Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

KASUS UJIAN

Ibrahim Adnan 130110140094

Perseptor Family Medicine : Dr. Ardini S.Raksanagara,dr., M.Ph.


Perseptor Lapangan : RR. Theresia Widuri, dr., MM.
Puskesmas Sukarasa
1 IDENTITAS
PASIEN
IDENTITAS
PASIEN

• Nama : Tn. I
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 22 tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Sukahaji No. 14 RT 04 RW 07, Kec. Sukasari, Kota
Bandung
• Status Pernikahan : Belum Menikah
• Pendidikan : Dalam pendidikan S1
• Pekerjaan : Belum bekerja
• Tanggal Pemeriksaan: 9 Februari 2019
• Tanggal Home Visit : 11 Februari 2019
2 ANAMNESIS
PASIEN
NYERI
KU ULU HATI
TIME LINE PERJALANAN PENYAKIT
4 bulan lalu
• Didiagnosi • Stress
s • Nyeri ulu kuliah
dyspepsia hati  ke
fungsional puskesma
Tahun 2014 s 3 bulan lalu

1 minggu lalu 12 jam lalu


• Konsumsi rujak • Konsumsi pecel • Nyeri
dan ada beban • Makan tidak lele + sambal • Nyeri ulu hati memberat
pikiran nyeri teratur
ulu hati

1 bulan lalu 14 jam lalu 2 jam lalu


RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 12 jam sebelum datang ke puskesmas dan
memberat 2 jam sebelum masuk puskesmas. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri
tidak menjalar ke bagian tubuh lain, dapat ditunjuk dengan 1 jari, dan terdapat hanya pada satu titik. Nyeri
membaik beberapa saat setelah makan dan mengonsumsi Milanta cair. Keluhan bertambah parah jika pasien
telat makan atau mengonsumsi makanan pedas dan asam. Skor nyeri dari 1-10 menurut pasien adalah 7.
Nyeri tersebut membuat pasien bangun malam hari dan sulit tidur hingga pagi. Keluhan disertai rasa mual
dan nyeri kepala, namun tidak sampai muntah. Rasa mual tersebut membuat pasien tidak nafsu untuk
makan.

Pasien juga mengeluhkan perut terasa sering kembung dan cepat kenyang apabila makan. Nyeri ulu
hati tidak disertai dengan rasa terbakar yang menjalar ke leher, perubahan suara menjadi serak ataupun rasa
asam dan pahit di mulut. Keluhan demam, kekuningan di badan atau pada mata tidak ada. Keluhan sulit
BAB atau BAB encer dan semakin sering tidak ada. Keluhan BAB seperti aspal dan berminyak tidak ada.
Keluhan tidak disertai dengan sesak napas, mudah lelah saat beraktivitas, maupun nyeri dada kiri yang
menjalar. Keluhan muntah yang terus-menerus, muntah berwarna seperti kopi, dan penurunan berat badan
tidak ada.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
14 jam sebelum datang ke puskesmas, pasien mengonsumsi pecel lele dengan sambal. Pasien suka
mengonsumsi makanan pedas dan bersantan. Pasien biasanya jarang sarapan di rumah dan hanya membeli
gorengan di kampus saja bila sempat. Pasien jarang minum kopi dan tidak merokok. Pasien mengaku
sedang ada beban pikiran. Sejak 3 bulan lalu, pasien merasa tertekan dengan tugas akhir kuliah yang belum
kunjung tuntas, sehingga pasien sering mengalihkan rasa tertekan tersebut dengan bermain dengan teman
kuliahnya. Sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas pasien juga mengatakan makan tidak teratur, sering
hanya makan 1X sehari karena merasa menjadi semakin cepat kenyang dan kembung.

Pasien sudah mengonsumsi Milanta cair saat nyeri ulu hati muncul sebanyak 1 tablet, namun keluhan
hanya membaik sementara. Pasien khawatir karena keluhan tidak kunjung membaik. Karena hal tersebut
pasien datang ke Puskesmas Sukarasa dengan harapan keluhan nyeri ulu hati tidak muncul kembali dan bisa
terkontrol.
RIWAYAT PENYAKIT DAN
PENGOBATAN TERDAHULU

Pasien memiliki riwayat penyakit Dispepsia sejak tahun 2014. Keluhan nyeri ulu hati sering dirasakan
pasien ketika telat makan, banyak beban pikiran, dan setelah pasien mengonsumsi makanan bersantan dan
pedas dalam jumlah banyak. Untuk mengurangi gejala tersebut, biasanya pasien akan mengonsumsi obat
penurun asam lambung yang dibeli di warung jika obat omeprazole yang biasa pasien dapat dari dokter lupa
dibawa, lalu pasien beristirahat, makan, dan minum air hangat. Jika keluhan tidak membaik, pasien akan
berobat ke dokter. Keluhan serupa terakhir dirasakan 1 bulan yang lalu, akibat mengonsumsi rujak dan
beban pikiran. Keluhan terakhir yang membuat pasien memeriksakan diri ke puskesmas dialami 4 bulan
yang lalu karena hanya makan 2 kali sehari dengan porsi sedikit.
Tidak ada riwayat mengonsumsi obat anti nyeri, obat-obatan lain atau jamu dalam jangka waktu yang
lama. Tidak ada riwayat asma, alergi, darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi, asam urat tinggi,
keganasan saluran cerna maupun penyakit jantung pada pasien dan keluarga. Tidak ada riwayat
pembedahan. Pasien tidak sedang dalam pengobatan lain.
RIWAYAT KELUARGA
Tn. U Ny. N 71 Tn. T Ny. O
Genogram 75 tahun tahun 72 tahun 70 tahun

Keluarga Tn. I,
11 Februari 2019
D
Keterangan: Ny. W Tn. O Ny. Y
50 tahun
Tn. L
46 tahun
Tn. U
44 tahun
53 tahun 51 tahun m ‘91
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Tinggal serumah D
D D : Dispepsia Tn. A Ny. M Tn. D Ny. H Tn. I
27 tahun 27 tahun 26 tahun 25 tahun 22 tahun
m : Tahun menikah
: Pasien indeks
RIWAYAT KELUARGA
Bentuk Keluarga
Keluarga inti

Tahapan Siklus dalam Keluarga


Keluarga dengan anak dewasa
RIWAYAT KELUARGA
Family Map
• Pasien tinggal dengan kedua orang tua
• Pasien  mahasiswa
• Ayah pasien  Karyawan CV tetap
• Ibu pasien  IRT
• Hubungan pasien dengan seluruh anggota keluarga  Baik.
• Pasien memiliki 2 orang kakak yang sudah berkeluarga dan tidak tinggal bersama pasien. kakak tertua
tinggal di Bandung, sedangkan kakak kedua di Jakarta  sering berkomunikasi via Whatsapp
• Sumber penghasilan keluarga utama berasal ayah pasien. Setiap bulan ayah pasien mendapatkan total Rp
10.000.000,00 dari pekerjaannya. Selain itu, kedua kakak pasien juga mengirimkan uang setiap bulan
dengan jumlah yang bervariatif, sekitar Rp 7.000.000,00-Rp 10.000.000,00. Pasien merasa kebutuhan
ekonomi keluarganya tercukupi.
• Terdapat riwayat Dyspepsia fungsional pada ibu pasien
RIWAYAT KELUARGA
APGAR

No. Pernyataan Selalu Kadang Tidak pernah

Saya puas karena saya dapat kembali pada keluarga saya jika saya menghadapi
1 2  
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas serta membagi masalah
2 2  
dengan saya
Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
3 2  
melaksanakan kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara-cara keluarga saya menyatakan rasa kasih sayang dan
4 2  
menanggapi emosi

5 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membagi waktu bersama 2  

SKOR APGAR: 10 (Highly Functional Family)


RIWAYAT KELUARGA
SCREEM

Aspek Keterangan
Social Pasien mengaku nyaman & sering bersosialisasi dengan keluarga, tetangga, dan teman-temannya

Culture Pasien bersuku sunda. Pasien dan keluarga menyukai makanan sunda yang pedas

Pasien & keluarga beragama Islam  taat melakukan ibadah shalat 5 waktu, pasien rutin mengikuti
Religion pengajian di kampus 2 kali seminggu

Economy Pasien merasa pendapatan yang dimiliki keluarga sudah cukup.

Pasien saat ini sedang menempuh pendidikan S1dan memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai
Education penyakitnya saat ini.
Puskesmas Sukarasa  1,5 km dari rumah pasien & 5 menit dengan sepeda motor. Pasien dan keluarganya
Medical sudah terdaftar BPJS non PBI.
PENILAIAN
STATUS GIZI
• Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi: tidak ada
• Obat-obatan yang biasa dikonsumsi: Milanta dan Omeprazole
• Riwayat penyakit di keluarga: Dispepsia
• Penurunan BB dalam 6 bulan/2 minggu terakhir: Tidak ada
• Keluhan pencernaan menetap >2 minggu: Tidak ada
• Kapasitas fungsional: Tidak ada disfungsi
• Aktivitas fisik: Ringan
• Analisis asupan makanan:
 Dibandingkan dengan keadaan sehat: ada dalam satu minggu
terakhir menjadi semakin berkurang frekuensinya
 Konsistensi: makanan biasa/padat
PENILAIAN
STATUS GIZI RECALL

No. Waktu Jenis Makanan Jumlah URT Jumlah (kkal)


1 07.30 Bubur Ayam 1 porsi 372
kerupuk 10 gram 61
2 10.00 Teh manis 1 gelas 55
Kue Regal 3 buah 66
3 13.00 Nasi 1 porsi 260
Ayam goreng 100 gram 204
4 18.00 Nasi putih 1 porsi 204
Pecel Lele 100 gram 136
Sambal 10 gram 50
Total Kalori 1408
3
PEMERIKSAAN
FISIK
STATUS
GENERALIS
• Keadaan umum : Compos mentis, tampak sakit ringan
• Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 89x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 37,0° C
• Status gizi
 Berat badan : 60 kg
 Tinggi badan : 1,7 m
 Indeks massa tubuh: 20,76 kg/m2 (Normal)
Kepala Pulmo
Wajah : Deformitas (-), simetris Bentuk dan Gerak simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Vocal Fremitus kanan = kiri, Sonor,
Hidung : PCH (-), sekret -/- VBS kanan = kiri, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Mulut : Faring : tidak hiperemis, tonsil T1 – T1
tenang

Leher Abdomen
KGB tidak teraba membesar Datar, lembut, nyeri tekan epigastrium (+),
JVP tidak meningkat hepar dan lien tidak teraba
Tiroid tidak teraba membesar Perkusi : hipertimpani (+), pekak samping (-),
Auskultasi : BU (+) normal

Cor Ekstrimitas
Ictus cordis tidak tampak dan teraba di LMCS V, Akral hangat
Tidak ada kardiomegali, Capillary refill time <2
bunyi jantung S1 S2 reguler, S3 (-), S4 (-), detik
murmur (-) Edema -/-/-/-
4 KUNJUNGAN
RUMAH
DATA DEMOGRAFI
KELUARGA

Kedudukan dalam Jenis Masalah Medis dan


No. Nama Umur Pekerjaan Pendidikan
keluarga Kelamin Biopsikososial
Kepala Keluarga, Karyawan
1 Tn. 0
suami, ayah
Laki-laki 51 tahun
CV tetap
Tamat S1 Stres kerja

2 Ny. Y Istri, ibu Perempuan 50 tahun IRT Tamat D3 Dispepsia fungsional

Belum Dispepsia fungsional,


3 Tn. I Pasien, anak Laki-laki 22 tahun bekerja Sedang S1 stres pendidikan
LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL
Kepemilikan rumah : Milik pribadi
Daerah perumahan : Padat bersih

Sanitasi Rumah dan Lingkungan Tempat Tinggal


Karakteristik
Lantai rumah Keramik
Atap rumah Genteng
Dinding rumah Plester/batu
Cat dinding rumah Cat
Luas tanah 200 m2
Luas bangunan 160 m2
LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL
Sanitasi Rumah dan Lingkungan Tempat Tinggal
Karakteristik
Jumlah kamar 5
Dapur Ada
Cerobong asap Ada
Jendela terbuka Ada
Jumlah jendela ventilasi 10 jendela
Jumlah jendela pencahayaan 10 jendela

Sumber air bersih Sumur

Sumber pencemaran di dekat (<10m) sumber air Tidak

Kemudahan mendapatkan air untuk keperluan harian Ya (mudah)


LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL
Sanitasi Rumah dan Lingkungan Tempat Tinggal
Karakteristik
Kualitas fisik air minum Baik
Pengolahan air minum sebelum diminum Air galon
Tempat penampungan air minum sebelum dimasak -
Tempat penampungan air limbah dari kamar Ke sungai
mandi/tempat cuci/dapur
Saluran pembuangan air limbah Saluran tertutup
Tempat pembuangan sampah di luar rumah Ada. Tertutup

Bahan bakar apa untuk memasak sehari-hari Gas/LPG

Memelihara ternak di rumah? Tidak


AKSES DAN PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN

Karakteristik
Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan Puskesmas Sukarasa

Jarak dan waktu yang ditempuh 1,5 Km

Angkutan umum ke faskes? Ada

Tarif pelayanan kesehatan Gratis

Pelayanan Memuaskan
LINGKUNGAN
PEKERJAAN

Faktor Risiko Kesimpulan


Tn. O
Faktor fisik Kecelakaan bermotor
Faktor kimia -

Faktor biologis Spasme otot


Ergonomis Terlalu lama posisi duduk
Faktor psikologis Stres pekerjaan
INTERPRETASI HASIL
KUNJUNGAN RUMAH
• Rumah berada di lingkungan padat bersih
• Ventilasi dan pencahayaan baik
• Rumah pasien luas dan bertingkat. Tingkat 1 terdiri atas ruang tamu, ruang keluarga, dapur, 2
kamar tidur, dan 2 kamar mandi. Tingkat 2 terdiri atas 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi
• Kamar mandi dan dapur dalam keadaan baik.
• Sumber air untuk mandi dan mencuci berasal dari sumur. Air untuk minum dan masak berasal dari
galon. Sumber air tidak tercemar.
• Tempat sampah ada di dalam dan depan rumah, tertutup. Seminggu 3 kali ada petugas kebersihan
yang mengambil sampah tersebut. Rumah pasien jauh dari tempat penampungan sampah.
• Akses ke sarana kesehatan baik
• Rumah layak dihuni oleh 3 orang
5 DIAGNOSIS
BANDING
DIAGNOSIS BANDING

Dispepsia Fungsional
GERD
Laryngopharyngeal reflux
Peptic ulcer
Inflammatory bowel syndrome
6
USULAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
USULAN
Secara teori, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah

Urea Breath Test


Untuk melihat apakah penyakit tersebut akibat infeksi H. pylori

Endoskopi
Untuk mencari kelainan struktural

Namun, karena pemeriksaan urea breath test jarang dan mahal di Indonesia
dan pasien tidak memiliki alarm sign (nyeri menelan, sulit menelan,anemia
yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, penurunan berat badan, BAB hitam,
dan penurunan nafsu makan) sehingga bukan indikasi endoskopi.

Sehingga pada pasien ini, tidak ada usulan pemeriksaan penunjang.


7 FAKTOR
RISIKO
FAKTOR RISIKO
Klien Keluarga
• Laki-laki, usia 22 tahun  mahasiswa • Kurangnya pengetahuan keluarga
• Pasien masih belum bisa menerapkan pola makan yang baik mengenai pola makan yang baik pada
• Pasien suka makanan yang pedas, berminyak, dan bersantan penderita dyspepsia
• Pasien jarang berolahraga • Riwayat dyspepsia pada ibu pasien
• Pasien memiliki beban pikiran terhadap tugas akhir
kuliahnya
Lingkungan
• Stressor tugas akhir di kampus
8 DIAGNOSIS
HOLISTIK
DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek Personal Aspek Internal
• Alasan : berobat untuk keluhan nyeri ulu hati • Pasien masih sering abai pada penyakitnya
• Kekhawatiran : takut penyakitnya bertambah • Pasien masih belum bisa menerapkan pola
berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari makan yang baik
• Harapan : Keluhan nyeri ulu hati dapat berkurang • Pasien suka makanan yang pedas, bersantan,
dan terkontrol dan berminyak
• Pasien memiliki beban pikiran di perkuliahan

Aspek Klinis

Dispepsia fungsional Aspek Eksternal


• Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
pola makan yang baik pada penderita dispepsia
9 PENATA
LAKSANAAN
Non Farmakologis
• Menyarankan pasien agar tidak terlambat makan dan makan dengan teratur, jika
pasien merasa mual maka dianjurkan makan sering tetapi dalam porsi kecil.
• Menghindari makanan pedas, asam dan berminyak untuk mencegah timbulnya
keluhan yang sama
• Mengelola banyaknya beban pikiran dengan melakukan aktivitas lain seperti
melakukan hobi, piknik, dan bermain bersama teman
• Mengedukasi keluarga dan pasien tentang pola makan yang baik dan teratur,
sehingga bisa saling mengingatkan
• Konseling dengan teknik BATHE

Farmakologis
 Omeprazole 2x20 mg sebelum makan p.o
 Parasetamol 3x500 mg, prn nyeri kepala
 Domperidon 3x10 mg
RENCANA PEMELIHARAAN
KESEHATAN
Keluarga Tn. D

No Nama Status Skrining Konseling Imuni Kemoprof


Kesehatan -sasi ilaksis
1 Tn. O, Sehat BMI, tekanan darah, gula darah, Pola makan sehat dan nutrisi seimbang, aktivitas fisik - Multivitamin
Laki-laki, profil lipid, asam urat, fungsi yang baik, PHBS (poin 4-9), edukasi mengenai B kompleks,
51 th paru, pemeriksaan gigi dan manajemen stress C, D, dan
mulut, visus, pendengaran, fungsi kalsium
jantung (EKG), skrining depresi,
prostat
2 Ny. Y, Dispepsia SADARI, IVA, BMI, tekanan Edukasi mengenai dispepsia, pola makan sehat dan - Multivitamin
Perempuan, fungsional darah, gula darah, profil lipid, nutrisi seimbang, aktivitas fisik yang baik, PHBS (poin B kompleks,
50 th asam urat, fungsi paru, 4-9), cara SADARI, edukasi mengenai manajemen C, D, dan
pemeriksaan gigi dan mulut, stress kalsium
visus, pendengaran, fungsi
jantung (EKG), skrining depresi
3 Tn. I, Laki- Dispepsia BMI, tekanan darah, gula darah, Edukasi mengenai dispepsia, pola makan sehat dan - Multivitamin
laki 22 th fungsional profil lipid, asam urat, fungsi nutrisi seimbang, aktivitas fisik yang baik, PHBS (poin B kompleks
paru, kesehatan gigi dan mulut, 4-9), edukasi mengenai manajemen stress dan C
visus, pendengaran, fungsi
jantung (EKG), skrining depresi
PHBS Rumah Tangga

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah
dan lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga
10. Tidak merokok di dalam rumah
INTERVENSI
GIZI
Status gizi
 Berat badan : 60 kg
 Tinggi badan : 170 cm
 Indeks massa tubuh: 20,76 kg/m2 (normal)
 BB ideal (Brocca) = 90% x (TB – 100) x 1 kg  63 kg 
Normal jika masih dalam BBI ± 10%  56,7 – 69,3 Kg
 Maka BB saat ini (60 Kg) adalah normal

Kebutuhan Kalori Basal (KKB)


KEBUTUHAN
BBI x 30 = 63 x 30 = 1890 kkal KALORI

Total Kebutuhan Kalori Harian


KKB + % KKB aktivitas fisik + % KKB Faktor koreksi Usia - % KKB Faktor IMT
1890 kkal + (10% x 1890) + (0% x 1890) + (0% x 1890) = 2079 kkal
Usia <40
Aktivitas ringan IMT Normal
tahun
INTERVENSI
GIZI

Komposisi: karbohidrat (50%), protein (30%), lemak (20%)


Komposisi Jenis nutrien spesifik : vitamin dan mineral
Makanan yang dianjurkan: Karbohidrat (Nasi, kentang), protein hewani (telur, ikan, ayam),
protein nabati (tahu, tempe), sayur (wortel, bayam), buah (semangka, kurma, pepaya)
Jenis Makanan Makanan yang tidak dianjurkan:
-Makanan pedas (sambal), bersantan (gulai, lodeh), asam (kopi, teh, buah muda), alcohol,
dan minuman bersoda
Konsistensi &
Pengolahan Konsistensi yang dianjurkan: Biasa (padat)
Pengolahan yang dianjurkan: direbus /dikukus/ dipanggang/ digoreng
dengan minyak tidak >2x pemakaian
Cara & Cara pemberian: Oral
Frekuensi Frekuensi yang dianjurkan: 1x appetizer, 3 x makan berat dan 2x cemilan
(Frekuensi lebih sering dengan porsi lebih sedikit jika mual)
INTERVENSI GIZI
No Waktu Jenis Makanan Jumlah URT Besar Kalori (Kkal)
1. 06.30 Kurma 4 buah 72
2. 08.00 Nasi putih 1 porsi 135
Tempe goreng 2 buah 68
Telur goreng 2 butir 308
Sayur Bayam 1 mangkok 74
3. 10.00 Semangka 1 mangkok potong dadu 46
Apel fuji 1 buah sedang 52
4. 12.00 Nasi putih 1 porsi 135
Ayam goreng 150 gram 390
Sayur Bayam 1 mangkok 74
5. 16.00 Kurma 4 buah 72
6. 18.00 Nasi 1 porsi 135
Telur dadar 1 butir 93
Ikan mas goreng 150 gram 225
Tumis buncis 1 mangkok 140
Total 2039
AKTIVITAS
FISIK

Frequency: 3-5 hari/minggu


Intensity: ringan sampai sedang (low to moderate
intense)
T ime: 30-60 menit/hari
Type: aerobik dikombinasi dengan weight training
seminggu 3 kali
Contoh : jalan cepat, joging, senam
Contoh weight training : jalan sambil membawa air mineral dalam botol
sebagai barbel
10 PROG
NOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia Ad bonam
11 BIOPSIKOSOSIAL
MAP
Tn I, 22 tahun Biologis Sosial Psikologis

Riwayat Makan hanya 2 kali Menyukai makanan pedas, Banyak penjual


DIspepsia Terlambat makan makanan di kampus Beban pikiran akibat tugas
dalam sehari dan bersantan
akhir kuliah

Menstimulasi produksi asam


lambung Meningkatkan cortisol
Memperpanjang paparan
asam lambung yang tinggi

Pertahanan mukosa lambung


menurun

Rusaknya sel pada lambung dan


terjadi inflamasi

Menstimulasi pusat Melambatkan pengosongan lambung


vomit Menstimulasi reseptor nyeri pada
lambung

Akumulasi cairan dan udara


Muscle spasm dan tenderness
Nausea

Dispepsia
12 CSS
NYERI ULU HATI
DEFINISI
NYERI ULU HATI

Nyeri ulu hati adalah nyeri pada daerah epigastrium. Letak ulu hati berada di bawah tulang
dada dan di atas pusar, atau perut bagian atas. Rasa sakit atau nyeri ini dapat menyebar dari
satu bagian ke bagian tubuh lainnya. Sakit ulu hati bisa ringan, namun bisa juga menjadi
pertanda adanya masalah kesehatan serius yang perlu diobati.
ETIOLOGI
NYERI ULU HATI
Biasanya karena ada gangguan pada organ:

1 2 3 4 5
Pankreas

Sindroma Dispepsia, PJK, Pankreatitis Hepatitis, Obstruksi usus dan


Gastritis Dissecting cholangitis, gangguan
Neoplasma gaster aortic aneurysm cholelithiasis duodenum
GEJALA KLINIS
NYERI ULU HATI

Deskripsi nyeri ulu hati yang disebabkan oleh penyakit Deskripsi nyeri ulu hati yang disebabkan oleh penyakit

lambung: jantung:

 Rasa terbakar di daerah ulu hati sampai dada yang terjadi • Nyeri ulu hati atau nyeri dada yang terjadi mirip seperti

secara segera setelah makan, dan rasa terbakar tersebut tertindih benda berat.

bertahan selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam. • Nyeri yang terjadi menjalar ke bahu, leher dan tangan.

 Nyeri dada yang dirasakan lebih parah ketika menunduk, • Nyeri disertai dengan sesak napas, keringat dingin
berbaring, atau setelah makan. • Nyeri hilang setelah mengonsumsi obat-obatan jantung
 Nyeri tidak menjalar ke daerah bahu, leher, atau tangan. golongan nitrogliserin.

 Sulit menelan
 Gejala nyeri akan hilang beberapa saat setelah mengonsumsi
obat golongan antasida.
13 CSS
DISPEPSIA
DEFINISI
DISPEPSIA
• Dispepsia adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman kronik atau rekuren pada ulu hati (di
perut bagian atas).
• Sindroma dispepsia merupakan sekumpulan gejala yang dapat terdiri dari nyeri epigastrium,
mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa
panas yang menjalar di dada.
• Dispepsia menurut buku Harrison’s Principle of Internal Medicine adalah rasa tidak
nyaman atau rasa sakit yang kronis atau berulang di perut bagian atas yang mungkin
disebabkan oleh beragam proses seperti refluks gastroesofagal, penyakit ulkus peptikum,
dan “dispepsia nonulcer,” kategori heterogen yang mencakup gangguan motilitas, sensasi,
dan somatisasi.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
DISPEPSIA
Dispepsia Organik Dispepsia Non-Organik

Gangguan fungsional dimana sarana penunjang


diagnosis baku (radiologi, endoskopi dan laboratorium)
Dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari
tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologis
struktural maupun biokimiawi.

• Penyakit ulkus peptikum


• Disfungsi sensorik-motoric gastroduodenum
• GERD
• Gastroparesis idiopatik/ hipomotilitas antrum
• Obat: OAINS, aspirin
• Disritmia gaster
• Kolelitiasis simptomatik
• Hipersensitivitas gaster atau duodenum
• Pakreatitis kronik
• Faktor psikososial
• Gangguan metabolik (uremia, DM, gastroparesis)
• Gastritis H.pylori
• Keganasan (gaster, pancreas, kolon)
• Idiopatik
• Insufisiensi vaskular mesenterik
ETIOLOGI
ETIOLOGI Idiopatik/dyspepsia fungsional (50-70%)
DISPEPSIA Ulkus Peptikum (10%)
Gastroesophageal reflux disease (GERD) (5-20%)
Kanker lambung (2%)
Gastroparesis
Infeksi Helicobacter pylori
Pankreatitis kronis
Penyakit kandung empedu
Penyakit celiac
Parasit usus (Giardia lamlia, Strongyloides)
Malabsorbsi karbohidrat (laktosa, sorbitol, fruktosa)
Obat NSAID
Antibiotik, suplemen besi, dll
Metabolik (diabetes mellitus, tiroid/paratiroid)
Iskemia usus
Kanker pankreas atau tumor abdomen
FAKTOR RISIKO
DISPEPSIA
• konsumsi kafein berlebihan,
• minum minuman beralkohol,
• Merokok,
• pola makan tidak teratur,
• Makanan pedas, asam, berminyak (kaya akan lemak)
• konsumsi steroid dan OAINS, serta
• berdomisili di daerah dengan prevalensi H. pylori tinggi
• Stress
TIPE DAN GEJALA KLINIS
DISPEPSIA
Karakteristik dispepsia secara umum meliputi rasa penuh pasca-makan, cepat kenyang, rasa terbakar
di ulu hati (berhubungan dengan GERD), nyeri epigastrium, nyeri dada non-jantung, dan gejala
kurang spesifik seperti mual, muntah, kembung, bersendawa, distensi abdomen.

