor data dan lobus occipital berhubungan dengan pengelihatan dan persepsi.
Jadi, proses kesadaran pikiran bergantung pada interaksi kompleks di bagian-
bagian otak.

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.
Sylvia, 1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada
jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila
sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal,
dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).

B. Anatomi Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus
menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim
hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai
jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
1. Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang
dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka
dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan
gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar
mengendalikannya.

2. Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga
organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru,
jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti
makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan
susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf
simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para
simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum(Otak besar) terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus
yaitu:
 Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri.
 Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi,
berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian
tubuhnya.
 Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran
dan ingatan jangka pendek.
 Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20%
pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak
merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan
terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang
mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah
selama 3 – 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural
secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-
organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang
masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam
ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang
paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu
organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
a. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari
medulla oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1) Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan
medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan
berfungsi untuk pergerakan otot rangka.
Di medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang
disebut jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian
kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya.
Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di
medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti
pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
2) Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang
menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3) Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla
oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis,
suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bantun,
mengontrol refleks menelan dan muntah.
b. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian
belakang batang otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga
keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn
posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan
tanda serta posisi-posisi sendi.
c. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua
belahan yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper
dipisahkan oleh pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut
saraf yang melebar (korpus kolosum).
d. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1) . Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari
seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang
lebih tinggi.
Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf
penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2) Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga
mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh,
karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3) Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus

dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang

ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis

tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.

4) Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi
dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
a. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat
kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula,
sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan
bercabang menjadi tiga :
1. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3.Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang
disebut arteri komunikan posterior.
b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak
dapat diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian
samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua
otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada
permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.
C. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala

D. Klasifikasi Tumor Otak


Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
- Acoustic neuroma
- Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia
tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor
ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap
isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
- Pituitary adenoma
- Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
- Astrocytoma (grade 2,3,4)
- Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi
bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada
manusia yang paling bersifat kemosensitif.
- Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi
dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi
pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah
usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
 Glioma :
- Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer
otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
- Astroscytoma
- Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri
dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung
mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa
muda.
 Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater
yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari
membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%,
terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa
hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut
sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%),
Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-
Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor
atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio
frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis
kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif.
 Tumor Infratentorial
 Schwanoma akustikus
 Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak
dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering
berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih
kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
 Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel
mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan durah
 Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling
sering dijumpai dalam serebelum.

E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Kepala  
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala
ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian
frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. 
b.  Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan
berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus
frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma
c.  Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di
lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
d.  Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
e. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor
tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi
dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah
kecurigaan adanya massa intracranial.
f. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.

F. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal
disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus
atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.
Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.

G. Komplikasi
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik)
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singul
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain

H. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan dan MRI
      Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak
yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
b. Foto polos dada
      Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
      Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik 
      Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral
      Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG)
       Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
I. Penatalaksanaan
Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu :
a. Surgery
TerapiPre-Surgery :
Steroid : Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
Anticonvulsant Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
Shunt : Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan
pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara
mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh
efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan
pula jaringan hipoksik akan terikutserta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang
optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi
lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali
menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sebagian besar tumor otak bersifat
radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas
pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor.
Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat
disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis
yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik
pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi. Glioma dapat diterapi
dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi
dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana
beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel
tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan
ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat
telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah
tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
 Riwayat keluarga denga tumor
 Terpapar radiasi berlebih.
 Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
 Kecanduan Alkohol, perokok berat
 Terjadi perasaan abnormal
 Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolic
 Riwayat epilepsy
 Nafsu makan hilang
 Adanya mual, muntah selama fase akut
 Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
 Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
 Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
 Bising usus negative
d. Pola aktifitas dan latihan
 Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
 Resiko trauma karena epilepsy
 Hamiparase, ataksia
 Gangguan penglihatan
 Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
 Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
 Pusing
 Sakit kepala
 Kelemahan
 Tinitus
 Afasia motorik
 Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
 Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
 Penurunan memori, pemecahan masalah
 kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
 Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
 Tidak mampu merekam gambar
 Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
 Perasaan tidak berdaya dan putus asa
 Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesame
 Masalah bicara
 Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/
bicarapelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
 Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
 Mekanisme koping yang biasa digunakan
 Perasaan tidak berdaya, putus asa
 Respon emosional klien terhadap status saat ini
 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
 Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
 Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
2. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada
otak/mendesak otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan

Post-Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan
tentang sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.

3. Rencana Keperawatan
Pre-Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2.Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan


kelemahan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya
kembali aktifitas.
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R / : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R/ Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.

3. Bantu untuk melakukan rentang gerak


R / : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R / : Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi


serebral.
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di
ekspresikan
Kriteria Hasil :
o Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
o Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
o Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Rencana Tindakan :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mangalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan
kesulitan pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar
dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada
informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.

5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan


dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan penyakit
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.
Rencana Keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan
penanganannya.
R / : Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R / : Menambah pengetahuan pasien.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat
penyakit.
R / : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medic
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan
penyakit dan pengobatan

Post Operasi
1 : Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang
Rencana Keperawatan :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6 jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien

2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R / : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R / : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di
rumah.
R / : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R / : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan


ketidaktahuan tentang sumber informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Sasaran :
- Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan
- Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga
dapat memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru
R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus
penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada
4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan
4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.
Rencana Tindakan
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R/:Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara
penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R / : Membuat pasien yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R/:Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R / : Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R/:Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman
ekstrem/ketidaknyamanan fisik menetap.
DAFTAR PUSTAKA

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia
Press.
Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta :
Media Aesculappius.
Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran : UI.
Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Kedokteran (EGC)
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai