A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Penikahan : Menikah
Alamat : Palampitan Hulu
Pendidikan Terakhir : SMA
Masuk Ruangan : 30 Oktober 2014 (Melati)
Nomer RM : 04-81-02
B. ANAMNESIS
Anamnesis pada pasien ini dilakukan secara autoanamnesis pada hari
Kamis, 30 Oktober 2014, sekitar pukul 10.30 WITA di Ruang Perawatan Melati
RSUD Pambalah Batung, Amuntai.
Keluhan Utama
Sesak napas.
Merokok (-), Darah tinggi (+) sejak 2 tahun yang lalu, namun penderita tidak rajin
rutin minum obat dan mengkontrol keluhannya tersebut. Riwayat kencing manis
(-) Riwayat mengkonsumsi alkohol (-) Riwayat kolesterol (-)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung, darah tinggi, kolesterol tinggi dan
penyakit kencing manis tidak diketahui pasien.
Anamnesis Sistem
C. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
Tinggi Badan : 150 cm (anamnesis)
Berat Badan : 61 kg (anamnesis)
Status gizi : Obesitas (BMI = 27,1 kg/m2)
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 92 kali/menit, teratur, tekanan cukup, isi cukup
Suhu : 36,6oC
Pernapasan : 26 kali/menit, regular.
Kulit
Warna : sawo matang Suhu raba : Afebris
Pertumbuhan rambut : merata Edema : Tidak ada
Lembab / kering : Lembab
Pigmentasi : Merata
Leher
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak membesar
- JVP : Meningkat (R+3 cm H2O)
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, ketinggalan gerak (-/-),
retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : nyeri tekan (-/-), pengembangan dada simetris, fremitus
taktil (+/+) simetris,
Perkusi : sonor (-/-)
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki basah halus (+/+) di
basal kedua paru ,wheezing (-/-),
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi Jantung I & II murni reguler, tunggal, murmur (-),
gallop (-)
Perut
Inspeksi : datar, dinding perut sejajar dengan dinding dada,
kelainan kulit (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak
- Superior : Edema (-/-), Sianosis (-/-), ikterik (-/-)
- Inferior : Edema (-/-), Sianosis (-/-), ikterik (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan EKG
Hasil Interpretasi :
1. Sinus Takikardi
2. Heart Rate 120x/menit
3. Left Axis Deviation
4. Gelombang P : (+) pada II, (-) pada aVR, P negatif
terminal force (+) di V1
5. Interval PR : 0,16 detik
6. Durasi QRS : 0,08 detik
7. Segmen ST – T changes : ST elevasi V3 , V4 (Anterior)
8. Gelombang T :-
Kesan :
Sinus Takikardia
ST elevasi V3 V4 (Anterior)
Left Atrium Enlargement
Q patologis
b) Pemeriksaan Laboratorium (29/10/2014)
Darah
Hb : 11,9 gr%
Leukosit : 12.600/mm3
Trombosit : 288.000/mm3
Hematokrit : 32,9 %
Kimia Darah
Glukosa Puasa : 168 mg/dl
Triglyceride : 40 mg/dl
HDL : 28 mg/dl
F. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanatioanm : dubia
TINJAUAN PUSTAKA
GAGAL JANTUNG
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung
kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung
kronis dekompensasi, serta gagal jantung kronis.2
2.2 Epidemiologi
Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun
dan harus tirah baring.
Gambar 2. Klasifikasi Klinis Gagal Jantung
Gejala yang timbul pada gagal jantung kanan adalah : fatigue, edema, liver,
anoreksia. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan,
murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat,
peningkatan tekanan vena, edema ekstremitas.6
Dyspneu d 'effort yaitu, sesak nafas yang terjadi pada saat melakukan
aktivitas fisik.
Fatigue
Ortopnea, merupakan sesak nafas yang terjadi pada saat berbaring, dan
dapat dikurangi dengan sikap duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan
karena pada saat berdiri terjadi penimbunan cairan di kaki dan perut. Pada
saat berbaring maka cairan ini kembali ke pembuluh darah dan menambah
darah balik, sehingga terjadi sesak nafas.
Gagal jantung kiri dalam jangka panjang dapat diikuti dengan gagal jantung
kanan, demikian sebaliknya Bila gagal jantung kanan terjadi bersamaan dengan
gagal jantung kiri maka akan terjadi gagal jantung kongestif Secara klinis hal ini
tampak sebagai suatu keadaan dimana penderita sesak nafas disertai dengan gejala
bendungan cairan di vena jugularis, hepatomegali, edema perifer, asites. Gagal
jantung kongestif biasanya dirnulai lebih dahulu oleh gagal jantung kiri dan secara
larnbat diikuti gagal jantung kanan.5
Pada gangguan serius ini, jantung tidak mampu lagi memelihara peredaran
darah, hingga volume-menit menurun dan arteri mendapat terlalu sedikit darah.
Sebagai akibat kelemahan jantung ini, darah terbendung di vena kaki dm
paruparu, yang menimbulkan sesak dada dan udema pergelangan kaki. Pada
keadaan parah dapat terjadi udema paru yang sangat berbahaya Penyaluran darah
ke jaringan juga berkurang, sehingga ginjal mengekskresi lebih sedikit natriurn
dan air. Dalam hal akut, pasien perlu segera mungkin dirawat di rumah sakit.
Untuk penanganan penderita gagal jantung, bila keadaannya berupa insufisiensi
ini umumnya dilakukan dengan tiga tindakan untuk meniadakan cairan, yakni ;
banyak istirahat untuk meringankan beban jantung, pembatasan asupan garam ,
dan pengobatan dengan diuretika untuk memperbesar ekskresi cairan. Yang
terakhir perlu guna mengurangi pengeluaran tenaga berlebihan yang memperkuat
penyaluran darah ke otot, sehingga mengurangi filtrasi glomeruler dengan akibat
retensi natrium.6
b. Hipertensi
c. Cardiomiopathy
e. Aritmia
Artial Fibrilasi secara independen menjadi pencetus gagal jantun tanpa perlu
adanya fakto concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi 31% dari pasien
gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilas dan ditemukan 60%
pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilas setelah dilakukan pemeriksaan
echocardiografi. Aritmia tidak hanya sebagai penyebab gagal jantung tetapi juga
memperparah prognosis denga meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
g. Lain-lain
d. Serangan hipertensi.
e. Aritrnia akut.
g. Emboli paru.
h. Anemia.
i. Tirotoksikosis.
j. Kehamilan.
k. Endokarditis infektif.
2.4 Patoisiologi Gagal Jantung
Gagal Jantung Kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang tidak
bisa berkontraksi secara normal seperti infark miokard, gangguan tekanan
hemodinamik, overload volume, ataupun kasus herediter seperti cardiomiopathy.
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan penurunan kapasitas pompa jantung.
Namun, pada awal penyakit, pasien masih menunjukkan asimptomatis ataupun
gejala simptomatis yang minimal. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kompensasi
tubuh yang disebabkan oleh cardiac injury ataupun disfungsi ventrikel kiri.9
Kriteria Diagnosis
Kriteria Mayor
Kriteria Minor
Edema pretibial
Batuk malam
Dispnea saat aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital paru menurun 1/3 dari maksimal
Takikardia (>120 kali/menit)
Kriteria Mayor atau Minor
Penurunan berat badan > 4.5 Kg dalam 5 hari
a. Pemeriksaan Penunjang6
a. Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas yang sesuai
menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunan berat badan, dan memperbaiki
gejala dan toleransi aktivitas pada gagal jantung terkompensasi dan stabil.
2. Terapi obat-obatan
Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah untuk mengurangi gejala akibat
bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta
memperpanjang harapan hidup. Untuk gagal jantung yang tetap bergejala
walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati memerlukan pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan asupan garam, dan obat.untuk itu pendekatan awal
adalah memperbaiki berbagai gangguan yang mampu pulih untuk menghilangkan
beban kardiovaskuler yang berlebihan, seperti ; mengobati hipertensi, mengobati
anemia, mengurangi berat badan, atau memperbaiki stenosis aorta. Pengobatan
gagal jantung yaitu dapat dilakukan dengan mengurangi beban awal dengan cara
pemberian diuretik, nitrat, atau vasodilator lainnya. Sedangkan untuk mengurangi
beban akhir dapat dilakukan dengan pentberim pengharnbatan ACE. Untuk
kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat-obat inotropik seperti digitalis,
dopamine, dan dobutamin. Kebanyakan penderita gagal jantung memperlihatkan
gangguan fungsi sistolik. Pada penderita dernikian terapi obat dimaksudkan untuk
a. Menghilangkan gejala bendungan sirkulasi dengan memperbaiki kontraktilitas
miokard.
b. Mengurangi beban pengisian ventrikel dan menurunkan tahanan perifer. Karena
penyembuhan fungsi pompa pada prinsipnya tidak bisa dicapai, maka penanganan
khususnya ditujukan pada prevensi memburuknya penyakit dan meringankan
gejalanya.
a. Diuretik (diureik loop, thiazide, metolazon) penting untukpengobatan
simtomatik bila ditemukan beban cairan berlebihan, kongesti paru dan edema
perifer.
b. Beta bloker direkomendasikan pada semua gagal jantung ringan, sedang dan
berat yang stabil baik dalam keadaan iskemi atau kardiomiopati non iskemi dalam
pengobatan standard seperti diuretic atau penyekat enzim konversi angiotensin.
c. Nitrat sebagai tambahan bila ada keluhan angina atau sesak, jangka panjang
tidak terbukti memperpanjang simptom gagal jantung.9