Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN TUTORIAL KLINIK

RUANG NIFAS RSUD SULTAN SURIANSYAH


STASE MATERNITAS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Kurnia Nila Sari 2014901210114

Muhammad Helmi A 2014901210120

Rabiatul Hasanah 2014901210134

PROGRAM PROFESI NERS B


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2021
LAPORAN
TUTORIAL KLINIK SESI 1

Kasus:
Pada tanggal 31 Agustus 2021 jam 07.21 wita, Ny. M berusia 31 tahun datang ke RSUD
Sultan Suriansyah melalui IGD dengan keluhan keluar air dan merasa mules mules sejak jam
05.00 wita. Usia kehamilan 39 minggu.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 September 2021 Ny.M dirawat diruang nifas, post
operasi SC hari ke-3 atas indikasi kpd, gamelli, Hipertensi Gestasional. Klien mengatakan tidak
ada riwayat operasi sebelumnya. Klien mengatakan memberikan ASI kepada bayi, klien
mengatakan ASI nya cukup. Ny.M mengeluh nyeri post operasi sc, nyeri seperti diiris-iris, nyeri
di perut bawah, skalanya 5 (sedang), dan hilang timbul. Klien memiliki penyakit asma (kambuh
3 bulan yang lalu), klien memiliki riwayat abortus. Dikeluarga klien memiliki riwayat hipertensi.
Klien tampak meringis terdapat luka jahitan pada abdomen. Klien mengatakan merasa khawatir
karena ini kali pertama klien melakukan operasi SC, klien takut jika terjadi perubahan pada
tubuhnya, klien tampak gelisah dan cemas. Tampak ada luka bekas operasi yang ditutup dengan
kasa dan perban. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : TD : 164/104 mmHg, Nadi: 68 x/m,
Suhu: 36,3 oC, RR: 20 x/m. Akral teraba hangat, konjungtiva tampak anemis.

TAHAP 1: PROBLEM

No Data Masalah Etiologi


Keperawatan

1 DS : Nyeri akut (000132) Agen cedera


Klien mengatakan nyeri post operasi sc, nyeri seperti fisik (luka
diiris-iris, nyeri di perut bawah, skalanya 5 (sedang), post sc)
dan hilang timbul.
DO :
- P: Nyeri post operasi SC hari ke 3
- Q: Diiris-iris
- R: Sekitar adomen bagian bawah
- S: Skala nyeri 5 (nyeri sedang) dari skala 0-10
- T: Hilang timbul
- Klien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan pada abdomen
- TTV: TD : 164/104 mmHg, Nadi :
68 x/m, Suhu : 36,3 oC, RR : 20 xm

2 Faktor Resiko : Resiko Infeksi


Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma (00004)
jaringan, gangguan peristaltik)
- Luka Post Operasi SC
- Leukopenia
- Tanda-tanda infeksi
- Malnutrisi
3 DS: Ansietas (00146) Ancaman
- Klien mengatakan khawatir dengan keadaannya pada status
setalah dilakukan operasi SC karena baru pertama terkini
kali operasi SC.
- Ny. M mengatakan takut akan terjadinya
perubahan pada tubunya.
DO:
- Klien tampak gelisah
- Wajah klien tampak sedikit tegang
- Klien banyak bertanya
- TTV: TD : 164/104 mmHg, Nadi :
68 x/m, Suhu : 36,3 oC, RR : 20 xm

TAHAP 2: HYPOTESIS
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik.
b. Resiko infeksi
c. Ansietas b.d ancaman pada status terkini

TAHAP 3: MECHANISM

TAHAP 4: MORE INFO


1. Hasil lab darah lengkap
2. Status nutrisi

TAHAP 5: DON’T KNOW


1. Bagaimana cara untuk mengurangi nyeri pada ibu pasca operasi SC?
2. Apa saja tahap-tahap Mobilisasi pada pasien popst operasi SC?
3. Apa saja manfaat mobilisasi dini?
4. Kenapa proses pembedahan dapat menyebababkan ketidakyamanan bagi pasien?

JAWABAN SEMENTARA
1. Salah satu cara untuk mengurangi nyeri pasca operasi SC yaitu dengan mobilisasi dini.
2. Tahap-tahap mobilisasi
- Dimulai 4 jam pertama, mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki
- Setelah 6-12 jam, dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan
hipotensi orthostatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk, tegak, dan
kuatkan tubuh pada posisi stabil.
- Setelah 24 jam, latihan berdiri dalam kondisi stabil.
- Lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan
kemampuan pasien.
- Hari ke-2 mampu berjalan mandiri

3. Maanfaat mobilisasi dini:


- Dapat melancarkan pengeluaran lochea
- Mengurangi infeksi post partum
- Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
- Meningkatkan kelancaran peredaran darah
- Mempercepat fungsi ASI
4. Dikarenakan proses pembedahan itu dapat menimbulkan truma di daerah insisi dan
mengakibatkan timbulnya nyeri pada pasien.

TAHAP 6: LEARNING ISSUE


1. Topik 1 : “Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Post Operasi Sectio Cessarea Di
Rumah Sakit Bengkul”u, Des Metasari, 2018 (Jurnal)
2. Topik 2 : “Perbedaan Efektivitas Terapi Musik Klasik Dan Aromaterapi Peppermint
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea”, Esa Aprilian, 2020
(Jurnal).
Sesi II
TAHAP 7: PROBLEM SOLVING
1. Hasil telaah literature atau teori terkait tahap 6 :
Topik 1:
Menurut penelitian dari Des Metasari, 2018 membuktikan
Menurut penelitian dari Des Metasari, 2018 membuktikan bahwa Ibu yang melakukan
mobilisasi dini akan mempercepat proses penyembuhan pasca melahirkan, selain itu gerakan
lebih awal yang dilakukan ibu dapat menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan
setelah operasi sectio cessarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi mengurangi
terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, mengatasi
terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih. Rasa nyeri
dapat menimbulkan stressor dimana individu berespon secara biologis, hal ini dapat
menimbulkan respon perilaku fisik dan psikologis. Mobilisasi dini adalah upaya untuk
memandirikan pasien secara bertahap mengingat besarnya tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh ibu untuk pemulihannya dan merawat bayinya, namun banyak ibu takut
melakukan pergerakan karena takut merasa nyeri padahal pergerakan itu dapat mengurangi
nyeri selain itu mobilisasi dini dapat melatih kemandirian ibu.

Mobilisasi dini sangat efektif bagi ibu untuk menurunkan intensitas nyeri post operasi,
semakin sering ibu melakukan mobilisasi dini maka ibu akan semakin merasakan
pengurangan nyeri luka operasinya, hasil penelitian ini dapat disumpulkan bahwa terdapat
pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi sectio
casarea di Rumah Sakit se kota Bengkulu.
Topik 2 :
Pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien karena dapat menimbulkan
trauma didaerah insisi dan mengakibatkan timbulnya nyeri. Tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi nyeri adalah terapi farmakologi dan nonfarmakaologi.
Secara nonfarmakologi Aroma terapi digunakan untuk mengatasi masalah pernafasan, rasa
nyeri, dan juga masalah mental dan emosional. Hal ini dikarenakan aromaterapi mampu
memberikan sensai yang menennangkan diri dan otak serta stress yang dirasakan (Laila,
2011).

Secara internal pappermint juga memiliki tindakan anti spasmodik dengan efek menenangkan
pada otot-otot perut, saluran pencernaan, dan uterus. Papermint juga memiliki analgesik kuat
yang dimediasi sebagian, melalui aktivitasi kappa-opoid reseptor yang membantu block
transmisi sinyal nyeri. Aplikasi eksternal ekstrak peppermint mengangkat ambang nyeri pada
manusia (Balakhrisnan, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Skala nyeri responden sebelum dilakukan
terapi musik klasik sebagian besar pada skala nyeri berat sedangkan setelah dilakukan terapi musik
klasik mayoritas responden mengalami nyeri dengan skala nyeri sedang. Sedangkan Skala nyeri
responden sebelum dilakukan pemberian aromaterapi peppermint sebagian besar pada skala nyeri
berat sedangkan setelah diberikan aromaterapi peppermint mayoritas responden mengalami nyeri
dengan skala nyeri ringan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian terapi musik klasik
dan aromaterapi peppermint untuk mengurangi nyeri post Sectio Caesarea. Aromaterapi peppermint
lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada ibu post sectio caesarea daripada terapi musik klasik.

Intervensi keperawatan
No No Diagnosa Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan

1 00132 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Memberikan informasi
agen cedera tindakan nyeri yang untuk membantu
fisik (luka keperawatan dalam komperhensip memudahkan tindakan
post sc) 1x30 menit nyeri meliputi lokasi, keperawatan
pasien berkurang karakteristik, awitan 2. Mengetahui tingkat
dengan criteria dan durasi, nyeri pasien dari
hasil : frekuensi, kualitas, ekspresi pasien.
- Pasien tidak intensitas atau 3. Lingkungan yang
mengeluh keparahan nyeri dan panas, gaduh dan
nyeri pada factor sebagainya dapat
daerah bekas presipitasinya. mempengaruhi keadaan
operasi 2. Observasi isyarat pasien yang dapat
- Nyeri tidak nonverbal berdampak pada rasa
menyebar ketidaknyamanan nyeri.
keseluruh 4. Mencegah
bagian Mandiri : bertambahnya rasa
abdomen 1. Kendalikan faktor nyeri yang dirasakan
- Skala nyeri 0-1 lingkungan yang pasien
(ringan) dapat 5. Membantu
- Pasien tidak mempengaruhi mengurangi nyeri dan
meringis lagi respon pasien meningkatkan
terhadap kenyamanan klien.
ketidaknyamanan.
2. Pastikan
pemberian
analgesia terapi
atau strategi
nonfarmakologi
sebelum
melakukan
prosedur yang
menimbulkan
nyeri.
3. Penyuluhan pada
pasien/ keluarga:
Ajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologi
(misalnya : teknik
relaksasi dan
distraksi, terapi
music, kompres
hangat atau dingin,
masase dan
tindakan pereda
nyeri lainnya.
2 (00004) Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan 1. suhu yang meningkat,
tindakan gejala infeksi dapat menunjukkan
keperawatan dalam (misalnya : suhu terjadinya infeksi
2x24 jam infeksi tubuh, denyut (color).
tidak terjadi jantung, penampilan
dengan kriteria luka, suhu 2. usia pasien dan
hasil : tubuh,lesi kulit, kurangnya nutrisi dapat
- Tidak keletihan dan mempengaruhi
terdapat malaise). terjadinya infeksi.
tanda-tanda 2. Kaji faktor yang 3. Risiko infeksi pasca
infeksi (kulor, dapat meningkatkan melahirkan dan
tumor, dulor, reaksi terhadap penyembuhan buruk
rubor dan infeksi (usia dan meningkat bila kadar
fungsio leasa) nutrisi). hemoglobin rendah dan
pada daerah 3. Pantau hasil lab. kehilangan darah
luka post SC. 4. Amati penampilan berlebihan.
- Luka kering praktik personal 4. mencegah kontaminasi
dan membaik hygiene untuk silang/penyebaran
(NOC) melindungi terhadap organisme infeksius.
infeksi.
1. mencegah terjadinya
Mandiri proses infeksi
1. Lindungi pasien 2. mencegah kontaminasi
terhadap silang/penyebaran
kontaminasi silang. organisme infeksius.
2. Bersihkan 3. pengunjung yang
lingkungan dengan datang dapat membawa
benar. organisme infeksius
3. Batasi pengunjung, karena telah terpapar
jika perlu. dengan lingkungan
luar.
Penyuluhan untuk
pasien/ keluarga 1. mencegah kontaminasi
silang/penyebaran
1. Instruksikan untuk organisme infeksius.
menjaga hygiene 2. mencuci tangan
untuk melindungi merupakan cara terbaik
tubuh terhadap untuk mencegah
infeksi. kontaminasi
2. Ajarkan pasien silang/penyebaran
teknik mencuci organisme infeksius.
tanagan yang benar.
Mencegah terjadinya
Kolaborasi proses infeksi.
Berikan terapi antibiotic,
jika perlu. (NIC)
3 (00146) Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengetahui tingkat
ancaman pada tindakan kecemasan. kecemasan klien.
status terkini keperawatan dalam 2. Bantu klien untuk 2. Mengurangi tingkat
1x30 menit klien mengenal situasi kecemasan klien.
dapat melakukan yang menimbulkan 3. Membuat klien tetap
ansietas dengan kecemasan tenang.
kriteria hasil 3. Mengajarkan teknik 4. Agar klien tahu tentang
sebagai berikut : relaksasi nafas keadaannya dan
- Klien mampu dalam. membantu mengurangi
mengidentifika 4. Jelaskan kepada kekhawatiran klien.
si dan klien tentang kondisi
mengungkapka saat ini.
n gejala cemas
- Vital sign
dalam batas
normal.
- Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

Banjarmasin, September 2021

Preseptor Akademik

(Yenny Okvitasari, Ns., M. Kep)

Anda mungkin juga menyukai