Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, yang

memiliki fungsi utama memompa darah ke seluruh tubuh. Fungsi jantung

ini dapat dilakukan dengan baik apabila kondisi dan kemampuan otot

jantung ketika memompa darah cukup baik, begitu juga dengan kondisi

katup jantung, serta irama pemompaan yang baik. Namun, apabila terjadi

kelainan pada salah satu komponen jantung, maka akan menyebabkan

gangguan dalam proses pemompaan darah oleh jantung hingga

menimbulkan kegagalan dalam memompa darah (Muttaqin, 2014)

Salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak diderita di

Indonesia adalah penyakit gagal jantung atau sering disebut dengan

Congestive Heart Failure (CHF). Pengertian gagal jantung kongestif dari

beberapa ahli diantaranya, menurut Aspiani (Aspiani, 2014) gagal

jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu

kondisi ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah guna

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Gagal jantung

kongestif merupakan kondisi ketika fungsi jantung sangat terganggu dan

menyebabkan pompa jantung tidak mampu membuat darah melalui

jantung (Marlene, 2015). Selain itu pengertian gagal jantung menurut

Riskesdas yaitu ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang


cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas pada saat

beraktifitas dan/atau saat tidur terlentang tanpa bantal, dan/atau tungkai

bawah membengkak (RISKESDAS, 2013).

Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu di

dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di dunia terbilang

cukup tinggi, yaitu 17,5 juta jiwa atau sekitar 37% kematian dari jumlah

total 58 juta angka kematian disebabkan oleh penyakit jantung (WHO,

2016). Berdasarkan data hasil Riskesdas Tahun 2013, prevalensi gagal

jantung berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 %. Data

tersebut ditentukan berdasarkan hasil wawancara terhadap responden

dengan umur ≥ 15 tahun dan berupa gabungan kasus penyakit yang

pernah didiagnosis oleh dokter atau kasus penyakit yang memiliki gejala

penyakit gagal jantung (RISKESDAS, 2013). Prevalensi penyakit gagal

jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Penderita

penyakit gagal jantung tertinggi pada umur 65-74 tahun atau sekitar

0,5% untuk yang terdiagnosis dokter, dan menurun pada umur >75 tahun

atau sekitar 0,4%. Akan tetapi prevalensi penderita gagal jantung terjadi

lebih tinggi pada perempuan yaitu sebanyak 0,2% dibandingkan dengan

laki-laki yang hanya 0,1% (RISKESDAS, 2013).

Gagal jantung diklasifikasikan menjadi gagal jantung kronik dan

akut, gagal jantung kiri dan kanan, dan gagal jantung berdasarkan

derajatnya. Tanda dan gejala yang sering terjadi adalah sesak nafas,

batuk, mudah lelah, kegelisahan yang diakibatkan gangguan oksigenasi


dan disfungsi ventrikel.

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal

jantung adalah aktual/ resiko tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada,

aktual/ resiko tinggi gangguan pertukaran gas, aktual/ resiko tinggi

ketidakefektifan pola nafas, aktual/ resiko tinggi penurunan tingkat

kesadaran, aktual/ resiko tinggi kelebihan volume cairan, dan intoleransi

aktivitas (Mutaqqin, 2009).

Menurut Suratinoyo (2016) pada pasien gagal jantung kongestif

sering kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka cenderung

sesak nafas. Seperti yang kita ketahui bahwa jantung dan paru-paru

merupakan organ tubuh penting manusia yang sangat berperan dalam

pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam darah, sehingga apabila

paru- paru dan jantung tersebut mengalami gangguan maka hal tersebut

akan berpengaruh dalam proses pernapasan. Gagal jantung kongestif

menyebabkan suplai darah ke paru-paru menurun dan darah tidak masuk

ke jantung. Keadaan ini menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru,

sehingga menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada makalah ini membahas tentang Asuhan

Keperawatan Pada Tn.F Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler

Akibat Gagal Jantung Kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF)

Di Ruang Cempaka Bawah RSU Persahabatan Jakarta Timur


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dengan menggunakan proses keperawatan, mahasiswa mampu

melakukan upaya pemecahan masalah yang ada pada kasus

pasien dengan gagal jantung kongestif dengan menggunakan

pendekatan proses asuhan keperawatan yang disusun secara

sistematis dan komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan gagal

jantung kongestif

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan gagal jantung kongestif

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan gagal jantung kongestif

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan gagal jantung kongestif

e. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada

pasien dengan gagal jantung kongestif

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi kasus, dengan

pendekatan proses keperawatan guna mengumpulkan data. Analisa data

dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bahan atau materi yang


digunakan dalam penyunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan

mengumpulkan data secara komprehensif untuk mendapatkan data dan

bahan yang berhubungan dengan penderita gagal jantung kengesif dalam

rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan

kuliah, makalah, internet, jurnal penelitian, literature atau referensi

lainny.

E. Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan

Berisi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan Penulisan,

Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II Tinajauan Teori

Konsep Dasar yang berisi Pengertian, Klasifikasi, Tanda dan

Gejala, Penyebab / etiologi, Patofisiologi, Penatalaksanaan dan Konsep

Asuhan Keperawatan Kritis

3. BAB III Kasus Asuhan Keperawatan

Tinjauan Kasus yang berisi Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.

4. BAB IV Penutup

Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Congestive Heart Failure (CHF)


1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CHF menurut beberapa ahli dan
sumber diantaranya adalah :
a. Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi
kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan
tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam
jantung masih cukup tinggi (Aspiani, 2015).
b. Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi ketika jantung tidak
dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh (Black, 2009).
c. Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2017).
d. Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu
memompa darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme dan oksigen (Nugroho, 2011).
e. Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari
oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh
jaringan tubuh secara adekuat, akibatnya adanya gangguan struktural
dan fungsional dari jantung (Sudoyo, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh, sehingga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau
terjadinya defisit penyaluran oksigen ke organ tubuh.
2. Klasifikasi
Pada CHF terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas :
Tabel 2.1
Klasifikasi penyakit gagal jantung kongestif sesuai dengan kelasnya
Klasifikasi Karakteristik
Kelas I  Tidak ada batasan aktivitas fisik
 Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea
napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas II  Gangguan aktivitas fisik ringan
 Merasa nyaman ketika beristirahat
 Aktivitas fisik biasa menimbulkan keletihan, dan palpitasi
Kela III  Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata
 Merasa nyaman ketika beristirahat
 Aktivitas fisik yang tidak biasanya menyebabkan dispnea
napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas IV  Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa
tidak nyaman
 Gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat
istirahat
 Ketidaknyaman semakin bertambah ketika melakukan
aktivitas fisik apapun
Sumber: Aspiani, 2015
3. Etiologi
Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat
menyebabkan timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang meningkatkan
preload, afterload, atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium.
Kondisi yang meningkatkan preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat
septum ventrikel. Afterload meningkat pada kondisi dimana terjadi
stenosis aorta atau dilatasi ventrikel. Pada infrak miokard dan
kardiomiopati, kontraktilitas miokardium dapat menurun. Terdapat faktor
fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa,
anatara lain adanya gangguan pengisian ventrikel (stenosis katup
atrioventrikularis), serta adanya gangguan pada pengisian dan ejeksi
ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung). Berdasarkan
seluruh penyebab tersebut, diduga yang paling mungkin terjadi yaitu pada
setiap kondisi tersebut menyebabkan gangguan penghantaran kalsium
didalam sarkomer, atau didalam sintesis, atau fungsi protein kontraktil.
Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis
yang dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk
menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ
vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah
jantung dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan
untuk memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada
tekanan vena sentral normal.
4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan dasar manusia
Menurut Potter dan Perry (2012). Handerson melihat manusia
sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan,
kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih
kemandirian. Menurut Handerson, kebutuhan dasar manusia terdiri
atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.
Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan
cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan
(kebutuhan aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan aktivitas).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal hygiene).
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan
(kebutuhan cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi
integumen (kebutuhan personal hygiene).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
(kebutuhan aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuhan
psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandug unsur prestasi
(kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
(kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan
belajar).
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan
menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis,
psikologis, sosiologis, dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1-9
termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk
komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan
spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan
sosiologis. Handerson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh
manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama hal
dengan pasien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit).
b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang
terjadi pada CHF menurut Kasron (2012), yaitu :
1) Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Pada pasien CHF gangguan kebutuhan oksigenasi terjadi karena
adanya kegagalan pada fungsi ventrikel yang menyebabkan
hambatan pengosongan ventrikel, dan pompa jantung
meningkat. hal ini akan menurunkan kemampuan jantung
memompa atau disebut dengan penurunan curah jantung.
Kemampuan jantung memompa mengakibatkan adanya
bendungan pada paru-paru dan ini mengakibatkan gangguan
pertukaran gas.
Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak
masuk ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-
paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara
udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri
berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang akan membentuk
asam didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala
sesak napas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi
apabila aliran darah dari ekstrimitas meningkatkan aliran balik
vena ke jantung dan paru- paru.
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Pada pasien CHF menurunnya kemampuan
kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap
kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh
tubuh. Apabila suplai darah kurang ke ginjal akan
mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan
akhirnya terbentuk angiotensi II mengakibatkan terangsangnya
sekresi aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air,
perubahan tersebut meningkatkan cairan ektraintravaskuler
sehingga terjadi kelebihan volume cairan dan tekanan
selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat
penimbunan cairan dalam ruang interstial.
3) Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas merupakan suatu kondisi dimana tubuh
dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Pada pasien CHF gagal
pompa ventrikel mengakibatkan forward failure sehingga curah
jantung menurun maka suplai darah kejaringan menurun, nutrisi
dan oksigen sel menurun, metabolisme sel menurun maka terjadi
lemah dan letih sehingga terjadi intoleransi aktifitas.
Kebutuhan aktivitas ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, yaitu: pemenuhan kebutuhan personal hygiene
karena kelelahan, kelemahan dalam melakukan aktivitas,
pemenuhan kebutuhan eliminasi karena penurunan frekuensi
berkemih di siang hari dan peningkatan frekuensi berkemih pada
malam hari (nokturia), pemenuhan kebutuhan psikososial karena
tidak mampu berinteraksi.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Tidur adalah status
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Pada pasien CHF terjadi gagal
pompa ventrikel kiri sehingga suplai O2 dalam tubuh akan
berkurang maka peningkatan RR (Respiratory Rate)
mengakibatkan sesak terjadi peningkatan pada malam hari,
ortopnea (sesak saat berbaring) sehingga pasien sering
terbangun maka terjadi gangguan istirahat tidur. Kebutuhan
istirahat dan tidur ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, yaitu: bekerja, belajar, dan bermain karena
menurunnya sumber energi.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel
mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1) Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu
pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea (kesulitan
bernafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal nokturnal
dispnea (PND).
2) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme.
3) Sianosis
Terjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad failure) pada
ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke
organ-organ seperti : kulit, dan otot-otot rangka
4) Batuk
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah
batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam
jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini
disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan
pada bronki.
5) Denyut jantung cepat (Takikardi)
Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk menutupi
fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
b. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas
abdomen
3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena di dalam rongga abdomen
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi
renal
5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya
pelepasan renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi aldosteron,
retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler
7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis,
sehingga cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli
6. Komplikasi
Menurut LeMone (2016). Mekanisme kompensasi yang dimulai pada
gagal jantung dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain.
Hepatomegali kongestif dan splenomegali kongestif yang disebabkan oleh
pembengkakkan sistem vena porta menimbulkan peningkatan tekanan
abdomen, asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah
kanan yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat
memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura
dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung berat
adalah syok kardiogenik dan edema paru. Gagal jantung kongestif dapat
menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain, yaitu:
a. Sistem kardiovaskuler:
Angina, disritmia, kematian jantung mendadak, dan syok
kardiogenik.
b. Sistem pernapasan:
Edema paru, pneumonia, asma kardiak, efusi pleura, pernapasan
Cheyne-Stokes, dan asidosis respiratorik.
c. Sistem pencernaan:
Malnutrisi, asites, disfungsi hati.
7. Penatalaksanaan dan Terapi
Penatalaksanaan CHF bertujuan untuk menurunkan kerja jantung,
meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan
retensi garam dan air (Aspiani, 2015). Penatalaksanaan CHF dibagi 2,
yaitu:
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Memperbaiki kontraksi miokard/ perfusi sistemik:
a) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler.
b) Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
c) Memberikan terapi medis: digitalis untuk
memperkuat kontraksi otot jantung.
2) Menurunkan volume cairan yang berlebihan:
a) Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi
cairan di jaringan.
b) Mencatat asupan dan haluaran.
c) Menimbang berat badan.
d) Restriksi garam/ diet rendah garam.
3) Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi:
a) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai
keadaan pasien.
b) Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring.
c) Mengubah posisi tidur.
d) Memperbaiki efek samping pemberian medika
mentosa; keracunan digitalis.
e) Memeriksa atau mengobservasi EKG.
4) Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan:
a) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan
prognosis, kegunaan obat-obatan yang digunakan,
serta memberikan jadwal pemberian obat.
b) Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti:
merokok, stress, kerja berta, minuman alkohol,
makanan tinggi lemak dan kolesterol.
c) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang
menyokong terjadinya gagal jantung, terutama yang
berhubungan dengan kelelahan, berdebar-debar, sesak
napas, anoreksia, dan keringat dingin.
d) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur
walaupun tanpa gejala.
e) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima
keadaan dirinya secara nyata/ realitas akan dirinya
baik.

b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja
jantung
2) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut,
vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan
kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea
berat.
3) Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang
bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut
karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume
darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena
dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan
masalah hemodinamik segera.
4) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan
afterload.
5) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan
kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekuensi
ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.
6) Inotropik positif
a) Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-
adrenergik beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini
mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi
penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah
jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan
pembuluh koroner. Pada dosis maksimal 10-20 mg/kg
BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan
meningkatkan beban kerja jantung.
b) Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip
dopamin memperbaiki isi sekuncup, curah jantung
dengan sedikit vasokonstriksi dan takikardia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Congestive Heart


Failure (CHF)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien)
(Nursalam, 2008). Pengkajian keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) menurut Aspiani, 2015; Asikin, 2016
sebagai berikut :
a. Identitas pasien
Nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, diagnosa
medis, tanggal masuk rumah sakit, dan nomor medical record.
b. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Aktivitas dan istirahat
a) Gejala :
Cepat lelah, kelelahan sepanjang hari,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
misalnya: membersikan tempat tidur dan menaiki tangga,
intoleransi aktivitas, dispnea saat istirahat atau beraktivitas,
insomnia, tidak mampu untuk tidur telentang.
b) Tanda :
Toleransi aktivitas terbatas, kelelahan, gelisah,
perubahan status mental misalnya: ansietas dan latergi,
perubahan tanda- tanda vital saat beraktivitas.
2) Sirkulasi
a) Gejala:
Riwayat hipertensi, infark miokard baru atau akut,
episode gagal jantung sebelumnya, penyakit katup jantung,
bedah jantung, endokarditis, lupus eritematosus sistemik,
anemia, syok sepsis, pembengkakan pada tungkai, dan
distensi abdomen.
b) Tanda:
Tekanan darah rendah akibat kegagalan pompa
jantung, denyut nadi teraba lemah, denyut dan irama
jantung takikardia; disritmia, nadi apikal titik PMI
menyebar dan bergerak ke arah kiri, bunyi jantung S1 dan
S2 terdengar lemah; S3 gallop terdiagnosis GJK; S4 dengan
hipertensi dan murmur sistolik diastolik dapat menandakan
adanya stenosis yang menyebabkan GJK, denyut nadi
perifer berkurang; nadi sentral teraba kuat, kulit pucat;
berwarna abu-abu; sianosis, kuku pucat dengan pengisian
kapiler yang lambat, pembesaran hati teraba, edema
dependen, dan terdapat distensi vena jugularis.
3) Integritas ego
a) Gejala:
Ansietas, stres yang berhubungan dengan penyakit atau
kondisi finansial
b) Tanda:
Berbagai macam menifestasi misalnya: ansietas, marah,
takut, dan iritabilitas (mudah tersinggung).
4) Eliminasi
a) Gejala:
Penurunan frekuensi berkemih, urine
berwarna gelap, berkemih di malam hari.
b) Tanda:
Penurunan frekuensi berkemih di siang hari dan
peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari
(nokturia).

5) Makanan/ cairan
a) Gejala:
Riwayat diet tinggi garam; lemak; gula; serta kafein,
penurunan nafsu makan, anoreksia, mual, muntah.
b) Tanda:
Edema di ekstremitas bawah, edema dependen, edema
pitting, distensi abdomen menandakan adanya asites atau
pembengkakan hati.
6) Hygiene
a) Gejala:
Kelelahan, kelemahan selama melakukan aktivitas.
b) Tanda:
Penampilan mengindikasikan adanya kelalaian dalam
perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala:
Kelelahan, pusing, pingsan.
b) Tanda:
Latergi, kebingungan, disorientasi, perubahan
perilaku, iritabilitas (mudah tersinggung).
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
a) Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau angina kronis, nyeri abdomen
bagian kanan atas (gagal jantung kanan), nyeri otot.
b) Tanda:
Gelisah, fokus berkurang dan menarik diri, menjaga
perilaku.
9) Pernapasan
a) Gejala:
Dispnea saat beraktivitas atau istirahat, dispnea pada malam
hari sehingga mengganggu tidur, tidur dengan posisi duduk
atau dengan sejumlah bantal, batuk dengan atau tanpa
produksi sputum terutama saat posisi rekumben,
penggunaan alat bantu nafas misalnya oksigen atau obat-
obatan.
b) Tanda:
Takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot bantu nafas,
pernafasan cuping hidung, batuk moist pada gagal jantung
kiri, pada sputum terdapat darah berwatna merah muda dan
berbuih (edema pulmonal), bunyi nafas terdengar lemah
dengan adanya krakels dan mengi, penurunan proses
berpikir; letargi; kegelisahan, pucat atau sianosis.
10) Keamanan
a) Tanda:
Perubahan proses berpikir dan kebingungan, penurunan
kekuatan dan tonus otot, peningkatan resiko jatuh, kulit
lecet, ruam.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi:
a) Respirasi meningkat, dispnea.
b) Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah.
c) Vena leher dengan JVP meningkat.
d) Kulit bersisik, pucat.
e) Edema kaki, skrotum.
f) Asites abdomen.
2) Palpasi:
a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau
hipertrofi ventrikel.
b) Pulsasi perifer menurun.
c) Hati teraba di bawah arkus kosta kanan.
d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta
sistemik meningkat.
e) Edema menyebabkan piting.
3) Auskultasi:
a) Suara paru menurun, basilar rates mengakibatkan cairan
pada jaringan paru.
b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi miokard
menurun. S3 meningkat, volume sisa meningkat, murmur
terkadang juga terjadi.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan Congestive Heart
Failure (CHF) adalah:
1) Pemeriksaan laboratorium :
a) Enzym hepar: meningkat dalam gagal jantung kongestif.
b) Elektrolit: berubah karena perpindahan cairan, penurunan
fungsi ginjal.
c) AGD (Analisa Gas Darah): gagal ventrikel kiri ditandai
dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan p (partial pressure of carbon dioxide).
d) Albumin: menurun sebagai akibat penurunan masukan
protein.
2) Radiologi, yaitu Rongent Thorax :
a) Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan
makin ke pinggir berkurang.
b) Lapang paru bercak-bercak karena edema paru.
c) Distensi vena paru.
d) Hidrotoraks.
e) Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3) EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertrofi
ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut
(infark miokard, emboli paru).
4) Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi
penyebab gagal jantung.
5) Kateterisasi jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau
pulmonary arterial wedge pressure > 12 mmHg dalam keadaan
istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,71/menit/ luas
permukaan tubuh.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan pasien mengenai respon
individu (pasien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat
(Nursalam, 2008). Diagnosa keperawatan pada pasien CHF menurut
Asikin (2016), yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
jantung memompakan sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan
jaringan tubuh.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolus.
c. Volume cairan berlebihan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bed rest dalam
jangka waktu lama, edema, dan penurunan perfusi jaringan.
f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya pemahaman terkait fungsi jantung, dan gagal
jantung.
3. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan adalah suatu dokumentasi tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan.
No Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Penurunan Setelah dilakukan tindakan I.02075
curah jantung keperawatan selama ...x... Observasi :
berhubungan diharapkan keadekuatan 1. Identifikasi tanda/gejala
dengan jantung memompa darah primer penurunan curah
penurunan untuk memenuhi kebutuhan jantung (meliputi
kontraktilitas metabolisme tubuh dispnea, kelelahan,
jantung meningkat. Dengan kriteria edema, peningkatan
(D.0008) hasil (L.02008): CVP)
 Tekanan darah membaik 2. Identifikasi tanda/gejala
(5) sekunder penurunan
 CRT membaik (5) curah jantung (meliputi
 Pucat/Sianosis menurun hepatomegali, distensi
(5) vena jugularis, kulit
 Distensi vena jugularis pucat)
menurun (5) 3. Monitor tekanan darah
 Bradikardia menurun (5) 4. Monitor input dan output
cairan
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor nyeri dada
7. Monitor artimia
8. Monitor nilai
laboratorium jantung
(misalnya enzim jantung,
elektrolit)
9. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi-
Fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai (misalnya
batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol)
3. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
4. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan I.08238
berhubungan keperawatan selama ...x... Observasi :
dengan agen diharapkan pengalaman 1. Identifikasi lokasi,
pencedera sensorik atau emosional yang karakteristik, durasi,
fisiologis berkaitan dengan kerusakan frekuensi, kualitas,
(D.0077) jaringan menurun. Dengan intensitas nyeri
kriteria hasil (L.08066) : 2. Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri
(5) non verbal
 Gelisah menurun (5) 4. Monitor keberhasilan
 Tekanan darah, frekuensi terapi komplementer
nadi, pola napas membaik yang sudah diberikan
(5) 5. Monitor efek samping
 Mual, muntah menurun penggunaan analgetik
(5) Terapeutik :
1. Berikan tekik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(misalnya TENS,
kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu,
pencahayaan)
3. Fasilitasi istrihatan dan
tidur
Edukasi :
1. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan I.03114
berhubungan keperawatan selama ...x... Observasi :
dengan diharapkan ekuilibrium antara 1. Periksa tanda dan gejala
gangguan volume cairan di ruang hipervolemia (misalnya
mekanisme intraselular dan ekstraseluler edema, JVP/CVP
regulasi, tubuh meningkat. Dengan meningkat, suara napas
gangguan kriteria hasil (L.05020) : tambahan)
aliran balik  Keluaran urin meningkat 2. Identifikasi penyebab
vena (D.0022) (5) hipervolemia
 Kelembaban membran 3. Monitor status
mukosa meningkat (5) hemodinamik (misalnya
 Edema menurun (5) frekuensi jantung,
 Asites menurun (5) tekanan darah, MAP,
 Tekanan darah membaik CVP,PAP,CO, CI)
(5) 4. Monitor intake dan
 Turgor kulit membaik (5) ouput cairan
5. Monitor efek samping
 Tekanan arteri rata-rata
diuretik (hipotensi,
membaik (5)
hipovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
Terapuetik :
1. Batasi asupan cairan dan
garam
2. Tinggikan kepala tempat
tidur 30o-40o
Edukasi :
1. Ajarkan melapor jika
haluaran urin <0,5
cc/Kg/jam dalam 6 jam
2. Ajarkan cara membatasi
cairan
3. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretuk
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan I.05178
aktivitas keperawatan selama ...x... Observasi :
berhubungan diharapkan respon fisiologis 1. Identifikasi gangguan
dengan terhadap aktivitas yang fungsi tubuh yang
ketidakseimba membutuhkan tenaga mengakibatkan
ngan antara meningkat. Dengan kriteria kelelahan
suplai dan hasil (L.05047) : 2. Monitor kelelahan fisik
oksigen  Frekuensi nadi meningkat dan emosional
(D.0056) (5) 3. Monitor pola dan jam
 Saturasi oksigen tidur
meningkat (5) 4. Monitor lokasi dan
 Keluhan lelah menurun ketidaknyamanan selama
(5) melakukan aktivitas
 Tekanan darah membaik Terapeutik :
(5) 1. Sediakan lingkungan
 Frekuensi napas membaik yang nyaman dan rendah
(5) stimulus (misalnya
cahaya, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatan asupan
makanan

4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam,
2008).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, dan pelaksanaan
keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon
pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat
dapat mengambil keputusan. Tahap evaluasi pada proses keperawatan
meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan
keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan
tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2008). Menurut Smeltzer,
(2017). Evaluasi keperawatan pada pasien dengan CHF, yaitu:
a. Menunjukkan peningkatan curah jantung.
b. Menunjukkan perbaikan pertukaran gas.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
d. Menunjukkan toleransi terhadap peningkatan aktivitas.
e. Menunjukkan tidak adanya tanda-tanda integritas kulit.
f. Menunjukkan pemahaman pengetahuan tentang proses penyakit.
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. F DENGAN KASUS
CHF
DI CEMPAKA BAWAH RSU PERSAHABATAN
JAKARTA TIMUR

A. Pengkajian

I. Identitas Klien

Nama : Tn. F

Umur : 42 Tahun

Jenis kelamin : Pria

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rawa Kuning Kel. Pulo Gebang

KecCakung Jakarta Timur

Suku : Batak

Pekerjaan : Buruh

MRS : 09 – 04 – 2020 jam 23:07

Pengkajian : 10 – 04 – 2012

Register : 001342977

Diagnosa medis : CHF

II. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Alasan utama MRS :

Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS


2. Keluhan Utama :

Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum MRS, timbul terutama

saat batuk, nyeri seperti tertimpa beban, skala nyeri 4 (0-10) klien juga

mengeluh cepat lelah dan letih selama beraktivitas dan sesak nafas sejak

2 hari sebelum MRS, dan apabila melakukan aktifitas sehari-hari

bertambah sesak, tidak berkurang dengan pemberian obat dari

dokter( nama lupa) serta tidur menggunakan bantal lebih dari 2. Pada

tanggal 9 April 2012 klien dibawa ke IGD RSU Persahabatan dan

dibawa ke ruang Cempaka Atas

III. Riwayat Penyakit Terdahulu

Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi sejak itu klien kontrol

ke RSU Persahabatan tapi tidak rutin

IV. Riwayat Penyakit Keluarga

V. Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi,jantung atau

DM

VI. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

Sebelum MRS klien makan 3x Sehari dengan porsi cukup saat MRS

pemenuhan nutrisi diit jantung III dengan 1700 kal, minum 750 cc/24

jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi

tidak ada. Setelah MRS pasien mengatakan perut semakin membesar,

mudah kenyang, makan < 1 piring, nafsu makan baik


b. Pola Eliminasi

BAB BAK
Frekuensi : 1x /2 hari Frekuensi :  6x /hari

Warna : Kecoklatan Warna : Kuning

Konsistensi : Lunak Konsistensi : Cair

Keluhan :- Keluhan :-
     

c. Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum MRS Setalah MRS


Frekuensi : 1x /Sehari Frekuensi : 2x /Sehari

Jam tidur siang : 2 jam Jam tidur siang : 2-3 jam

Jam tidur malam : 7-8 jam Jam tidur malam : 7-8 jam

Keluhan : Tidak ada Keluhan : Sesak, Mudah

terbangum

d. Pola Aktivitas

Sebelum MRS Klien hanya istirahat di rumah saja, tidak ada kegiatan

sehari-hari karena merasa sesak ketika melakukan aktifitas yang agak

berat. Setelah MRS klien hanya duduk dan berbaring di ranjang.

VII. Pemeriksaan Fisik

a. Status kesehatan
 Keadaan umum : Sakit sedang

 Kesadaran : Composmentis

 TTV : TD : 150/90 mmHg

N : 110 x/menit reguler

RR : 25 x/ menit

S : 36,5 oC

b. Kepala

Bentuk kepala simetri, nyeri kepala tidak ada

c. Wajah

Bentuk wajah Simetris, oedema tidak ada, sianosis tidak ada

d. Mata

Kedua bentuk mata simetris, Kelopak mata normal, konjungtiva tidak

anemis, isokor, sklera ikterik (-),reflex cahaya (+), tajam penglihatan

menurun

e. Telinga

Kedua telingan simetris, secret (-), serumen (+), membrane timpani

normal, pendengaran menurun

f. Mulut dan Faring

Stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, kelainan tidak ada

g. Leher

Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran vena jugularis (+)


h. Thoraks

Paru

Gerakan simetris, retraksi supra renal (-), retraksi intercosta (-), perkusi

resonan, ronchi -/-, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan simetris

i. Jantung

Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics

2 sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan, perkusi dullness, bunyi S1

dan S2 tunggal, Gallop (-), mur-mur (-), capillary refill 2-3 detik

j. Bising usus (+), tidak ada benjolan, nyeri tekan pada kuadran kanan

bawah, pembesaran hepar 2 jari lunak.

k. Genitalia

Tidak diperiksa

l. Ekstermitas

Akral hangat, edema (-/-), kekuatan 3/4, gerak yang tidak disadari (-)

VIII. Pemeriksaan Penunjang

           Laboratorium
            Hb                              : 11,9  g/dL

            Hematokrit                 :   35 %

            Leukosit                     :   6300 103l

            Trombosit                   :  255.000 103l

  AGD

Ph : 7.492

Po2 : 133,4

PCo2 : 23,6

HCO : 17,9

Sat O2 : 98,8 %

Na : 138 mEq/L

K : 5,3 mEq/L

Cl : 101 mEq/L

Ureum : 14 mg/dL

Kreatinin : 210 mg/dL

SGOT : 111,3 U/L

SGPT : 360 U/L

Albumin : 3,8 g/L

Gula Darah Puasa   : 97 mg/dL

Ck : 771 U/L

CKMB : 100 U/L

         Radiologi

         Hasil/kesan   : CTR > 50% (kardiomegali)


         EKG

         Tanggal : 11-4-2012

          Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada V4, Q patologis pada v1-v3

          

Tanggal : 12-4-2012

          Hasil/kesan : irama sinus, HR 110x/ mnt ireguler, axis, LAD 

IX. Terapi

Obat-obatan

 IVFD : RL 20 tts/ mnt

 Lasix :  3 x 40 mg iv

 Ascardia :1 x 80 mg

 Simvatatin : 1 x 20 mg

 Captopryl : 3 x 25 mg

 O2 : 3 liter/ mnt Nasal Kanul

 Diet Diet jantung III ( 1700 kal ), RG


A. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS Penurunan kontraksi Penurunan

 Klien mengeluh jantung akibat batas curah jantung

cepat lelah dan penegangan

letih ototjantung

 Klien mengeluh terlamapoi

nyeri dada 3

minggu sebelum
Penurunan isi
MRS, timbul
sekuncup
terutama saat

batuk, nyeri

seperti tertimpa Penurunan cardiak

beban, skala out put

nyeri 4 (0-10)

DO
Penurunan curah
 Klien tampak jantung
memegangi

dadanya

 Klien tampak

lemah

 Nadi (takikardi) :

110 x/menit
reguler  

 Ekg :

Tanggal : 11-4-

2020

             Hasil/kesan :

irama sinus, ST

elevasi pada V4, Q

patologis pada v1-v3

Tanggal : 12-4-

2012

           Hasil/kesan :

irama sinus, HR

110x/ mnt ireguler,

axis, LAD 
2. Ds : Kegagalan jantung Ketidakefektifan

dalam memompakan pola nafas


 Klien mengeluh
darah terutama
sesak nafas
kegagalan ventrikel
 Klien
kiri
mengatakan

ketika melakukan Terjadi bendungan

aktifitas sehari- diparu-paru

hari bertambah

sesak
Peningkatan takanan

kapiler paru yang


Do : menyebabkan proses

 Klien tampak difusi O2 dan CO2

lemah terganggu

 Respirasi 25 x /

menit
Ketidakefektifan pola
 TD : 150/90
nafas
mmHg
3. DS : Gagal pompa Nyeri akut

 Klien mengeluh ventrikel kanan

nyeri dada 3

minggu sebelum
Tekanan distole
MRS, timbul

terutama saat
batuk, nyeri Bendungan atrium

seperti tertimpa kanan

beban, skala Bendungan vena


nyeri 4 (0-10) sistemik

Hepar
DO :
Hepatomegali
 Klien meringis

kesakitan

 Klien tampak Nyeri akut

memegangi

dadanya

 TTV :

TD : 150/90 mmHg

N : 110x /menit

RR : 25x /menit

S : 36,5oC

B. Diagnosis Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis


C.
D. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa No Tujuan No Intervensi


SDKI Keperawatan SLKI SIKI
(D.0008) 1. Penuurunan curah (L.02008) Setelah dilakukan tindakan I.02075 Observasi :
1. Identifikasi tanda/gejala
keperawatan selama 3x24 jam
jantung primer penurunan curah
diharapkan keadekuatan jantung jantung (meliputi dispnea,
berhubungan kelelahan, edema,
memompa darah untuk memenuhi
peningkatan CVP)
dengan kebutuhan metabolisme tubuh 2. Identifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan
meningkat. Dengan kriteria hasil :
Perubahan curah jantung (meliputi
 Tekanan darah membaik (5) hepatomegali, distensi
kontraktilitas  CRT membaik (5) vena jugularis, kulit pucat)
 Pucat/Sianosis menurun (5) 3. Monitor tekanan darah
 Distensi vena jugularis menurun 4. Monitor input dan output
(5) cairan
 Bradikardia menurun (5) 5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor nyeri dada
7. Monitor artimia
8. Monitor nilai laboratorium
jantung (misalnya enzim
jantung, elektrolit)
9. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi-
Fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (misalnya batasi
asupan kafein, natrium,
kolestrol)
3. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
4. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
(D..0005) 1. Pola nafas tidak (L.01004) Setelah dilakukan tindakan (L.01014) Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam
efektif 1. Monitor frekuensi, irama,
diharapkan pola nafas pasien dalam
berhubungan kedalama dan upaya napas
batas normal dengan kriteria hasil :
2. Monitor pola nafas
dengan hambatan
 Dispnea 5 (menrun) 3. Monitor adanya sputum
upaya nafas  Penggunaan otot bantu 4. Monitor adanya sumbatan

nafas 5 (menurun) jalan nafas

 Pemanjangan fase ekspirasi 5. Monitor saturasi oksigen

5 (menurun)
Teraupetik:
 Frekuensi nafas 5
(membaik) 1. Atur intervensi pemantauan
 Kedalaman nafas 5 tergantung kondisi pasien
(membaik) 2. Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
(D.0077) 1. Nyeri Akut (L.08066) Setelah dilakukan tindakan (I.08238) Observasi :
1. Identifikasi lokasi,
keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
berhubungan
diharapkan pengalaman sensorik frekuensi, kualitas,
dengan Agen intensitas nyeri
atau emosional yang berkaitan 2. Identifikasi skala nyeri
pencedera dengan kerusakan jaringan 3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
menurun. Dengan kriteria hasil : 4. Monitor keberhasilan terapi
fisiologis
komplementer yang sudah
 Keluhan nyeri menurun (5) diberikan
 Gelisah menurun (5) 5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Tekanan darah, frekuensi Terapeutik :
nadi, pola napas membaik 1. Berikan tekik
nonfarmakologis untuk
(5) mengurangi rasa nyeri
 Mual, muntah menurun (5) (misalnya TENS, kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu,
pencahayaan)
3. Fasilitasi istrihatan dan tidur
Edukasi :
1. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
E. Implementasi Keperawatan

Hari Diagnosis
No Tindakan Keperawatan Respon TTD
Tgl keperawatan
1. Selasa,1. Pola nafas tidak 1. mengidentifikasi S:
10 tanda/gejala Monitor a. Klien mengeluh
efektif
April frekuensi, irama,
sesak nafas
2020 berhubungan kedalama dan upaya
b. Klien
dengan napas
2. Memonitor pola nafas mengatakan
hambatan
3. Memoonitor adanya
ketika melakukan
upaya nafas sputum
aktifitas sehari-
4. Memoonitor adanya
(D.0005)
sumbatan jalan nafas hari bertambah

sesak

O:
a. Klien tampak

lemah

b. Respirasi 25 x /

menit

c. TD : 150/90
mmHg Obat
masuk via IV
dengan lancar
d. Terpasang oksigen
3L/menit
e. Pola napas Teratur
f. Tidak terdapat
sumbatan jalan
nafas
2. Selasa,1. Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi,
10 a. Klien mengeluh
berhubungan frekuensi, kualitas,
April intensitas nyeri
nyeri dada 3
dengan Agen 2. Mengidentifikasi skala
2012
nyeri
minggu sebelum
pencedera 3. Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
MRS, timbul
4. Mengajarkan teknik
fisiologis
nonfarmakologis untuk
terutama saat
mengurangi nyeri
(D. 0077)
batuk, nyeri

seperti tertimpa
beban, skala

nyeri 4 (0-10)

O:
b. Klien meringis

kesakitan

c. Klien tampak

memegangi

dadanya

d. TTV :

TD : 150/90 mmHg

N : 110x /menit

RR : 25x /menit

S : 36,5oC

c. Klien tampak

mengerti cara
teknik

nonfarmakologis

untuk

mengurangi nyeri
3. Rabu, 2. Pola nafas tidak a. mengidentifikasi S:
11 tanda/gejala Monitor a. Klien mengatakan
efektif
April frekuensi, irama,
Sesak masih ada
2012 berhubungan kedalama dan upaya
napas O:
dengan
b. Memonitor pola nafas a. Klien tampak lemah
hambatan
c. Memoonitor adanya b. Respirasi 27 x /
upaya nafas sputum
menit
d. Memoonitor adanya
(D.0005)
sumbatan jalan nafas c. TD : 140/90 mmHg
Obat masuk via IV
dengan lancar
d. Pola napas Teratur
e. Terpasang oksigen
3L/menit
f. ronchi +/+
g. jalan nafas tidak ada
sumbatan
4. Rabu, 1. Nyeri Akut 5. Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi,
11 a. Klien mengeluh
berhubungan frekuensi, kualitas,
April intensitas nyeri
nyeri dadanya
2012 dengan Agen 6. Mengidentifikasi skala
nyeri
berkurang, nyeri
pencedera 7. Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
seperti tertimpa
8. Mengajarkan teknik
fisiologis
nonfarmakologis untuk
beban, skala nyeri 3
mengurangi nyeri
(D. 0077)
(0-10)

O:
a. Klien tampak
memegangi
dadanya
b. TTV :
TD : 140/90
mmHg
N : 98x /menit
RR : 27x /menit
S : 36oC

5. Kamis,3. Pola nafas tidak e. mengidentifikasi S:


12 tanda/gejala Monitor a. Klien mengatakan
efektif
April frekuensi, irama,
Sesak masih ada
2012 berhubungan kedalama dan upaya
dan berkurang
dengan napas
f. Memonitor pola nafas O:
hambatan
g. Memoonitor adanya b. Respirasi 24 x /
upaya nafas sputum menit
h. Memoonitor adanya
(D.0005) c. TD : 150/80 mmHg
sumbatan jalan nafas Obat masuk via IV
dengan lancar
d. Pola napas Teratur
e. Terpasang oksigen
3L/menit
f. Masih terdengar
ronchi
g. jalan nafas tidak
ada sumbatan
6. Kamis,2. Nyeri Akut 9. Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi,
12 a. Klien mengeluh
berhubungan frekuensi, kualitas,
April intensitas nyeri
nyeri dadanya
dengan Agen 10. Mengidentifikasi skala
2012
nyeri
berkurang, nyeri
pencedera 11. Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
seperti tertimpa
12. Mengajarkan teknik
fisiologis
nonfarmakologis untuk
beban, skala nyeri 2
mengurangi nyeri
(D. 0077)
(0-10)

O:
a. TTV :

TD : 150/80
mmHg
N : 96x /menit
RR : 24x /menit
S : 36,7oC

F. Catatan Perkembangan

No Hari/ Diagnosis Catatan Perkembangan Tanda


Tgl keperawatan Tangan
1. Kamis, Pola Nafas S :
12 April (D.0005)  Mengatakan Sesak masih
2012 ada dan berkurang

O:

 Dispnea 5 (menrun)
 Penggunaan otot bantu
nafas 5 (menurun)
 Pemanjangan fase
ekspirasi 5 (menurun)
 Frekuensi nafas 5
(membaik)
 Kedalaman nafas 5
(membaik)
 Respirasi 24 x / menit
 TD : 150/80 mmHg Obat
masuk via IV dengan lancar
 Pola napas Teratur
 Masih terdengar ronchi

 jalan nafas tidak ada


sumbatan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2. Kamis, Nyeri akut S :
12 April berhubungan  Klien mengeluh nyeri
2012 dengan
dadanya berkurang, nyeri
(D. 0077)
seperti tertimpa beban,

skala nyeri 2 (0-10)

O:
 Keluhan nyeri menurun
(5)
 Gelisah menurun (5)
 Tekanan darah, frekuensi
nadi, pola napas membaik
(5)
 Mual, muntah menurun (5)

 TTV :

TD : 150/80 mmHg
N : 96x /menit
RR : 24x /menit
S : 36,7oC
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan

Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia,

infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga

penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban

akhir.

B.   Saran

Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung kongestif ini dilakukan dengan menghindari penyebab dari penyakit ini

misalnya menjaga gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat enaknya saja tetapi

juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam, makanan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai