Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KEGAWAT
DARURATAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL
WAWAN HEDIYANTO, M.KEP
SOFT TISSUE INJURI
(CONTUSION, SPRAIN & STRAIN )
Kondisi Gawat
Darurat FRAKTUR

DISLOKASI
A. Injury
Jaringan Lunak
Kontusio
❑ Kontusio (bruise) adalah injuri jaringan
lunak yang disebabkan oleh
kekuatan/benda tumpul seperti
tendangan, jatuh, pukulan yang
menyebabkan pecah pembuluh darah
kecil dan darah masuk ke jaringan
(ecchymosis, or bruising)
❑ Kontusio menimbulak nyeri, bengkak dan
perubahan warna kulit (kebiruan)
❑ Kontusio biasanya sembuh dalam 1 – 2
minggu
• Kompres es untuk mengurangi
perdarahan dan nyeri
Tindakan • Tinggikan darah yang mengalami
kontusio.
Strain

❑ Tarikan pada otot yang disebabkan


oleh regangan (streech) yang
berlebihan, atau pengunaan
berlebihan.
❑ Strain menimbulkan robekan
mikroskopis otot yang tidak komplet
bersama pembuluh darah disertai
perdarahan.
Derajat I : Peregangan otot dan
tendon ringan. Gejala :edema
minor, tenderness, dan
spasme otot ringan, tidak ada
penurunan fungsi.

Derajat II : robekan partial otot


atau tendon. Tanda : penurunan
Derajat Strain menaham beban disertai
edema, tenderness, spasme otot
, dan ecchymosis.

Derajat III : ruptur atau robekan


otot atau tendon. Gejala ; nyeri
berat, spasme otot, ecchymosis,
edema, dan kehilangan fungsi.
Kelemahan
Perubahan warna
permukaan kulit
Mati rasa

TANDA DAN Perubahan mobilitas,


stabilitas dan keterbatasan
gerak sendi.
GEJALA Perdarahan yang ditandai
dengan :
Nyeri

Odema
Penatalaksanaan.

❑Rice Manajemen
➢ R : Rest : Istirahat.
➢ I : Ice Kompres es /dingin pada 24 – 48 jam pertama dengan
kantong es 2 - 4 OC selama 20-30 menit
➢ C : Compresi : Pemasangan balut tekan/wrapping eksternal.
➢ E. Elevation : Meninggikan bagian yang sakit.
❑Setelah 48 jam lakukan kompres hangat.
❑Latihan ROM dilakukan setelah 48 jam.
❑Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik jika diperlukan.
Cedera struktur
Kekoyakan pada
SPRAIN ligamen disekitar
ligament atau tendon
sendi akibat gerakan
(KESELEO ) yang dapat bersifat
menjepit atau
sedang atau parah.
memutar.
Derajat I : Peregangan ligamen dengan kerusakan
minimal. Gejala : edema ringan, tendernes lokal,
dan nyeri jika sendi gerak.

Derajat II : Robekan ligamen partial. Gejala : edema,


Derajat Sprain tenderness, nyeri saat gerak, pain with motion,
sendi tidak stabil, dan penurunan fungsi sendi.

Derajat III : Ruptur ligamen komplit. Gejala : nyeri


berat, tenderness, edema, dan kelainan gerak
sendi.
TANDA DAN GEJALA.

• Sama dengan strain (kram) tetapi lebih


parah.
• Edema, perdarahan dan perubahan warna
yang lebih nyata.
• Ketidakmampuan untuk menggunakan
sendi, otot dan tendon.
• Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih
hebat dan konstan.
Penatalaksanaan
1. Rice Manajemen
➢ R : Rest : Istirahat.
➢ I : Ice Kompres es /dingin pada 24 – 48 jam pertama
➢ C : Compresi : Pemasangan balut tekan
➢ E. Elevation : Meninggikan bagian yang sakit.
2. Kompres hangat setelah 48 jam.
3. Pantau status neuromuskuler ektremita.
4. Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut
5. Pada kasus berat dilakukan pembedahan dan pemasangan gips.
6. Setelah 3 – 5 hari latihan pasif / aktip,jika memungkinkan
7. Monitor status neurovascular (circulation, motion, sensation) setiap 15 menit selama 1 – 2
jam kemudian tiap 30 menit sampai stabil.
8. Sprains and strains memerlukan 1 - 3 minggu imobilisasi.
Ice
Rest

Rice Manajemen
Elevation Compresion
Kondisi dimana permukan sendi dari tulang
distal and proximal tidak dalam posisi anatomis
(Smeltzer, 2010)

Keluarnya ( bercerainya ) kepala sendi dari


mangkoknya, secara komplit

Dislokasi
Merupakan keadaan emergency yang harus
segera ditolong

Bila terpisahnya inkomplit/parsial disebut


subluksasi
Traumatic dislocations : kasus
emergensi karena berhubungan dengan
struktur sensasi, pembuluh darah, dan
syaraf.
Jika tidak ditangani segera
menimbulkan avascular necrosis(AVN) dan
kemudian menyebabkan kematian sel
tulang.
Gejala

Perubahan Pemendekan
Nyeri akut
posisi sendi ekstremitas.

Penurunan Rotasi kedalam


Deformitas. mobilitas atau keluar
sendi. sukar.
Anamnesa

• Ada trauma
• Mekanisme trauma
• Ada rasa sendi keluar
Diagnosis
Pemeriksaan klinis

• Ada deformitas:
• Hilangnya tonjolan tulang
yang
Manajemen Dislokasi

1. Imobilisasi dan refer ke RS


2. Lakukan reduksi segera pada posisi anatomis.
3. Setelah direduksi lakukan imobilisasi : splint,
traksi, gips.
4. Monitor status Neurovascular setiap 15 menit
sampai stabil
5. Lakukan ROM aktif atau pasif.
Manajemen Dislokasi

SEBELUM 12 JAM ➔ CLOSED REDUCTION

OPEN REDUCTION:
FRAGMEN FRAKTUR
CLOSED REDUCTION
TIDAK STABIL TERJEBAK DI DALAM
GAGAL
SENDI
Pemeriksaan
penunjang • Untuk memastikan arah dislokasi dilakukan
pemeriksaan radiologi
PENATALAKSANA
AN TRAUMA
SENDI

Metode Stimson
Dislokasi shouldier

badge area
Tanda Klinis:

• Fleksi siku
• Abduksi bahu
• Endorotasi
Fraktur
FRAKTUR

❑ Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan


tulang. termasuk struktur di dalamnya
❑ Hilangnya kesinambungan substansi tulang
dengan atau tanpa pergeseran fragmen-
fragmen fraktur.
• Trauma :
• Langsung (kecelakaan lalulintas)
• Tidak langsung (jatuh dari ketinggian
dengan posisi berdiri/duduk sehingga Etiologi
terjadi fraktur tulang belakang )
• Patologis : Metastase dari tulang
• Degenerasi : manula Osteoporosis.
• Spontan : Terjadi tarikan otot yang
sangat kuat.
C. JENIS FRAKTUR

A. Menurut jumlah garis fraktur :


• Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
• Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
• Comminutive fraktur (banyak garis fraktur / fragmen kecil yang lepas).
B. Menurut luas garis fraktur :
• Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
• Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
• Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang.
c. Menurut bentuk fragmen :
• Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
• Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
• Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar).
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
• Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
• I. Luka bersih dan luas luka <1 cm.
• II. Luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yg ektensif.
• III. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan
neurovaskuler, kontaminasi besar.
• Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia
luar
Fraktur Terbuka
Nyeri

Deformitas

Krepitasi
TANDA
KLASIK Edema lokal dan Ecchymosis

FRAKTUR Kehilangan fungsi

Pada fraktur tl. panjang terjadi pemendekan tl .

Paraestesia.
Prinsip penanganan fraktur :
1. Rekognisi : Pengenalan.
2. Reduksi : Mengembalikan posisi
Penatalaksanaan tulang ke posisi anatomis.
3. Retensi : Mempertahankan reduksi
sampai terjadi penyembuhan (
Imobilisasi ).
4. Rehabilitasi : Mengembalikan fungsi
dan kekuatan normal bagian yg
terkena.
Tindakan Emergensi

1. Imobilisasi.
2. Pasang Bidai. Sendi proximal dan distal harus diimobilisasi.
3. Pada fraktur ektremitas bawah sebaiknya lakukan
pembalutan ektremitas yang fraktur dengan yang sehat.
4. Fraktur ektremitas atas lakukan balutan (sling) ke dada.
5. Monitor neurovascular sebelum dan sesudah pasang bidai.
6. Pada fraktur terbuka, tutup luka dengan kasa steril.
Metoda penanganan fraktur

1. Reduksi fraktur :
• Reduksi tertutup
• Traksi
• Reduksi terbuka.
2. Imobilisasi :
• Alat ekterna : Bebat, brace, pin dalam gips, fiksator eksterna, traksi
dan balutan.
• Alat interna : nail, plate, sekrup, kawat.
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi :
• Pertahankan reduksi dan imobilisasi.
• Meninggikan u/ mengurangi bengkak.
• Memantau neurovakuler.
• Mengontrol cemas dan nyeri.
• Latihan isometrik dan setting otot.
• Berpartisifasi dalam kehiduan sehari-hari.
TRAUMA EKTREMITAS DENGAN POTENSI
ANCAMAN NYAWA

• KERUSAKAN PELVIS DENGAN PERDARAHAN


• PERDARAHAN ARTERI BESAR
• CHRUSH SINDROMA/RABDOMIOLISIS TRAUMATIK ( KEADAAN KLINIS
YG DISEBABKAN OLEH PELEPASAN ZAT BERBAHAYA KARENA
KERUSAKAN OTOT MIS :MIOGLOBIN
TRAUMA YANG MENGANCAM EKTREMITAS

• PATAH TULANG TERBUKA DAN TRAUMA SENDI


• TRAUMA VASKULER, TERMASUK AMPUTASI TRAUMA
• SINDROM KOMPARTEMEN TRAUMA NEUROLOGI AKIBAT FRAKTUR
ATAU DISLOKASI
Komplikasi Akut
A. Perdarahan dan Shock:
➢ 1000 cc pada fraktur femur.
➢ Fraktur pelvic sebanyak 500 cc
B. Compartment syndrome: suatu kondisi dimana perfusi jaringan di otot mengalami
penurunan. Tanda 5 P:
1. Pain (nyeri),
2. Parestesia (penurunan sensasi raba),
3. Paralisis (kelumpuhan),
4. Pale (pucat)
5. Pulseness (nadi tidak teraba)
Syndroma Kompartment
Primary survei ( A, B, C, )

Perawatan
Darurat
Imobilisasi.
Ekstremitas ➔ Splinting/ bidai
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• KURANG VOLUME CAIRAN B.D PERDARAHAN


• NYERI AKUT B.D AGEN INJURI FISIK
• KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT B.D LUKA TERBUKA
• KERUSAKAN MOBILITAS FISIK B.D FRAKTUR
• RESIKO INFEKSI B.D LUKA TERBUKA, BONE EKSPOUSE
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dalam keadaan emergensi :
1. Perhatikan A, B, C
2. Pertahankan imobilsasi
3. Tinggikan bagian yang fraktur
4. Monitor status neurovaskuler
5. Berikan oksigen
6. Jika ada tanda syok atasi sampai sirkulasi stabil
7. Observasi tanda-tanda vital
8. Siapkan operasi jika perlu tindakan segera.
Evaluasi.

1. Syok teratasi
2. Nyeri terkontrol.
3. Tidak ada tanda infeksi.
4. Keadaan neuromuskuler berfungsi baik.
5. Dapat melakukan aktif dan pasif ROM.
6. Pasien memahami dan menerima keadaan penyakitnya
serta resiko yang terjadi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai