Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS
PARU

Presentan : Ibrahim Adnan, dr.


Pendamping : Dinar Farici Yaddin, dr. SpPD
Pembimbing : Achmad Oktorudy, dr. MARS
Muhammad Hidayat, dr
ANAMNESA
I. KETERANGAN UMUM

Nama: Tn. I.S


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur: 32 tahun
Alamat : Cihampelas, Bandung
Tempat asal: Cihampelas, Bandung
Pekerjaan : Buruh pabrik
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia (Suku Sunda)
Tgl. Masuk RS : 1 Oktober 2020
Tgl. Pemeriksaan : 2 Oktober 2020 – 5 Oktober 2020
ANAMNESA
II. KELUHAN UTAMA
Sesak napas

III.ANAMNESIS KHUSUS
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 bulan SMRS, memberat 3
jam SMRS. Keluhan disertai batuk tidak berdahak, keringat malam, penurunan
berat badan 5 kg dalam 1 bulan terakhir, dan nyeri ulu hati. Riwayat panas badan
dan batuk berdarah disangkal. Keluhan dirasakan terus menerus, memberat jika
beraktivitas, dan membaik saat istirahat posisi duduk. Keluhan tidak disertai nyeri
dada, napas terdengar mengi, bengkak pada area wajah, perut, maupun kedua kaki.
ANAMNESA
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi, asma,
maupun penyakit jantung sebelumnya. Riwayat pengobatan TB disangkal.
Riwayat berpergian ke luar kota maupun kontak dengan pasien positif covid
disangkal.

Pasien sempat berobat 2 minggu SMRS karena keluhannya ke klinik Asri dan
diberikan pengobatan ambroxol 3x30mg, amoxicillin 3x500mg, dan
dexamethasone 2x0,5mg; namun belum ada perbaikan.

Pasien bekerja di pabrik tekstil dan mengetahui terdapat teman kerjanya yang
sedang dalam pengobatan batuk yang sudah berjalan 1 bulan. Tidak ada anggota
keluarga maupun tetangga yang memiliki keluhan serupa. Tidak ada riwayat
keganasan di keluarga. Pasien tidak merokok dan tidak pernah meminum
alcohol.
STATUS PRESEN
I. KESAN UMUM:

a. Keadaan umum b. Keadaan sirkulasi

Kesan sakit : sakit sedang Tekanan darah : 120/80 mmHg


Gizi : kurang Nadi : 84 x/menit
Kesadaran : CM Tipe : equal
Tinggi badan : 165cm Isi : cukup
Berat badan : 48kg (setelah sakit) Irama : reguler
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 28 x/menit
Corak pernafasan : thoracoabdominal
SpO2: 96% tanpa O2
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

a. Kepala

1. Tengkorak : simetris, deformitas (-),


2. Muka : simetris, massa (-)
3. Mata
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak anemis
4. Hidung : pernapasan cuping hidung: tidak ada
5. Bibir : sianosis (-), lembap, purse-lip breathing (-)
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

b. Leher
Inspeksi:
kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Palpasi:
kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

d. Pemeriksaan Thorax

1. Thorax depan :
•Inspeksi:
Bentuk umum : simetris
Skeletal : tidak ada deformitas
Sela iga : tidak melebar Kulit : tidak ada kelainan
Pergerakan : simetris Ictus cordis : terlihat
Tumor : tidak terlihat
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

d. Pemeriksaan Thorax

1. Thorax depan
•Palpasi:
Ictus cordis: Lokalisasi: ICS 5 LMCS
Kulit : hangat sinistra
Intensitas: tidak kuat
Muskulatur : tidak nyeri
Pelebaran: tidak ada
Vokal fremitus : kiri = kanan
Irama: reguler
Thrill: tidak ada
STATUS PRESEN
. PEMERIKSAAN KHUSUS
II

d. Pemeriksaan Thorax

1. Thorax depan
•Perkusi COR: Batas atas: ICS III LMCS
Paru-paru: Kanan: sonor sinistra
Kiri: sonor Batas kiri: ICS V LMCS sinistra
Batas paru hati: ICS VI dextra
Batas kanan: ICS V PSL dextra
Peranjakan: 2 cm
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

d. Pemeriksaan Thorax

1. Thorax depan
•Auskultasi
COR:
Paru-paru:
Bunyi jantung: s1 (+) s2 (+)
Suara pernafasan: VBS kanan = kiri
reguler, s3 (-) s4 (-)
Vokal resonans: kanan = kiri
Murmur: Tidak ada
Suara tambahan: wheezing -/-, ronchi +/+
basah kasar nyaring
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

d. Pemeriksaan Thorax

1. Thorax belakang
Tidak diperiksa
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

e. Pemeriksaan Abdomen

•Inspeksi
Bentuk : datar
Kulit : tidak ada kelainan/lesi
Pergerakan waktu nafas : normal
•Auskultasi
Bising usus : 18 x/menit
Bruit : tidak ada
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

e. Pemeriksaan Abdomen

•Palpasi
Dinding perut : datar, lembut
Nyeri tekan : (-)
Hepar
Pembesaran : tidak ada
Permukaan : tidak teraba
Tepi : tidak teraba Konsistensi : tidak teraba
Nyeri tekan : tidak ada
STATUS PRESEN
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

e. Pemeriksaan Abdomen

•Palpasi
Lien Ginjal
Pembesaran : tidak ada
Pembesaran : tidak ada nyeri ketok CVA : tidak ada
Incissura : tidak teraba
Permukaan. : tidak teraba
Nyeri tekan. : tidak ada
Ruang traube : kosong/sonor
STATUS PRESEN
.
II PEMERIKSAAN KHUSUS

e. Pemeriksaan Abdomen

•Perkusi
Asites : tidak ada
f. Lipat paha dan genital: tidak diperiksa

g. Kaki dan tangan:


Inspeksi : bentuk : simetris Palpasi: CRT<2 detik
kulit : kering
pergerakan : dbn
Edema : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Lab darah
Hb : 14,7 g/dl Diff. count:
Neutrofil segment : 81%(meningkat)
Hct : 44%
Neutrofil batang : 0 %
Leukosit : 8500 103/mm3 Limfosit :12 %
Trombosit : 221.000 103/mm3 Monosit :7%
Eritrosit: 4,8 103/mcg Eosinofil :0%
MCV : 92,1 fL Basofil :0%
MCH : 30,3 pg
GDS : 112 mg/dL
MCHC : 33% Rapid test covid : Non reaktif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
II. Rontgen
DIAGNOSIS BANDING DAN
KERJA
Diagnosis banding
1. TB paru kasus baru
2. Asma bronkiale
3. PPOK
4. CA paru

Diagnosis Kerja : TB paru kasus baru


PENATALAKSANAAN IGD
O2 3 lpm Nasal canule
IVFD RL 1500cc/24jam
Ambroxol 3x1 tab
Omeprazole 1x1 amp
R/ Cek TCM
FOLLOW UP RUANGAN
2/10/2020
S: Sesak (+) berkurang, sedikit mual
O:
Kes CM Mata : CA -/-, SI -/-
T: 110/80 mmHg Leher : KGB TTM
Thorax : VBS Ka=Ki, Wh -/-, Rh +/+ basah kasar
N: 92 x/m
nyaring
R: 24x/m Cor : BJ S1,S2 MR
S: 37oC Abd : Datar, lembut, BU (+)N, NTE (-)
SpO2: 96% tanpa O2
Ext : Akral hangat, CRT<2detik
FOLLOW UP RUANGAN
2/10/2020
A: TB paru kasus baru
P:
O2 3 lpm Nasal canule
IVFD RL 1500cc/24jam
Ambroxol 3x1 tab
Omeprazole 1x1 amp
Hasil TCM belum ada
FOLLOW UP RUANGAN
3/10/2020
S: Sesak (+) berkurang, mual (+)
O:
Kes CM Mata : CA -/-, SI -/-
Leher : KGB TTM
T: 110/70 mmHg
Thorax : VBS Ka=Ki, Wh -/-, Rh +/+ basah
N: 88 x/m kasar nyaring
R: 24x/m Cor : BJ S1,S2 MR
S: 36,6oC
Abd : Datar, lembut, BU (+)N, NTE (-)
Ext : Akral hangat, CRT<2detik
SpO2: 96% tanpa O2
FOLLOW UP RUANGAN
3/10/2020
A: TB paru kasus baru
P:
O2 3 lpm Nasal canule
IVFD RL 1500cc/24jam
Ambroxol 3x1 tab
Omeprazole 1x1 amp
Rebamipide 2x1
PCT tab 3x1
Hasil TCM belum ada
FOLLOW UP RUANGAN
4/10/2020
S: Sesak (+) berkurang, mual (+)
O:
Kes CM Mata : CA -/-, SI -/-
T: 110/80 mmHg Leher : KGB TTM
Thorax : VBS Ka=Ki, Wh -/-, Rh +/+ basah
N: 92 x/m
kasar minimal
R: 24x/m Cor : BJ S1,S2 MR
S: 36,8oC Abd : Datar, lembut, BU (+)N, NTE (-)
SpO2: 96% tanpa O2
Ext : Akral hangat, CRT<2detik
FOLLOW UP RUANGAN
4/10/2020
A: TB paru kasus baru
P:
O2 3 lpm Nasal canule
IVFD RL 1500cc/24jam
Ambroxol 3x1 tab
Omeprazole 1x1 amp
Rebamipide 2x1
PCT tab 3x1
Hasil TCM  MTB detected low, non resistent
FOLLOW UP RUANGAN
5/10/2020
S: Sesak (+) berkurang, mual (-)
O:
Kes CM Mata : CA -/-, SI -/-
T: 120/80 mmHg Leher : KGB TTM
N: 88 x/m Thorax : VBS Ka=Ki, Wh -/-, Rh +/+ basah kasar
minimal
R: 24x/m Cor : BJ S1,S2 MR
S: 36,8oC Abd : Datar, lembut, BU (+)N, NTE (-)
SpO2: 97% tanpa O2 Ext : Akral hangat, CRT<2detik
FOLLOW UP RUANGAN
5/10/2020
A: TB paru kasus baru
P:
O2 3 lpm Nasal canule Pasien BLPL, kontrol ke poli IPD 12/10/2020
IVFD RL 1500cc/24jam untuk memulai pengobatan TB

Ambroxol 3x1 tab


Omeprazole 1x1 amp
Rebamipide 2x1
PCT tab 3x1
DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
namun dapat juga mengenai organ tubuh.
EPIDEMIOLOGI (DUNIA)
Tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara
dengan 120 kasus per 100.000 penduduk
Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,
dan Pakistan
EPIDEMIOLOGI (INDONESIA)
- Dari WHO Global Tuberculosis Report 2016 menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah
penduduk 254.831.222, menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia.
-TB di Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah penyakit kardiovaskular.
-Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
-Prevalensi laki-laki: perempuan = 3:1
-Survei memperkirakan prevalensi TB sebesar 660/100.000 atau berarti bahwa 0,65% populasi
Indonesia menderita TB, atau setara 1.600.000 kasus TB, dimana tiap tahun terjadi 1.000.000 kasus
baru.

Source: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-tuberkulosis-
2018
ETIOLOGI
Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang
1-4lum dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam kuman
Mycobacterium tuberculosae complex adalah :
1). M tuberculosae,
2). Varian Asian,
3). Varian African I,
4. Varian African 11,
5. M. bovis.
Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara
epidemiologi.
ETIOLOGI
Kelompok kuman Mycobacteria Other Thm TB (MOTT, atypical ) adalah:
1. M kansasi,
2. M avium,
3. M intra cellulare,
4. M scrofulaceum,
5. M malmacerse,
6. M xenopi.
KARAKTERISTIK M.
TUBERCULOSIS
- Berbentuk panjang dengan ukuran 1-10 mikron, dengan lebar 0,2-0,6 mikron.
- Bersifat tahan asam dengan pewarnaan Ziehn Neelsen
- Memerlukan Media khusus untuk biakan antara lain : Lowenstein Jensen, Ogawa
- Kuman berbentuk batang, berwarna merah
- Tahan terhadap suhu rendah, sehingga dapat hidup dalam jangka waktu yang lama, yaitu
sekitar 4 sampai minus 70 derajat C
- Sangat peka terhadap sinar matahari, panas dan sinar ultraviolet
- Dengan paparan ultraviolet, beberapa kuman akan mati.
- Dalam dahak, akan mati jika ada pada suhu 30 sampai 37 derajat celcius.
- Bersifat dormal
KARAKTERISTIK M.
TUBERCULOSIS
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma
makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian
disenanginyakarena banyak mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam ha1 ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Sebagian besar-dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan.
-Lipid: yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis.
-Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant.
- Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit
tuberkulosis menjadi aktif lagi.
CARA PENULARAN
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan
BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi
oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc
dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan
penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA
negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil
kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentukpercikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
KLASIFIKASI
Menurut:
a. Lokasi anatomi dari penyakit
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
c. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
d. Status HIV
A. KLASIFIKASI BERDASARKAN
LOKASI ANATOMI DARI PENYAKIT
Tuberkulosis paru:
1. Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB
paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
2. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa
terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru.
3. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,
diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
Tuberkulosis ekstra paru:
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen,
saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang.
KLASIFIKASI BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA:

1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28
dosis).
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis).
PASIEN YANG PERNAH
DIOBATI TB
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir,
yaitu:
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini
didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal
pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati
dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus
berobat /default).
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
KLASIFIKASI
BERDASARKAN HASIL
PEMERIKSAAN UJI
saja
KEPEKAAN
• Mono OBAT
resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama

• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R) secara bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu
dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes
cepat) atau metode fenotip (konvensional).
KLASIFIKASI TB
BERDASARKAN HIV
1. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV) :
- Hasil test (+) sebelumnya atau sedang menjalankan ART
- Hasil test (+) saat menjalani pengobatan TB
2. Pasien TB dengan HIV (-)
- Hasil test (-) sebelumnya atau sedang menjalankan ART
- Hasil test (-) saat menjalani pengobatan TB
3. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui
PATOGENESIS
Masuk MTB
MTB
kedalam Difagosit oleh mencegah fusi
dikeluarkan
saluran napas makrofag fagosom-
lewat droplets
menuju alveoli lisozome

Peresentasi
Bakteri
Rekrutmen antigen dan
Makrofag lisis bertahan dan
monosit aktivasi sel
replikasi
Th1

Formasi lesi
TB Primer
granulomatous
PATOGENESIS TUBERKULOSIS
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA TB
Anamnesis
-Saat awal penyakit, asimptomatik -Malaise
-Berat badan menurun drastis
-Batuk ≥ 2 minggu dengan purulent sputum,
-Anorexia
dapat disertai darah
-Riwayat kontak dengan penderita TB
- Sesak napas
-Nyeri dada
-Demam, biasanya subfebril
-Keringat malam
PEMERIKSAAN FISIK
Tergantung luas kelainan struktur paru
- demam
- Pembesaran KGB
- Suara napas ronki basah, kasar, dan nyaring
- Jika infiltrate yang luas  perkusi redup dan auskultasi suara nafas bronkial
- Infiltrat meliputi pleura suara nafas menjadi vesicular melemah
- Jika ada kavitas cukup besar di perkusi akan hipersonor dan auskultasi akan amforik
- TB paru dengan fibrosis yang luas  atrofi dan retraksi otot intercostal
- Retraksi otot pernapasan aksesoris
- Kor pulmonal (takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, right atrial gallop, murmur, JVP
meningkat, hepato splenomegaly, asites, edema)
- Efusi pleural (paru terlihat tertinggal dalam pernafasan, perkusi suara pekak, auskultasi suara nafas
lemah – tidak terdengar samasekali)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung  Sewaktu-Pagi (SP)/ Sewaktu-
sewaktu (SS)
Sewaktu saat pertama kali datang terduga TB dan pagi saat pagi hari esok harinya atau 1sewaktu
pada saat hari ke 2 penyerahan dahak pagi. Ditetapkan positif jika salah satu uji dahak positif TB

2. Tuberculin skin test


3. Pemeriksaan biakan: untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien: TB
ekstra paru, anak, dan yang pemeriksaan dahaknya negative
4. Immunoassay dengan lipoarabimanon , perosidase anti peroksida (PAP-TB)
5. Pemeriksaan uji kepekaan obat: menentukan resistensi M.Tb terhadap OAT
(GeneXpert untuk rapid testnya)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. X-ray, ct scan (densitas jaringan lebih jelas dan sayatan dibuat transversal) MRI
(evaluiasi apex parum tulang belakang, perbatasan dada perut sayatan transversal
sagittal dan koronal tetapi tidak sebaik ct scan)
7. Pemeriksaan lab :
 Darah :
-pada TB paru aktif (awal) leukosit sedikit meninggi dan pergeseran ke kiri, laju endap darah
mulai meningkat
 Anemia ringan (normokrom dan normositer)
 Gamma globulin meningkat
 Kadar natrium darah menurun
Foto toraks PA dan lateral: (pemeriksaan radiologi)
-Bayangan lesi di lapangan atas paru/segmen apical lobus bawah
-Bayangan berawan (patchy)/ berbercak (nodular)
-Kavitas tunggal/ganda
-Kelainan bilateral
-Kalsifikasi
-Bayangan menetap di foto beberapa minggu setelahnya
-Bayangan milier
Focal opacity pada Cavitary opacity di TB milier
lobus bawah kiri lobus kanan atas
KRITERIA TB PARU
Pasien dengan sputum BTA positif : 1. pasien yang pada pemeriksaan sputum
mikroskopik ditemukan NTA sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan atau 2.
satu sediaan sputum positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan
gambaran TB aktif. 3. satu sediaan sputumnya posited disertai biakan yang positif
Pasien dengan sputum BTA negative : 1. pasien yang pada pemeriksaan sputum
secara mikroskopik tidak ditemukan BTA sedkitnya 2 kali meperiksaan pi gambaran
radiologis sesuai TB aktif. 2. pasien yang pemeriksaan sputum secara mikroskopik
tidak ada BTA tetapi biakan positif
Prinsip penegakan diagnosis TB:
oDiagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan
bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis, TCM, dan
biakan.
oPemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan kemajuan
pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
oTidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks
tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi
overdiagnosis ataupun underdiagnosis.
oTidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
Manfaat TCM
1. Sensitivitas tinggi.
2. Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam.
3. Dapat digunakan untuk mengetahui hasil resistansi terhadap Rifampisin.
4. Tingkat biosafety rendah.
PENGOBATAN TB
TUJUAN PRINSIP
Menyembuhkan pasien dan Diberikan dalam bentuk paduan OAT (4
memperbaiki produktivitas dan kualitas obat) untuk mencegah resistensi
hidup
Dosis tepat
Mencegah kematian karena TB atau
dampak buruk selanjutnya Ditelan dengan teratur dan diawasi PMO

Mencegah terjadinya kekambuhan TB Sesuai jangka waktu

Menurunkan penularan TB
Mencegah terjadinya dan penularan TB
resistan obat
TAHAP PENGOBATAN TB
TAHAP AWAL
Pengobatan setiap hari untuk menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir
pengaruh kuman resistan
2 bulan
TAHAP LANJUTAN
Untuk membunuh sisa kuman dan mencegah kekambuhan
OBAT ANTI TUBERKULOSIS
(OAT) OAT Lini Kedua
- Kanamisin
- Kapreomisin
- Levofloxacin
- Etionamide
- Sikloserin
- Mosifloksasin
- Etionamide
- PAS
*untuk TB resisten
digunakan OAT lini
kedua serta OAT
lini satu
(Pirazinamid dan
etambutol)
DOSIS PADUAN OAT
KATEGORI 1: 2(HRZE)/4(HR)3
Untuk pasien baru
Pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis
Pasien TB Paru terdiagnosis klinis
Pasien TB ekstra paru
KATEGORI 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Pasien BTA (+) yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang)
-Pasien kambuh
-Pasien gagal pengobatan dengan paduan OAT kat 1 sebelumnya
-Pasien lost to follow up
PEMANTAUAN PENGOBATAN
TB
*pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis dengan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi)

OAT KATEGORI 1
Akhir tahap awal
-Negatif: Lanjutkan pengobatan tahap lanjutan
-Positif:
1. Pengobatan teratur? Bila tidak, ingatkan pasien kepentingan berobat
2. Segera berikan dosis tahap lanjutan. Lakukan pemeriksaan dahak setelah 1 bulan. Jika bulan ke-3 masih
positif lakukan uji kepekaan obat
3. Bila tidak mungkin uji kepekaan, teruskan pengobatan sampai bulan ke-5
Bulan ke-5
-Negatif: lanjutkan pengobatan
-Positif:
1. Suspek TB MDR
2. Cek kepekaan obat atau rujuk
OAT KATEGORI 2
Akhir tahap awal
-Negatif: lanjutkan
-Positif:
1. Pengobatan teratur? Jika tidak ingatkan pasien
2. Suspek TB MDR
3. Uji kepekaan obat atau rujuk
4. Jika tidak bias rujuk lanjut obat sampai bulan ke-5 lalu cek dahak
Bulan ke-5
-Negatif: lanjutkan pengobatan
-Positif:
1. Pengobatan gagal
2. Uji kepekaan obat/rujuk
3. Berikan penjelasan pencegahan dan pengendalian infeksi jika tidak bisa dirujuk
HASIL PENGOBATAN PASIEN
TB
•Sembuh: bakteriologi (-) di akhir pengobatan dan salah satu pemeriksaan
sebelumnya
•Pengobatan lengkap: salah satu tes (-) tapi di akhir pengobatan tidak ada bukti
•Gagal: tetap (+) pada bulan ke-5 atau lebih
•Meninggal saat atau sebelum berobat
•Putus berobat: loss selama 2 bulan berturut-turut
•Tidak dievaluasi: tidak diketahui hasil akhir pengobatan
DIRECTLY OBSERVED
TREATMENT SHORTCOURSE
(DOTS)
Strategi DOTS merupakan elemen yang sangat penting untuk pengendalian
TB.  Strategi ini terdiri dari 5 komponen :
•Dukungan politik wilayah
•Mikroskop untuk diagnosis
•Pengawas Minum Obat (PMO)
•Pencatatan dan pelaporan yang baik
•Paduan OAT yang baik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai