KASUS UJIAN
Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas
dan memberat 7 jam sebelum masuk puskesmas. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk. Nyeri hilang timbul. Nyeri tidak menyebar dan terdapat hanya pada satu titik.
Nyeri membaik beberapa saat setelah makan dan mengkonsumsi promaag. Keluhan
bertambah parah jika pasien telat makan. Skor nyeri dari 1-10 menurut pasien adalah
7. Nyeri tersebut membuat pasien bangun malam hari dan sulit tidur hingga pagi.
Keluhan disertai rasa mual dan nyeri kepala, namun tidak sampai muntah. Rasa mual
tersebut membuat pasien tidak nafsu untuk makan.
Pasien mengeluhkan perut kembung dan cepat kenyang apabila makan. Nyeri ulu
hati tidak disertai dengan rasa terbakar yang menjalar ke atas ataupun rasa asam
atau pahit di mulut. Keluhan demam, kuning di badan atau pada mata disangkal.
Keluhan BAB encer dan semakin sering tidak ada. Keluhan BAB seperti aspal dan
berminyak disangkal. Keluhan tidak disertai dengan sesak napas, mudah lelah saat
beraktivitas, dan nyeri dada kiri yang menjalar. Keluhan muntah yang terus-menerus,
muntah berwarna seperti kopi, dan penurunan berat badan disangkal. Pasien
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Dua hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengaku mengkonsumsi pecel
lele dengan sambal. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas dan bersantan.
Pasien jarang minum kopi dan tidak merokok. Pasien mengaku sedang ada beban
pikiran. Sejak tiga tahun yang lalu, pasien menghentikan usaha percetakan sablonnya
dan pensiun. Kemudian pasien menyibukkan diri dengan aktif di masjid. Namun,
pasien masih merasa apa yang ia lakukan masih kurang untuk bekal akhirat kelak.
Selain itu, satu minggu sebelum masuk ke puskesmas, pasien makan tidak teratur,
sering hanya makan 1X sehari karena pasien memikirkan istrinya yang memiliki
kencing manis dan kadar gula yang cukup tinggi yaitu 570 setelah diperiksa di
puskesmas.
Pasien memiliki riwayat penyakit lambung sejak tahun 2015. Keluhan nyeri ulu
hati sering dirasakan pasien ketika telat makan, banyak beban pikiran, dan setelah
pasien mengkonsumsi makanan bersantan dan pedas dalam jumlah banyak. Keluhan
disertai rasa mual dan nyeri kepala. Untuk mengurangi gejala tersebut, biasanya
pasien akan beristirahat, makan, dan minum air hangat. Jika keluhan tidak membaik,
pasien akan meminum promaag. Keluhan terakhir dirasakan 1 bulan yang lalu, akibat
makan-makanan pedas dan beban pikiran. Keluhan membaik ketika pasien
beristirahat sehingga pasien tidak memeriksakan diri ke puskesmas. Keluhan terakhir
yang membuat pasien memeriksakan diri ke puskesmas dialami 1 tahun yang lalu
karena pola makan yang kurang baik (1-2 kali dalam sehari).
Riwayat mengonsumsi obat anti nyeri, obat-obatan lain atau jamu dalam jangka
waktu yang lama tidak ada. Riwayat asma, alergi, hipertensi, DM, kolesterol dan asam
urat tinggi, keganasan saluran cerna maupun penyakit jantung pada pasien dan
keluarga disangkal. Riwayat pembedahan disangkal. Pasien tidak sedang dalam
pengobatan tertentu.
RIWAYAT KELUARGA
Tn. U Ny. M, d. 72 Tn. Y Ny. E,
Genogram d. 80 tahun, jantung d. 70
tahun
85 tahun
tahun
8 Januari
2019,
Keluarga D D
LEGENDA
Tn. D Ny. S Tn. D MP
Ny.
58 tahun
Tn. E
54 tahun
Tn. N
50 tahun
67 tahun 64 tahun m ‘78
: Laki-laki
:
Perempuan
: Menikah
: Tinggal
serumah Ny. S Tn. E Ny. P
: Hipertensi Tn. P Ny. S Tn. S Ny. D Tn. Y
31 tahun 27 tahun 28 tahun 26 tahun
40 tahun 38 tahun 33 tahun 33 tahun
: Meninggal
D D : Dispepsia
DM DM
: Diabetes
m :Melitus
tahun menikah
d : usia
RIWAYAT KELUARGA
Bentuk Keluarga
Keluarga Usila (Usia Lanjut)
Aspek Keterangan
Social Pasien mengaku nyaman & sering bersosialisasi dengan tetangga
Culture Pasien bersuku sunda. Pasien dan keluarga menyukai makanan sunda yang pedas
Pasien & keluarga beragama Islam taat melakukan ibadah shalat 5 waktu, pasien
Religion rutin mengikuti pengajian, dan menjadi pengurus masjid
Economy Pasien dan istri merasa pendapatan yang diperoleh sudah cukup.
Pasien berpendidikan terakhir STM dan istri pasien, pendidikan terakhir SMA. Pasien
Education dan istrinya memiliki sedikit pengetahuan mengenai dispepsia dan berat badan
berlebih
Puskesmas Pasundan 500 m dari rumah pasien & 7 menit dengan berjalan kaki.
Medical Pasien dan istrinya sudah terdaftar BPJS NON-PBI.
PENILAIAN
STATUS GIZI
• Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah
gizi: Overweight
• Obat-obatan yang biasa dikonsumsi: Tidak ada
• Riwayat penyakit di keluarga: Tidak ada
• Penurunan BB dalam 6 bulan/2 minggu terakhir: Tidak
ada
• Keluhan pencernaan menetap >2 minggu: Tidak ada
• Kapasitas fungsional: Tidak ada disfungsi
• Aktivitas fisik: Ringan
• Analisis asupan makanan:
Dibandingkan dengan keadaan sehat: Tidak ada
Konsistensi: makanan biasa/padat
PENILAIAN
STATUS GIZI RECALL
Masalah Medis
Kedudukan Jenis Pekerjaa Pendidika
No. Nama Umur dan
dalam keluarga Kelamin n n
Biopsikososial
Kepala Keluarga, Dispepsia fungsional
1 Tn. D
suami, ayah
Laki-laki 64 tahun - Tamat STM
disertai overweight
2 Ny. S Istri, ibu Perempuan 58 tahun Wiraswasta Tamat SMA Diabetes Melitus Tipe II
LINGKUNGAN
TEMPAT TINGGAL
Kepemilikan rumah : Milik pribadi
Daerah perumahan : Padat bersih
Karakteristik
Sarana pelayanan kesehatan yang Puskesmas Pasundan
digunakan
Jarak dan waktu yang ditempuh 500 m
Pelayanan Memuaskan
LINGKUNGAN
PEKERJAAN
Farmakologis
Omeprazole 2x20 mg sebelum makan
p.o
Parasetamol 3x1000 mg, prn nyeri
kepala
Domperidon 3x10 mg
RENCANA PEMELIHARAAN
KESEHATAN
Keluarga Tn. D
Imun Kemopr
Status
No Nama Skrining Konseling i- ofilaksi
Kesehatan
sasi s
1 Tn. D, Dispepsia BMI, tekanan darah, gula Pola makan sehat dan nutrisi seimbang, - Multivitam
Laki-laki, disertai darah, profil lipid, asam aktivitas fisik yang baik, PHBS (poin 4-9), in
64 th overweight urat, fungsi paru, edukasi mengenai dispepsia dan penyakit
pemeriksaan gigi, visus, PTM seperti hipertensi, dan diabetes melitus,
fungsi jantung (EKG), edukasi penurunan berat badan, edukasi
skrining depresi, geriatric mengenai manajemen stress
frailty assessment
2 Ny. P, Diabetes BMI, tekanan darah, gula Pola makan sehat dan nutrisi seimbang, Vaksin Multivitam
perempua melitus tipe II darah, profil lipid, asam aktivitas fisik yang baik, PHBS (poin 4-9), HPV in
n urat, fungsi paru, SADARI, cara SADARI, edukasi mengenai dispepsia, jika
58 th pap smear, fungsi jantung dan penyakit PTM seperti hipertensi, mamp
(EKG) diabetes, u
PHBS
Frequency: 3-5
Intensity: ringan sampai sedang (low to
hari/minggu
moderate intense)
T ime: 30-60 menit/hari
Type: aerobik dikombinasi dengan weight
training seminggu 3 kali
Contoh : jalan cepat, joging, senam
Contoh weight training : jalan sambil membawa air
mineral dalam botol sebagai barbel
10
PROG
NOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia Ad
bonam
11
BIOPSIKOSOSIAL
MAP
Tn D, 64 Biologikal Sosial Psikologikal
tahun
Banyak penjual Beban fikiran yang
Riwayat Terlambat Makan hanya 1 Menyukai makanan jajanan di
kali dalam pedas, bersantan, meningkat karena
DIspepsia makan lingkungan
sehari dan berminyak memikirkan penyakit
sekitar istri dan bekal
akhirat
Menstimulasi produksi asam
lambung Meningkatkan cortisol
Memperpanjang paparan
asam lambung yang tinggi
Dispepsia
12
CSS
NYERI ULU HATI
DEFINISI
NYERI ULU HATI
Nyeri ulu hati adalah nyeri pada daerah epigastrium. Letak ulu hati berada
di bawah tulang dada dan di atas pusar, atau perut bagian atas. Rasa sakit
atau nyeri ini dapat menyebar dari satu bagian ke bagian tubuh lainnya.
Sakit ulu hati bisa ringan, namun bisa juga menjadi pertanda adanya
masalah kesehatan serius yang perlu diobati.
ETIOLOGI
NYERI ULU HATI
Biasanya karena ada gangguan pada organ:
1 2 3 4 5
Pankreas
Deskripsi nyeri ulu hati yang disebabkan oleh Deskripsi nyeri ulu hati yang disebabkan
Rasa terbakar di daerah ulu hati sampai dada • Nyeri ulu hati atau nyeri dada yang terjadi mirip
yang terjadi secara segera setelah makan, dan seperti tertindih benda berat.
rasa terbakar tersebut bertahan selama • Nyeri yang terjadi menjalar ke bahu, leher dan
beberapa menit atau bahkan beberapa jam. tangan.
Nyeri dada yang dirasakan lebih parah ketika • Nyeri disertai dengan sesak napas, keringat
menunduk, berbaring, atau setelah makan. dingin
Nyeri tidak menjalar ke daerah bahu, leher, atau • Nyeri hilang setelah mengonsumsi obat-obatan
tangan. jantung golongan nitrogliserin.
Sulit menelan
Gejala nyeri akan hilang beberapa saat setelah
13
CSS
DISPEPSIA
DEFINISI
DISPEPSIA
• Dispepsia adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman kronik atau rekuren
pada ulu hati (di perut bagian atas).
• Sindroma dispepsia merupakan sekumpulan gejala yang dapat terdiri dari
nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut
penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada.
• Dispepsia menurut buku Harrison’s Principle of Internal Medicine adalah
rasa tidak nyaman atau rasa sakit yang kronis atau berulang di perut
bagian atas yang mungkin disebabkan oleh beragam proses seperti
refluks gastroesofagal, penyakit ulkus peptikum, dan “dispepsia
nonulcer,” kategori heterogen yang mencakup gangguan motilitas,
sensasi, dan somatisasi.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
DISPEPSIA
Dispepsia Organik Dispepsia Non-Organik
Gangguan fungsional dimana sarana
penunjang diagnosis baku (radiologi,
Dispepsia organik terdapat penyebab yang
endoskopi dan laboratorium) tidak dapat
mendasari
memperlihatkan adanya gangguan patologis
struktural maupun biokimiawi.
Dietetik Medikamentosa
• Prinsip: menghindari makanan • Antasida
pencetus serangan (pedas, asam, • Penyekat H2 reseptor (Ranitidin,
tinggi lemak, kopi, teh) famotidin)
• Bila ada keluhan cepat kenyang, • Penghambat pompa proton
dianjurkan untuk makan porsi (omeprazol)
kecil tapi sering dan rendah • Sitoproteksi (sukralfat)
lemak • Prokinetik (metoklopramid,
domperidone)
Psikoterapi : Behavioural
therapy
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA
Medikamentosa
• Pada tipe nyeri epigastrium, lini pertama terapi bertujuan menekan asam lambung
(H2-blocker, PPI).
• Pada tipe distres postprandial, lini pertama dengan prokinetik, seperti
metoklopramid/domperidon (antagonis dopamin),
• Bila lini pertama gagal, PPI dapat digunakan untuk tipe distres postprandial dan
prokinetik untuk tipe nyeri. Kombinasi obat penekan asam lambung dan prokinetik
bermanfaat pada beberapa pasien.
• Pada kasus yang tidak berespons terhadap obat-obat tersebut, digunakan
antidepresan. Antidepresan trisiklik (amitriptilin 50 mg/hari, nortriptilin 10 mg/ hari,
imipramin 50 mg/hari) selama 8-12 minggu cukup efektif untuk terapi dispepsia
fungsional, SSRI atau SNRI tidak lebih efektif dari plasebo.
PENATALAKSANAAN
DISPEPSIA
KOMPLIKASI
DISPEPSIA
• Pendarahan saluran cerna bagian atas
• Perforasi lambung
• Anemia
PROGNOSIS
DISPEPSIA
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, komplikasi,
dan pengobatannya. Umumnya prognosis dispepsia adalah ad bonam,
namun dapat terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
RELEVANSI DENGAN DOKTER UMUM
DISPEPSIA