Anda di halaman 1dari 59

PPOK EKSASERBASI AKUT

Oleh :
Pradnya Tika Putri 1202006065
Jauza Irbah 1202006066
Pembimbing :
dr. Ida Bagus Putrawan, Sp.PD

BAB I PENDAHULUAN
PPOK penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif non
reversible atau reversible parsial

Merupakan salah satu penyakit yang memiliki angka morbiditas dan


mortalitas tinggi di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa PPOK
merupakan penyebab kematian keempat di dunia yang akan
menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%.

semakin banyak jumlah perokok terutama pada kelompok usia muda,


serta polusi udara yang disebabkan oleh pencemaran udara baik di
dalam ruangan, di luar ruangan maupun di tempat kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Penyakit

paru yang ditandai oleh hambatan aliran


udara yang tidak sepenuhnya reversible, bersifat progresif,
dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya, disertai efek ekstraparu
yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit

Karakteristik

hambatan aliran udara pada PPOK


disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran nafas
kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim
(emfisema) yang bervariasi pada setiap individu.

Merokok
Polusi Udara
FAKTOR RESIKO
PPOK

Stres Oksidatif
Infeksi Saluran Nafas
Bawah Berulang
Sosial Ekonomi
Genetik

Patologi, Patogenesis, dan Patofisiologi

Patologi

Meliputi inflamasi kronis dengan peningkatan


jumlah jenis sel tertentu dan perubahan struktural
yang diakibatkan dari injury dan perbaikan
berulang

Patogenesis
Sel Inflamasi

Mediator
Inflamasi

Stress
oksidatif

Ketidakseimbangan
protease-antiprotease

Perbedaan inflamasi
antara asma dan
COPD

Patofisiologi

Keterbatasan aliran
udara dan udara yang
terperangkap

Pertukaran
gas yang
abnormal

Hipersekresi
mukus

Hipertensi pulmoner

Efek sistemik

Tingkat Keparahan PPOK


(American Thoracic Society (ATS)
NILAI 1
SKALA RINGAN:
SKALA 0 :
- Tidak ada sesak,
kecuali
dengan
aktivitas berat

- Terganggu oleh
sesak nafas saat
bergegas
- Spirometri
menunjukkan nilai
VEP1 50%.
NILAI 3

NILAI 2
SKALA SEDANG:
- Berjalan
lebih
lambat
daripada
orang lain yang
sama usia

SKALA BERAT :
-

Harus berhenti bila


berjalan 100 meter
atau setelah beberapa
menit berjalan.

NILAI 4
SKALA SANGAT
BERAT:
- Menyebabkan
kegiatan seharihari terganggu

Gejala dan Tanda


Gejala
Batuk
Nyeri dada akut
Sesak napas
Mengi

Tanda pada derajat


yang parah
Takipneu dan sesak
dengan aktivitas
sederhana
Tanda hoover

Temuan pemeriksaan
thorax
Hiperinflasi (dada
barel)
mengi

sianosis

Hipersonor
pada perkusi

Peninggian vena
jugularis

Bunyi jantung
terdengar jauh

Edema perifer

Rhonki kasar
saat inspirasi

Tipe PPOK (PDPI)

PPOK Ringan :
- Dengan atau tanpa gejala batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum
- Derajat sesak nafas derajat 0 1
- VEP1 80% prediksi (normal) dan VEP1/KVP < 70%.

PPOK Sedang
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum
- Sesak nafas dengan derajat dua
- VEP1 70% dan VEP1/KVP < 80% prediksi

Tipe PPOK (PDPI)


PPOK Berat
- Sesak nafas derajat tiga atau empat
dengan
gagal nafas kronik.
- Eksaserbasi lebih sering terjadi
- komplikasi kor pulmonum atau gagal
jantung
kanan.
- VEP1/KVP < 70%, VEP1 < 30% prediksi atau
VEP1 > 30% dengan gagal nafas kronik.

- hiposekmia dengan normokapnia atau


hiposekmia dengan hiperkapnia pada AGD.

DIAGNOSIS

Anamnesi
s

Pemeriks
aan Fisik

Pemeriks
aan
Penunjan
g

1. ANAMNESIS

Riwayat merokok atau bekas perokok


Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Infeksi saluran nafas berulang
Lingkungan asap rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

2. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Barrel chest (diameter antero-posterior dan transversal
sebanding)
Penggunaan otot bantu nafas

Hipertrofi otot bantu nafas


Pelebaran sela iga
Pada gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di
leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

2. PEMERIKSAAN FISIK
Perkusi
Pada emfisema hipersonor, batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
Suara nafas vesikuler normal, atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
bernafas biasa atau pada ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Faal Paru
Spirometri (VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 prediksi (%)
dan atau VEP1/KVP (%)
Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75%

Uji Bronkodilator

Dilakukan dengan menggunakan spirometri


Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15
20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP 1 atau APE,
perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

2. Darah Rutin
3. Radiologi

PENATALAKSANAAN
1.

Terapi Farmakologis untuk PPOK yang stabil :


. Bronkodilator
. Kortikosteroid Inhalasi
. Kombinasi Inhalasi Kortikosteroid/Terapi
Bronkodiltor
. Kortikosteroid Oral
. Phospodiesterase-4 Inhibitor
. Methylxantine

PENATALAKSANAAN
2. Terapi Lain :

Vaksin
Terapi Augmentasi Antitripsin Alfa-1
Antibiotik
Mucolitic Agent
Vasodilator

3. Pengobatan Lain :

Rehabilitasi
Terapi Oksigen
Terapi Pembedahan

PENATALAKSANAAN
4. Menejemen Eksaserbasi :

Pemberian O2 dengan target saturasi 88 92 %


Beta2 agonis kerja cepat dengan atau tampa anti
kolinergik kerja cepat
Kortikosteroid sistemik

BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : IKP
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan: SD
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jln. Wibisana Barat Gg. 4 L8 No. 18
Tanggal Kunjungan : 18 Juni 2016

II. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA:
SESAK

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Sesak memberat sejak 3 hari SMRS disertai nyeri dada terutama
saat menghembuskan nafas
Mengeluh batuk sejak 2 hari SMRS disertai dahak yang berwarna
putih kekuningan
BAB, BAK normal
Tidak ada riwayat demam, penurunan berat badan, dan keringat
malam

II. ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU & PENGOBATAN
Menderita penyakit tuberculosis pada tahun 2013.
Namun sudah mendapat pengobatan dan dinyatakan sembuh
oleh dokter.
Setelah itu, pasien sering mengalami sesak nafas hingga
sekarang.
Pasien rutin mengonsumsi obat salbutamol dan methyl
prednisolon sejak 2 tahun belakangan untuk mengatasi
sesaknya. Selain itu, pasien juga menggunakan inhaler berupa
berotec
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma. Riwayat penyakit
sistemik seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
jantung disangkal oleh pasien.

II. ANAMNESIS
RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan
yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit sistemik seperti asma, hipertensi, diabetes
mellitus, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien
RIWAYAT SOSIAL
Tidak bekerja sejak 2 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien
bekerja di pabrik makanan
Tinggal bersama istri beserta anak dan menantunya
Tidak bisa melakukan aktivitas berat dikarenakan sesaknya
tersebut
Riwayat merokok disangkal oleh pasien
Dulu memiliki kebiasaan minum alkohol namun sudah
berhenti sejak lama

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
Keadaan Umum : Baik
GCS : Compos Mentis (E4V5M6)
Gizi : Kurang Baik
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 88 kali / menit
Respirasi : 30 kali / menit
Temperatur
: 36,5oC
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 50 kg
BMI : 17,71 kg/m2

Pemeriksaan Fisik Umum

Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/p), edema palpebra -/-,


Reflek pupil +/+ isokor

THT
Telinga : Daun telinga N/N, Sekret -/-, hiperemis -/ Hidung : Sekret -/-, hiperemis -/ Tenggorokan : Tonsil T1/T1 normal, faring hiperemis (-)

Bibir : Sianosis (-)


Lidah: Ulkus (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : JVP + 0 cmH2O, kelenjar tiroid normal,
Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax
Cor
Inspeksi: Pulsasi iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II
Batas kanan jantung PSL kanan
Batas kiri jantung 2 cm medial MCL kiri
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo
Inspeksi
: Tidak simetris saat statis dan dinamis,
Barrel chest (+), tampak pelebaran celah iga,
retraksi subkosta (-)
Palpasi : Vocal fremitus

Perkusi : Hipersonor
Hipersonor
Hipersonor
Hipersonor
Redup
Redup

Auskultasi:
Wheezing

+ +
Bronkovesikular
+ +
+ +

Rhonki
- -

Abdomen
Inspeksi: Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi
: Hepar/lien tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Timpani

Ekstremitas
Hangat

+
+
Edema
+ +

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap
Kimia Darah
Analisa Gas Darah
Foto Thoraks PA

PARAMETER

HASIL

SATUAN REFERENSI

KET

WBC
% neut
% lymph
% mono
% eos
% baso
# neut
# lymph
# mono
# eos
# baso
RBC
Hemoglobin
Hematokrit
MCV

9.55
89.33
4.81
4.31
1.24
0.31
8.53
0.46
0.41
0.12
0.030
4.88
14.13
45.64
93.60

103L
%
%
%
%
%
103L
103L
103L
103L
103L
106L
g/dL
%
fL

Tinggi
Rendah

Tinggi
Rendah

MCH
MCHC

28.99
30.97

Pg
g/dL

4.10-11.00
47.00-80.00
13.00-40.00
2.00-11.00
0.0-5.00
0.0-2.00
2.50-7.50
1.0--4.00
0.10-1.20
0.0-0.50
0.0-0.10
4.505.90
13.5-17.5
41.00-53.00
80.00100.00
26.00-34.00
31.00-36.00

RDW

11.35

11.60-14.80

Platelet

241.20

103L

150.00440.00

Kimia Klinik (7 Juni 2016)


Parameter

Hasil

Satuan

Nilai

Keterang
an

AST/SGOT

15.10

U/L

Rujukan
11.00-33.00

ALT/SGPT

14.40

U/L

11.00-50.00

Albumin

3.87

g/dL

3.40-4.80

BUN

11.00

mg/dL

8.00-23.00

Kreatinin

0.78

mg/dL

0.70-1.20

mg/dL

70.00-140.00

Glukosa Darah 113.00


(sewaktu)

Analisa Gas Darah (7 Juni 2016)


Parameter

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Keteranga
n

Elektrolit
pH

7.40

7.35-7.45

pCO2

47.6

mmHg

35.00-45.00

Tinggi

pO2

151.40

mmHg

80.00-100.00

Beecf

3.9

mmol/L

-2 2

HCO2-

28.80

mmol/L

22.00-26.00

Tinggi

S02c

98.9

95% - 100%

TCO2

30.20

mmol/L

24.00-30.00

Tinggi

Natrium (Na)

138

mmol/L

136-145

Kalium (K)

3.47

mmol/L

3.50-5.10

Rendah

Klorida (Cl)

104

mmol/L

96-108

Foto Thoraks (7 Juni 2016)


Hasil :

Cor: besar & bentuk normal

Pulmo : tak tampak infiltrat/nodul,


corakan bronkovaskuler normal

Sinus pleura : kanan dan kiri tajam

Diafragma : kanan dan kiri normal

Skeletal

: tidak tampak kelainan

Kesan :

Menyokong gambaran emphisematous


lung

V. DIAGNOSIS KERJA

PPOK Eksaserbasi Akut


Pneumonia CAP PSI Class III

VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Non Farmakologi:
MRS
Bedrest
Diet 1900 kcal
Terapi Farmakologi:
IVFD NaCL 20 tpm
02 2 liter/menit (nasal canul)
Nebulizer combivent tiap 8 jam
Cefotaxime 3 x 1 gr (IV)
Erytromicin 4 x 500 mg (IO)
Methyl Prednisolone 1 x 62,5 mg (IV)
N. Acetyl Cystein 3 x 200 mg (IO)
Ambroxol tab 3 x 1 (IO)

KIE
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit PPOK eksaserbasi akut.
Sarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan
dan menghindari faktor-faktor pencetus sesaknya
seperti debu, udara dingin, dan aktivitas fisik
berat.

Monitoring
Keluhan
Vital sign

BAB IV
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

Alur Kunjungan Lapangan

Kunjungan dilakukan pada tanggal 17 Juni 2016.


Tujuan : untuk mengenal lebih dekat kehidupan pasien serta
mengidentifikasi masalah yang ada pada pasien dan
memberikan edukasi tentang penyakit yang dialami pasien
serta memberikan dorongan semangat kepada pasien dalam
mengatasi penyakitnya.
Pasien didiagnosis dengan PPOK eksaserbasi akut dan
memang menderita penyakit tersebut sejak 2 tahun yang
lalu.
Pada saat kunjungan, keadaan pasien lebih baik dari yang
sebelumnya. Keluhan sesak nafas dirasakan membaik oleh
pasien. Tekanan darah pasien saat kunjungan didapatkan
120/80 mmHg.

Identifikasi Masalah

Pasien mengeluh nafasnya masih berat dan


semakin sesak terutama setelah pasien
beraktivitas. Oleh karena itu, pasien
menggunakan obat semprot ketika sesak
nafas dan pasien dijadwalkan control kembali
ke poli setelah seminggu pulang dari rumah
sakit
Pasien masih kurang memahami pentingnya
gizi dan nutrisi. Pasien saat ini tampak kurus
dengan indeks massa tubuh 17,71 kg/m2
karena pasien hanya makan dua kali sehari.
Sehingga, kalori yang masuk tidak sama

Analisis Kebutuhan Pasien


Kebutuhan Fisik-Biomedik
Kecukupan Gizi
Pasien selalu mengonsumsi nasi dan sayur-sayuran setiap hari.
Pasien juga mengonsumsi daging setidaknya lebih dari 3 kali dalam
seminggu.
Pasien juga mengonsumsi telur, tempe dan tahu untuk makanannya
sehari-hari.
Terkadang pasien juga mengonsumsi buah-buahan, seperti pepaya
dan pisang.
Dari data nutrisi harian pasien, dapat diketahui bahwa asupan harian
pasien mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.

KIE diberikan kepada pasien untuk menjaga variasi dan jumlah porsi
makanan setiap harinya. Hal ini bertujuan untuk menjaga stamina
dan daya tahan tubuh untuk pasien agar terhindar dari penyakit
lainnya.

Kecukupan Gizi

Perhitungan kebutuhan kalori bagi pasien ini dihitung


dengan menggunakan rumus Brocca sebagai berikut:
Berat badan ideal = (TB cm 100) - 10% kg
= (168-100) - 10% kg
= 68 5 kg
= 63 kg
Jadi berat badan ideal untuk pasien ini adalah 63 kg.

Status gizi = (BB Aktual : BB Ideal) x 100%


= (50 kg : 63 kg) x 100%
= 79%
Jadi status gizi pasien termasuk berat badan kurang.

Kegiatan Fisik

Pasien sudah tidak bekerja lagi karena merasa


bertambah sesak jika beraktivitas,sehingga
aktivitas sehari-hari dilakukan di rumah.
Pasien mengatakan jarang berolahraga karena
pasien tidak kuat jika banyak beraktivitas.

Akses Pelayanan Kesehatan

Pasien selau memeriksakan diri ke poli atau


UGD Rumah Sakit Sanglah apabila keluhan
sesak nafasnya kambuh.
Pasien tinggal di Jalan Wibisana, Denpasar
dengan jarak antara rumah pasien dengan
rumah sakit (RSUP Sanglah) yaitu sekitar 10
kilometer dengan waktu tempuh 15 menit.
Transportasi yang biasa digunakan pasien
untuk menuju tempat pelayanan kesehatan
adalah motor.

Lingkungan

Secara umum keadaan lingkungan tempat tinggal


pasien kurang rapi dan kurang bersih.
Tempat tinggal pasien berada dalam gang dengan
akses jalan masuk baik.
Pasien tinggal di rumah dengan luas bangunan
sekitar 6x4 m. Terdapat dua kamar yang digunakan
sebagai kamar tidur.
Terdapat ruang tamu yang bergabung dengan ruang
keluarga, satu kamar mandi, dan dapur.
Ventilasi udara di tempat tinggal pasien kurang baik.
Sumber air untuk mandi dan mencuci berasal dari
sumur.

Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang

Pasien tinggal di rumah berempat dengan istri, anak


dan menantu pasien.
Istri pasien aktif membantu pasien dan sangat
memperhatikan kondisi pasien dengan sering
mengingatkan untuk mengonsumsi obat dan
beristirahat.
Anak pasien yang pertama dan cucunya sering
datang menengok pasien.
Pasien merasa diperhatikan oleh istri dan anakanaknya.
Hubungan pasien dengan tetangga juga dikatakan
baik. Pasien kenal dengan tetangga sekitar dan
saling bertegur sapa apabila bertemu.

Faktor Psikologi

Pasien sangat membutuhkan pengertian dan


dukungan dari keluarga dalam menjalani
aktivitas
sehari-hari
dan
menjalani
pengobatan termasuk pengaturan dietnya.
Saat ini, pasien tidak dalam keadaan depresi,
sehingga lebih mudah untuk menerima
masukan dari keluarganya.

Kebutuhan Bio-Psikososial
Lingkungan Biologis
Lingkungan
biologis pasien dilihat dari
keluarga pasien. Kualitas kehidupan seharihari pasien dikatakan baik, karena pasien bisa
melakukan semua aktivitas dasar seperti
makan, minum, berjalan, membersihkan diri,
mengontrol BAB dan BAK tanpa ada masalah
dan tidak perlu bantuan

Faktor Sosial dan Kultural

Pasien memiliki tetangga yang peduli dengan


kondisi kesehatan pasien.
Keluarga dan lingkungan sekitar rumah
mengerti dengan keadaan pasien sehingga
memakluminya jika pasien tidak berpartisipasi
dalam kegiatan yang diadakan di banjar.

Faktor Spiritual

Pasien merupakan sosok yang taat beribadah.


Pasien meyakini kegiatan peribadatan dapat
membantu
pasien
untuk
menenangkan
pikiran

Pemecahan Masalah dan Saran


Beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya, kami
mengusulkan penyelesaian masalah berupa
1. Edukasi pasien untuk aktif selama pengobatan
2. Edukasi pasien tentang penyakitnya
3. Pasien dan istri dijelaskan kembali lebih lengkap
mengenai penyakit PPOK, kemungkinan keluhan lain
yang
dapat
muncul,
penatalaksanaan,
dan
pengobatan serta efek samping obat.
4. Memberikan edukasi terhadap manajemen stress
dan emosi.
5. Memberikan
semangat kepada pasien untuk
menghadapi penyakitnya.

Saran kepada pasien:


Rutin untuk mengontrol keadaan ke tenaga
kesehatan untuk mengetahui kestabilan kondisi
pasien
Segera ke rumah sakit atau puskesmas jika
keluhan memburuk
Menjaga pola makan, makan makanan yang
bergizi dan dalam jumlah yang cukup dan
teratur sesuai jadwal. Juga membuat variasi
makanan agar pasien tidak mudah bosan.
Tetap aktif dalam kegiatan kekeluargaan dan
organisasi di masyarakat.

Saran kepada keluarga:


Keluarga
disarankan untuk turut serta
mengingatkan pasien mengenai makanan
yang dikonsumsi setiap harinya sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Disarankan untuk mendukung pasien secara
moral agar pasien tetap merasa diperhatikan
dan mengurangi stress pada pasien.
Membantu
pekerjaan rumah yang tidak
mampu dilakukan oleh pasien agar kondisi
rumah tetap bersih, sehingga pasien terhindar
dari kuman penyebab penyakit.

BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan

Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit


paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang
tidak sepenuhnya reversible, bersifat progresif, dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya, disertai efek
ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat
penyakit.

Faktor resiko : merokok, polusi udara, stress oksidatif,


infeki saluran bawah berulang, kondidi siosial ekonomi,
dan genetik.

Tanda dan gejala klinis : batuk, nyeri dada akut, sesak


napas, dan mengi.

5.2 Kesimpulan Kunjungan Lapangan

Pada saat kunjungan, keadaan pasien lebih


baik dari yang sebelumnya.
Pasien tidak mengalami kesulitan untuk
melakukan pengobatan ke RSUP Sanglah.
Lingkungan
rumah
pasien
berada
di
lingkungan yang kebersihannya kurang.
Istri pasien memperhatikan kondisi pasien dan
memberikan dukungan yang positif kepada
pasien.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai