Anda di halaman 1dari 27

TUMOR OTAK

A. DEFENISI

Tumor ialah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam

setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang

dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, Kamus

Keperawatan, 1997).

Tumor Otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Marono,

MA, Standar Asuhan Keperawatan St.Carolus, 2000).

Karsinoma Otak (maligna) adalah Neoplasma yang tumbuh di selaput otak. Neoplasma

ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus

secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi

tubuh. (Patologi, dr.Achmad Tjarta,1973).

B. ANATOMI FISIOLOGI

1. Susunan saraf adalah system yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima,

menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama system hormon, susunan

saraf mengkoordinasikan semua proses fungsioanal dari berbagai jaringan tubuh, organ

dan system organ. Susunan saraf sadar (Valuntory Nervous System) mengontrol fungsi

yang dikendalikan oleh keinginan kita atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot

rangka dan mengantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat

melakukakn gerakan aktif dan menyadari keadaan di luar tubuh kita dan secara sadar

menegndalikannya.

1
2. Susunan saraf otonom/taksadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ

tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung dan

saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme,

sirkulasi udara dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom.

Susunan Saraf Otonom dibagi menjadi Susunan Saraf Simpatik (menyebabkan tubuh

dalam keadaan aktif) dan Susunan Saraf Parasimpatik (system pengontrol konstruktif

dan menyenangkan).

Serebrum terdiri dari dua Hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :

1) Lobus Frontal berfungsi mengontrol prilaku individu, membuat keputusan,

kepribadian dan menahan diri.

2) Lobus Parietal merupakan lobus sensori berfugsi menginterprestasikan. Sensasi,

berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.

3) Lobus Temporal berfungsi menginterprestasikan sensasi kecap, bau, pendengaran

dan ingatan jangka pendek.

4) Lobus Oksipital bertanggung jawab menginterprestasikan penglihatan.

Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian

oksigen dan sekitar 400 kilo kalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang

paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses

metabolisme oksidasi glukosa, dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk

metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anaerobic.

Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3-6 menit akan timbul gangguan

fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi

dan koordinasi organ-organ sensorik dan system efektor perifer tubuh, sebagai pengatur

2
informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari

dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan menigen, lapisan pelindung yang

paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang

sangat kompleks.

Gambar 1

3
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Batang Otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebum terdiri dari

medulla oblongat, pons dan mesensesalon (otak tengah)

a. Medulla Oblongata adalah sebagian otak yang langsung menyambung dengan

medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan

berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla oblongata berkas ini

menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/traktus poramidalis. Itu

sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian

kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel

saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol

fungsi vital seperti pernapasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.

b. Pons berupa inti (necleus), merupakan switch dari jalur yang menghubungkan

korteks serebri dan cerebellum.

c. Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla

oblongata dan diensefalon. Pada mensesefalon terdapat formation retikularis,

suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bangun,

mengontrol refleks menelan dan muntah.

2. Otak Kecil (cerebellum)

Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian ke belakang

batang otak. Cerebellum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan

mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmen posterior medulla spinallis

yang member informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi

4
3. Otak Besar (cerebrum)

Serebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu;

hemisper kiri dan hemisper kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh

pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar

(korpus kolosum).

4. Diensefalon

Dibagi menjadi empat wilayah :

a) Thalamus

Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh

tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi.

Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang

dating dari serebri dan dikompes kedalam rongga yang kesil.

b) Hipotalamus

Hipotalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga

mempengaruhi metabolism, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena

letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.

c) Subtalamus

Fungsinya bellum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat

menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh

gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Gerakan

infotuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.

5
d) Epitalamus

Epitalamus dengan system limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi

dasar dan integrasi informasi olfaktorius.

Pembuluh darah yang mendarahi otak terdiri dari :

a. Sepasang pembuluh darah karotis; denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba

di leher depan, sebelah kiri dan kanan di bawah mandibula, sepasang pembuluh

darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :

a) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)

b) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)

c) Sebagian menuju ke otak bagian dalam (arteri serebri interior)

Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri

komunikan posterior.

b. Sepasang pembeluh darah vetebralis :

Denyut pembuluh ini tidak dapat diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini

menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang

otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah yang disebut anastomosis.

C. ETIOLOGI

Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :

1. Genetik

Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa gangguan

yang diturunkan sebagai kondisi austomal, dominan termasuk sklerasis tuberose,

neurofibromatosis.

6
2. Kimia dan Virus

Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogeb kimia dan virus menyebabkan

terbentuknya noplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor

pada manusia masih belum jelas.

3. Radiasi

Pada manusia susunan saraf pusat pada masa anak-anak menyebabkan terbentuknya

neoplasma setelah dewasa.

4. Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak),

pengaruh trauma pada pathogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

D. KLASIFIKASI

Tipe Kasus Patologi

Giloma jumlah ½ tumor otak, tumbuh pada jaringan dan otak. Infiltrasi dari terutama ke

jaringan hemisfer cerebal tumbuh sangat cepat, sebagian orang bisa hidup beberapa bulan

sampai tahun. Meningoma 13% sampai 18% tumor primer intractial tumbuh dari selaput

meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan

penyembuhan melalui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin Tumor

Pituitari yaitu tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh

dari berbagai jenis jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya berhasil tetapi ada

kemungkinan kambuh. Neuroma (Schwannoma, Neuro)

Neuroma akustik sangat sering sering tumbuh dari sel-sel Schwann didalam meatus

auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi

maligna, akan tetapi tumbuh kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar

7
karea lokasinya Tumor Metastes dari 2% sampai 20% penderita kanker terjadi metaste ke

otak sel kanker menjangkau otak lewat system sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar,

pengobatan kurang berhasil, pemulihan dibawah satu tahun atau dua tahun tidak bisa.

E. PATOFISIOLOGI

Tumor Otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologic pada

tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor; gangguan fokal disebabkan oleh

tumor dan kenaikan tekanan intracranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi

atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan

suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan

nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai

kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan

Serebrovaskuler Primer.

Serangan kejang sebagai gejala perubahan kepekaan neorun dihubungkan dengan

kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk

kista yang juga menekan paremkin otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan

neurolosist fokal.

Peningkatan tekanan intraktial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor; bertambahnya

massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan

serebrospinal.

8
Beberapa tumor dapat menyebabkan pendaran. Obstruksi vena dan edema yang

disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume

intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal

dan ventrikel lateral ke ruangan subraknoid menimbulkan hydroshefalus.

Peningkatan tekanan intractial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila

tekanan intracranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,

volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,

kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebrum yang

timbul Bilagirus Medialis Lobus Temprolis bergeser ke inferior melalui Insisura Tentorial

oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya

kesadaraan dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medulla oblongata dan henti

pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan

intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistematik (pelebaran

tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

9
F. TANDA dan GEJALA

1. Manifestasi Klinik Umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)

 Sakit kepala

 Nausea tau muntah proyektil

 Pusing

 Perubahan mental

 Kejang

2. Manifestasi Klinik Lokal (akibat kompresi tumor pada bagiab yang spesifik dari otak)

 Perubahan penglihatan, misalnya; hermianopsia, nystagmus, diplopia,

kebutaan, tanda-tanda papil edema

 Perubahan bicara, misalnya; aphasia

 Perubahan sensorik, misalnya; hilangnya sensai nyeri, halusinasi sensorik

 Perubahan motorik, misalnya; ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis

 Perubahan bowe; atau bladder, misalnya; inkontinensia, retensia urin, dan

konstipasi

 Perubahan dalam pendengaran, misalnya; tinnitus, deafness

 Perubahan dalam seksual.

10
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Arterigrafi atau Ventricolugram; untuk mendeteksi kondisi patologi pada system

ventrikel dan cistern

2. CT-SCAN; dasar dalam menentukan diagnose

3. Radiogram; memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,

penebalan dan klasifikasi (posisi kelenjar pinelal yang mengapur, dan posisi

selatursika)

4. Elektroensefalogram (EEG); member informasi mengenai perubahan kepekaan

neouron

5. Ekoensefalogram; member informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral

6. Sidik otak radioaktif; memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat

radioktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang

menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pembedahan

- Craniotomy

2. Radiotherapy

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan

therapy tunggal. Adapun efek samping yaitu; kerusakan kulit di sekitarnya,

kelelahan, nyeri, karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radng

tenggorokan

11
3. Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek

sampingnya yaitu; lelah, mual, hilang nafsu makan, krontokan rambut, mudah

terserang penyakit

I. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak

ialah:

1. Gangguan fisik neurologist

2. Gangguan kognitif

3. Gangguan tidur dan mood

4. Disfungsi seksual.

12
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pola Persepsi Kesehatan, Pemeliharaan, dan Kesehatan

 Riwayat keluarga dengan tumor

 Terpapar radiasi berlebih

 Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia

 Kecanduan alcohol, perokok pahat

 Terjadinya perasaan abnormal

 Gangguan kepribadian/halusinasi

b. Pola Nutrisi Metabolic

 Riwayat epilepsy

 Nafsu makan hilang

 Adanya mual, muntah selama fase akut

 Kehilangan sensasi pada lidah, pipi, tenggorokan

 Kesulitan menelan (gannguan pada refleks platum dan faringeal)

c. Pola Eliminasi

 Perubahan pola berkemih dan buang air besar (inkotinensia)

 Bising usus negative

d. Pola Aktifitas dan Latihan

 Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran

 Resiko trauma karena epilepsy

 Hamiparase, ataksia

13
 Gangguan penglihatan

 Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (hemiplefia)

e. Pola Tidur dan Istrahat

 Susah untuk beristrahat dan atau mudah tertidur

f. Pola Persepsi Kognitif dan Sensori

 Pusing

 Sakit kepala

 Kelemahan

 Tinitus

 Afasia motorik

 Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral

 Gangguan rasa pengecapan, penciuman, dan penglihatan

 Penurunan memori, pemecahan masalah

 Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual

 Penurunan kesadaran sampai dengan koma

 Tidak mampu merekam gambar

 Tidak mampu membedakan kanan/kiri

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri

 Perasaan tidak berdaya dan putus asa

 Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan

14
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

 Masalah bicara

 Ketidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan komunikasi verbal/bicara

pelo)

i. Reproduksi dan Seksualitas

 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas

 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

 Adanya persaan cemas, takut, tidak sabar, ataupun marah

 Mekanisme koping yang biasa di gunakan

 Perasaan tidak berdaya, putus asa

 Respon emosional klien terhadap status saat ini

 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah

 Mudah tersinggung

k. Sistem Kepercayaan

 Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu.

2. Diagnose Keperawatan

DP Pre-Operasi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah

dan tidak nafsu makan/pertumbuhan sel-sel kanker

15
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada

otak/mendesak otak

3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan pergerakan dan kelemahan

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebal

5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra diri

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan

kurangnya informasi

7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan.

DP Post-Operasi

1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan

2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra diri

3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan

tentang sumber informasi

4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak

pasti.

3. Rencana Keperawatan

DP Pre-Operasi

DP 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker

Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang stelah dilakukan tindakan

keperawatan

Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang

16
Rencana Tindakan :

1. Kaji karateristik nyeri, lokasi, frekuensi

R/ mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya

2. Kaji faktor penyebab timbulnya nyeri (takut, marah, cemas)

R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk

mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam

R/ teknik elaksasi dapat mengatasi rasa nyeri

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri.

DP 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah dan tidak nafsu makan

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan

keperawatan

Hasil yang diharapkan :

 Nutrisi klien terpenuhi

 Mual berkurang sampai dengan hilang

Rencana Tindakan :

1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering hangat

R/ makanan yang hangat menambah nafsu makan

17
2. Kaji kebiasaan makan klien

R/ jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu, tarik nafas dalam

R/ tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual

4. Timbang berat badan bila memungkinkan

R/ untuk mengetahui kehilangan berat badan

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

R/ mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak.

DP 3. Ganggauan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan

dan kelemahan

Tujuan :

Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakankeperawatan

Kriteria Hasil :

Pasien mendemonstrasikan teknik/prilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali

aktifitas

Rencana Tindakan :

1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4)

R/ : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai kecelakaan

2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan

R/ : perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh

3. Bantu untuk melakukan rentang gerak

R/ : mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi

4. Tingkatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan

18
R/ : proses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,

keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan

5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, messase dengan pelembab

R/ : meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit.

DP 4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

serebal

Tujuan :

Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan

Kriteria Hasil :

 Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi

 Membuat metode komunikasi di mana kebutuhan dapat diekspresikan

 Menggunakan sumber-sumber yang tepat

Intervensi :

1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau

mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri

R/ : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan

kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi

2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi kehilangan dan berikan umpan balik

R/ : pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar

dan tidak menyadari bahwa komunikasi perintah sederhana

3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana

R/ : menilai adanya kerusakan motorik

19
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang

R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komuniksai respon pada

informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.

DP 5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citara diri

Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya

Intervensi :

1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya

R/ : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan

2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat

R/ : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan

3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di

rumah

R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adptasi di rumah

4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan

R/ : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DP 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan

dengan kurangnya informasi

Tujuan :

20
Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penangan penyakit setelah

dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya

Rencana Keperawatan :

1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan

penanganannya

R/ : Instruktur dasar untuk penyuluhan lebih lanjut

2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien

R/ : Menambah pengetahuan pasien

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami bahwa perubahan akibat

penyakit

R/ : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

DP 7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan

Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

Hasil yang diharapkan : kecemasan pasien berkurang

Rencana Tindakan :

1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya

R/ untuk mengurangi kecemasan

3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnose medik

R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat

4. Akui rasa takut/masalah pasien dan dorong mengespresikan perasaan

21
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/menerima kenyataan penyakit

dan pengobatan.

DP Post-Operasi

DP 1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan

Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil :

 Pasien dapat menjali aktivitas tanpa merasa nyeri

 Ekspresi wajah rileks

 Klien mendemostrasikan ketidaknyamanannya hilang

Rencana Keperawatan :

1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4-6 jam

R/ : Sebagai indicator awal dalam menentukan intervensi berikutnya

2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV

R/ : Sebagai indicator awal dalam menetukan intervensi berikutnya

3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien

R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrola nyeri

4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien

R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien.

22
DP 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra diri

Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya

Rencana Keperawatan :

1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya

R/ : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan

2. Kaji hubungan antara pasie dan anggota keluarga dekat

R/ : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan

3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di

rumah

R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah

4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan

R/ : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DP 3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan

ketidaktahuan tentang sumber informasi

Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1x24 jam

Sasaran :

 Klien menyatakan pemahaman tewntang informasi yang diberikan

23
 Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien

R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga

dapat memberikan informasi secara tepat

2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakkit Ca.Paru

R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus

penyakit

3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi

R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada

4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress

R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis

5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress

R/ : Cara penatalaksanaan stress; relaksasi, latihan, dan pengobatan.

DP 4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang

tidak pasti

Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang

Intervensi :

1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar

24
R/ : Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara

penyelesaiannya

2. Menjawab pertanyaan kliuen dan keluarga dengan ramah

R/ : Membuat pasien yakin dan percaya

3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati

R/ : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi

4. Menggunakan teknik komunikasi terpeutik

R/ : Menjalin hubungan saling percaya pasien

5. Berikan kenyamanan fisik pasien

R/ : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem atau

ketidaknyamanan fisik yang menetap.

25
Daftar Pustaka

A.K. Muda, Achmad, 2003, Kamus Lengkap Kedokteran, Edisi Revisi, Gitamedia Press,

Jakarta.

Juall Carpenito, Lynda RN, 1999, Diagnose dan Rencana Keperawatan, Edisi 3, Media

Aesculappius, Jakarta.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.Seomastoi, Husna Ametz, 1982, Kapita Selekta Kedokteran,

Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran, UI.

Syaifuddin, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi2, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta.

Doenges, Marylynn E, 1999, Rencana Asuhan Standa Keperawatan, Edisi 3, Penerbit

Kedokteran, EGC, Jakarta.

26
27

Anda mungkin juga menyukai