Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. J DENGAN FRAKTUR FEMURALIS SINISTRA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI

Di susun oleh :

BAGAS PRATAMA ADE PUTRA

40220004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN 2020
BAB I

LAPIRAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Fraktur adalah patah atau retak pada tulang yang utuh. Biasanya fraktur
disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik
berupa langsung dan trauma tidak langsung ( Black dan Hawks, 2014). 

Close fraktur adalah terputusnya kontinuitas fragmen tulang yang tidak menegenai
jaringan kulit dan tidak tampak dari luar.

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot,
kondisi – kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/ steoporsis ( Black dan Hawks,
2014). 

B. KLASIFIKASI
1. Incmplit
Faktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen
tulang dan fagmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser ( bergeaser dari
posisi normal ).
3. Tertutup ( simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
4. Terbuka ( compound)
Faktur tulang meluas melwati otot dan adanya perlukaan di kulit yang terbagi
menjadi 3 derajad:
 Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, keruskan pada jaringan lunak sedikit, tidak
ada remuk, faktur sederhana atau kominutif ringan dan kontaminasi minimal.
 Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
faktur kominutuf sedang, dan kontaminasi sedang.
 Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas ( struktur kulit, otot, dan
neurovaskulier) serta kontaminasi derajad tinggi.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari fraktur menurut (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014) yaitu :
1. Cidera atau benturan (jatuh pada kecelakaan)
2. Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor, kanker dan osteoporosis
3. Fraktur karena letih
4. Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan
bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis menurut Black dan Hawks (2014)
1. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai,
deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur
dapat memiliki deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
5. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi
fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing
klien. Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini
terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada
struktur sekitarnya.
6. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur
atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian
tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
9. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf
perifer atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas
atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
10. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
tersembunyi dapat menyebabkan syok.
E. PATOFISIOLOGI
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya
retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka
tulang dapat pecah berkepingkeping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada
ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen
fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat
bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun bagian proksimal
dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena
faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat
bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen
tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan
mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang.
1. Proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya menggunakan mitela.
Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada anak.
2. Imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah tulang tungkai
bawah tanpa dislokasi.
3. Reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya
dilakukan pada patah tulang radius distal.
4. Reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini
dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam
gips.
5. Reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.
6. Reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara
operatif.
7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna yang biasa disebut dengan
ORIF (Open Reduction Internal Fixation).
8. Eksisi fragmen patahan tulang dengan prosthesis
G. KOMPLIKASI
1. Syok
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.
2. Mal union.
Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union,
sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara
fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk
sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union).
3. Non union
Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini
diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
4. Delayed union
Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu
lama dari proses penyembuhan fraktur.
5. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).
Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada
saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti
plate, paku pada fraktur.
6. Emboli lemak
Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan
trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah
kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
7. Sindrom Kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas
permanen jika tidak ditangani segera.
8. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia, dan
gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan
penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X.Ray
2. Foto Ronsen
3. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
5. CCT kalau banyak kerusakan otot.
I. WOC

trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstrem Keadaan patologis

Fraktur MRS MK : Ansietas

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang

B1 B3 B6

Perubahan jaringan sekitar Pergeseran Perubahan jaringan sekitar


fragmen tulang

Laserasi kulit inflamasi Pergeseran fragmen tulang

Terputusnya vena/arteri Merangsang neurotransmiter Nyeri saat beraktivitas

perdarahan hipotalamus Aktivita terhambat

Suplai O2 oleh darah Reseptor nyeri MK : Gangguan


mobilitas fisik

Kebutuhan O2 Persepsi nyeri

Takipnea, dipsnea MK : Nyeri Akut

MK : ketidakefektifan pola
napas
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
1. `Anamnesa
a. Identitas :
Terdiri nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, pendidikan,
tanggal MRS dan diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama
Berdasarkan PQRST, penyebab dari kekurangan cairan, seberapa parah gangguan
kekurangan cairan yang terjadi  seberapa jauh gangguan kekurangan cairan yang
terjadi, kapan gangguan kekurangan cairan mulai di rasakan pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi riwayat penyakit menular, penyakit keturunan dan alergi obat-obatan atau
makanan.

2. Pola-pola Fungsi Kesehatan


a.  Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
·      Kebiasaan

·      Status Ekonomi

b.  Pola Nutrisi dan Metabolisme


·      Pemenuhan Nutrisi

·      Cairan

·      Keadaan yang mengganggu nutrisi

·      Status gizi

c. Pola Eliminasi
·      Defekasi

Frekuensi, feases konsentrasi, warna, bau.

·      Urine / Miksi.

Frekuensi, konsentrasi urine,warna, bau.


d.  Pola tidur dan istirahat.
·      Lamanya tidur.

·      Suasana lingkungan.

e. Pola aktifitas sehari-hari.


f.  Pola hubungan dan peran.
·      Interaksi dengan orang lain.

·      Interaksi dengan keluarga.

g. Pola persepsi dan konsep diri.


h. Pola sensoris kognitif.
i. Pola reproduksi seksual .
j. Pola penanggulangan stress.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.

3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
- Keadaan penyakit   :   Ringan, sedang, berat, akut, kronik.
- Kesadaran          : Apakah kompesmetis, apatis, soporus,
prekoma,    koma.           
- Suara bicara       : Apakah Jelas, serak, aphasia.
- Pernapasan         : Apakah Meningkat/Menurun.
- Suhu tubuh         : Apakah Meningkat/Menurun.
- Nadi                   : Apakah Meningkat/Menurun, kuat, lemah.
- Tekanan darah    : Apakah Meningkat/Menurun.
b.  B1-B6

B1 (Breathing) : Napas pendek

B2 (Blood)        : Hipotensi, bradikardi,

B3 (Brain)        : Pusing saat melakukan perubahan posisi, nyeri tekan otot,


hiperestesi tepat diatas  daerah trauma dan mengalami deformitas pada daerah
trauma.
B4 (Bleader)    : Inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut
dan peristaltic  hilang

B5 ( Bowel)     : Mengalami distensi perut dan peristaltik usus hilang

B6 (Bone)        : Kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal, hilangnya


sensasi dan hilangnya tonus otot dan hilangnya reflek.

 c.  Kepala

  Ada tidaknya ubun-ubun terlihat cekung, sakit kepala, kepala      pusing/pening.

d.      Muka

        Apakah simetris,raut muka terlihat layu dan lemas.

e.       Mata

        Apakah konjungtifa pucat,simestris.

f.       Telinga

         Apakah simestris.

g.      Hidung

         Apakah simestris, polip.

h.      Mulut + Gigi

         Apakah simestris, mukosa binir kering atau basah,apakah ada caries gigi.

i.        Leher

         Apakah ada pembesaran limfe,vena jugluralis.

j.        Thoraks

         Apakah simestris.

k.      Paru

                  Apakah ada nyeri, whizzing,rhongki,timpani.

l.        Abdomen
Apakah abdomen terlihat membucit, datar atau menonjol. Adakah nyeri
tekan,bisung usus atau menunjukkkan obstruksi.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. X.Ray
b. Foto Ronsen
c. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
d. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
e. CCT kalau banyak kerusakan otot.
f. Laaboratorium (darah lengkap)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (tarauma) d.d pasien mengeluh nyeri skala 8,
pasien salalu memeganggi kaki kiri, hasil rongsen CF femuralis sinistra.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d pasien tidak
bisa menggerkakkan kaki kiri, pasien tampak enggak melakukan pergerakan, nyeri
bertambah saat kaki di gerakkan.
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien tampak cemas, pasien resah saat
akan di lakukan operasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (tarauma) d.d pasien mengeluh nyeri skala 8,
pasien salalu memeganggi kaki kiri, hasil rongsen CF femuralis sinistra.
 Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam di harapkan nyeri
berkurang.
 Kriteria hasil : Nyeri berkurang
 Intervensi :

a. Observasi

1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

b. Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

c. Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

d. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d pasien tidak
bisa menggerkakkan kaki kiri, pasien tampak enggak melakukan pergerakan, nyeri
bertambah saat kaki di gerakkan.
 Tujuan : Setelah di kalukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam di harapkan
mobilitas fisik membaik.
 Kriteria hasil : Gerakan terbatas menurun, nyeri menurun, kelemahan fisik
menurun
 Intervensi :
a. Dukungan Ambulasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
4. Anjurkan melakukan ambulasi dini.
5. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi).

b. Edukasi Teknik Ambulasi


1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
2. Sediakan materi, media dan alat bantu jalan (mis.tongkat, walker, kruk)
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
4. Jelaskan prosedur dan tujuan ambulasi tanpa alat bantu.
5. Anjurkan menggunakan alas kaki yang memudahkan berjalan dan
mencegah cedera.
6. Ajarkan duduk di tempat tidur, di sisi tempat tidur (menjuntai), atau di
kursi, sesuai toleransi.
7. Ajarkan berdiri dan ambulasi dalam jarak tertentu.
3. Ansietas b.d kurang terpapar ingformasi d.d pasien tampak cemas, pasien resah saat
akan di lakukan operasi.
 Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam di harapkan
pengetahuan bertambah
 Kriteria hasil :
Pengetahuan bertambah
 Intervensi :
a. Observasi

1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,


stressor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)

b. Terapeutik

1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan


2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat anxietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang

c. Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi

d. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria.

DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah,
Ed. I, Yogyakarta: Rapha publishing

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media.

Oswari, E. 2011. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


A. PENGKAJIAN
Saudara J Usia 30 th masuk pada tanggal 26 Oktber 2020 dengan nomor RM 10112020, klien
dirawat diruang bedah dengan keluhan saat masuk rumah sakit klien merintih kesakitan
akibat kecelakaan dan mengalami patah pada kaki sebelah kiri atas. Dari hasil diagnose
dokter klien mengalami CF. Femuralis Sinistra, dari data pengkajian klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri atas skala 8 dan terasa cenut – cenut, klien Nampak memegangi kakinya, kaki
tidak bisa digerakan TTV TD: 130/90 mmHG N: 90 x/mnt RR 20 x/mnt ADL dibantu
keluarga tetapi minimal care. Klien Nampak resah dengan kondisinya terutama pada saat
akan dioprasi pada tanggal 27 Oktber 2020. Dari hasil pemeriksaan laborat DL dalam
keadaan normal, hasil Foto terdapat CF. Femuralis Sinistra.

Tanggal MRS : 26 Oktber 2020 Jam Masuk : 10.00


Tanggal : 26 Oktber 2020 No. RM : 10112020
Pengkajian
Jam Pengkajian : 10.05 Diagnosa Masuk : CF. Femuralis
Sinistra

1. IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. J Penanggung jawab Biaya :
Umur : 30 th Nama : Ny. T
Suku/ Bangsa : Indonesia Alamat : Kediri
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Sawasta
Alamat : Kediri

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. KeluhanUtama ( Alasan MRS ) :
a. Saat Masuk Rumah Sakit : Nyeri pada kaki kiri atas
b. Saat Pengkajian : Nyeri kaki kiri atas, kaki tidak bisa di gerkakan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang → Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai
awal hingga di bawa ke RS secara lengkap
Pasien mengatakan baru saja terjadi kecelakan lalu lintas, mengeluh kaki kiri atas sakit dan
tidak bisa di gerkkan, kemudian di bawa ke RS oleh kerluarganya.
(PQRST untuk pasien dengan keluhan nyeri) :
a. P = Provoking atau Paliatif
Patah tulang kaki
b. Q = Quality
Cenut-cenut
c. R = Regio
Kaki kiri bagian atas
d. S = Severity
8
e. T = Time
Terus menerus

Menurut Skala Intensitas Numerik

Menurut Wong Baker

Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research


No IntensitasNyeri Diskripsi

1  Tida  Pasien mengatakan tidak


kNyeri nyeri
 Pasien mengatakan sedikit
2  Nyeri
nyeri atau ringan
Ringan
 Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditahan / sedang
3  NyeriSedang  Pasien Nampak gelisah
 Pasien mampu sedikit berpartisipasi
dalm keperawatan
 Pasien mengatakan nyeri
4  Nyeri tidak dapat ditahan / berat
Berat  Pasien sangat gelisah
 Fungsi mobilitas dan
perilaku pasien
 Berubah
√ Pasien mengataan nyeri tidak
√ Nyeri Sangat tertahankan / sangat berat
5
Berat √ Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pernah dirawat ya √ tidak Kapan : -
Diagnosa : -
Riwayat penyakit kronik dan menular ya √ tidak Jenis : -
Riwayat kontrol -
Riwayat penggunaan obat -
Y
Riwayat alergi √ tidak Jenis -
a
Riwayat operasi ya √ tidak Kapan -

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit : -
√ Tidak

5. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan Tanda tanda vital
S : 37oC TD : 130/90 mmHg,
N : 90 x/mnt BB : 65 kg
RR : 20x/ menit TB : 168 cm

Kesadaran :
√ Compos Mentis Apatis
Somnolen Sopor Koma
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktifitas
b. Keadaan Umum : Baik
c. Sistem Pernafasan
Inspeksi
a.
PalpasiKeluhan Sesak Nyeri waktu
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan nafas dan kiri teraba ( sama / tidak
Batuk : produktif
sama ), lebih bergetar pada sisi........................ kering darah
PerkusiSekret : - Bau : -
Warna
Area paru : : - sonor hipersonor Konsistensi :-
dulness
b.Irama nafas √ teratur tidak teratur
Auskultasi
c.Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Suara nafas :
d.Bentuk dada √ simetris asimetris
Area Vesikuler √ Bersih Halus Kasar
e.bentuk thorax √ Normal chest Pigeonchest
Area Brochial √ Bersih Halus Kasar
Funnelchest Barrelchest
Area Bronkovesikuler √ Bersih Halus Kasar
f. Retraksi Intercotas Ya √ Tidak
Suara tambahan Crakles Wheezing
g. Retraksi Suprastenal Ya √ Tidak
Ronchi Pleural Friction rub
h. Pernafasan cuping Ya √ Tidak
hidung
i. alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis : Flow : Lpm
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :-
d. Sistem Kardio vaskuler
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding tórax teraba Lemah √ Kuat Tidakteraba
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah
Batas atas :..................................(N = ICS II)
Batas bawah :..................................(N = ICS V)
Batas Kiri :..................................(N = ICS V Mid clavikula Sinistra)
Batas Kanan :..................................(N = ICS IV Mid sternalis Dextra)
Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
BJ II terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - )

Keluhan lain terkait dengan jantung :


a. Keluhannyeri dada Ya √ tidak
b. Irama jantung √ reguler reguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : >3 dtk
d. Akral √ hangat panas dingin
kering basah
e. JVP √ normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger : -
h. Lain-lain -
Masalah Keperawatan :Nyeri akut
e. Sistem Persyarafan
a. GCS (Glasgow Coma Scale)
Eye (Buka mata) : 4
Verbal : 5
Motorik : 6
b. Refleks fisiologis √ Patella √ Triceps √ Biseps
c. Refleks patologis √ Babinsky √ Budzinsky √ Kernig
d. Keluhan pusing Ya √ Tidak
e. Pupil : -
Diameter : 3 mm
f. Sclera/Konjunctiva √ Isokor Anisokor
g. anemis √ Anemis Ikterus
h. Gangguan pandangan Ya √ Tidak
Jelaskan -
i. Gangguan penciuman Ya √ Tidak
Jelaskan
j. Kaku kuduk √ Ya Tidak
k. Kejang Ya √ Tidak
l. Mual Ya √ Tidak
m. Muntah Ya √ Tidak
n. Nyerikepala Ya √ Tidak
MasalahKeperawatan : -
f. Sistem perkemihan
a. Kebersihan √ Bersih Kotor
a. Keluhan Kencing Nokturi nkontinensia
Gross hematuri Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Hesistensi
Anuria
b. Produksi urine : 8000 ml/hari
Warna : kuning
Bau : khas
c. Kandung kemih : Membesar Ya √ Tidak
Nyeri tekan Ya √ Tidak
d. Intake cairan
Oral : 6500 cc/hari
Parental :1000 cc/hari
e. Alat bantu Ya √ Tidak
Jenis : -
Sejak tanggal : -
f. Lain-lain : -
Masalah Keperawatan :-
g. Sistem pencernaan
a. Mulut √ Bersih Kotor Berbau
b. Mukosa Lembab √ Kering Stomatitis
c. Tenggorokan Sakit menelan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
d. Abdomen Tegang Kembung Ascites
Nyeri tekan Ya √ Tidak
Luka operasi Ada √ Tidak
JenisOperasi : - Lokasi : -
Tanggal operasi : -
Keadaan : Drain Ada √ Tidak
Jumlah : - Warna : -
Kondisi area sekitarinsersi : -
e. Peristaltik : … x/menit
f. BAB : 1x/hari Terakhir tanggal : 20-
10-20
Konsistensi Keras √ Lunak
Cair lendir/darah
g. Diet Padat √ Lunak Cair
h. Nafsu makan Baik √ Menurun
Frekuensi: 2x/hari
i. Porsi makan Habis √ Tidak
Keterangan : .
Lain-lain :
MasalahKeperawatan :-

h. Sistem muskulo skeletal dan integumen


a. Pergerakan sendi bebas √ Terbatas
b. Kekuatan Otot
5 5

0 5

c. Kelainan ekstremitas √ Ya Tidak


d. Kelainan tulang Ya √ Tidak
belakang
e. Fraktur √ Ya Tidak
f. Traksi / spalk /gips √ Ya Tidak
g. Kompartemen Ya √ Tidak
syndrome
h. Kulit Ikterik Sianosis
Kemerahan Hiperpigmentasi
i. Turgor √ Baik Kurang
j. Luka Jelek √ Bersih Kotor
Jenis : closed fraktur Luas : tidak ada karena closed
fraktur
k. Oedem
- -

- -

Lain-lain :
Masalah Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik
i. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid Ya √ Tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening Ya √ Tidak
Hipoglikemia Ya √ Tidak
Hiperglikemia Ya √ Tidak
Luka gangren Ya √ Tidak
Lain-lain: -
Masalah Keperawatan :-

6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap √ cobaan Tuhan hukuma lainnya
penyakitnya n
b. Ekspresi klien terhadap murung/diam tegang
penyakitnya
√ gelisah marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi √ kooperatif tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri Ya √ Tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :

7. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
makan dan
Minum
1 Jumlah / Pagi : 1x Pagi : ¼ porsi
Waktu
Siang :1x Siang : ¼ posi
Malam :1x Malam: 2
sendok
2 Jenis Nasi : nasi Nasi :nasi
putih putih
Lauk : tahu, Lauk :telur,
tempe tahu
Sayur :sayur Sayur :sayur
lodeh bening
Minum :air Minum Infus:pz
putih, kopi 20 tpm dan
minum 1 botol
aqua sedang 600
ml
3 Pantangan / - -
Alergi
4 Kesulitan - -
makan dan
minum
5 Usaha untuk - -
mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Eliminasi
BAB / BAK
1 Jumlah / Pagi : BAB Pagi :1X
Waktu dan BAK 1x BAB dan BAK
Siang : 1x Siang : 2X
BAK BAK
Malam : 1x Malam :3X
BAK BAK
2 Warna BAK : Kuning BAK : Kuning
BAB : Kuning BAB : Kuning
3 Bau Khas Khas
4 Konsistensi Lunak Lunak
5 Masalah - -
eliminasi
6 Cara - -
mengatasi
masalah

c. Pola Istirahat Tidur


No Pemenuhan Sebelum Setelah
Istirahat Tidur Sakit Sakit
1 Jumlah / Waktu Pagi :- Pagi :-
Siang :- Siang :1
jam
Malam :7
jam Malam : 5
jam
mudah
terbangun
2 Gangguan tidur - Nyeri kaki
kiri
3 Upaya mengatasi - Meminima
masalah gangguan lkan
tidur gerakan
4 Hal yang - Nyeri
mempermudah tidur berkurang
5 Hal yang - Jika kaki
mempermudah nyeri
bangun

d. Pola Kebersihan diri / Personal Hygiene


No Pemenuhan Sebelum Setelah Sakit
Personal Sakit
Hygiene
1 Frekuensi 3 hari 1x -
mencuci
rambut
2 Frekuensi 2x 1 hari -
Mandi
3 Frekuensi 2x 1 hari 1x sehari
Gosok gigi
4 Memotong 1x seminggu -
kuku
5 Ganti pakaian 2x 1 hari 1x 1 hari

e. Merokok √ Ya Tidak
f. Alkohol √ Ya Tidak

Masalah Keperawatan : -

8. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit Sering √ kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit Sering kadang- kadang √ tidak pernah
Masalah Keperawatan :-
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit :......................... ( N : 3.500 - 10.000 mL )
Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / mL )
Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis pemeriksaan Hasil
Foto Rontgent CF femuralis dekstra
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain

11. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


Nama Obat Dosis
Cairan infus RL 20tpm
Cefoperazone 1gr/12 j
Dexketoprofen 25 mg/8j
A. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Trauma fisik Nyeri Akut
- Pasien mengatakan
nyeri pada kaki Fraktur
sebelah kiri atas
- PQRST Pergeseran fragmen tulang
P : Patah tulang
kaki Inflamasi
Q : Cenut-cenut
R : Kaki sebelah Merangsang
kiri atas neurotransmiter
S:8
T :Terus – Hipotalamus
menerus
DO : Reseptor nyeri
- Pasien tampak
meringis kesakitan Persepsi nyeri
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tamapak
susah tidur
- TTV
S : 37 C
N : 90 x/menit
TD : 130/90
mmHg
RR :20 x/menit

2. DS : Trauma fisik Gangguan


- Pasien mengatakan Mobilitas Fisik
kaki kiri tidak bisa Fraktur
di gerakkan
- Pasien mengatakan Perubahan jaringan sekitar
nyeri saat kaki
kirinya di gerakkan Pergeseran fragmen tulang
- Pasien mengatakan
cemas saat akan Nyeri saat beraktivitas
bergerak
- Pasien mengatakan Aktivitas terhambat
enggan melakukan
pergerakan
DO :
- Kekuatan otot
menurun
5 5
0 5
- Pergerakan tampak
menurun
- Gerakan tampak
terbatas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (tarauma) d.d pasien mengeluh nyeri skala 8,
pasien salalu memeganggi kaki kiri, hasil rongsen CF femuralis sinistra.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d pasien tidak bisa
menggerkakkan kaki kiri, pasien tampak enggak melakukan pergerakan, nyeri
bertambah saat kaki di gerakkan.

C. INTERVENSI
N DX KEP TUJUAN INTERVENSI
O
1. Nyeri akut b.d Tujuan : Setelah di Intervensi utama :
agen pencedera lakukan tindakan
fisik (tarauma) d.d keperawatan 1 x 8 jam di Dukungan nyeri akut :
Pemberian analgesic
pasien mengeluh harapkan nyeri
a. Observasi
nyeri skala 8, berkurang. 1. Identifikasi
pasien salalu Kriteria hasil : Nyeri karakteristik nyeri
memeganggi kaki berkurang (mis. pencetus, pereda,
kiri, hasil rongsen kualitas, lokasi,
CF femuralis intensitas, frekuensi,
sinistra. durasi)
2. Identifikasi riwayat
alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
narkotika,
nonnarkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
5. Monitor efektifitas
analgesik
b. Terapeutik
1. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
3. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respons pasien
4. Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
c. Edukasi
1. Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi

Dukungan Nyeri Akut :


Manajemen Nyeri

a. Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
b. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan Tujuan : Setelah di Intervensi utama :


mobilitas fisik b.d kalukan tindakan
kerusakan keperawatan 1 x 24 jam Dukungan Ambulasi
integritas struktur di harapkan mobilitas a. Observasi
tulang d.d pasien fisik membaik. 1. Identifikasi adanya nyeri
tidak bisa Kriteria hasil : Gerakan atau keluhan fisik
menggerkakkan terbatas menurun, nyeri lainnya.
kaki kiri, pasien menurun, kelemahan 2. Identifikasi toleransi
tampak enggak fisik menurun fisik melakukan
melakukan ambulasi.
pergerakan, nyeri 3. Jelaskan tujuan dan
bertambah saat prosedur ambulasi.
kaki di gerakkan. 4. Anjurkan melakukan
ambulasi dini.
5. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi).
b. Edukasi Teknik Ambulasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi.
2. Sediakan materi, media
dan alat bantu jalan
(mis.tongkat, walker,
kruk)
3. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan.
4. Jelaskan prosedur dan
tujuan ambulasi tanpa
alat bantu.
5. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang
memudahkan berjalan
dan mencegah cedera.
6. Ajarkan duduk di tempat
tidur, di sisi tempat tidur
(menjuntai), atau di
kursi, sesuai toleransi.
7. Ajarkan berdiri dan
ambulasi dalam jarak
tertentu.
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N TGL IMPLEMENTASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI
O Tgl 27 Nov 2020 Tgl 28 Nov 2020
1. 26-10-20 a. Observasi S: S: S:
1. Mengidentifikasi - Pasien ngatakan nyeri - Pasien ngatakan nyeri - Pasien ngatakan nyeri
lokasi, karakteristik, berkurang saat sudah berkurang saat sudah di berkurang saat sudah
durasi, frekuensi, di beri obat tetapi beri obat tetapi timbul di beri obat
kualitas, intensitas timbul saat efek obat saat efek obat sudah O:
nyeri sudah hilang hilang - Gelisah berkurang
Kaki bagian kiri O: O: - Pasien terlihat
2. Mengidentifikasi - Pasien tampak - Pasien tampak lemas
skala nyeri meringis keskitan meringis keskitan - Post op cf
PQRST - Gelisah berkurang - Gelisah berkurang femuralis sinistra
P : Patah tulang kaki - TTV - Pasien terlihat lemas - TTV
Q : cenut-cenut S : 36,8 C - Post op cf femuralis S : 36,5 C
R : Kaki sebelah kiri N : 90 x/menit sinistra N : 93 x/menit
S:8 TD : 120/80 mmHg - TTV TD : 120/80 mmHg
T :Terus – menerus RR :20 x/menit S : 36,5 C RR : 19 x/menit
3. Mengidentifikasi - PQRST N : 98 x/menit - PQRST
respon nyeri non P : Patah tulang kaki TD : 120/80 mmHg P : Patah tulang
verbal Q : Cenut-cenut RR : 18 x/menit kaki
Pasien tampak gelisah R : Kaki sebelah kiri - PQRST Q : Cenut-cenut
dan meringis S:7 P : Patah tulang kaki R : Kaki sebelah
kesakitan T :Terus – menerus Q : Cenut-cenut kiri
4. Mengidentifikasi R : Kaki sebelah kiri S:2
faktor yang A: S:5 T : pada saat kaki di
memperberat dan - Masalah belum T : pada saat gerakkan
memperingan nyeri teratasi bergerak A:
Saat kaki di gerakkan P: A: - Masalah teratasi
nyeri akan bertambah - Lanjutkan - Masalah belum P:
parah
5. Monitor efek samping intervensi teratasi - Hentikan intervensi
penggunaan analgetik P: - berikan terapi
Nyeri berkurang - Lanjutkan intervensi obat analgesik
setelah mendapat
analgesik
b. Terapeutik
1. Memberikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Menyarankan teknik
relaksasi dan tarik
nafas dalam saat nyeri
terasa
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Memberikan
lingkungan dan
tempat tidur serta
posisi senyaman
mungkin
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Menjelaskan nyeri
terjadi akaibat
terdapat tulang patah
dan menembus kulit
sehingga
menyebabkan kulit
robek
2. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Mengurangi
pergerakan
3. Mengnjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
Dexketoprofen
25mg/8j

2. 26-10-20 a. Dukungan Ambulasi S: S: S:


1. Mengidentifikasi - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
adanya nyeri atau kaki kiri masih masih nyeri saat kaki masih nyeri saat
tidak bisa di kirinya di gerakkan kaki kirinya di
keluhan fisik
gerakkan - Pasien mengatakan gerakkan
lainnya. - Pasien mengatakan cemas saat akan - Pasien mengatakan
Nyeri pada kaki masih nyeri saat bergerak cemas saat akan
sebelah kiri atas kaki kirinya di O : bergerak
2. Menganjurkan gerakkan - Kekuatan otot O :
melakukan ambulasi - Pasien mengatakan menurun - Kekuatan otot
dini. cemas saat akan 5 5 menurun
bergerak 1 5 5 5
3. Mengajarkan
- Pasien mengatakan - Pergerakan tampak 3 5
ambulasi sederhana enggan melakukan menurun - Pergerakan tampak
yang harus pergerakan krena - Gerakan tampak menurun
dilakukan (mis. nyeri bertambah terbatas - Gerakan tampak
Berjalan dari tempat O : - Hasil rongsen : CF terbatas
tidur ke kursi roda, - Kekuatan otot femuralis sinistra - Hasil rongsen : CF
berjalan dari tempat menurun - Post op CF femuralis femuralis sinistra
5 5 sinistra - Post op CF
tidur ke kamar
0 5 A: femuralis sinistra
mandi, berjalan - Pergerakan tampak - Masalah belum A :
sesuai toleransi). menurun teratasi - Masalah belum
b. Edukasi Teknik - Gerakan tampak P : teratasi
Ambulasi terbatas - Lanjutkan intervensi P :
1. Mengidentifikasi - Hasil rongsen : CF - Ajarkan pasien - Hentikan
kesiapan dan femuralis sinistra teknik ambulasi intervensi
A: sederhana
kemampuan
- Masalah belum - Ajarkan pasien
menerima informasi. teratasi bagaimana
2. Mengajarkan duduk P : mengubah posisi
di tempat tidur, di - Lanjutkan tanpa bantuan
sisi tempat tidur intervensi
(menjuntai), atau di
kursi, sesuai
toleransi.

Anda mungkin juga menyukai