Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN NEUROLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2022


UNIVERSITAS HALU OLEO

TUMOR INTRAKRANIAL

PENYUSUN :
Nur Jana, S.Ked
K1B1 20 077
PEMBIMBING :

dr. La Ode Muh Fatahillah,M.kes., Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI


RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Nur Jana,S.Ked
NIM : K1B120077
Judul : Tumor Intracranial
Bagian : Neurologi
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik bagian ilmu
Neurologi Fakultas Keodkteran Universitas Halu Oleo

Kendari, Mei 2022


Pembimbing

dr. La Ode Muh Fatahillah,M.kes., Sp.S

ii
TUMOR INTRACRANIAL

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan saraf
pusat. Diamerika Serikat insidensi kanker otak ganas dan jinak adalah 21.42 per
100.000 penduduk per tahun (7,25 per 100.000 penduduk untuk kanker otal ganas,
14.17 per 100.000 penduduk pertahun untuk tumor jinak)1.

Tumor otak sebagian besar berupa tumor intracranial. Tumor intracranial


terbagi atas dua golongan, yaitu primer dan sekunder. Tumor intracranial primer
adalah tumor yang timbul dari jaringan otak, meningean, saraf cranial, hipofisis,
vascular intracranial dan jaringan embryonal. Tumor intracranial sekunder (Tumor
metastatic otak) adalah tumor ganas dari bagian lain tubuh yang bermetastasis atau
menginvasi ke intracranial2.

Tumor intracranial adalah massa jaringan abnormal tempat sel tumbuh dan
berlipat ganda tanpa terkendali, tampaknya tidak terkendali oleh mekanisme yang
mengendalikan sel normal yang terjadi di dalam kepala. Secara epidemiologi,
tumor intracranial metastasis lebih banyak insidensinya dibanding tumor
intracranial primer, tumor intracranial primer meliputi meningioma, astrositoma,
ependymoma, schwannoma, dan lainnya3.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI OTAK

Otak manusia tersusun oleh sekitar 100 miliar sel saraf dengan fungsi yang

kompleks sebagai pusat pengendali seluruh aktivitas manusia.9 Otak manusia

berukuran sekitar 1-1.5kg dengan rata-rata 1330gram. Ukuran tersebut kurang

lebih 2% saja dari ukutan tubuh manusia. Ukuran otak yang sebesar itu

membutuhkan 15% dari seluruh peredaran darah dari jantung dan 20%

dari sumber daya metabolik manusia.

Gambar 1. Struktur Otak Manusia


Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a. Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga

disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan

2
binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir,

analisis, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan

visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian

ini.

Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.

Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan

yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-

masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital, dan

Lobus Temporal.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan

dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan

membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian

masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol

perilaku seksual, dan kemampuan bahasa secara umum.

Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor

perasaan seperti tekanan, sentuhan, dan rasa sakit.

Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan

kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi, dan bahasa dalam

bentuk suara.

Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan

rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan

interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.Apabila

diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa

3
area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar

di bawah ini.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa

dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak

kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian

bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri

tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan

terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak

kiri untuk logika dan berpikir rasional.

b. Cerebellum (Otak Kecil)

Cerebellum (Otak Kecil)Otak Kecil atau Cerebellum terletak di

bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas.

Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:

mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi

otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan

melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti

gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan

mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil,

dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak

otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut

tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau

tidak mampu mengancingkan baju.

4
c. Brainstem(Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau

rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang

punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur

fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung,

mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan

sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)

saat datangnya bahaya.Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti

kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan

otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting

primitif. Contohnya kita akan merasa tidak nyaman atau terancam

ketika orang yang tidak dikenal terlalu dekat dengan kita.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah

bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar

dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol

respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,

mengatur gerakan tubuh, dan pendengaran.

2) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari

sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti

detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

5
3) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data

ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang

menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

d. Limbic System (Sistem Limbik)

Limbic System (Sistem Limbik)Sistem limbik terletak di bagian

tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik

berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama

dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak

mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus,

amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi

menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara

homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,

metabolisme dan juga memori jangka panjang10.

B. DEFINISI

Tumor otak, yang dikenal sebagai tumor intrakranial, adalah massa jaringan

abnormal tempat sel tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkendali, yang

tampaknya tidak terkendali oleh mekanisme yang mengontrol sel normal. Dua

kelompok utama tumor otak disebut primer dan metastasis.

Tumor otak primer termasuk tumor yang berasal dari jaringan otak atau

lingkungan sekitar otak. Tumor primer dikategorikan sebagai glial (terdiri dari

sel glial) atau non-glial (berkembang pada atau dalam struktur otak, termasuk

saraf, pembuluh darah dan kelenjar) dan jinak atau ganas4.

6
Menurut WHO (World Health Organization), tumor otak diklasifikasikan

menjadi dua jenis umum: jinak dan ganas . Tumor ganas kemudian

diklasifikasikan ke dalam tingkatan (I sampai IV.) Tumor tingkat I, jenis yang

paling agresif, disebut Pilocytic Astrocytoma. Tumor derajat II adalah

Astrositoma derajat rendah. Tumor derajat III disebut Astrositoma Anaplastik.

Tumor tingkat IV, jenis yang paling agresif, disebut Glioblastoma6.

C. ETIOLOGI

Etiologi tumor intracranial yaitu mencakup faktor genetik, fisika, kimia dan

virus tumorigenic yaitu3:

1. Faktor genetic

Dari tumor intracranial, neurofibrinomatosis, angioretikuloma,

retinoblastoma dll, memiliki kecendrungan familial, mereka sering timbul

pada beberapa generasi dari keluarga yang sama. Sel primordial embrional

residual dan tumbuh ektopik intracranial juga merupakan factor penting

terbentuknya tumor intracranial.

2. Faktor fisika

Radiasi ionisasi dapat meningkatkan insiden tumor. Tumor intracranial

yang menerima radioterapi, bertahun-tahun kemudian di area iradiasi dapat

timbul fibrosarcoma dan meningioma. Namun pada bebeapa kasus

timbulnya tumor otak masih sulit dipastikan.

3. Faktor kimiawi

7
Senyawa golongan polisiklik aromatic hidrokarbon (PCAH) dan

nitrosamine semuanya dapat mencetuskan tumor system saraf pusat pada

hewan percobaan.

4. Factor biologis

Implantasi adenovirus ke dalam otak hewan dapat mencetuskan

berbagai jenis tumor. Papovavirus diimplantasi dalam ventrikel otak dapat

mencetuskan mieloblastoma, glioblastoma, ependymoma papiliferum,

meningioma dan papilloma koroideum.

D. EPIDEMIOLOGI

Data pada tahun 2007-2011 di Amerika Serikat menunjukkan tingkat

insidensi tumor pada otak dan medulla spinalis adalah 21,42 kasus per 100.000

jiwa untuk total 343.175 kasus tumor (7,25 per 100.000 jiwa untuk tumor ganas

dan 14,17 per 100.000 jiwa untuk tumor jinak). Angka kejadian lebih tinggi pada

wanita dibandingkan pria. Tingkat insidensi tumor SSP ganas primer pada tahun

2012 di seluruh dunia adalah 3,4 per 100.000 jiwa dengan rasio pria dan wanita

adalah 3,9 : 3. Kejadian ini lebih banyak ditemukan di negara berkembang.

Glioma merupakan tumor yang paling banyak ditemukan melalui pemeriksaan

histopatologi yang mencapai 80% dari total seluruh tumor ganas primer otak7.

8
E. KLASIFIKASI

Ada banyak tipe-tipe yang berbeda dari tumor otak, yaitu4 :

1. Glioma, yaitu kategori tumor yang dimulai dari organ otak atau bisa pula

tulang belakang. Tumor tersebut berasal dari sel- sel glial. Glioma sendiri

memiliki 3 klasifikasi yang berlainan, diantaranya :

a. Astrocytoma, yakni kategori yang paling umum yang mampu ditemukan

terhadap anak- anak dan orang dewasa. Berasal dari sel astrosit.

b. Ependymoma, yakni jenis tumor yang berasal dari sel ependymal

c. Oligodendroglioma, yakni jenis tumor yang berkembang dari sel

oligodendrocytes yang menciptakan zat lemak putih menutupi saraf

kepada otak yang dinamakan myelin.

2. Craniopharyngiomas, yaitu tumor yang tumbuh pada basic otak atau di atas

kelenjar pitutari sehingga jarang ditemukan. Craniopharyngiomas adalah

jenis tumor yang tidak menyebar, namun sel tumor ini tumbuh di struktur

yang utama sehingga menyebabkan kondisi yang paling parah. Umumnya

dapat mengganggu penglihatan dan kestabilan hormon tubuh.

3. Meningioma, yaitu kategori tumor yang umum dialami oleh perempuan

dewasa dan lanjut usia. Sel tumor tumbuh di jaringan yang menutupi

membran otak. Tumor meningioma rata- rata bersifat jinak.

4. Hemingioma, yaitu tumor yang jarang ditemukan. Namun tumor ini tumbuh

di batang otak sehingga menjadi yang paling sulit diobati. Bahkan tumor ini

disebur sebagai sindrom langka yang dinamakan Sindrom Von Hippel Lindau

(VHL).

9
5. Schwannomas Vestibular atau Neuromas Akustik. Schwannomas Vestibular

tumbuh dari sel-sel Schwan di luat saraf, sering terjadi dari telinga sampai

menuju otak. Tumor ini menyebabkan penderitanya mengalami gangguan

pendengaran.

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang timbul pada pasien dengan kanker otak tergantung dari lokasi

dan tingkat pertumbuhan tumor. Kombinasi gejala yang sering ditemukan adalah

peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala hebat disertai muntah proyektil),

defisit neurologis yang progresif, kejang, penurunan fungsi kognitif. Pada

glioma derajat rendah gejala yang biasa ditemui adalah kejang, sementara

glioma derajat tinggi lebih sering menimbulkan gejala defisit neurologis

progresif dan tekanan intrakranial meningkat.

G. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Keluhan yang timbul dapat berupa sakit kepala, mual, penurunan

nafsu makan, muntah proyektil, kejang, defisit neurologik (penglihatan

dobel, strabismus, gangguan keseimbangan, kelumpuhan ekstremitas gerak,

dsb), perubahan kepribadian, mood, mental, atau penurunan fungsi

kognitif1.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status generalis dan status neurologis, serta pemeriksaan

neurooftalmologi. Kanker otak melibatkan struktur yang dapat

mendestruksi jaras pengllihatan dan gerakan bola mata, baik secara

10
langsung maupun tidak langsung, sehingga beberapa kanker otak dapat

memiliki manifestasi neurooftalmologi yang khas seperti tumor regio sella,

tumor regio pineal, tumor fossa posterior, dan tumor basis kranii. Oleh

karena itu perlu dilakukan pemeriksaan neurooftalmologi terutama untuk

menjelaskan kesesuaian gangguan klinis dengan fungsional kanker otak.

Pemeriksaan ini juga berguna untukmengevaluasi pre- dan post tindakan

(operasi, radioterapi dan kemoterapi) pada tumor-tumor tersebut.

3. Pemeriksaan fungsi luhur

Gangguan kognitif dapat merupakan soft sign, gejala awal pada

kanker otak, khususnya pada tumor glioma derajat rendah, limfoma, atau

metastasis. Fungsi kognitif juga dapat mengalami gangguan baik melalui

mekanisme langsung akibat destruksi jaras kognitif oleh kanker otak,

maupun mekanisme tidak langsung akibat terapi, seperti operasi,

kemoterapi, atau radioterapi. Oleh karena itu, pemeriksaan fungsi luhur

berguna untuk menjelaskan kesesuaian gangguan klinis dengan fungsional

kanker otak, serta mengevaluasi pre- dan post tindakan (operasi, radioterapi

dan kemoterapi). Bagi keluarga, penilaian fungsi luhur akan sangat

membantu dalam merawat pasien dan melakukan pendekatan berdasarkan

hendaya.

11
4. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan Laboratorium dilakukan untuk melihat keadaan

umum pasien dan kesiapannya untuk terapi yang akan dijalani (bedah,

radiasi, ataupun kemoterapi), yaitu :

1) Darah lengkap

2) Hemostasis

3) LDH

4) Fungsi hati,ginjal, gula darah

5) Serologi hepatitis b dan c

6) Elektrolit lengkap

b) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan

kontras. CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal

penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat kalsifikasi, lesi

erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI dapat melihat gambaran

jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk tumor

infratentorial, namun mempu-nyai keterbatasan dalam hal menilai

kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat baik untuk

menentukan daerah nekrosis dengan tumor yang masih viabel sehingga

baik digunakan sebagai penuntun biopsi serta untuk menyingkirkan

diagnosis banding, demikian juga pemeriksaan DWI. Pemeriksaan

positron emission tomography (PET) dapat berguna pascaterapi untuk

12
membedakan antara tumor yang rekuren dan jaringan nekrosis akibat

radiasi.

c) Pemeriksaan cairan serebrospinal

Dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan flowcytometry untuk

menegakkan diagnosis limfoma pada susunan saraf pusat atau

kecurigaan metastasis leptomeningeal atau penyebaran craniospinal,

seperti ependymoma.

H. DIAGNOSIS BANDING

Pada pencintraan yang secara signifikan mempersempit diagnosis

banding otak primer, dan tidak spesifik pada gambaran patogenik pada

pencitraan yang membedakan antara tumor otak primer dan yang bermetastasis.

Pada CT Thorax dan Abdomen dapat membantu meskipun untuk mengetahui

lokasi dari tumor primer, namun sering kali sulit untuk ditentukan terutama jika

tidak ada petunjuk klinis dari riwayat pemeruksaan fisik.

13
Gambar.2 Algoritma diagnosis banding tumor intracranial11

I. PENATALAKSANAAN

1. Tatalaksana Penurunan Tekanan Intracranial

Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengurangi edema serebri

dan memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang efeknya

sudah dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomendasikan adalah

deksametason dengan dosis bolus intravena 10 mg dilanjutkan dosis

rumatan 16-20mg/hari intravena lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis

terbagi) bergantung pada klinis. Mannitol tidak dianjurkan diberikan karena

14
dapat memperburuk edema, kecuali bersamaan dengan deksamethason pada

situasi yang berat, seperti pascaoperasi. Efek samping pemberian steroid

yakni gangguan toleransi glukosa, stressulcer, miopati, perubahan mood,

peningkatan nafsu makan, Cushingoid dan sebagainya. Sebagian besar dari

efek samping tersebut bersifat reversibel apabila steroid dihentikan. Selain

efek samping, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian steroid

yakni interaksi obat. Kadar antikonvulsan serum dapat dipengaruhi oleh

deksametason seperti fenitoin dan karbamazepin, sehingga membutuhkan

monitoring. Pemberian deksametason dapat diturunkan secara bertahap,

sebesar 25- 50% dari dosis awal tiap 3-5 hari, tergantung dari klinis pasien.

Pada pasien kanker otak metastasis yang sedang menjalani radioterapi,

pemberian deksametason bisa diperpanjang hingga 7 hari.

2. Pembedahan

Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis

yang tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan

meningkatkan efektifitas terapi lain. Reseksi tumor pada umumnya

direkomendasikan untuk hampir seluruh jenis kanker otak yang operabel.

Kanker otak yang terletak jauh di dalam dapat diterapi dengan tindakan

bedah kecuali apabila tindakan bedah tidak memungkinkan (keadaan umum

buruk, toleransi operasi rendah). Teknik operasi meliputi membuka

sebagian tulang tengkorak dan selaput otak pada lokasi tumor. Tumor

diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli

15
patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor. Biopsi stereotaktik dapat

dikerjakan pada lesi yang letak dalam.

Pada operasi biopsi stereotaktik dilakukan penentuan lokasi target

dengan komputer dan secara tiga dimensi (3D scanning). Pasien akan

dipasang frame stereotaktik di kepala kemudian dilakukan CT scan. Pada

glioma derajat tinggi maka operasi dilanjutkan dengan radioterapi dan

kemoterapi. Pilihan teknik anestesi untuk operasi intrakranial adalah

anestesi umum untuk sebagian besar kasus, atau sedasi dalam

dikombinasikan dengan blok kulit kepala untuk kraniotomi awake (sesuai

indikasi).

3. Radioterapi

Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.

Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai

adjuvan pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah

dilakukan tindakan operasi. Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai

adalah 3D conformal radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan

untuk pasien tertentu seperti stereotactic radiosurgery/radiotherapy, dan

IMRT.

4. Kemoterapi Sistemik dan Terapi Target (Targeted Therapy)

Kemoterapi pada kasus kanker otak saat ini sudah banyak digunakan

karena diketahui dapat memperpanjang angka kesintasan dari pasien

terutama pada kasus astrositoma derajat ganas. Glioblastoma merupakan

tipe yang bersifat kemoresisten, namun 2 tahun terakhir ini sedang

16
berkembang penelitian mengenai kegunaan temozolomid dan nimotuzumab

pada glioblastoma. Sebelum menggunakan agen-agen diatas, harus

dilakukan pemeriksaan EGFR (epidermal growth factor receptor) dan

MGMT (methyl guanine methyl transferase). Kemoterapi biasa digunakan

sebagai kombinasi dengan operasi dan/atau radioterapi.

5. Kemoterapi Intratekal

Tatalaksana kanker otak dengan menggunakan kemoterapi seringkali

terhambat akibat penetrasi kemoterapi sistemik yang rendah untuk

menembus sawar darah otak. Pemberian kemoterapi intratekal merupakan

salah satu upaya untuk memberikan agen antikanker langsung pada susunan

saraf pusat. Kemoterapi intratekal dapat diberikan sebagai salah satu

tatalaksana leptomeningeal metastasis pada keganasan darah, seperti

leukemia dan limfoma. Tindakan ini dilakukan melalui prosedur lumbal

pungsi atau menggunakan Omaya reservoir.

6. Tatalaksana Nyeri

Tatalaksana utama bukanlah obat golongan analgesik, namun golongan

glukokortikoid seperti deksamethason atau metilprednisolon intravena atau

oral sesuai dengan derajat nyerinya. Pilihan obat nyeri adalah analgesik

yang tidak menimbulkan efek sedasi atau muntah karena dapat mirip dengan

gejala kanker otak pada umumnya. Oleh karena itu dapat diberikan

parasetamol dengan dosis 20mg/berat badan per kali dengan dosis maksimal

4000 mg/hari, baik secara oral maupun intravena sesuai dengan beratnya

nyeri. Jika komponen nyeri neuropatik yang lebih dominan, maka golongan

17
antikonvulsan menjadi pilihan utama, seperti gabapentin 100-1200 mg/hari,

maksimal 3600 mg/hari.

7. Tatalaksana Kejang

Pemilihan antikonvulsan ditentukan berdasarkan pertimbangan dari

profil efek samping, interaksi obat dan biaya. Obat antikonvulsan yang

sering diberikan seperti fenitoin dan karbamazepin kurang dianjurkan

karena dapat berinteraksi dengan obat-obatan, seperti deksamethason dan

kemoterapi. Alternatif lain mencakup levetiracetam, sodium valproat,

lamotrigin, klobazam, topiramat, atau okskarbazepin. Levetiracetam lebih

dianjurkan (Level A) dan memiliki profil efek samping yang lebih baik

dengan dosis antara 20-40 mg/kgBB, serta dapat digunakan pasca operasi

kraniotomi. 3.1.3.8 Gizi4–6 Skrining gizi dengan malnutrition screening

tool (MST), bila skor ≥3 (rawat inap), atau skor MST ≥2 (rawat jalan)

dengan kondisi khusus (sakit kritis, kemoterapi, radiasi, hemodialisis)

ditangani bersama tim spesialis gizi klinik. Bila asupan memenuhi 75-100%

dari kebutuhan lalu dilakukan konseling gizi. Bila asupan memenuhi 50-

75% dari kebutuhan, dilakukan pemberian oral nutrition support.

8. Pemberian terapi gizi

Pemberian terapi gizi dilakukan dengan perhitungan kebutuhan.

Kebutuhan energi dihitung menggunakan kalorimetri indirek/persamaan

HarrisBenedict/rule of thumb. Nutrisi diberikan bertahap sesuai dengan

toleransi pasien. Kebutuhan protein 1,2–2 g/BB/hari, lemak 25-30%,

karbohidrat: 55-60%. Mikronutrien sesuai AKG (berasal dari bahan

18
makanan sumber, suplementasi setelah kemoradiasi). Bila pasien

menggunakan obat golongan carbamazepin, fenobarbital, fenitoin perlu

tambahan suplemen vitamin D dan kalsium untuk mencegah gangguan

tulang.

9. Psikiatri

Pasien dengan kanker otak dapat mengalami gangguan psikiatri hingga

78%, baik bersifat organik akibat tumornya atau fungsional yang berupa

gangguan penyesuaian, depresi, dan ansietas. Hal ini dapat menghambat

proses tatalaksana terhadap pasien. Oleh karena itu, diperlukan

pendampingan mulai dari menyampaikan informasi tentang diagnosis dan

keadaan pasien (breaking the bad news) melalui pertemuan keluarga (family

meeting) dan pada tahap-tahap pengobatan selanjutnya. Pasien juga dapat

diberikan psikoterapi suportif dan relaksasi yang akan membantu pasien dan

keluarga, terutama pada perawatan paliatif.

J. PROGNOSIS

Prognosis tumor intracranial berkaitan erat dengan jenis patologinya, tumor

jinak dioperasi umumnya dapat sembuh, tumor ganas melalui operasi dan terapi

gabungan dapat memperpanjang survival, sebagaian pasien bahkan dapat

sembuh. Diagnosis dini, terapi dini dan pemakaian metode terapi yang rasional

merupakan kunci meningkatkan angka kuratif2.

19
K. KOMPLIKASI

Gejala sisa neurologis umum dari terapi tumor otak, diantaranya gangguan

kognitif, ototoksisitas, gangguan konvulsi, dan neuropati yang menimbulkan

hambatan signifikan bagi kehidupan sehari-hari dan proses rehabilitasi.

Kerusakan populasi dan struktur sel yang rentan adalah komplikasi neurologis

dari terapi tumor otak9.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. Komite Penanggulangan Kanker
Nasional. Jakarta.
2. Japaries,W.2013.Buku Ajar Onkologi Klinik.Fakultas KEdokteran
Universitas Indonesia.Jakarta
3. Tanoto,E.,Pertiwi,M,j., dan Tumewah,R.2020.Tinjauan Patofisiologi
tumor otak metastasis dari kanker kelenjar parotis laporan kasus.Jurnal
Sinaps (3)(1).Fakultas kedokteran Universitas Samratulangi
4. American Assosiasion Of Neurological of surgeon.2021.Melaui Situs
Website https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-
and-Treatments/Brain-Tumors
5. Lestari, Y., Mesran., Suginam., Fadlina. 2017. Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosis Penyakit Tumor Otak Menggunakan Metode Certainty
Factor (CF). Jurnal Infotek 2(1): 82-86
6. Sarhan,M.A.2020.Brain Tumor Classification in Magnetic Resonance
Images Using Deep Learning and Wavelet Transform.Journal
Biomedical Science and Engineering (13)(6).mman arab
University.Jordan
7. Putri, A. 2015. Wanita 31 Tahun dengan Tumor Otak. Jurnal Medila
Unila 4(3): 1-5.
8. Monje, M., dan Fisher, P.G. 2011. Neurological complications
following treatment of children with brain tumors. J Pediatr Rehabil
Med 4(1): 31–36.
9. Yastab,A,R.,Rasiak,T., dan wangko.2014.Hubungan Kinerja Otak dan
Spiritualitas manusia diukur dengan menggunakan Indonesia spiritual
health assessment pada pemuka agama di kabupaten Halmahera
tengah.Jurnal e-Biomedik (2)(2).Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi
Manado

21
10. Budianingsih,T.2015.Peran Neurolinguistik dalam Pengajaran
Bahasa.Jurnal AL-AZHAR Indonesia Seri Humaniora
(3)(2).Universitas Al Azhar Indonesia.Jakarta
11. Stoyanov, G, S., Petkova, L., Dzhenkov, D, L. 2019. A Practical
Approach to the Differential Diagnosis of Intracranial Tumors: Gross,
Histology, and Immunoprofile-based Algorithm. Cureus 11(12): e6384.

22

Anda mungkin juga menyukai