Anda di halaman 1dari 28

FRAKTUR

Disusun Oleh :
Chrysza Ayu A.
1102014062

Pembimbing :
dr. Febriyanto K.
Sp.B(K)Onk

SMF BEDAH RSUD KOTA CILEGON


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019
Klasifikasi tulang menurut bentuknya: tulang
panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang
irreguler.
Struktur Tulang
Struktur tulang dilihat secara makroskopis, terdiri dari tulang kortikal
dan tulang spongiosa
Fraktur
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun parsial.
Etiologi
1. Fraktur Traumatik: pukulan, tekukan, puntiran, tarikan
2. Fraktur Stress: Tekanan berulang pada tulang normal yang
menjadi tumpuan berat
3. Fraktur patologik: kelemahan abnormal pada tulang, seperti
tumor dan osteoporosis.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
Tekanan berputar Tekanan membengkok Kompresi vertikal

Tarikan pada ligamen atau tendo Tekanan sepanjang aksis tulang


Klasifikasi fraktur
Fraktur dibedakan berdasarkan; site, extend, configuration,
hubungan fraktur dengan sesamanya, hubungan fraktur
dengan dunia luar dan komplikasi.

Site (letak) fraktur;


1. Fraktur 1/3 proximal (upper third)
2. Fraktur 1/3 medial (middle third)
3. Fraktur 1/3 distal (lower third)
4. Fraktur intraarticular
Extend (perluasan)
1. Fraktur komplit; garis patah melalui
seluruh penampang tulang
2. Fraktur inkomplit; garis patah tidak
mengenai seluruh penampang tulang.
 Hair line fraktur
 Buckle/ torus fraktur
 Green stick fraktur
Configuration (tyfe)
Configuration fraktur dibedakan ;
– Berdasarkan bentuk garis patah;
1. Garis patah melintang
2. Garis patah oblique
3. Garis patah spiral
4. Fraktur kompressi
5. Fraktur avulsi
– Berdasarkan jumlah garis patah;
1. Fraktur komunitif
2. Fraktur segmental
3. Fraktur multiple
Hubungan fraktur dengan sesamanya

 Fraktur undisplaced (tidak bergeser); garis patah


komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
 Fraktur displaced (bergeser); garis patah komplit dan
terjadi pergeseran fragmen yang disebut dislokasi
fragmen, berupa;
– Shift side way
– Angulation
– Rotation
– Distraction
– Over riding
– Impaction
Hubungan fraktur dengan dunia luar
Fraktur dibedakan atas;
1. Fraktur tertutup (close fraktur); tidak
ada luka yang menghubungkan tulang
dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open fraktur);
terdapat luka yang menghubungkan
fraktur dengan permukaan kulit.
Klasifikasi Fraktur Tertutup
menurut Tscherne

– Grade 0 : fraktur sederhana dengan sefikit atau ttidak sama


sekali cedera jaringan lunak
– Grade 1 : fraktur dengan abrasi superficial/memar pada
kulit dan jaringan subkutan
– Grade 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio dan
pembengkakan pada jaringan lunak dalam
– Grade 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak
dan ancaman sindrom kompartemen
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson

Tipe I
• Ukuran : panjang <1cm
• Ciri-ciri : luka tusukan dari
fragmen tulang yang menembus
kulit.
• Kerusakan jaringan : sedikit
• Trauma jaringan lunak : tidak ada
• Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat transversal, oblik pendek.
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson

Tipe II
• Ukuran : panjang >1cm
• Ciri-ciri : luka tusukan dari
fragmen tulang yang menembus
kulit.
• Kerusakan jaringan : sedang
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Tipe III
• Kerusakan yang hebat
dari jaringan lunak
termasuk otot, kulit dan
struktur neurovaskuler Tipe III A
dengan kontaminasi yang
hebat.

Tipe III B

Tipe III C
Komplikasi fraktur
Komplikasi fraktur dibedakan atas;
1. Uncomplicated and remain uncomplicated; tidak
ada dan tidak akan terjadi komplikasi.
2. Complicated or become complicated; ada atau
akan terjadi komplikasi. berupa;
1. Komplikasi dini atau lambat
2. Komplikasi lokal atau sistemik
3. komplikasi karena trauma atau karena
pengobatan.
MANIFESTASI KLINIS

NYERI TERUS
DEFORMITAS EDEMA
MENERUS

TIDAK DAPAT
KREPITASI MEMAR
DIGERAKAN
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat cedera
• Mekanisme trauma
• Manifestasi klinik yang dirasakan
• Menyingkirkan kemungkinan adanya cidera pada lokasi tertentu
• Riwayat Penyakit dahulu & Penyakit keluarga

Pemeriksaan Fisik
• ABCs (Airway Breathing Circullation & Cervical Injury)
• Look :
• Feel
• Move
Look (inspeksi)
Pada inspeksi diperhatikan;
 kelainan bentuk
 Penonjolan yang abnormal
 Angulasi
 Rotasi
 Pemendekan
 Functio laesa (gangguan fungsi); tidak
dapat menggerakkan organ yang
mengalami fraktur
Feel (palpasi)
Didaerah yang mengalami fraktur, hal yang yang harus dinilai adalah;

 Nyeri tekan
 Nyeri sumbu/ tendernes,
 Nilai sensorik dan motorik
 Acral dingin atau hangat.
Move (gerakan)

1.Krepitasi; fraktur terasa bila digerakkan


2.Nyeri bila digerakkan pada gerakan aktif/ pasif.
3.Gangguan fungsi.
 Gerakan yang tidak mampu dilakukan
 Range of motion dan kekuatan menurun

4.Gerakan abnormal
5.Sendi palsu /pseudo joint; seperti gerakan sendi.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
– Foto Rontgen menggunakan prinsip rule of two, yaitu :
– dua posisi proyeksi (minimal AP dan lateral)
– 2 sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, dibawah dan
diatas sendi yang mengalami fraktur
– 2 anggota gerak
– 2 trauma, pada trauma hebat sering menyebabkan fraktur pada 2
daerah tulang
– 2 kali dilakukan foto
– CT Scan
– MRI
Komplikasi fraktur

A. Komplikasi dini. (lokal/ sistemik)


I. Lokal
 Komplikasi vascular; compartemen sindrome yaitu peninggian pogressif
tekanan di suatu kompartemen yang mengganggu sirkulasi ke
kompartement dan bagian distalnya. gejalanya 5P yaitu; Parese/ paralyse,
Pain, Pulselesnes, Pallor, Parasthesia
 komplikasi neurologis; berupa lesi saraf periper atau medula spinalis
II. Sistemik emboli lemak, dapat terjadi 24 jam I,namun paling sering
terjadi pada hari ke 3 sampai 21 setelah fraktur
Komplikasi lanjut

 Kaku sendi
 Disuse atropi otot
 Mall union (sembuh dengan deformitas).
 Non union (tidak menyambung setelah 20 minggu)
 Delayed union (sembuh lebih lama dari normal)
 Gangguan pertumbuhan
 Osteoporosis.
Penyembuhan (Union) Fractur.
1. Fase Hematoma ( 2-8 jam ssd trauma)

2. Fase Resorbsi hematoma (Sp 1 minggu)


 Hematoma diisi oleh sel-sel tulang baru

3. Fase calus ( tulang muda) (ssd 3 minggu)


 Osteoblasts membentuk spongy bone

4. Fase Konsolidasi ( 6-12 minggu)


 Tulang spongiosa menjadi padat
5. Fase Remodelling  (12-24 bulan)
 Spongy bone berubah jadi tulang normal

 Tak tampak lagi garis fraktur


Apa yang mempengaruhi penyembuhan fraktur?

 Usia
 Letak dan konfigurasi fraktur
 Displacement pada awal fraktur
 Faktor aliran darah
 Immobilisasi yang baik

Anda mungkin juga menyukai