Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DISLOKASI

I. KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya

seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka

mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:

sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

B. ETIOLOGI

 Cedera olahraga

 Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga benturan keras pada sendi saat

kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi

 Terjatuh dari tangga atau saat berdansa di atas dansa yang licin

 Patologis : terjadi “tear”ligamen dan kapsul articuler yang merupakan

komponen vital penghubung tulang

C. KLASIFIKASI DISLOKASI

 Dislokasi Congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

 Dislokasi PatologikAkibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal

nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan

tulang yang berkurang

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


 Dislokasi Traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak

dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema

(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga

dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga

merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan

terjadi pada orang dewasa.

D. MANIFESTASI KLINIS

 Deformitas pada persendian kalau sebuah tulang di raba seecara sering akan

terdapat suatu celah

 Gangguan gerakan pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dapat

menutupi deformitas

 Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi sendi bahu,sendi siku,metakarpal

phalangeal, dan sendi pangkal paha servikal

 Kekakuan

E. PATOFISIOLOGI

Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang

berpindah dari posisinya yang normal dalam sendi, karna terpeleset dari tempatnya,

maka sendi itupun menjadi macet selain macet juga tersa nyeri sebuah sendi yang

sendi yang sudah pernah mengalami dislokasi ligamen-ligamenya biasanya

menjadi kendor akibatnya sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


F. KOMPLIKASI

1. Umum:

 Shock

 Kerusakan organ

 Kerusakan saraf

 Emboli lemak

2. Dini:

 Cedera arteri

 Cedera kulit dan jaringan

 Cedera compartement syndrom.

3. Lanjut:

 Stiffnes (kaku sendi)

 Degenerasi sendi

 Penyembuhan tulang terganggu :

- Mal union

- Non union

- Delayed union

- Cross union

G. Penatalaksanaan:

1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik)

2. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :

 Eksternal → gips, traksi

 Internal → nail dan plate

3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik

Gejala-gejala dislokasi tergantung pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan

pada struktur lain. Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat

keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1) Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder

pembengkakan jaringan dan nyeri.

2) Sirkulasi:

Tanda:

- Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap

nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila

terjadi perdarahan

- Takikardia

- Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera,

pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur

- Hematoma area fraktur

3) Neurosensori:

Gejala:

- Hilang gerakan/sensasi

- Kesemutan (parestesia)

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


Tanda:

- Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,

spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.

- Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder

pembengkakan jaringan dan nyeri.

- Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma

lain.

4) Nyeri/Kenyamanan:

Gejala:

- Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada

area dislokasi, berkurang pada imobilisasi.

- Spasme/kram otot setelah imobilisasi.

5) Keamanan:

Tanda:

- Laserasi kulit, perdarahan

- Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)

6) Penyuluhan/Pembelajaran:

- Imobilisasi

- Bantuan aktivitas perawatan diri

- Prosedur terapi medis dan keperawatan

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


b. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada dislokasi adalah:

1) X-ray:

- menentukan lokasi/luasnya

2) Scan tulang:

- memperlihatkan dislokasi lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak

3) Arteriogram

- dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.

4) Hitung Darah Lengkap

- hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan;

peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.

5) Kretinin

- trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal

6) Profil koagulasi

- perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera

hati

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Risiko cedera b/d gangguan integritas tulang

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring dan Meningkatkan stabilitas, meminimalkan

imobilisasi sesuai indikasi. gangguan akibat perubahan posisi.

2. Bila terpasang gips/bebat, sokong Mencegah gerakan yang tak perlu akibat

fraktur dengan bantal atau gulungan perubahan posisi.

selimut untuk mempertahankan posisi

yang netral.

3. Evaluasi pembebat terhadap resolusi Penilaian kembali pembebat perlu

edema. dilakukan seiring dengan berkurangnya

edema.

4. Bila terpasang traksi, pertahankan Traksi memungkinkan tarikan pada aksis

posisi traksi (Buck, Dunlop, Pearson, panjang fraktur tulang dan mengatasi

Russel) tegangan otot untuk mempercepat

reunifikasi fragmen tulang

5. Yakinkan semua klem, katrol dan tali Menghindari iterupsi penyambungan

berfungsi baik. fraktur.

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


6. Pertahankan integritas fiksasi Keketatan kurang atau berlebihan dari

eksternal. traksi eksternal (Hoffman) mengubah

tegangan traksi dan mengakibatkan

kesalahan posisi.

7. Kolaborasi pelaksanaan kontrol foto. Menilai proses penyembuhan tulang.

2. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan imobilasasi bagian yang Mengurangi nyeri dan mencegah

sakit dengan tirah baring, gips, bebat malformasi.

dan atau traksi

2. Tinggikan posisi ekstremitas yang Meningkatkan aliran balik vena,

terkena. mengurangi edema/nyeri.

3. Lakukan dan awasi latihan gerak Mempertahankan kekuatan otot dan

pasif/aktif. meningkatkan sirkulasi vaskuler.

4. Lakukan tindakan untuk Meningkatkan sirkulasi umum,

meningkatkan kenyamanan (masase, menurunakan area tekanan lokal dan

perubahan posisi) kelelahan otot.

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


5. Ajarkan penggunaan teknik Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,

manajemen nyeri (latihan napas meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang

dalam, imajinasi visual, aktivitas mungkin berlangsung lama.

dipersional)

6. Lakukan kompres dingin selama fase Menurunkan edema dan mengurangi rasa

akut (24-48 jam pertama) sesuai nyeri.

keperluan.

7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai Menurunkan nyeri melalui mekanisme

indikasi. penghambatan rangsang nyeri baik secara

sentral maupun perifer.

8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, Menilai perkembangan masalah klien.

petunjuk verbal dan non verval,

perubahan tanda-tanda vital)

3. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,

edema, pembentukan trombus)

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Dorong klien untuk secara rutin Meningkatkan sirkulasi darah dan

melakukan latihan menggerakkan mencegah kekakuan sendi.

jari/sendi distal cedera.

2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat. perlunya penyesuaian keketatan

bebat/spalk.

3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas Meningkatkan drainase vena dan

yang cedera kecuali ada menurunkan edema kecuali pada adanya

kontraindikasi adanya sindroma keadaan hambatan aliran arteri yang

kompartemen. menyebabkan penurunan perfusi.

Mungkin diberikan sebagai upaya

4. Berikan obat antikoagulan (warfarin) profilaktik untuk menurunkan trombus

bila diperlukan. vena.

Mengevaluasi perkembangan masalah

5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran klien dan perlunya intervensi sesuai

kapiler, warna kulit dan kehangatan keadaan klien.

kulit distal cedera, bandingkan dengan

sisi yang normal.


4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran

alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Instruksikan/bantu latihan napas Meningkatkan ventilasi alveolar dan

dalam dan latihan batuk efektif. perfusi.

2. Lakukan dan ajarkan perubahan posisi Reposisi meningkatkan drainase sekret dan

yang aman sesuai keadaan klien. menurunkan kongesti paru.

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


3. Kolaborasi pemberian obat Mencegah terjadinya pembekuan darah

antikoagulan (warvarin, heparin) dan pada keadaan tromboemboli.

kortikosteroid sesuai indikasi. Kortikosteroid telah menunjukkan

keberhasilan untuk mencegah/mengatasi

emboli lemak.

4. Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2

kalsium, LED, lemak dan trombosit menunjukkan gangguan pertukaran gas;

anemia, hipokalsemia, peningkatan LED

dan kadar lipase, lemak darah dan

penurunan trombosit sering berhubungan

dengan emboli lemak.

5. Evaluasi frekuensi pernapasan dan Adanya takipnea, dispnea dan perubahan

upaya bernapas, perhatikan adanya mental merupakan tanda dini insufisiensi

stridor, penggunaan otot aksesori pernapasan, mungkin menunjukkan

pernapasan, retraksi sela iga dan terjadinya emboli paru tahap awal.

sianosis sentral.

5. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif

(imobilisasi)

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas Memfokuskan perhatian, meningkatakan

rekreasi terapeutik (radio, koran, rasa kontrol diri/harga diri, membantu

kunjungan teman/keluarga) sesuai menurunkan isolasi sosial.

keadaan klien.

2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif Meningkatkan sirkulasi darah

pada ekstremitas yang sakit maupun muskuloskeletal, mempertahankan tonus

yang sehat sesuai keadaan klien. otot, mempertahakan gerak sendi,

mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah

reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.

3. Berikan papan penyangga kaki, Mempertahankan posis fungsional

gulungan trokanter/tangan sesuai ekstremitas.

indikasi.

4. Bantu dan dorong perawatan diri Meningkatkan kemandirian klien dalam

(kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan

klien. klien.

Menurunkan insiden komplikasi kulit dan

5. Ubah posisi secara periodik sesuai pernapasan (dekubitus, atelektasis,

keadaan klien. penumonia)

6. Dorong/pertahankan asupan cairan Mempertahankan hidrasi adekuat, men-

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


2000-3000 ml/hari. cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.

7. Berikan diet TKTP. Kalori dan protein yang cukup diperlukan

untuk proses penyembuhan dan mem-

pertahankan fungsi fisiologis tubuh.

8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk

sesuai indikasi. menyusun program aktivitas fisik secara

individual.

9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien Menilai perkembangan masalah klien.

dan program imobilisasi.

6. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,

sekrup)

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan tempat tidur yang Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit

nyaman dan aman (kering, bersih, alat yang lebih luas.

tenun kencang, bantalan bawah siku,

tumit).

2. Masase kulit terutama daerah Meningkatkan sirkulasi perifer dan

penonjolan tulang dan area distal meningkatkan kelemasan kulit dan otot

bebat/gips. terhadap tekanan yang relatif konstan pada

imobilisasi.

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


3. Lindungi kulit dan gips pada daerah Mencegah gangguan integritas kulit dan

perianal jaringan akibat kontaminasi fekal.

4. Observasi keadaan kulit, penekanan Menilai perkembangan masalah klien.

gips/bebat terhadap kulit, insersi

pen/traksi.

7. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma

jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Lakukan perawatan pen steril dan Mencegah infeksi sekunderdan

perawatan luka sesuai protokol mempercepat penyembuhan luka.

2. Ajarkan klien untuk mempertahankan Meminimalkan kontaminasi.

sterilitas insersi pen.

3. Kolaborasi pemberian antibiotika dan Antibiotika spektrum luas atau spesifik

toksoid tetanus sesuai indikasi. dapat digunakan secara profilaksis,

mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid

tetanus untuk mencegah infeksi tetanus.

4. Analisa hasil pemeriksaan Leukositosis biasanya terjadi pada proses

laboratorium (Hitung darah lengkap, infeksi, anemia dan peningkatan LED

LED, Kultur dan sensitivitas dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


luka/serum/tulang) untuk mengidentifikasi organisme

penyebab infeksi.

5. Observasi tanda-tanda vital dan tanda- Mengevaluasi perkembangan masalah

tanda peradangan lokal pada luka. klien.

8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d

kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,

kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji kesiapan klien mengikuti Efektivitas proses pemeblajaran

program pembelajaran. dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental

klien untuk mengikuti program

pembelajaran.

2. Diskusikan metode mobilitas dan Meningkatkan partisipasi dan kemandirian

ambulasi sesuai program terapi klien dalam perencanaan dan pelaksanaan

fisik. program terapi fisik.

3. Ajarkan tanda/gejala klinis yang Meningkatkan kewaspadaan klien untuk

memerluka evaluasi medik (nyeri mengenali tanda/gejala dini yang

berat, demam, perubahan sensasi memerulukan intervensi lebih lanjut.

kulit distal cedera)

4. Persiapkan klien untuk mengikuti Upaya pembedahan mungkin diperlukan

terapi pembedahan bila untuk mengatasi maslaha sesuai kondisi

diperlukan. klien.

STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep


STIKES LAKIPADADA Muh. Johan, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai