Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRO ENTERITIS

1. Pengertian.
Gastro enteritis adalah peradangan pada usus besar yang disertai dengan
gastiris akut dan banyak keadaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejala
muntah, dan berak-berak dengan konsistensi cair.
Dengan kata lain gastro enteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah
usus yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar
( BAB ) lebih dari 3 kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan atau kehilangan cairan tubuh
yang berlebihan. Secara klinis gastro enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1) Gastro Enteritis Desentriform.
Disebabkan oleh antara lain: Shigella, dan Entamoeba Hystolitica.
2) Gastro Enteritis Koleriform.
Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida, atau Intoksikasi makanan.
Kedua bentuk ini dapat menyebabkan dehidrasi, tetapi yang terutama
menyebabkan syock dan dehidrasi berat adalah bentuk koleriform pada gastro
enteritis yang disebabkan oleh virus.

2. Etiologi.
Ada 5 mikroorganisme yang terpenting sebagai penyebab dari gastro
enteritis, yaitu:
1) Salmonella.
Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman
terutama terjadi pada anak-anak, identifikasi salmonella dari feses penderita.
2) Escherichia Coli.
Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi dapat
menjadi patogen pada bagian tubuh yang lain, dapat menimbulkan radang pada
vesika urinaria.
3) Vibrio.
Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis yang
menimbulkan penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan vibrio eltor.
4) Disentri.
Berdasarkan penyebabnya disentri dibedakan menjadi dua tipe utama yaitu:
a) Disentri Basiler ( Shigella Dysentriae )
Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang tercemar oleh
sekresi / feses penderita. Lokalisasi yang paling sering terkena adalah usus
besar dengan bagian terbesar adalah bagian sigmoid.
b) Disentri Amoeba ( Entamoeba Hystolitica )
5) Enterio Virus.
Terdiri dari: Polio, Virus, Coxackie dan Eche Virus.

3. Patofisiologi.
Patogen masuk ke dalam traktus gastro intestinal melalui makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi kuman tersebut, kemudian merusak sel-sel
mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan kolon, sehingga akan terjadi
peradangan.
Pada gastro enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa usus
menjadi merah dan meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya terbatas pada
lapisan mukosa usus, terjadi pengrusakan terhadap sel-sel epithel yang matang dan
kemudian digantikan oleh absorbsi, yang tidak matang yang tidak dapat menyerap
karbohidrat atau gizi lain dan air secara efisien.
Gastro enteritis akut dapat terjadi disebabkan oleh infeksi langsung virus
ataupun oleh efek neurotoksik yang dihasilkan oleh bakteri. Akibatnya terjadi
peningkatan frekuensi buang air besar.

4. Tanda Dan Gejala.


1) Salmonella.
Suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau tidak enak, kadang
bercampur sedikit lendir dan berdarah, stadium predromal 2 – 4 hari dengan
gejala sakit kepala, nyeri, perut kembung.
2) Escherichia Coli.
Pada bayi malas menetek, lemah, berat badan sukar naik.
3) Vibrio.
Konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh mules, dalam waktu
singkat tinja berubah menjadi cairan putih keruh, tidak berbau amis, diendapkan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan
dinding perut: suara serak, kelopak mata cekung, tulang pipi menonjol,
menonjol, bibir kering, turgor kulit kering, perut kembung.
4) Disentri.
Defekasi sering dan terus-terusan, sakit perut, muntah, tinja berlendir dan
berwarna kemerahan, suhu badan bervariasi, nadi cepat.
5) Virus.
Nafsu makan kurang, buang air besar berupa air, jarang didapatkan darah, gejala
berlangsung 3 – 5 hari.
6) Entamoeba Hystolitica.
Tinja biasanya berlendir dan berdarah, gejala menyolok adalah teresmusnya.

5. Pemeriksaan Penunjang.
1) Pemeriksaan feses.
♦ Makroskopis dan mikroskopis.
♦ Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab.
♦ Test resistensi terhadap berbagai antibiotik.
♦ PH dan kadar gula jika diduga adanya sugari intoleransi.
2) Pemeriksaan darah.
♦ Darah lengkap.
♦ Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
♦ PH adanya alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan
asam basa.
3) Detol Intubation.
Untuk mengetahui adanya kuman penyebab secara kuantitatif terutama pada
diare kronik.
6. Manifestasi Klinik.
Dasar pengobatan penderita gastro enteritis adalah:
1) Pemberian cairan 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian:
a) Jenis cairan.
Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.
b) Jalan pemberian.
Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau belum, tetapi
kesadarannya menurun, tidak dapat atau muntah-muntah hebat.
c) Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:
♦ Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.
♦ Dehidrasi sedang, penggantinya 60 – 90 cc/kg berat badan perhari.
♦ Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.
d) Jadwal pemberian.
Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat dehidrasi.
2) Pengobatan dietetik.
3) Obat-obatan.
♦ Obat anti sekresi.
Yaitu asetosal dan kloropromazin.
♦ Obat anti spasmolitik.
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona,
opium dan loperamid.
♦ Obat pengeras tinja.
Seperti: koolin, pektin, charcol dan tobanal.
♦ Antibiotik.
Yaitu tetrasiklin, eritromisin, amoetacid.

7. Diagnosa Keperawatan.
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang dan
pengeluaran yang berlebihan.
Intervensi:
♦ Kaji status dehidrasi pasien.
♦ Berikan cairan peroral atau intra vena sesuai dengan kebutuhan.
♦ Monitor vital sign.
2) Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d terjadinya peradangan pada daerah usus.
Intervensi:
♦ Kaji tingkat nyeri pasien.
♦ Berikan kompres hangat pada daerah nyeri.
♦ Ajarkan tehnik relaksasi.
3) Resiko tinggi terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia.
Intervensi:
♦ Kaji penyebab mual dan muntah.
♦ Anjurkan pasien makan sedikit tapi sesering mungkin.
♦ Teruskan terapi intra vena dan obat-obatan dari dokter.
PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien.
Nama : An. F.
Umur : 5 bulan. Alamat : Alabio.
TTL : 14-9-2003. Agama : Islam.
Jenis kelamin : Laki-laki. Suku/Bangsa : Dayak/
Inisial ayah/ibu : Tn.N/Ny.M. Indonesia
Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/IRT. Pendidikan ayah/ibu : SD / SMP.
Dx Medis : Gastro Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/IRT.
Enteritis.

2. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Berak encer > 5x dan muntah + 4x.
2) Riwayat kehamilan dan kelahiran.
a) Prenatal.
Ibu pasien mengatakan selama hamil dia sering memeriksakan kehamilannya
ke posyandu dan mendapat imunisasi lengkap, nutrisi ibu mencukupi 4 sehat
5 sempurna.
b) Intranatal.
Persalinan ditolong oleh bidan kampung, dilakukan dirumah dan persalinan
normal, tidak ada masalah pada saat persalinan.
c) Postnatal.
Pasien dilahirkan dengan BB: 3100 gram dan PB: 49 cm. Pasien diberi PASI
11 minggu.
3) Riwayat imunisasi.
Ibu pasien mengatakan, pasien tidak pernah diimunisasi karena letak puskesmas
yang jauh dari rumah mereka.
4) Riwayat tumbuh kembang.
♦ Umur 1 bulan : Px dapat tersenyum spontan apabila melihat orang lain.
♦ Umur 1,5 bulan : Px dapat bersuara, bereaksi terhadap suara.
♦ Umur 2 bulan : Px dapat berteriak, berteriak, tertawa, mengangkat kepala.
♦ Umur 3 bulan : Px dapat memegang tangannya.
♦ Umur 4 bulan : Px dapat
5) Riwayat penyakit.
♦ Sekarang.
+ 3 jam sebelum masuk RS pasien berak encer > 5 x disertai dengan muntah
4 x, oleh orang tuanya pasien langsung dibawa ke RS. Islam Banjarmasin.
♦ Dahulu.
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama
( GE ) seperti yang diderita pasien saat ini.
♦ Keluarga.
Ibu pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti pasien ( GE ) maupun penyakit seperti DM,
hipertensi, TB.
6) Genogram.

Keterangan:
= Laki-laki.
= Perempuan.
= Pasien.

7) Riwayat sosial.
a) Yang mengasuh: ibu dan ayah pasien.
b) Hubungan dengan anggota keluarga: terlihat akrab dan harmonis.
c) Hubungan dengan teman sebaya: -
d) Pembawaan umum: ibu pasien mengatakan anaknya suka rewel.
e) Lingkungan rumah: berada dilingkungan yang aman dan baik, bersih serta
nyaman.

3. Kebutuhan Dasar.
1) Status hidrasi.
Dirumah:
♦ Pasien masih menyusui dengan ibunya ditambah susu formula dan kadang
diberi air putih.
Dirumah sakit:
♦ Pasien tampak malas menyusu hanya 2 – 3 x/hr, pasien sering muntah
apabila habis minum susu.
2) Status nutrisi.
Dirumah:
♦ Pasien makan 3 x/hr, dengan frekuensi sedang, biasanya mendapat makanan
satu rasa beras merah, pagi jam 07.00 WITA, siang jam 13.00 WITA, dan
malam jam 18.00 WITA.
Dirumah sakit:
♦ Pasien makan makan 3 x/hr, tetapi selalu muntah apabila sehabis makan,
porsi makannya sekitar 3 sendok makan saja. Diet BB
3) Istirahat / tidur.
Dirumah:
♦ Pasien tidur siang sekitar 3 – 4 jam dan tidur malam sekitar 11 jam, tidak
terdapat kesulitan menjelang tidur.
Dirumah sakit:
♦ Pasien tampak berbaring di tempat tidur, tidak ada perubahan pada pola tidur
bahkan kadang lebih dari pola tidur biasanya, untuk tidur siang + 5 jam
untuk tidur malam + 11 jam.
4) Aktifitas bermain.
Dirumah:
♦ Pasien bermain dengan ayah dan ibunya karena dilingkungan pasien tidak
ada yang sebaya dengan pasien.
Dirumah sakit:
♦ Pasien tampak berbaring, tapi kadang-kadang memegangi tali infus yang
terpasang pada tangan kanan.
5) Mandi.
Dirumah:
♦ Pasien mandi 2 x/hr, keramas 3 kali sehari, apabila kuku tampak panjang
segera dipotong oleh ibunya.
Dirumah sakit:
♦ Hanya diseka oleh ibunya 2 – 3 x/hr, kuku tampak bersih.
6) Eliminasi
Dirumah:
♦ BAB 1 – 2 x/hr, dengan konsistensi lunak warna kuning. BAK 5 – 6 x/hr,
dengan konsistensi kuning jernih berbau pesing.
Dirumah sakit:
♦ BAB > 5 x/hr, dengan konsistensi cair, tampak berampas. BAK 3 - 4 x/hr,
warna kuning jernih.

4. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan umum.
Kesadaran compos mentis, tampak lemah dan pucat.
TTV: N: 120 x/m. TB: 60 cm.
R: 38 x/m. BB: 4 Kg.
T: 37,9 ‘C. LLA: 10 cm.
2) Kepala.
Bentuk tampak simetris, rambut berwarna hitam, penyebaran rambut merata,
kebersihan baik.
3) Mata.
Struktur tampak simetris, kunjunctiva tampak anemis, mata pasien tampak
cekung, pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, kebersihan baik,
tidak tampak sekret, tidak tampak adanya kelainan pada bola mata seperti
strabismus.
4) Hidung.
Struktur tampak simetris, kebersihan baik, tidak tampak ada sekret atau cairan
yang keluar, tidak tampak adanya obstruksi / sumbatan.
5) Telinga.
Struktur tampak simetris, tidak tampak adanya pendarahan / peradangan,
kebersihan baik, fungsi pendengaran baik, pasien kadang tersentak mendengar
suara yang keras.
6) Mulut.
Mukosa bibir tampak kering, warna pucat, kebersihan mulut baik, gigi belum
tumbuh.
7) Leher.
Bentuk leher tampak simetris, saat dipalpasi tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar tiroid, pergerakan leher normal. Pasien bisa menoleh kekanan dan
kekiri
8) Thorax.
Frekuensi nafas 38 x/m, bentuk tampak simetris, kebersihan baik, tidak tampak
adanya kotoran yang menempel.
9) Abdomen.
Kebersihan tampak baik, perut tampak cembung, ketika diperkusi terdengar
bunyi hipertimpani, ketika diauskultasi terdengar bising usus 24 x/m.
10) Genetalia.
Tidak tampak adanya lecet karena ibu segera mengganti celana pasien apabila
pasien BAB atau BAK. Anak tampak meringis saat BAB maupun saat BAK.
11) Kulit.
Kulit tampak bersih, warna kulit kuning langsat, tidak terdapat memar atau
edema, kulit teraba hangat dengan suhu 37,9 ‘C, turgor kulit < 3 detik.
12) Ekstrimitas.
Pada ekstrimitas kanan atas tampak terpasang infus Ka En 3B 12 tts/m. Tidak
ada keterbatasan saat bergerak.

5. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan.


1) Motorik halus: dapat memegang tali infus dengan ibu jari dan jari, menoleh
kakanan dan kekiri.
2) Motorik kasar: tangan dan kaki bergerak aktif, mengangkat kepala ketika
tengkurap.
3) Bahasa: ada reaksi terhadap bunyi, bersuara, tertawa, menoleh kearah suara.
4) Sosial: menatap wajah ibu / ayah, tersenyum spontan.

6. Data Penunjang.
1) Laboratorium.
-
2) Rontgen.
-
3) Pengobatan.
♦ Inf Ka En 3B 12 tts/m.
♦ Inj. Antrain 3x100 mg.
♦ Inj. Kemicitine 4x125 mg.

Data Fokus.
♦ Inspeksi.
Konjunctiva tampak anemis, mata tampak cekung, mukosa bibir tampak kering,
warna bibir tampak pucat.
♦ Palpasi.
Kulit teraba hangat dengan suhu 37,9 ‘C, turgor kulit kembali < 3 detik.
♦ Perkusi.
Terdengar buyi hipertimpani pada abdomen.
♦ Auskultasi.
Bising usus 24 x/m.
ANALISA DATA

No Data Penunjang Masalah Etiologi

1. DO : Gangguan Intake yang kurang


♦ Mata tampak cekung. keseimbangan dan output yang
♦ Bising usus 24 x/m. cairan dan berlebihan.
♦ Turgor kulit baik dapat kembali dalam 1 detik. elektrolit.
♦ Warna bibir tampak pucat.
♦ Perkusi abdomen terdengar bunyi hipertimpani.
♦ T: 37,9 ‘C.
♦ Konjunctiva tampak anemis.
♦ Pasien tampak lemah dan hanya berbaring
ditempat tidu, BAK 3 – 4 x/hr.
DS :
♦ Ibu pasien mengatakan anaknya BAB > 5 x/hr dan
muntah + 4x.
2. DO : Nutrisi kurang Mual dan muntah.
♦ BB: 4 kg, TB: 60 cm. dari keperluan
♦ Konjunctiva tampak anemis. tubuh.
♦ LLA: 10 cm.
♦ Pasien tampak lemah.
DS :
♦ Ibu pasien mengatakan anaknya muntah 4 x.
♦ Ibu pasien mengatakan sehabis makan pasien pasti
muntah.

Prioritas Masalah:
♦ Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang dan output
yang berlebihan.
♦ Nutrisi kurang dari keperluan tubuh b.d mual dan muntah.
PROSES KEPERAWATAN

Perencanaan
No DX
Tujuan Intervensi Rasional
1. I Keseimbangan cairan dan ♦ Ukur TTV. ♦ Mengetahui keadaan
elektrolit pasien terpenuhi ♦ Anjurkan ibu pasien untuk umum pasien.
dalam 4 hari perawatan. meneruskan pemberian ASI ♦ Mengurangi
KE: dan memperbanyak dehidrasi dan
♦ Mata tidak cekung. pemberian cairan memperbanyak
♦ Intake dan output ♦ Kaji masukan dan intake cairan.
cairan seimbang. pengeluaran ♦ Mengetahui
♦ Pasien tampak tenang. ♦ Kaji penyebab muntah dan keseimbangan
BAB encer. cairan.
Kolaborasi: ♦ Menentukan
♦ Beri obat SPM intervensi
selanjutnya.
♦ Mempercepat proses
penyembuhan.
2. II Nutrisi pasien dapat ♦ Kaji penyebab mual dan ♦ Menentukan
terpenuhi dalam 4 hari muntah intervensi
perawatan. ♦ Monitor intake nutrisi selanjutnya.
KE: ♦ Anjurkan keluarga pasien ♦ Mengetahui
♦ Pasien tidak muntah memberikan makan/minum masukan nutrisi
lagi susu hangat sedikit tapi yang adekuat
♦ Konjunctiva tidak sering ♦ Mengurangi mual
anemis ♦ Sendawakan pasien sesudah dan muntah
♦ Pasien tidak lemah diberi susu ♦ Menghindari muntah
Kolaborasi: ♦ Mempercepat
♦ Beri obat SPM. penyembuhan,
mengurangi mual,
muntah dan
meningkatkan
kekuatan otot
Dx
Hari/Tgl jam Implementasi Evaluasi
No
I Kamis 09.00 ♦ Mengukur TTV: Kamis 05 februari 2004.
05 februari N: 120 x/m. S :
2004 R: 38 x/m. ♦ Ibu pasien mengatakan anaknya BAB
T: 37,9 ‘C. encer > 5 x dan muntah 4x.
10.00 ♦ Menganjurkan ibu pasien untuk O :
meneruskan pemberian ASI / ♦ Pasien tampak lemah
PASI dan memperbanyak ♦ Mata tampak cekung
pemberian cairan. ♦ Warna bibir tampak pucat
10.45 ♦ Mengkaji penyebab muntah dan ♦ Turgor kulit kembali dalam 1 detik
BAB encer. A :
♦ Masalah belum teratasi.
2. Kamis 09.00 ♦ Memonitor intake nutrisi. P :
05 februari 10.30 ♦ Memberikan susu formula ♦ Intervensi dilanjutkan.
2004 ( LLM ) 60 cc.
10.40 ♦ Menyendawakan pasien sesudah S :
diberi susu. ♦ Ibu pasien mengatakan anaknya
10.45 ♦ Menganjurkan keluarga pasien muntah + 4x.
untuk memberikan makanan ♦ Ibu pasien mengatakan pasien muntah
sedikit demi sedikit tapi sering apabila sehabis makan.
O :
♦ Pasien tampak lemah
♦ Konjunctiva tampak anemis
A :
♦ Masalah belum teratasi.
P :
♦ Intervensi dilanjutkan.
KEPUSTAKAAN

Doengoes, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC.


Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius.
FKUI

Anda mungkin juga menyukai