Anda di halaman 1dari 49

Gangguan sistem

muskuloskeletal
Team
Pendahuluan
 Beragam jaringan dan organ dalam sistem
muskuloskeletal
 Beragam gangguan pada sistem muskulo

skeletal
 Timbul primer maupun sekunder
 Memiliki efek pada sistem muskulo skeletal
 Perlunya proses asuhan keperawatan
 Banyak sekali masalah pd sistem muskulo

tidak mungkin dibahas satu persatu  yang


sering terjadi
Proses keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
Pengkajian
Pemeriksaan fisik
Skeletal
1. catat penyimpangan dari structur normal 
defrmitas tulang, perbedaan panjang, bentuk,
amputasi
2. identifikasi pergerakan abnormal dan
krepitasi
Sendi:
1. Identifikasi bengkak yang dapat
menunjukkan adanya inflamasi atau effuse
2. Catat deformitas yang berhubungan dengan
kontraktur atau dislokasi
3. Evaluasi stabilitas yang mungkin berubah
4. Gambarkan ROM baik aktif maupun pasif
Otot:
1. inspeksi ukuran dan contour otot
2. kaji koordinasi gerakan
3. palpasi tonus otot
4. kaji kekuatan otot baik dengan evaluasi sepintas
dengan jabat tangan atau dengan mengukur skala
criteria yaitu 0 untuk tidak ada kontraksi sampai 5 =
normal ROM dapat melawan penuh gaya gravitasi
5. ukur lingkar untuk mencatat peningkatan
pembengkakan atau perdarahan atau pengecilan
karena atropi
6. identifikasi klonus yang abnormal
Neurovaskuler
1. kaji ststus sirkulasi pada extremitas dengan
mencatat warna kulit, suhu, nadi perifer,
capillary refill, nyeri
2. kaji status neurology
3. tes reflek
4. catat penyebaan rambut dan keadaan kuku
Kulit
1. inspeksi truma injury (luka, memar)
2. kaji kondisi kronis (dermatitis, stasis ulcer)
Penyebab
1. kelainan congenital
2. neoplasma
3. infeksi
4. trauma
5. degeneratif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri b/d disfungsi otot atau skeletal
2. gangguan mobilitas
3. koping yang tidak effective
4. potensial injury (membahayakan neuromuskuler
seperti compartment syndrome) b/d penekanan
yang kuat, injury, ischemia perifer akibat
pemasangan gips yang terlalu kuat
5. potensial kegagalan sirkulasi perifer dan fungsi
syaraf b/d peningkatan tekanan pada jaringan
6. gangguan psikologis (cemas)
PERENCANAAN
1. peningkatan kesehatan
a. latihan  ROM aktif dan pasif
b. diit
2. pemeliharaan dan pemulihan
a. perawatan gips  sirkuler, spalk
b. perawatan traksi  skin, skeletal
c. perawatan bedah
d. pemakaian alat Bantu
Gangguan muskuloskeletal
1. Akibat trauma
2. Degeneratif
3. Akibat metabolisme
4. Akibat infeksi
Akibat trauma
1. Fraktur
2. Dislokasi
3. Kontusio
FRAKTUR
 Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah
tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan
yang timbul secara mendadak. (Aswin, dkk,; 1986).
 Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya


disebabkan oleh rudapaksa.
 Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah


yang menyebabakan patah tulang radius dan ulna, dan
dapat berupa tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu
pada lengan yang menyebabkan tulang klavikula atau
radius distal patah.
Klasifikasi
1. Greenstick fracture; terjadi pada anak-anak, tulang patah di bawah lapisan
periosteum yang elastis dan tebal (lapisan periosteum sendiri tidak rusak).
2. Fissura fraktur; patah tulang yang tidak disertai perubahan letak yang
berarti.
3. complete fracture; patah tulang yang disertai dengan terpisahnya bagian-
bagian tulang.
4. Comminuted fracture; tulang patah menjadi beberapa fragmen.
5. Fraktur tekan (stress fracture); kerusakan tulang karena kelemahan yang
terjadi sesudah berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang tidak lazim.
6. Impacted fracture; fragmen-fragmen tulang terdorong masuk ke arah
dalam tulang satu sama lain, sehingga tidak dapat terjadi gerakan di antara
fragmen-fragmen itu.
7. Fraktur Tertutup (Simple): Faktur tidak meluas melewati kulit
8. Fraktur Terbuka (compaund): Fraktur tulang meluas melewati otot dan
kulit
9. Fraktur Patologis: Fraktur terjadi pada penyakit tulang
Klasifikasi
Derajat Patah Tulang Terbuka
1. Derajat I : laserasi < 2 cm, pada fraktur
sederhana, dislokasi fragmen tulang minimal
2. Derajat II : laserasi > 2 cm, kontusio otot
disekitarnya, disklokasi fragmen jelas.
3. Derajat III : luka lebar, rusak hebat atau
hilangnya jaringan disekitarnya, komunitif,
segmental, fragmen tulang ada yang hilang
Manifestasi
1. Riwayat trauma.
2. Nyeri, pembengkakan dan nyeri pada
daerah fraktur (tenderness).
3. Perubahan bentuk (deformitas).
4. Hilangnya fungsi anggota badan dan
persendian-persendian yang terdekat.
5. Gerakan-gerakan yang abnormal.
6. Krepitas
Penanganan
1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson,
1985);
Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis
pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian
di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah
tidaknya, jenis kekuatan yang berperanan dan
deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien
sendiri, menentukan kemungkinan tulang yang
patah, yang dialami dan kebutuhan
pemeriksaan spesifik untuk fraktur.
2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang
fraktur (Sabiston, 1984)
Reposisi. Fraktura tertutup pada tulang panjang
seringkali ditangani dengan reduksi tertutup. Untuk
mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat
diberi narkotika intravena, obat penenang (sedatif atau
anastesia blok saraf lokal).
Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit
atau dengan memasang pin trafersa melalui tulang,
distal terhadap fraktur.
Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah
bentuk fiksasi interna dengan plat pin, batang atau
sekrup.
Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi
reduksi (Wilson & Price, 1985)
◦ Reduksi tercapai Imobilisasi
◦ Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil
serta hanya memerlukan ambin atau balutan lunak
◦ Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi
dengan korset atau brace
◦ Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya
diimobilisasi dengan perangkat keras interna, imobilisasi
eksternal normalnya tidak diperlukan.
◦ Fraktur ekstremitas dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs
fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara komersial
◦ Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga
bertindak sebagai imobilisasi dengan ekstrimitas disokong
di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi tercapai.
Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price &
Wilson 1985, Sabiston 1995)

 Sesudah periode imobilisasi kelemahan otot


dan kekakuan sendi
Faktor-faktor yang menghambat
penyambungan (union) fragmen-fragmen;
1. Luas fraktur.
2. Reposisi yang tidak memadai.
3. Imobilisasi yang tidak memadai ditinjau dari
segi waktu maupun luas imobilisasi.
4. Sepsis atau tindakan pembedahan
komplikasi
Sindroma kompartemen (5P)
1. Nyeri (pain)
2. Parestesia karena rangsangan saraf perasa
3. Pale (pucat) karena iskemis

4. Paralisis atau paresis karena gangguan


saraf motorik
5. Pulse (nadi) yang sulit diraba lagi
Penatalaksanaan Fraktur Terbuka
1. Debridement
2. Pemberian Tetanus Toksoid
3. Pemeriksaan Kultur Jaringan
4. Pemberian rawat luka dengan kompres
terbuka
5. Pemberian antibiotic
6. Pemantauan gejala infeksi
7. Menutup luka setelah dipastikan tidak ada
infeksi
8. Immobilisasi pada ekstremitas yang patah
Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap trauma (tambahan)
2. Nyeri akut
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi
neurovaskular perifer
4. Resiko tinggi terhadap gangguan
pertukaran gas
5. Gangguan mobilitas fisik
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan
kulit
7. Resiko tinggi terhadap infeksi
DISLOKASI
 Keadaan dimana permukaan tulang sendi
tidak sesuai dengan posisi anatomi.
 Dapat menyebabkan kerusakan aliran darah

dan persarafan disekitarnya


Manifestasi
1. nyeri
2. deformitas
3. perubahan panjang daerah extremitas
4. kerusakan gerakan yang normal
5. x-ray menunjukkan adanya dislokasi tanpa
berhubungan dengan fraktur
Penatalaksanaan
1. immobilisasi area dislokasi selama pasien
dibawa ke UGD
2. lakukan reduksi area dislokasi
(mengembalikan ke posisi anatomi yang
normal) sesegera mungkin  jika perlu
menggunakan anesthesia
3. stabilisasi reduksi selama penyembuhan
struktur sendi
4. monitor perkembangan sambungan
KONTUSIO
Merupakan injury pada jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda tumpul
(pukulan,tendangan,jatuh)
Manifestasi
1. perdarahan pada daerah injury (ecchymosis)
 karena rupture pembuluh darah kecil,
jugaberhubungan dengan fraktur
2. nyeri, bengkak, dan perubahan warna
3. hiperkalemia mungkin terjadi pada
kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan
arah yang banyak
Intervensi
A. mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman
1. tinggikan daerah injury
2. berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap
pemberian)  untuk vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan
rasa tidak nyaman
3. berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-
30 menit) 4 kali sehari  untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi
4. lakukan pembalutan  untuk mengontrol perdarahan dan bengkak
5. kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada
indikasi

B. Jadual aktivitas
1. ROM pada semua sendi
2. Bantu aktivitas yang dilakukan bila diperlukan
3. ajarkan pada pasien latihan berlebihan yang harus dihindari
4. ajarkan pada pasien untuk menghindari kekambuhan
DEGENERATIF
Penyakit sendi degeneratif disebut juga osteoarthritis,
hypertrohyarthritis osteoarthrosis, sennescent arthritis,
penyakit. Ini sangat dikenal yang diduga usianya sama
setua adanya manusia.
Hampir setiap orang diatas 40 tahun  hyperthrofi
persendian.
Terjadi pada usia 50-70
Primer penyebab belum diketahui
Sekunder akibat trauma, infeksi, pernah fraktur
Bentuk artritis yang lain  rhematoid arthritis stres akibat
persendian menerima bobot akibat obesitas atau akibat
membebani dan mencederai persendian karena pekerjaan
(contoh pegawai tambang dan tinju).
Etiologi
Teori-teori penyebab:
1. Terjadi digesti kartilago oleh enzim dan ada gangguan
nutrisi kartilago
2. Predisposisi pada pemakaian dan robek pada sedi yang
terserang (iritasi kronis)
3. Kegemukan adanya bobot yang berlebihan kepada sendi
4. Gangguan metabolik (contoh acromegali)
5. Perdarahan sendi yang berulang-ulang
6. Trauma
7. Predisposisi genetik
8. Gangguan kongenital (contoh luksasi sendi panggul)
9. Stres persendian karena usia lanjut
10. Pekerjaan tertentu seperti pegawai tambang dan petinju
Manifesatasi
a. Rasa nyeri pada persendian yang bergerak, terutama penerimaan bobot.
b. Sendi kurang kuat yang meningkatkan rasa nyeri
c. Sendi membengkak dan hilang gerakan
d. Ada krepitasi
e. Ada perubahan bentuk pada bagian yang terserang dengan deformitas
pad aposisi fleksi
f. Menjadi kaku setelah diistirahatkan
g. Perubahan-perubahan pada sendi tertentu:
1. Nodul-nodul Heberden tonjolan tulang pada permukaan bila terlentang
pada distal interphalangs dari persendian
2. Nodul Bouhard pada proksimal persendian antar palangus dari jari-jari
tangan.
3. Coarthrosis – perubahan degeneratif rasa nyeri panggul bila ada bobot,
menyebar ke bokong dan pertengahan sendi lutut.
4. Lutut menderita – varus valgus deformitas fleksi kemampuan bergerak
terbatas.
GANGGUAN METABOLISME
1. Gout
2. Osteoporosis
GOUT
 Merupakan masalah pada sendi dan tulang
akibat metabolisme yang tidak baik
 laki 8-9x>> dr perempuan
 Sering terjasdi pada usia > 50 tahunan.
 85% faktor genetik.
 Penumpukan purin Hyperuricemia (asam

urat serum meningkat) terlalu lama  Gout


Manifestasi
1. Nyeri yang berat dan berlangsung cepat
pada sendi yang terinflamasi, lebih sering
pada ibu jari kaki
2. adakalanya bengkak dan lembut
3. kelelahan
4. sakit kepala
5. demam.
OSTEOPOROSIS
 Merupakan keadaan dimana tulang
mengalami penurunan masa tulang akibat
demineralisasi lebih cepat dari pada
pembentukannya
 Tulang keropos, rapuh, mudah patah
Faktor risiko
 Wanita menopause; tubuh kecil, wanita kulit
putih, keturunan eropa
 Gaya hidup : merokok, kafein, konsumsi

alcohol
 Kurang aktivitas fisik
 Usia lebih dari 35 tahun  terkait mulai

terjadinya puncak pembentukan massa


tulang tercapai dan mulai terjadi kehilangan
massa tulang
Penatalaksanaan
 Berikan diet seimbang yang adekuat dengan
kandungan vitamin D
 Meningkatkatkan intake kalsium pada usia

baya atau resepkan preparat kalsium


 Terapi penggantian hormon (HRT) untuk

menunda kehilangan tulang.


 Pengobatan lain termasuk kalsitonin, natrium

florida, dan natrium etidronat.


INFEKSI
1. Osteomielitis
2. Rhematoid artritis
OSTEOMIELITIS
 Merupakan infeksi pada tulang
 Keterbatasan suplai darah, respon inflamasi

jaringa, peningkatan tekanan jaringan  Sulit


sembuh
 Kehilangan ekstremitas Mempengaruhi

kualitas hidup
Etiologi
 Primer : Fraktur terbuka invasi kuman
 sekunder : Dari organ lain secara hematogen.
 Kuman penyebab infeksi :

◦ Staphylococcus aureus 70 – 80%


◦ Proteus
◦ Pseudomonas
◦ Escherchia coli
Faktor resiko
 status nutrisi buruk
 lanjut usia
 obesitas
 pasien dengan riwayat terapi kortikosteroid

jangka panjang
 post bedah sendi, bedah ortopaedi
RHEMATOID ARTHRITIS
 Peradangan pada sendi dan tulang yang
kronis, progresif, dan sistematis
 Wanita 3x daripada laki-laki
Etiologi
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi)
seperti interaksi igG dari imunoglobin dengan
rhematoid faktor.
2. Faktor metabolik
3. Infeksi dengan kecenderungan virus.
Manifestasi
1. Secara umum sakit persendian disertai kaku
dan gerakan terbatas.
2. Lambat laun membengkak, panas merah,
lemah.
3. Perubahan bentuk tangan.
a. Jari bengkak seperti alat pemukul genderang.
b. Deformitas bentuk leher angsa dari jari
c. Ulna deviasi dari tangan
4. Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut,
pergelangan tangan, siku, bahu, rahang
Alhamdulillah..

Anda mungkin juga menyukai