Anda di halaman 1dari 30

Clinical Science Session

FRACTURE
Natasha Anindhia Harsas 130112170567
Shifa Nadya Rahma 130110150263
Preseptor :
Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur


tulang
Penyebab fraktur
• Direct  kerusakan tulang pada tempat trauma
• Indirect  Kerusakan tulang pada daerah yang bukan tempat trauma
Injury (kerusakan jaringan lunak pada tempat trauma tak terelakkan)

• Terjadi pada tulang normal yang mengalami beban berat berulang 


deformasi  berulang dan dalam jangka waktu lama  resorpsi >
replacement
Repetitive • Contoh : atlit, penari, tentara, pasien dengan penyakit kronik yang
stress mengonsumsi steroid atau MTX

• Dapat muncul meski pada keadaan stress normal


• Terjadi karena struktur tulang sudah melemah (osteoporosis, osteogenesis
Patholo imperfecta) atau adanya lesi litik (metastasis pada tulang)
gical
Tipe Fraktur
 Fraktur complete : bila garis patah melalui seluruh
penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
 Fraktur incomplete : bila garis patah tidak melalui
seluruh penampang tulang
a. Hairline fracture : patah retak rambut
b. Buckle fracture/ Torus fracture : bila terjadi lipatan dari korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Biasanya
pada distal radius anak-anak.
c. Greenstick fracture : fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya
sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya. Sering
terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera sembuh dan
segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal.
Tipe Fraktur
Klasifikasi Fraktur

1. Berdasarkan hubungan tulang dengan dunia luar


Fraktur tertutup (closed fracture) : tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
atau bagian eksternal tubuh.
Fraktur terbuka (open fracture) : terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan di kulit. Rentan terhadap
kontaminasi dan infeksi. Fraktur terbuka dibagi
menjadi 3 derajat.
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Gustillo-Anderson
 G. Derajat Fraktur terbuka menurut klasifikasi
Gustilo and Anderson
Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne

 Derajat 0 : fraktur sederhana tanpa / disertai dengan


sedikit kerusakan jaringan lunak

 Derajat 1 : fraktur disertai dengan abrasi superfisial atau


luka memar pada kulit dan jaringan subkutan

 Derajat 2 : Fraktur yang lebih berat dibanding derajat 1


yang disertai dengan kontusio dan pembengkakan
jaringan lunak

 Derajat 3 : Fraktur berat yang disertai dengan kerusakan


jaringan kuna yang nyata dan terdapat ancaman
terjadinya sindrom kompartmen
2. Berdasarkan Sudut Patah :
 Fraktur transversal : garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur
semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah
direposisi/ direduksi kembali ke tempatnya semula.
 Farktur oblik : garis patahnya membentuk sudut.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
 Fraktur spiral : akibat trauma rotasi. Garis patah
tulang membentuk spiral. Fraktur cenderung cepat
sembuh.
Mekanisme Injury
3. Berdasarkan Jumlah garis patah
Fraktur kominutif : garis patah lebih dari 1 dan saling
berhubungan.
Fraktur segmental : garis patah lebih dari 1 tetapi
tidak saling berhubungan.
Fraktur multiple : garis patah lebih dari 1 tetapi
pada tulang yang berlainan.

4. Berdasarkan Trauma
Fraktur kompresi : 2 tulang menumbuk tulang ke-3
yang berada diantaranya.
Fraktur avulse : trauma tarikan, suatu fragmen
tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen.
Fraktur spiral
5. Berdasarkan Bergesernya
fragmen:
Fraktur undisplaced : garis
patah komplit tetapi ke-2
fragmen tidak bergeser,
periosteumnya masih utuh.
Fraktur displaced : terjadi
pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang juga disebut
lokasi fragmen. Terbagi atas:
 Shortening: pemendekan
 Translation shift: berpindah
 Angulasi: Membentuk sudut
 Rotasi: berputar
 Fraktur bisa juga dinamakan sesuai dengan nama
tulang yang dikenainya, misalnya : fraktur femur,
fraktur humerus, fraktur radius-ulna, dan lain
sebagainya.
 Fraktur femur yang diklasifikasikan berdasarkan
lokasi anatomis yang dikenai:
 Fraktur proksimal femur
 Fraktur leher femur
 Fraktur pada poros/ batang femur
 Fraktur distal femur
Penyembuhan Fraktur
Union
 Direct Union

 Delayed Union

 Non-union
Gambaran Klinis
 Adanya riwayat trauma
 Nyeri
 Kaku
 Perubahan bentuk
 Pembengkakan lokal pada daerah tulang yang
patah
 Merah/perubahan warna pada daerah tulang
yang patah
 Panas pada daerah tulang yang patah
 keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi)
 Gerakan abnormal, kehilangan fungsi gerak
Diagnosis
Anamnesis

Riwayat penyakit sekarang : Riwayat keluarga :


- Mekanisme trauma -Riwayat sakit di keluarga
- Gejala klinis trauma -Kontak TB

Riwayat dahulu : Faktor risiko :


- Riwayat kondisi kesehatan -Pekerjaan
- Riwayat luka/trauma -Alkohol

- Konsumsi obat -Rokok


Pemeriksaaan fisik

Pemeriksaan generalis, lihat ada atau tidaknya :

 Periksa daerah yang paling jelas terluka

 Periksa kerusakan arteri

 Nilai kerusakan saraf

 Lihat adanya jejas pada jaringan lunak lokal dan viscera

 Lihat adanya jejas pada bagian tubuh lain (otak, spine, toraks, panggul)

 Nilai adanya Syok, anemia atau perdarahan

 Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.


Status lokalis
 Look
 Deformitas (terpuntir/ rotasi, bengkok, bengkak, atau
pendek). Dibandingkan dengan kaki yang normal.
 Tulang yang menonjol di bawah kulit
 Adanya luka, sikatrik
 Tanda peradangan
 Perubahan warna (memar, kebiruan, pucat)

Penilaian :
Lokasi luka = .... Deformitas +
Luka ukuran = ... Cm x ....cm Tanda radang +
Luka kotor + Skin loss +
Perdarahan +
Bone expose +
Feel
 Kulit : suhu hangat atau dingin, luka kering atau
basah, terasa rangsang atau tidak
 Ada tidaknya nyeri tekan setempat
 Jaringan : adanya benjolan? Pulsasi, terutama
vaskularisasi paling dekat.
 Tulang : krepitasi? Penonjolan tulang?

Pergerakan (movement)
 Krepitasi
 Keterbatasan ROM
 Gerakan abnormal
Pemeriksaaan Penunjang
X-Ray
 Two views
 AP dan lateral
 Two joints
 Two limbs
 Untuk perbandingan
 Two injuries
 Injury dapat terjadi lebih dari 1 level. Jika terjadi fraktur pada
calcaneum atau femur, penting untuk dilakukan x-ray pelvis
dan spine
 Two occasions
 Tidak semua fraktur dapat terdeteksi langsung setelah injury

CT scan : lesi pada spine atau complex joint fracture

MRI : fraktur vertebra berisiko untuk menekan spinal cord


atau tidak
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum

Fraktur biasanya menyertai trauma, penting terhadap pemeriksaan


airway, breathing and circulation

Bila tidak ada masalah lagi, lakukan anamnesis, dan pemeriksaan


secara terperinci

Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk


mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period
(1-6 jam)

Bila > 6 jam, komplikasi infeksi semakin meningkat, lakukan


anamnesis dan pemeriksaan fisik secara singkat, lengkap.

Lakukan foto radiologi, pemasangan bidai untuk menurunkan rasa


sakit, dan memepermudah proses pembuatan foto.
Penatalaksanaan lanjut

Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik,
kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang
harus cepat dilakukan misalnya pemasangan bidai.

Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
 Pemasangan gips
 Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Debridement
Untuk mempertahankan/memperbaiki
keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada
keadaan luka sangat parah dan tidak
beraturan.

Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen
tulang yang patah untuk mengembalikan
fungsi normal.
Komplikasi
Prognosis

 Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi


fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam
penyembuhan, selain faktor biologis yang juga
merupakan suatu faktor yang sangat esensial
dalam penyembuhan fraktur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai