KASUS UJIAN
• Nama : Tn. I
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 22 tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Sukahaji No. 14 RT 04 RW 07, Kec. Sukasari, Kota
Bandung
• Status Pernikahan : Belum Menikah
• Pendidikan : Dalam pendidikan S1
• Pekerjaan : Belum bekerja
• Tanggal Pemeriksaan: 9 Februari 2019
• Tanggal Home Visit : 11 Februari 2019
2 ANAMNESIS
PASIEN
NYERI
KU ULU HATI
TIME LINE PERJALANAN PENYAKIT
4 bulan lalu
• Didiagnosi • Stress
s • Nyeri ulu kuliah
dyspepsia hati ke
fungsional puskesma
Tahun 2014 s 3 bulan lalu
Pasien juga mengeluhkan perut terasa sering kembung dan cepat kenyang apabila makan. Nyeri ulu
hati tidak disertai dengan rasa terbakar yang menjalar ke leher, perubahan suara menjadi serak ataupun rasa
asam dan pahit di mulut. Keluhan demam, kekuningan di badan atau pada mata tidak ada. Keluhan sulit
BAB atau BAB encer dan semakin sering tidak ada. Keluhan BAB seperti aspal dan berminyak tidak ada.
Keluhan tidak disertai dengan sesak napas, mudah lelah saat beraktivitas, maupun nyeri dada kiri yang
menjalar. Keluhan muntah yang terus-menerus, muntah berwarna seperti kopi, dan penurunan berat badan
tidak ada.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
14 jam sebelum datang ke puskesmas, pasien mengonsumsi pecel lele dengan sambal. Pasien suka
mengonsumsi makanan pedas dan bersantan. Pasien biasanya jarang sarapan di rumah dan hanya membeli
gorengan di kampus saja bila sempat. Pasien jarang minum kopi dan tidak merokok. Pasien mengaku
sedang ada beban pikiran. Sejak 3 bulan lalu, pasien merasa tertekan dengan tugas akhir kuliah yang belum
kunjung tuntas, sehingga pasien sering mengalihkan rasa tertekan tersebut dengan bermain dengan teman
kuliahnya. Sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas pasien juga mengatakan makan tidak teratur, sering
hanya makan 1X sehari karena merasa menjadi semakin cepat kenyang dan kembung.
Pasien sudah mengonsumsi Milanta cair saat nyeri ulu hati muncul sebanyak 1 tablet, namun keluhan
hanya membaik sementara. Pasien khawatir karena keluhan tidak kunjung membaik. Karena hal tersebut
pasien datang ke Puskesmas Sukarasa dengan harapan keluhan nyeri ulu hati tidak muncul kembali dan bisa
terkontrol.
RIWAYAT PENYAKIT DAN
PENGOBATAN TERDAHULU
Pasien memiliki riwayat penyakit Dispepsia sejak tahun 2014. Keluhan nyeri ulu hati sering dirasakan
pasien ketika telat makan, banyak beban pikiran, dan setelah pasien mengonsumsi makanan bersantan dan
pedas dalam jumlah banyak. Untuk mengurangi gejala tersebut, biasanya pasien akan mengonsumsi obat
penurun asam lambung yang dibeli di warung jika obat omeprazole yang biasa pasien dapat dari dokter lupa
dibawa, lalu pasien beristirahat, makan, dan minum air hangat. Jika keluhan tidak membaik, pasien akan
berobat ke dokter. Keluhan serupa terakhir dirasakan 1 bulan yang lalu, akibat mengonsumsi rujak dan
beban pikiran. Keluhan terakhir yang membuat pasien memeriksakan diri ke puskesmas dialami 4 bulan
yang lalu karena hanya makan 2 kali sehari dengan porsi sedikit.
Tidak ada riwayat mengonsumsi obat anti nyeri, obat-obatan lain atau jamu dalam jangka waktu yang
lama. Tidak ada riwayat asma, alergi, darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi, asam urat tinggi,
keganasan saluran cerna maupun penyakit jantung pada pasien dan keluarga. Tidak ada riwayat
pembedahan. Pasien tidak sedang dalam pengobatan lain.
RIWAYAT KELUARGA
Tn. U Ny. N 71 Tn. T Ny. O
Genogram 75 tahun tahun 72 tahun 70 tahun
Keluarga Tn. I,
11 Februari 2019
D
Keterangan: Ny. W Tn. O Ny. Y
50 tahun
Tn. L
46 tahun
Tn. U
44 tahun
53 tahun 51 tahun m ‘91
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Tinggal serumah D
D D : Dispepsia Tn. A Ny. M Tn. D Ny. H Tn. I
27 tahun 27 tahun 26 tahun 25 tahun 22 tahun
m : Tahun menikah
: Pasien indeks
RIWAYAT KELUARGA
Bentuk Keluarga
Keluarga inti
Saya puas karena saya dapat kembali pada keluarga saya jika saya menghadapi
1 2
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas serta membagi masalah
2 2
dengan saya
Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
3 2
melaksanakan kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara-cara keluarga saya menyatakan rasa kasih sayang dan
4 2
menanggapi emosi
Aspek Keterangan
Social Pasien mengaku nyaman & sering bersosialisasi dengan keluarga, tetangga, dan teman-temannya
Culture Pasien bersuku sunda. Pasien dan keluarga menyukai makanan sunda yang pedas
Pasien & keluarga beragama Islam taat melakukan ibadah shalat 5 waktu, pasien rutin mengikuti
Religion pengajian di kampus 2 kali seminggu
Pasien saat ini sedang menempuh pendidikan S1dan memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai
Education penyakitnya saat ini.
Puskesmas Sukarasa 1,5 km dari rumah pasien & 5 menit dengan sepeda motor. Pasien dan keluarganya
Medical sudah terdaftar BPJS non PBI.
PENILAIAN
STATUS GIZI
• Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi: tidak ada
• Obat-obatan yang biasa dikonsumsi: Milanta dan Omeprazole
• Riwayat penyakit di keluarga: Dispepsia
• Penurunan BB dalam 6 bulan/2 minggu terakhir: Tidak ada
• Keluhan pencernaan menetap >2 minggu: Tidak ada
• Kapasitas fungsional: Tidak ada disfungsi
• Aktivitas fisik: Ringan
• Analisis asupan makanan:
Dibandingkan dengan keadaan sehat: ada dalam satu minggu
terakhir menjadi semakin berkurang frekuensinya
Konsistensi: makanan biasa/padat
PENILAIAN
STATUS GIZI RECALL
Leher Abdomen
KGB tidak teraba membesar Datar, lembut, nyeri tekan epigastrium (+),
JVP tidak meningkat hepar dan lien tidak teraba
Tiroid tidak teraba membesar Perkusi : hipertimpani (+), pekak samping (-),
Auskultasi : BU (+) normal
Cor Ekstrimitas
Ictus cordis tidak tampak dan teraba di LMCS V, Akral hangat
Tidak ada kardiomegali, Capillary refill time <2
bunyi jantung S1 S2 reguler, S3 (-), S4 (-), detik
murmur (-) Edema -/-/-/-
4 KUNJUNGAN
RUMAH
DATA DEMOGRAFI
KELUARGA
Karakteristik
Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan Puskesmas Sukarasa
Pelayanan Memuaskan
LINGKUNGAN
PEKERJAAN
Dispepsia Fungsional
GERD
Laryngopharyngeal reflux
Peptic ulcer
Inflammatory bowel syndrome
6
USULAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
USULAN
Secara teori, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
Endoskopi
Untuk mencari kelainan struktural
Namun, karena pemeriksaan urea breath test jarang dan mahal di Indonesia
dan pasien tidak memiliki alarm sign (nyeri menelan, sulit menelan,anemia
yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, penurunan berat badan, BAB hitam,
dan penurunan nafsu makan) sehingga bukan indikasi endoskopi.
Aspek Klinis
Farmakologis
Omeprazole 2x20 mg sebelum makan p.o
Parasetamol 3x500 mg, prn nyeri kepala
Domperidon 3x10 mg
RENCANA PEMELIHARAAN
KESEHATAN
Keluarga Tn. D
Dispepsia
12 CSS
NYERI ULU HATI
DEFINISI
NYERI ULU HATI
Nyeri ulu hati adalah nyeri pada daerah epigastrium. Letak ulu hati berada di bawah tulang
dada dan di atas pusar, atau perut bagian atas. Rasa sakit atau nyeri ini dapat menyebar dari
satu bagian ke bagian tubuh lainnya. Sakit ulu hati bisa ringan, namun bisa juga menjadi
pertanda adanya masalah kesehatan serius yang perlu diobati.
ETIOLOGI
NYERI ULU HATI
Biasanya karena ada gangguan pada organ:
1 2 3 4 5
Pankreas
Deskripsi nyeri ulu hati yang disebabkan oleh penyakit Deskripsi nyeri ulu hati yang disebabkan oleh penyakit
lambung: jantung:
Rasa terbakar di daerah ulu hati sampai dada yang terjadi • Nyeri ulu hati atau nyeri dada yang terjadi mirip seperti
secara segera setelah makan, dan rasa terbakar tersebut tertindih benda berat.
bertahan selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam. • Nyeri yang terjadi menjalar ke bahu, leher dan tangan.
Nyeri dada yang dirasakan lebih parah ketika menunduk, • Nyeri disertai dengan sesak napas, keringat dingin
berbaring, atau setelah makan. • Nyeri hilang setelah mengonsumsi obat-obatan jantung
Nyeri tidak menjalar ke daerah bahu, leher, atau tangan. golongan nitrogliserin.
Sulit menelan
Gejala nyeri akan hilang beberapa saat setelah mengonsumsi
obat golongan antasida.
13 CSS
DISPEPSIA
DEFINISI
DISPEPSIA
• Dispepsia adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman kronik atau rekuren pada ulu hati (di
perut bagian atas).
• Sindroma dispepsia merupakan sekumpulan gejala yang dapat terdiri dari nyeri epigastrium,
mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa
panas yang menjalar di dada.
• Dispepsia menurut buku Harrison’s Principle of Internal Medicine adalah rasa tidak
nyaman atau rasa sakit yang kronis atau berulang di perut bagian atas yang mungkin
disebabkan oleh beragam proses seperti refluks gastroesofagal, penyakit ulkus peptikum,
dan “dispepsia nonulcer,” kategori heterogen yang mencakup gangguan motilitas, sensasi,
dan somatisasi.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
DISPEPSIA
Dispepsia Organik Dispepsia Non-Organik
Dispepsi
Lebih dominan keluhan
Fungsional Nyeri epigastrik lebih
kembung, mual, muntah, rasa
Tidak ada keluhan
dominan yang dominan dari
penuh dan cepat kenyang, kedua tipe lainnya.
rasa tidak nyaman bertambah
saat makan.
Diet Medikamentosa
• Prinsip: menghindari makanan • Antasida
pencetus serangan (pedas, asam, • Penyekat H2 reseptor (Ranitidin,
tinggi lemak, kopi, teh) famotidin)
• Bila ada keluhan cepat kenyang, • Penghambat pompa proton
dianjurkan untuk makan porsi kecil (omeprazol)
tapi sering dan rendah lemak • Sitoproteksi (sukralfat)
• Prokinetik (metoklopramid,
Psikoterapi : Behavioural therapy domperidone)
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA
Medikamentosa
• Pada tipe nyeri epigastrium, lini pertama terapi bertujuan menekan asam lambung (H2-
blocker, PPI).
• Pada tipe distres postprandial, lini pertama dengan prokinetik, seperti
metoklopramid/domperidon (antagonis dopamin),
• Bila lini pertama gagal, PPI dapat digunakan untuk tipe distres postprandial dan prokinetik
untuk tipe nyeri. Kombinasi obat penekan asam lambung dan prokinetik bermanfaat pada
beberapa pasien.
• Pada kasus yang tidak berespons terhadap obat-obat tersebut, digunakan antidepresan.
Antidepresan trisiklik (amitriptilin 50 mg/hari, nortriptilin 10 mg/ hari, imipramin 50 mg/hari)
selama 8-12 minggu cukup efektif untuk terapi dispepsia fungsional, SSRI atau SNRI tidak
lebih efektif dari plasebo.
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA
KOMPLIKASI
DISPEPSIA
• Pendarahan saluran cerna bagian atas
• Perforasi lambung
• Anemia
PROGNOSIS
DISPEPSIA
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, komplikasi, dan
pengobatannya. Umumnya prognosis dispepsia adalah ad bonam, namun dapat
terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
RELEVANSI DENGAN DOKTER UMUM
DISPEPSIA
Prevalensi pasien dispepsia di pelayanan kesehatan mencakup 30% dari pelayanan dokter
umum. Mayoritas pasien Asia dengan dispepsia yang belum diinvestigasi. Penting bagi dokter
umum di fasilitas layanan primer pertama untuk melakukan konseling tentang pola makan yang
baik dan teratur, serta pengelolaan stress pada masyarakat sehingga prevalensi ini dapat
menurun.
REFERENSI PEMBAHASAN
DISPEPSIA