Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan


Dosen Pengampu: Nita Kusuma Lindarsih, SST,M.Keb.

DisusunOleh :
Kelompok 2
Nama : NIM
1. Mia Pelinda Putri 20231540101014
2. Selvi Inut 20231540101024
3. Tia 20231540101026
4. Tiara Santika 20231540101027

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES EKA HARAP)
PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
kasih dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosial Budaya
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Nita Kusuma
Lindarsih, SST,M.Keb. pada bidang Kdpk
Kami mengucapkan terimakasih Kepada Ibu Nita Kusuma Lindarsih, SST,M.Keb. yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Palangka Raya 1 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
Bab II Pembahasan............................................................................................. 2
A. Cara Penularan Mikroorganisme............................................................... 2
Bab III Penutup................................................................................................... 5
A. Kesimpulan................................................................................................ 6
B. Saran.......................................................................................................... 7
DaftarPustaka...................................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan
dimana ia tinggal. Padahal kesehatan seseorang juga sangat bergantung pada
lingkungan. Lingkungan yang bersih, aman dan nyaman tentunya akan menghasilkan
masyarakat yang sehat. Namun jika lingkungannya kotor maka akan timbul berbagai
penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Dalam Kamus Keperawatan
disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam
jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat
metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi.
Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salingberkaitan dalam rantai
infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Sebab infeksi juga
dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain dalam rantai infeksi.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri,
virus dan parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh,
terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.
Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh,
sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penularan mikroorganisme?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel
banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh
mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus
juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke orang lain yang sehat.
Beberapa penyakit menular yang umum di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian
vaksinasi serta pola hidup bersih dan sehat.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu atau
beberapa sel, berupa tumbuhan atau hewan yang biasanya hidup secara parasit maupun
saprofit, misalnya bakteri, kapang, dan amuba.

B. Perkembangbiakan mikroorganisme
1. Perkembangbiakan Aseksual
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang
paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual atau vegetatif. Reproduksi
aseksual tidak melibatkan pertukaran bahan genetik sehingga tidak terjadi variasi
genetik, suatu kerugian karena organisme tersebut menjadi terbatas kemampuannya
dalam berespon dan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan.
2. Perkembangbiakan Seksual
Perkembangbiakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta
secara terbatas terjadi pada bakteri dapat terjadi secara:
a. Oogami, bila sel betina berbentuk telur.
b. Anisogami, bila sel betina lebih besar daripada sel jantan.
c. Isogami, bila sel jantan dan betina mempunyai bentuk yang sama.

2
Reproduksi bakteri secara seksual atau generatif yaitu dengan pertukaran materi
genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik
atau rekombinasi DNA.
3. Perkembangbiakan Virus
Perkembangbiakan virus mempunyai arti yang penting, agar mengetahui bagaimana
virus masuk dan ke luar dari sel, bagaimana virus bisa mematikan atau
mentransformasi sel.

C. Cara Penularan Mikroorganisme

1. Kontak Tubuh
Kontak tubuh adalah rute utama penyebaran kuman di rumah sakit dan juga
mungkin di masyarakat. Di rumah sakit, bakteri disebarkan terutama melalui
tangan staf karena mereka sering menangani pasien dan peralatan, sehingga terjadi
peningkatan kemungkinan infeksi-silang. Hubungan antara mencuci tangan dan
penurunan angka infeksi pertama kali dibuktikan oleh Ignaz Semmelweiss dalam
serangkaian studi epidemiologi pada tahun 1940-an (Newson, 1993).
2. Penyebaran melalui udara
Penyebaran melalui udara terjadi hanya dalam jarak yang pendek untuk patogen
positif-gram dan untuk infeksi virus misalnya cacar air. Kajian ekstensif terhadap
literatur memastikan bahwa infeksi silang melalui rute ini tidak lazim diluar
lingkungan beresiko tinggi misalnya ruang operasi dan unit luka bakar (ayliffe dan
lowbury., 1982). Diruang operasi, skuama kulit yang penuh dengan stafilococcus
memperoleh akses ke jaringan yang terbuka, sering dengan mendarat di duk dari
udara. Kuman mungkin berasal dari pasien atau petugas yang hadir. Rute melalui
udara juga penting di unit luka bakar. Kulit adalah pertahanan utama terhadap
bakteri, dan apabila kulit tidak lagi utuh maka pasien menjadi sangat rentan
terhadap infeksi.
3. Makanan dan air yang tercemar
Makanan yang tercemar cepat berfungsi sebagai kendaraan bagi bakteri. Infeksi
seperti ini terjadi higiene yang buruk di rumah, restoran, tempat penjualan capat
saji, toko, dan pabrik (North, 1989; Hobbs dan Roberts 1993). Pada sebagian besar

3
kasus, pencemaran terjadi melalui tangan. Salmonella yang mencemari jari tangan
dan sumber makanan yang tercemar dapat bertahan dari pencucian tangan. Dengan
demikian penyebarah terjadi melalui rute fekal-oral. Penyebaran melalui air terjadi
di daerah dengan sanitasi yang buruk. Kolera bersifat endemik di seluruh negara
yang sedang berkembang termasuk asia dan kejadian luar biasa di inggris. Thypoid
juga ditularkan melalui air yang tercemar. Penyakit Legionnaire (Disebabkan
oleh Legionella pneumophila) menyebar melalui aerosol yang tercemar (Woo et
al., 1986); kejadian luar biasa penyakit ini pernah terjadi di inggris.
4. Vektor serangga
Vektor serangga menyebarkan infeksi melalui penularan mekanis dan biologis.
Penularan mekanis terjadi apabila patogen di pindahkan dari satu lokasi ke lokasi
lain melalui permukaan serangga, sering dengan kakinya. Lalat rumah berlaku
sebagai vektor mekanis untuk Shigella. Di rumah sakit, lalat, semut pharaoh, dan
artropoda lain mungkin mengangkut bakteri patogenik di dalam lingkungan klines
(Fotedar et al., 1992).
Penularan biologis melibatkan interaksi kompleks antara patogen dan vektor.
Plasmodium, organisme penyebab malaria, berkembang biak di dalam usus
nyamuk dan meningkatkan jumlah protozoa yang tersedia untuk dosis infeksi.
Penularan terjadi saat serangga menggigit penjamu manusia.
5. Resevoar infeksi
Resevoar infeksi terbentuk apabila kondisi yang menguntungkan mendorong
pertumbuhan dan reproduksi sejumlah besar bakteri. Resevoar dapat terbentuk di
kulit petugas atau pasien sehingga terjadi infeksi-silang. Peran resevoar
lingkungan terhadap infeksi silang bergantung pada situasi. Suatu reservoar bakteri
yang besar dalam suatu drain kecil kemungkinannya berperan dalam infeksi
nosokomial (infeksi yang diperoleh di rumah sakit) karena hanya sedikit
kesempatan terjadinya pemindahan ke individu lain yang rentan tetapi apabila
reservoar melibatkan benda-benda yang mungkin berkontak dengan pasien atau
petugas, maka resiko akan meningkat. Penelitian epidemiologis telah berperan
banyak dalam meningkatkan pemahaman kita tentang resiko infeksi dan
pengembangan petunjuk pengendalian infeksi untuk mengurangi penyebaran
penyakit. Penelitian tersebut memberikan sangat banyak bukti bahwa apabila

4
pasien mengalami infeksi atau terkolonisasi, maka organisme penyebab berasal
dari orang lain dan bukan dari tempat jauh di lingkungan.
D. Jenis Organisme Penyakit
1. Virus
Virus adalah parasit yang bukan merupakan mahluk hidup namun memiliki
materi genetik berupa asam nukleat (DNA/RNA) yang membutuhkan
keberadaan sel prokariot atau eukariot yang hidup untuk melakukan replikasi atau
perbanyakan dari asam nukleat tersebut. Virus dapat menginfeksi binatang, manusia,
tanaman, fungi, bakteri, protozoa, serangga dan hampir semua jenis mahluk
hidup. Mikroorganisme pertama yakni virus, dimana virus sendiri merupakan parasit
yang berukuran mikroskopik yang dapat menginfeksi sel organisme biologis. Virus
disebut sebagai parasit karena virus tidak memiliki kemampuan untuk bereproduksi
sendiri sehingga menginvasi dan memanfaatkan sel-sel makhluk hidup untuk
melakukan reproduksi. Sampai dengan saat ini tidak ada makhluk hidup yang mampu
bertahan terhadap serangan virus, termasuk juga manusia. Karena saat virus
menyerang tubuh manusia, maka virus tersebut akan menyusup ke beberapa sel tubuh
untuk kemudian menguasainya serta memaksa sel yang diinvasinya untuk
memproduksi bagian-bagian yang dibutuhkannya untuk melakukan reproduksi, yang
akhirnya sel-sel tersebut dibasmi oleh virus tersebut.
2. Bakteri
Bakteri mampu menduplikasikan atau memperbanyak dirinya sendiri dalam waktu
kurang dari 20 detik. Untuk bakteri sendiri ternyata dapat mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dengan kadar yang ringan maupun berat pada tubuh organisme
induknya seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Apabila bakteri masuk ke dalam
tubuh manusia maka bakteri akan terus bertambah dan berpotensi untuk memproduksi
zat kimia kuat yang dapat menghancurkan sel-sel tertentu dalam jaringan tubuh dan
tentunya membuat jatuh sakit. Bakteri yang termasuk dalam
organisme prokariot selain memiliki kegunaan, juga bisa menimbulkan kerugian
karena merupakan patogen yang umum pada mahluk hidup seperti
manusia. Contohnya adalah bakteri patogen oportunis Pseudomonas
aeruginosa yang dapat menginfeksi paru-paru sehingga dapat menimbulkan kematian.
3. Fungi

5
Fungi atau jamur diklasifikasikan terpisah dar tumbuhan dan hewan. Lebih dari
300.000 spesies diketahui tetapi seperti bakteri, sebagian besar adalah saprofit yang
tidak berbahaya. Sekitar 200 spesies menyebabkan penyakit pada manusia. Seperti
mikroorganisme lainnya, seperti jamur (misalnya Candida albicans) dapat
menyebabkan infeksi oportunistik pada orang yang mengalami gangguan kekebalan
atau (immunocompromised). Semua jamur bersifat eukariotik dan karena kemiripan
anatar sel jamur dan mamalia, maka tidak mudah untuk mengembangkan obat anti
jamur. Obat-obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur sering sangat toksik,
dan hanya sedikit yang tersedia tanpa resep (White 1991). Sebagian jamur, misalnya
ragi (yeast) mengambil bentuk yang sederhana dan eksis sebagai sel tunggal, tetapi
dapat terbentuk struktur yang lebih kompleks dengan hifa filamentosa bercabang-
cabang membentuk jalinan luas yang disebut miselium. Bentuk ini dapat dilihat
dengan mata telanjang, karena diperlukan pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi,
maka diagnosis infeksi jamur (Mikosis) dibuat di laboratorium mikrobiologi.
7. Cacing
Banyak spesies cacing (helminth) menimbulkan infestasi pada manusia. Sebagian
berukuran besar dan bersifat multisel, sementara yang lain mikroskopik. Terdapat dua
kelompok utama cacing yaitu bulat dan gepeng. Cacing gelang Ascaris
lumbricoides diperkirakan menginfeksi 1.472 juta manusia di seluruh dunia. Walau
jarang membahayakan nyawa, parasit ini merupakan penyebab utama morbiditas pada
negara-negara berkembang. Infeksi berat dapat menyebabkan gangguan usus dan
gangguan pertumbuhan. Enterobius vermicularis atau cacing kremi. Cacing ini tidak
ditularkan melalui kucing, anjing, atau hewan peliharaan lain; manusia adalah satu-
satunya pejamu. Telur tertelan, menetas di usus halus, dan bermigrasi ke usus besar,
tempat cacing ini hidup. Dalam 2 minggu cacing menjadi dewasa, kawin dan
bermigrasi ke rektum, keluar pada malam hari untuk meletakkan telurnya di kulit
perianus. Telur melekat ke kulit melalui suatu cairan lengket, yang menimbulkan gatal
hebat. Apabila korban menggaruk, maka sejumlah besar telur akan pindah ke tangan
dan kuku. Telur ini kemudian dipindahkan kembali ke mulut sehingga siklus infeksi
kembali terulang. Individu dari segala usia dapat terjangkit cacing kremi, tetapi anak
paling sering terkena. Namun, seluruh keluarga harus diobati karena telur mudah
dipindahkan ke handuk, sabun, dan taplak, dan dapat tertelan bersama makanan
apabila tersentuh oleh tangan yang tidak dicuci dengan baik. Telur dapat bertahan

6
hidup di lingkungan selama beberapa minggu. Cacing kremi tidak membahayakan
tetapi dapat mengganggu, menimbulkan rasa tidak nyaman, iritabilitas, dan kesulitan
tidur.
E. Ciri-Ciri Mikroorganisme
Karakteristik biologis mikroorganisme dapat diringkas dalam kategori berikut:
morfologi, nutrisi, fisiologi, reproduksi dan pertumbuhan, metabolisme, patogenesis,
antigenisitas, dan sifat genetik .

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangbiakkan pada mikroorganisme terdiri dari dua cara, yakni aseksual yang
meliputi pembelahan biner (binary fission), pembelahan ganda (multiple
fission), perkuncupan (budding), pembelahan tunas dan pembentukkan spora, kemudian
perkembangbiakkan secara seksual yang terdiri atas Oogami, Anisogami,
Isogami, dan Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu Konjugasi, Transduksi dan Transformasi.
Cara penularan mikroorganism terjadi melalui udara, makanan, air yang tercemar, dan
melalui vektor serangga, kontak, dan resevoar infeksi.
Jenis organisme penyakit antara lain virus, bakteri, fungi, protozoa, riketsia dan
klamidia, mikoplasma dan cacing.
B. Saran
Sebagai seorang Bidan juga perlu untuk memahami mikroorganisme yang ada di
Indonesia karena di Indonesia terdapat berbagai penyakit yang menular kapan saja
termasuk pada ibu hamil oleh sebab itu Bidan sangat perlu memahami betul tentang
mikroorganisme

8
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A., Sujono, T., Sembiring, L., dan Wahyuono, S., 2012, Uji Aktivitas

Antibakteri Isolat Actinomycetes Dari Rizosfer Padi (Oriza sativa) Terhadap

Salmonella Typhosa Dan Staphylococus aureus, Journal of Biology, 1 (1),

1–6.

Ambarwati A., Sembiring, L., Soegihardjo, C.J., 2014, Antibiotic produced by

streptomycetes associated with rhizosphere of purple nut sedge (Cyperus

rotundus L.) in Surakarta, Indonesia, African Journal of Microbiology

Research, 6 (1), 52–57.

Andrews, J., Wise, R., 2002, Susceptibility testing of Bacillus species. Journal

Antimicrob,Chemother, 49, 1040-1042.

Budiyanto, 2004, Mikrobiologi Terapan, Malang, Universitas Muhammadiyah

Malang.

Budiyanto, M., dan Muhtadi, F., 2012, Peranan Bakteri Actinomycetes dalam

Industri Antibiotik, Journal online Biosains, Volume 1, 71-85.

Ceylan, Okmen and Ugur, 2008, Isolaton of Soil Streptomyces as Source

Antibiotics active Agains-Resistant Bacteria, Journal Biosci, 2 (73), 73–82.

Choma, I., 2005, The use of thin-layer chromatography with direct bioautography

for antimicrobial analysis, LGCG Europe, 18 (9), 1–7.

Chowdhury, M., Moniruzzaman, N., Nahar and N., Choudhhury, 1991,

Production of Cellulases and Saccharification of Lignocellulolitic by

Micromonospora, Journal Microbiology and Biotechnology Springer, 7 (6),

1-8.

Devi, T. R. and Chhetry, G., 2012, Rhizosphere and non Rhizosphere Microbial

9
Population Dynamics and Their Effect on Wilt Causing Pathogen of

Pigeonpea, International Journal of Scientific and Research Publications, 2

(5), 1–4.

Gupta S. K., Sharma, A., and Bengal W., 2015, Dynamic properties of

Escherichia coli, World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences,

4 (07), 296–307.

10

Anda mungkin juga menyukai