Dispepsia tipe Dispepsia tipe Dispepsia tipe


seperti dismotilitas
Tipe seperti ulkus non spesifik

Dispepsi
Lebih dominan keluhan
Fungsional Nyeri epigastrik lebih
kembung, mual, muntah, rasa
Tidak ada keluhan
dominan yang dominan dari
penuh dan cepat kenyang, kedua tipe lainnya.
rasa tidak nyaman bertambah
saat makan.

Klasifikasi lain : postprandial distress syndrome dan epigastric pain


syndrome
Alarm sign
DIAGNOSIS • Usia >55 tahun
• Perdarahan saluran cerna
• Muntah berulang
• Limfadenopati
DISPEPSIA (hematemesis, melena)
• Anemia
• Riwayat keluarga kanker
lambung/esofagus
• Disfagia (sulit menelan) atau • Teraba massa abdominal
odinofagia (nyeri menelan)
Anamnesis • Penurunan berat badan (>10%
berat normal)

• Nyeri tekan epigastirum (+)


Pemeriksaan fisik • Kembung (perkusi
hipertimpanic)
• Endoskopi, untuk melihat kelainan
struktural dan mukosa seperti gastritis
sekaligus bipsi jaringan untuk H. Pylori
• USG untuk menilai keadaan pankreatobilier
Penunjang seperti batu empedu
• pencitraan dengan barium meal untuk
melihat kelainan struktur mukosa/massa
• lab untuk mengidentifikasi gangguan
pankreas
• Urea breath test
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA

Diet Medikamentosa
• Prinsip: menghindari makanan • Antasida
pencetus serangan (pedas, asam, • Penyekat H2 reseptor (Ranitidin,
tinggi lemak, kopi, teh) famotidin)
• Bila ada keluhan cepat kenyang, • Penghambat pompa proton
dianjurkan untuk makan porsi kecil (omeprazol)
tapi sering dan rendah lemak • Sitoproteksi (sukralfat)
• Prokinetik (metoklopramid,
Psikoterapi : Behavioural therapy domperidone)
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA
Medikamentosa
• Pada tipe nyeri epigastrium, lini pertama terapi bertujuan menekan asam lambung (H2-
blocker, PPI).
• Pada tipe distres postprandial, lini pertama dengan prokinetik, seperti
metoklopramid/domperidon (antagonis dopamin),
• Bila lini pertama gagal, PPI dapat digunakan untuk tipe distres postprandial dan prokinetik
untuk tipe nyeri. Kombinasi obat penekan asam lambung dan prokinetik bermanfaat pada
beberapa pasien.
• Pada kasus yang tidak berespons terhadap obat-obat tersebut, digunakan antidepresan.
Antidepresan trisiklik (amitriptilin 50 mg/hari, nortriptilin 10 mg/ hari, imipramin 50 mg/hari)
selama 8-12 minggu cukup efektif untuk terapi dispepsia fungsional, SSRI atau SNRI tidak
lebih efektif dari plasebo.
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA
KOMPLIKASI
DISPEPSIA
• Pendarahan saluran cerna bagian atas
• Perforasi lambung
• Anemia

PROGNOSIS
DISPEPSIA
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, komplikasi, dan
pengobatannya. Umumnya prognosis dispepsia adalah ad bonam, namun dapat
terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
RELEVANSI DENGAN DOKTER UMUM
DISPEPSIA

Prevalensi pasien dispepsia di pelayanan kesehatan mencakup 30% dari pelayanan dokter
umum. Mayoritas pasien Asia dengan dispepsia yang belum diinvestigasi. Penting bagi dokter
umum di fasilitas layanan primer pertama untuk melakukan konseling tentang pola makan yang
baik dan teratur, serta pengelolaan stress pada masyarakat sehingga prevalensi ini dapat
menurun.
REFERENSI PEMBAHASAN
DISPEPSIA

1. Harrisons Principle of Internal Medicine


2. American College of Gastroenterology Guideline for The Management of Dyspepsia
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai