Pembimbing:
dr. Susila, Sp. JP
dr. Komang Katrini, MM
Kasus
Identitas Pasien
• Nama : Ny. S
• Usia : 44 th
• Alamat : Celukan Bawang
• Pekerjaan : IRT
• No RM : 0010xxxx
• Masuk RS : 01/10/2017 pukul 22.05 via IGD
Anamnesis
• Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 12 jam SMRS
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien mengeluh sering sesak nafas yang hilang timbul kurang lebih sejak 3 BSMRS. Sesak
dipicu oleh aktivitas berat seperti mengangkat barang atau mencuci baju. Pasien sering
terbangun dari tidurnya karna sesak (+), tidur lebih nyaman menggunakan bantal lebih
dari 1 (+), dan terkadang kedua tungkainya bengkak saat berbaring. Disangkal keluhan
nyeri dada, mengi, batuk, demam. Sesak tidak dipengaruhi oleh debu, cuaca, dan emosi.
Keluhan biasanya membaik dengan istirahat. Pasien pernah dirawat di RS dikatakan sakit
jantung namun tidak berobat rutin.
Anamnesis
• HSMRS, pasien mengeluh sesak nafas sejak pagi. Sesak dipicu setelah pasien
melakukan aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Sesak dirasa lebih berat dari
biasanya dan tidak membaik dengan istirahat, sehingga os dibawa ke IGD RSPS.
Bunyi mengi (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-). nyeri ulu hati (-), demam (-),
batuk (-). BAK dan BAB biasa. Keluhan lain: pasien sering merasa berdebar-debar
(+) sejak 1 tahun yg lalu, berkeringat dingin (+), sulit menelan (+), dan berat
badan turun 10 kg dalam 3 bulan walaupun dengan nafsu makan yang sama,
namun pasien tidak pernah periksa ke dokter.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Dahulu
hipertensi (-)
DM (-)
jantung (+) pernah dirawat di RS 3 BSMRS
asma (-)
alergi (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
hipertensi (-)
DM (-)
jantung (-)
asma (-)
alergi (-)
• Riwayat Pribadi Sosial Ekonomi
merokok (-), minum alkohol (-), sering minum kopi (-)
pasien merupakan ibu rumah tangga, berpendidikan terakhir SMP. Pasien tinggal bersama suaminya yang
seorang nelayan.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : DP//DD, distensi (-)
Interpretasi:
Irama : iregular
HR : atrial tidak dapat dihitung;
ventricular 167 x/menit
Gel. P : absen; tergantikan oleh
gelombang fibrilasi halus
Interval PR : tidak dapat diperiksa
Kompleks QRS : 0.04 detik
Segmen ST dan gel. T : tidak dapat diperiksa
Interval QT : tidak dapat diperiksa
Kelainan lain :-
Kesan : Fibrilasi atrium dengan
respon ventricular cepat
(atrial fibrillation with rapid
ventricular response / AFRVR)
Gejala Tanda Ada Tidak
BB turun +3 TOTAL 25
Resume
Wanita usia 44 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak yang memberat 12 jam SMRS. Sudah
sering sesak sejak 3 BSMRS, biasanya muncul saat beraktivitas berat, sering terbangun dari tidur
karna sesak, lebih nyaman tidur dengan bantal lebih dari 1, terkadang kedua tungkainya bengkak,
biasanya keluhan membaik dengan istirahat namun kali ini tidak membaik. Pernah dirawat di RS
karena penyakit jantung namun tidak berobat rutin. Sejak 1 TSMRS, pasien sering merasa berdebar-
debar, berkeringat dingin, sulit menelan, dan dalam 3 BSMRS pasien mengalami penurunan berat
badan 10 kg dengan nafsu makan yang sama. Riwayat penyakit keluarga tidak ditemukan, riwayat
kebiasaan berisiko (merokok, minum alcohol, minum kopi) tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, compos mentis, tanda vital: TD 130/60
mmHg, suhu 37C, nafas 32 x/menit, nadi 147 x/menit ireguler. Ditemukan eksoptalmus, pembesaran
kelenjar tiroid kanan kiri, pelebaran batas jantung kiri, ronki basah basal, akral hangat lembab,
edema kedua tungkai. Indeks Wayne: 25 klinis hipertiroid. Pemeriksaan penunjang didapatkan
peningkatan ALT AST, sedikit hipokalemia, kardiomegali dan kongestif pulmonum pada CXR, dan AF
RVR pada EKG.
Daftar Masalah /
Diagnosis
• CHF stage III-IV dan AF RVR e.c. suspek Thyroid Heart Disease
• Suspek Grave’s Disease
Terapi
• Rawat di IMC
• O2 5 Lpm Nasal Kanul
• Posisi setengah duduk (30 derajat)
• Pasang DC
• Infus NS 10 tpm
• Inj. Furosemid IV 20mg-0-20mg
• Inj. Ranitidin IV 50 mg / 12 jam
• Tab. Propanolol 10 mg / 8 jam
• Tab. Valsartan 40 mg / 24 jam
• Tab. Spironolactone 25 mg / 24 jam
Follow Up
Tanggal S O A P
berkurang, -pindah ke bangsal biasa membaik RBB Tab. Propil Tiourasil 100
Hasil FT4 dan berkurang, mg / 8 jam
TSHs terlampir edema kaki
berkurang
Follow Up
05/10/1 Sesak (-), KU: CM -CHF stage II- Inf. NS 10 tpm 06/10 Sesak (-), KU: CM CHF stage BPL
7 sulit TD: 120/70; III dan AF RVR Inj. Furosemid IV 20mg – 0 – /17 sulit TD: 120/70; II-III e.c Kontrol 3 hari lagi atau
menelan N: 80x/menit e.c. Penyakit 20 mg menelan N: 80x/menit Thyroid jika ada keluhan
membaik, irregular; Jantung Tiroid Inj. Ranitidin IV 50 mg/ 12 jam membaik, irregular; Heart Obat pulang:
berdebar- R: 20x/menit; -Suspek Tab. Propranolol 10 mg / 12 berdebar- R: Disease, Tab. Propranolol 10 mg /
debar (-), S: 37 C Grave’s jam debar (-), 20x/menit; Suspek 12 jam
mual (-), Wayne’s Disease Tab. Valsartan 40 mg / 24 jam mual (-), S: 37 C Grave’s Tab. PTU 100 mg / 8 jam
nafsu makan criteria 18, RBB Tab. Spironolactone 25 mg / nafsu Wayne’s Disease Tab. Furosemide 20 mg /
baik -, edema kaki - 24 jam makan criteria 11, 12 jam
Tab. Propil Tiourasil 100 mg / baik RBB (-), Tab. Spironolactone 25
8 jam edema kaki mg / 24 jam
(-) Tab. Valsartan 40 mg / 24
jam
Tinjauan Pustaka
Definisi
RISKESDAS 2013
• 0,4% penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun terdiagnosis
hipertiroid (+- 700.000 orang)
• Penyebab terbanyak: Grave’s disease (70%), struma toksik
multinodular, adenoma toksik, tiroiditis post partum, medikasi (ex:
amiodarone), HG, adenoma hipofisis, dll
• Wanita : pria = 5:1
Fisiologi hormon tiroid
5. TH
1. Stimulus
produksi
hipotalamus
panas pada
sekresi TRH
sel target
terdeteksi
hipotalamus
inhibisi
TRH dan TSH
2. TRH
hipofisis
anterior sekresi
TSH 4. TH sel
target
meningkatkan
metabolisme
3. TSH sel folikular
sekresi TH
Etiopatogenesis
Penyakit Jantung
Tiroid
Ke Jantung 💞 Ke pembuluh darah
T3
Angiotensin II tipe I
Ca2+
NO
Angiogenesis
>> inotropik +
>> hipertrofi
miokardium
>> kronotropik + Relaksasi otot polos
Efek hemodinamik pada hipertiroidisme
Kerja jantung
semakin berat
💔
Efek hemodinamik pada hipertiroidisme
Manifestasi Hipertiroid pada Sistem
Kardiovaskular
Komplikasi Kardiovaskular pada Hipertiroid
1. Gangguan Irama Jantung
2. Gagal Jantung
3. Hipertensi sistolik
4. Gangguan katup jantung
Diagnosis
1. Ada tanda dan gejala kelainan jantung --> gagal jantung, aritmia
supraventrikular (ex: AF), kardiomegali, kelainan katup jantung,
hipertensi sistolik
Menurunkan keadaan
hipermetabolik
TUJUAN TERAPI
Menormalkan kadar hormon
tiroid pada sirkulasi
Menurunkan keadaan hipermetabolik
Terapi non-farmakologi:
`
• Istirahat tirah baring (bed rest)
• Diet jantung diet lunak, rendah garam dan kalori
• Mengurangi segala bentuk stress baik fisik maupun psikis
Menurunkan keadaan hipermetabolik
Efek
1. Menurunkan frekuensi denyut jantung (kronotropik negatif)
2. Mengistirahatkan jantung memperlama waktu pengisian diastolik mengatasi gagal
jantung
3. Menekan sistem saraf simpatis mengurangi palpitasi, cemas, hiperkinesis
Hati-hati!
1. Pada gagal jantung berat dapat memperburuk fungsi miokardium
2. Pada pasien dengan asma bronkial dapat mencetuskan spasme bronkial
Dosis
40 – 160 mg per hari dibagi 3 sampai 4 dosis
Menormalkan kadar hormon tiroid pada sirkulasi
Menormalkan kadar hormon tiroid pada sirkulasi
Medikamentosa
1. PTU
Hati-hati
Mekanisme aksi: AGRANULOSITOSIS
• Menghambat sintesis hormon tiroid
• Mencegah konversi T4 T3
Dosis:
300-600 mg/hari dengan dosis maksimal 1200-2000 mg/hari
2. Imidazole (metimazol, tiamazol, karbimazol)
Mekanisme aksi:
• Menghambat sintesis hormon tiroid
Dosis:
30-60 mg sehari
Kontrol tiroid….
• pasien dikontrol setelah 4-6 minggu
• Setelah tercapai eutiroidisme, pemantauan dilakukan setiap 3-6 bulan
(gejala dan tanda klinis, serta laboratorium (FT4 dan TSHs). Dosis obat
antitiroid dikurangi dan dipertahankan dosis terkecil yang masih
memberikan keadaan eutiroidisme selama 12-24 bulan
• Jika setelah 1 tahun obat antitiroid dihentikan pasien masih eutiroid
(remisi) hentikan pengobatan
Pada hipertiroidisme dengan AF…...
• Terapi awal harus difokuskan pada kontrol irama jantung dengan
menggunakan beta blocker (propanolol, atenolol, bisoprolol), tetapi
konversi ke irama sinus sering terjadi secara spontan bersamaan
dengan pengobatan hipertiroidisme
• Jika AF berlanjut pertimbangkan antikoagulan terutama pada
pasien yang berisiko tinggi terhadap emboli (masih kontroversial)
• Jika pasien sudah eutiroid namun AF masih berlanjut, perlu dilakukan
kardioversi dan perlindungan antikoagulan
Pada hipertiroidisme dengan gagal jantung…
• pengobatan awal harus mencakup pemberian beta bloker dan
dilanjutkan sesuai tata laksana gagal jantung
Diskusi dan Pembahasan
Masalah I CHF stage III-IV dan AF RVR e.c suspek Penyakit Jantung Tiroid
Pemeriksaan Fisik
Kriteria Mayor Kriteria Minor
• pasien bernafas 32 x/menit menunjukkan
bahwa nafas tidak efektif, nadi 147x/menit -Paroksismal -Edema ekstremitas
ireguler, batas jantung melebar, ronki basah nokturnal dispnea
basal simetris, edema tungkai, dan akral -Batuk malam hari
hangat lembab menunjukkan adanya gagal -Distensi vena leher -Dispnea d'effort
jantung akut. Didukung dengan pemeriksaan -Ronki paru -Hepatomegali
penunjang yaitu adanya kardiomegali dan -Edema paru akut
kongestif pulmonum -Efusi pleura
-Kardiomegali -Penurunan kapasitas
• EKG menunjukkan fibrilasi atrium dengan
respon ventrikel cepat, dan AST ALT di atas -Gallop S3 vital 1/3 dari normal
normal bisa disebabkan karena gangguan -Takikardia
perfusi pada jaringan hepar atau peningkatan -Peninggian tekanan
tekanan jantung sisi kanan. Fibrilasi atrium >120x/menit
dengan respon ventricular cepat dapat vena jugularis
menjadi pencetus maupun faktor yang -Refuks hepatojugular
memperburuk gejala gagal jantung yang
sudah dimiliki pasien sejak 3 bulan yang lalu.
Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung Kongestif
BB turun +3 TOTAL 25
Suspek Penyakit Jantung Tiroid?
1. Gagal Jantung✅
2. AF RVR ✅
3. Wayne’s Criteria >19 klinis hipertiroid ✅
4. FT4 dan TSH hipertiroid ✅
• Biondi, B. (2012). Heart failure and thyroid dysfunction. European Journal of Endocrinology, 167(5), 609–618.
https://doi.org/10.1530/EJE-12-0627
• Choudhury, R. P., & MacDermot, J. (1998). Heart failure in thyrotoxicosis, an approach to management.
British Journal of Clinical Pharmacology, 46(5), 421– 424. https://doi.org/10.1046/j.1365-2125.1998.00804.x
• Fadel, B. M., Ellahham, S., Ringel, M. D., Lindsay, J., Wartofsky, L., & Burman, K. D. (2000). Hyperthyroid Heart
Disease. Clinical Cardiology, 23, 402–408. https://doi.org/10.1002/clc.4960230605
• Grais, I. M., & Sowers, J. R. (2014). Thyroid and the heart. American Journal of Medicine, 127(8), 691–698.
https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2014.03.009
• Hall, R. J., & Nelson, W. P. (1968). Thyroid heart disease. Postgraduate Medicine, 44(3), 127–131.
https://doi.org/10.1136/bmj.2.5517.779
• Kementerian Kesehatan. (2015). Infodatin-Tiroid.Pdf.
Siswanto, B. B., Hersunarti, N., Erwinarto, Barack, R., Pratikto, R. S., Nauli, S. E., &
• Lubis, A. C. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia, 1. Retrieved from
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksana_Gagal_Jantung_201 5.pdf
• Wantania, F. E. (2014). Penatalaksanaan Penyakit Jantung Tiroid. Jurnal Biomedik (JBM), 6(1), 14–22.
Retrieved from http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/4158/3679