Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN PRETERM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Maternitas

Di Susun Oleh:

M. Helmi Ansyari
NPM. 2014901210120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN PRETERM

1. DEFINISI
Persalinan preterm adalah proses persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20-36
minggu. Diklasifikasikan menjadi persalinan preterm awal (sebelum 33 minggu) dan
persalinan preterm akhir (34-36 minggu). (Ross, dan Luther EE, 2018).

Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan
sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi
servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.

2. ETIOLIGI
Menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus
yaitu:
a. Faktor resiko mayor : Kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka
lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/ memendek kurang dari 1
cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm,
riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester II,riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
3. Manifestasi Klinis
1. Mengalami kontraksi
berkali-kali
2. Mengalami kram perut
3. Produksi cairan vagina
meningkat
4. Keluar cairan dari vagina
5. Sakit pada punggung bawah
(Alodokter.com 2019)

4. Komplikasi
Menurut Oxorn (2010), prognosis
yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1. Anoreksia 12 kali lebih sering
terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala
karena lunaknya tulang tengkorak
dan immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5kali lebih
sering pada bayi prematur
dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan
organik otak yang lebih tinggi pasa
bayi prematur (meskipun banyak
orang-orang jenius yang dilahirkan
sebelum aterm)

Pola napas tifdak efektif

NOC: Respiratory status:


Ventilation
NIC: Managemen jalan nafas dan
pemantauan jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Posisikan untuk meringankan
sesak nafas
3. Monitor status pernapasan dan Perubahan Perfusi jaringan perifer
oksigenasi, sebagaimana
NOC: Perfusi jaringan baik
mestinya 1. Pengisian kapiler jari
2. Suhu kulit ujung kaki dan tangan
3. Kekuatan denyut nadi karotis

NIC: perawatan sirkulasi: alat


1. Monitor tingkat kenyamanan
2. Monitor kemampuan sensori dan
kognitif
3. Monitor output urin setiap jam
4. Monitor berat badan setiap hari
5. Monitor intake dan output cairan
Aseitas Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

NOC: Tingkat kecemasan, Kontrol kecemasan diri NOC: Status nutrisi


1. Meremas-remas tangan 1. Asupan gizi
2. Hiperaktivitas 2. Asupan makan
3. Sakit kepala 3. Asupan cairan
4. Distress 4. Energi
5. Kesulitan berkonsentrasi

NIC: Pengurangan kecemasan, Peningkatan Koping NIC: Manajemen nutrisi


1. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi 1. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
yang akan dirasakan yang mungkin akan bimbingan terhadap pilihan makanan
dialami klien selama prosedur 2. Ciptakan lingkungan yang optimal
2. Berikan informasi yang faktual terkait 3. Lakuakn atau bantu pasien terkait k
diaonosis, perawatan dan prognosis kebersiahan gigi dan mulut
3. Dorong keluarga untuk mendampingi kien 4. Beri obat-obatan sebelum makan (misal :
dengan cara yang tepat penghilang rasa sakit, antiemetik) jika
4. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat diperlukan.

5. Pemeriksaan penunjang
No Jenis pemeriksaan Nilai normal Manfaat
1. Ultrasonografi - Pengkajian getasi (dengan berat badan
janin 500 sampai 2500 gram)
2. Tes nitazin - Menentukan KPD
3. Jumlah sel darah putih 9.000–30.000 Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi
amniosentesis yaitu radio lesitin
terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk
maturitas paru janin, atau infeksi
amniotik
3. Pemeriksaan Protein Protein < 150 Yaitu dilakukan untuk mengetahui
Urin. mg preeklampsi
protein
urin sewaktu
yaitu <10
mg/dL.
4. Pemantauan - Memfalidasi aktivitas uterus/status
elektronik
6. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada terutama untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu:
a. Tokolitik tidak diberikan pada:
a) Usia kehamilan di bawah 24 minggu atau di atas 34 minggu
b) Pembukaan > 3 cm
c) Ada Korioamnionitis, preeclampsia, atau perdarahan janin
d) Gawat janin atau janin meninggal atau cacat
b. Tokolitik: diberikan pada 48 jam pertama
a) Nifedipin 3 x 10 mg per oral
b) Terbutalin sulfat 1000 µg dalam 500 ml larutan infus NaCl 0,9% dengan dosis
awal 10 tetes/menit lalu dinaikkan 5 tetes / menit tiap 15 menit hingga
kontraksi hilang
c) Salbutamol: dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus 10 tetes / menit.
Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10 tetes / menit setiap 30 menit
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan resiko respiratory stress syndrome (RSD), mencegah perdarahan
intraventikuler, necrotising enterocolitis, dan duktus anreriosus, yang akhirnya
menurunkan angka kematian neonatus.
Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat
yang diberikan ialah deksametason atau betametason pemberian steroid ini tidak diulang
karena resiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid
ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan diatas , juga dapat diberikan Thyrotropin releasing hormone 400
ug iv, yang akan meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen
inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.
3. Antibiotik: Ampisilin: 2 g IV setiap 6 jam atau Klindamisin: 3 x 300 mg.
7. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PARTUS PREMATUR
A. Pengkajian
Pengkajian Primer (Primary Survey)
1. Airway
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji ada/tidaknya suara napas tambahan
2. Breathing
a. Kaji frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan
dalam/dangkal/regular/ireguler.
b. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%
c. Kaji irama pernapasan cepat atau lambat dan penggunaan otot bantu dada
pernapasan
d. Nilai apgar score pada menit ke-1 dan menit ke-5
3. Cirkulation
a. Kaji nadi cepat atau tidak dan teratur atau tidak
b. Kaji akral, hangat atau dingin
c. Kaji suhu tubuh bayi
d. Kaji warna kulit dan membran mukosa (pucat, sianosis)
4. Disability
a. Kaji respon atau reaksi bayi
b. Kaji suara tangisan bayi (keras/lemah)
c. Kaji gerakan otot bayi
5. Exposure
a. jaga suhu tubuh bayi agar tidak jadi hipotermi.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak napas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
2. Tanda-tanda vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
3. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
4. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, Fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak
5. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
6. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.
7. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernapasan yang irregular dan frekwensi pernapasan
yang cepat
8. Neurology atau reflek
Reflek Moro
1) Reflek menghisap (Reflek rooting)
2) Reflek menggenggam (palmar grasp reflex)
3) Reflek leher (tonic neck reflex)
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013

Benson, R.C dan Pernoll M.L. 2013. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 23. McGraw-Hill; 2010. 2

Nugroho, T. 2010. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika

Oxorn H, Wiliam R, Forte. 2010. Ilmu kebidanan, Patologi & Fisiologi


Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).

Banjarmasin, September 2021


Preseptor Akademik, Mahasiswa,

Yenny Okvitasari, Ns., M.kep M. Helmi Ansyari

Anda mungkin juga menyukai