Anda di halaman 1dari 26

TENTANG

MASUKNYA MIKROBA KE DALAM HOST

DOSEN PENGAMPU
LISNAWATI SIMANJUNTAK, M.Pd

DISUSUN OLEH :

DEVINA PUTRI
(19131984004)
RATIH KUMALA DEWI PANJAITAN
(19131984017)
RIWANDINI
(19131984018)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AS-SYIFA KISARAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam
atas segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Masuknya Mikroba Ke Dalam Host” disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Mikrobiologi.
Makalah ini berisi tentang Masuknya Mikroba Ke Dalam Host. Dalam penyusunannya
kami melibatkan berbagai pihak, kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala
dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal oleh kami, akan tetapi kami sebagai manusia
biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh
dari kata sempurna. Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca.
Besar harapan kami, makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu,
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat
dan pelajaran dari makalah ini.

Kisaran, 22 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia.................................................................2
2.2 Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan.....................2
2.3 Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan.....................6
2.4 Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit..........................................14
2.5 Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran genitouriner..................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di sekelilingnya.
Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada permukaan tubuh, di dalam mulut,
hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya. Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak
penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan,
2007). Penyakit infeksi merupakan masalah terbesar di dunia dan merupakan penyakit yang
frekuensi kejadiannya masih lebih besar daripada jenis penyakit yang lain. Penyebab penyakit
infeksi adalah bakteri, jamur, virus dan parasite (Chandra, 2007). Infeksi terjadi karena
adanya interaksi antara mikroorganisme dengan hospes dengan melalui berbagai cara baik
melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan yang berasal dari makanan, saluran
genitouriner maupun kontak langsung dengan kulit (Pelczar dan Chan, 2007).
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri, virus dan
parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun dapat
menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai
penyakit fatal (Chandra, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan?
3. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan?
4. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit?
5. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran genitouriner?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1 Memberikan penjelasan mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia
2 Memberikan penjelasan mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan
3 Memberikan penjelasan mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pencernaan
4 Memberikan penjelasan mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
kulit
5 Memberikan penjelasan mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
saluran genitouriner.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cara Masuk Mikroba ke Dalam Tubuh Manusia


Bakteri merupakan kelompok organisme mikroskopik yang tidak memiliki membran
inti sel, pada umumnya bakteri banyak mempunyai manfaat untuk kehidupan kita, peran serta
bakteri merangkup semua bagian, pangan, pengobatan dan berbagai industri. Walaupun ada
yang berguna Namun ada juga berbagai jenis bakteri atau organisme mikroskopik yang
berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan penyakit dengan cara mengifeksi tubuh
makhluk hidup, bukan hanya manusia, namun juga bisa terjadi pada tanaman dan
hewan.Infeksi merupakan Serangan yang dilakukan patogen atau benda asing yang bersifat
membahayakan tubuh inang, Infeksi bakteri atau pun patogen lainnya umumnya bisa
merugikan tubuh inang atau tubuh manusia karena bakteri atau virus menggunakan sarana
yang ada dalam tubuh kita untuk berkembang biak dan memperbanyak diri. Secara umum,
cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia dibagi menjadi 4, yaitu melalui saluran
pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan san genitouriner (Chandra, 2007).

2.2 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Pernapasan


Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga
saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga
faring. Ujung atas saluran berhubungan langsung dengan udara, sedangkan ujung bawah
saluran pernapasan mempunyai permukaan yang luas dengan dinding yang sangat tipis yang
berhubungan erat dengan pembuluh darah (Wilson, 2005).Walaupun mempunyai sistem
pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan
terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai infeksi
saluran pernapasan.
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius.
Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Saluran
pernafasan sering terinfeksi patogen, karena kontak langsung dengan lingkungan dan secara
terus menerus terpapar oleh mikroorganisme yang terdapat dalam udara yang dihirup.
Beberapa mikroorganisme sangat virulen dapat menyebabkan infeksi, minimal pada orang
yang rentan. Lingkungan saluran pernafasan yang lembab dan hangat, merupakan tempat
yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme (Wilson, 2005). Saluran pernapasan bagian
bawah sering terbebas dari mikroorganisme karena adanya lendir dan silia (Richard, 2007).
Gambar silia yang ada pada saluran pernapasan ditunjukkan oeh gambar 2.1.

Gambar 2.1 Silia yang ada pada saluran pernapasan yang menyebabkan saluran
pernapasan bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme (Sumber: Priangle,1991).

2
Penyebab infeksi pada saluran pernafasan bisa bermacam-macam dan salah satunya
adalah bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular melalui berbagai cara seperti melalui udara,
droplet, air, dan lain-lain. Terdapat beberapa bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan,
diantaranya Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Haemophilus
influenzae, Corynebacterium diphtheriae, dan Bordetella pertussis.

a. Streptococcus pneumoniae
Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram positif berbentuk
diplokokus dan seperti lanset (lihat gambar 2.2). Namun pada perbenihan tua dapat nampak
sebagai negatif Gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak berflagel). S.
pneunomiae adalah anaerob fakultatif, larut dalam empedu dan merupakan alfa hemolitis.
Selubungnya terutama dibuat oleh jenis yang virulen. S. pneunomiae tumbuh pada pH
normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat tumbuh pada suhu di bawah 25°C dan di atas 41°C,
melainkan tumbuh dengan suhu optimum 37,5°C. Glukosa dan gliserin meningkatkan
perkembangbiakannya, tapi bertambahnya pembentukan asam laktat dapat menghambat dan
membunuhnya, kecuali jika ditambahkan kalsium karbonat 1% untuk menetralkannya
(Friedman, 2005).

Gambar 2.2 Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri penyebab penyakit


pneumonia (Sumber: Priangle,1991).
Infeksinya pada manusia yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia lobaris.
Penyakit lain yang disebabkannya juga adalah sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis,
peritonitis, ulserasi kornea, dan meningitis.
Angka kematian pada penyakit pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan
keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada
tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor-faktor
lainnya.
b. Mycobacterium tuberculosis
Mikroba yang termasuk kelompok ini bersifat tahan asam, berbentuk batang halus,
tidak bergerak, tidak membentuk spora dan bersifat aerobic (Lydyard, 2009). Struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis bisa dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bakteri Mycobacterium tuberculosisyang merupakan bakteri penyebab


penyakit TBC (Sumber: Snell, 2000).

3
Mikroba ini tidak menghasilkan eksotoksin. Kandungan lipidnya sangat tinggi (20-
40% dari berat kering) bahan ini diduga sebagai penyebab resistensi pertahanan humoral,
desinfektans, larutan asam dan basa.Dinding sel yang tebal dari Mycobacterium tuberculosis
kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya, sehingga menyebabkan mikroba ini bersifat
hidrofobik dan bersifat impermeable terhadap zat warna.
Mycobacterium tuberculosis dikeluarkan melalui sputum dan saluran pernafasan.
Infeksi terjadi melalui muntahan atau saluran pernafasan. Lesion utama terjadi pada paru-
paru dan limfoglandula.Bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa menyebabkan penyakit
tuberkulosis dimana bakteri ini menyebabkan infeksi pada saluran nafas dan menyebabkan
luka pada pembuluh dalam paru-paru (Pieters, 2004). Mekanisme penyebaran bakteri
Mycobacterium tuberculosisditunjukkan oleh gambar 2.4.
 

Gambar 2.4 Mekanisme penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis(Sumber:


Rampengan, 2008).

c. Haemophilus influenzae
Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai ukuran (1 µm X 0.3 µm). Bakteri ini
berbentuk cocobacillus dan tergolong bakteri Gram negatif serta tergolong anaerob fakultatif
(Eliastam, 2001). Struktur bakteri Haemophilus influenzae ditunjukkan oleh gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bakteri Haemophilus influenzae yang biasa diasosiasikan dengan penyakit
saluran pernafasan kronik, dan merupakan penyebab penyakit-penyakit invasif seperti
meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis akut (Sumber:
Rampengan, 2008).

Pada tahun 1930, bakteri ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu koloni R yang dibentuk oleh
kuman-kuman tak bersimpai (NTHi) dan koloni S yang dibentuk oleh kuman-kuman
bersimpai.Kuman-kuman koloni S dianggap virulen dan secara serologik dibagi dalam 6 tipe
berdasarkan simpainya: a,b,c,d,e, dan f. Penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa H.

4
influenzae tak bersimpai (rough) biasa diasosiasikan dengan penyakit saluran pernafasan
kronik, terutama pada orang dewasa. Sedangkan H. influenzae bersimpai merupakan
penyebab penyakit-penyakit invasif seperti meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia,
perikarditis, dan epiglotitis akut. Salah satu jenis dari kuman bersimpai ini adalah H.
influenzae tipe b (Hib), yang merupakan penyebab sebagian besar penyakit invasif, termasuk
penyakit pneunomia dan meningitis bakterial akut pada bayi dan anak-anak (Harr, 2004).
H. influenzae sangat peka terhadap disinfektan dan kekeringan. Kuman ini tumbuh optimum
pada suhu 37°C dan pH 7,4-7,8 dalam suasana CO2 10%. Kuman ini juga tumbuh subur
sebagai satelit Stafilokokus karena Stafilokokus menghasilkan faktor V.
Infeksi oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau
batuk. H. influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas
seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik
(Eliastam, 2001).

d. Bordetella pertussis
Penyakit pertusis atau batuk rejan (whooping chough) atau batuk seratus hari
merupakan penyakit akut saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk paroksismal.
Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella pertussis yang untuk pertama kalinya diasingkan
oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906 (Harr, 2004).
Bordetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,
berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk kuman
biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik.Bentuk koloni pada
biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya. Bentuk-bentuk filament
dan batang-batang tebal umum dijumpai. Bakteri ini merupakan gram negative dan dengan
pewarnaan toluidin biru dapat terlihat granula bipolar metakromatik (Neal, 2002). Bakteri
Bordetella pertussis ditunjukkan oleh gambar 2.6.

Gambar 2.6 Bakteri Bordetella pertussisyang menyebabkan penyakit pertusis atau batuk
rejan (whooping chough) (Sumber: Chandra, 2007).

Pada Bordetella pertussis ditemukan dua macam toksin yaitu:


 Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel kuman. Sifat
endotoksin ini mirip dengan sifat endotoksin-endotoksin yang dihasilkan oleh kuman
negative gram lainnya.
 Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik. Toksin ini dibentuk di dalam
protoplasma dan dapat dilepaskan dari sel dengan jalan memecah sel tersebut atau dengan
jalan ekstraksi memakai NaCl.

5
 Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan kemudian
terhirup oleh orang sehat yang tidak mempunyai kekebalan tubuh.Setelah menghisap
droplet yang terinfeksi, kuman akan berkembang biak di dalam saluran pernafasan (Harr,
2004).

2.3 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Pencernaan


Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau
minuman dan melalui jari–jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen.
Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida (HCL) dan enzim –
enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme yang
bertahan dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A,
dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke
inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang terkontaminasi.

Gambar. 2.7 Sistem pencernaan manusia


(sumber:https://www.google.co.id/search?
q=sistem+pencernaan&biw=1024&bih=455&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKE
wiug9iRkLLAhWMm5QKHfb4B3IQ_AUIBigB#tbm=isch&q=digestiveytem&imgrc=iO6H
0W6eds8WbM%3A)

a. Jenis Penyakit Yang Ditimbulkan


1. Bakteri Salmonella sp

Gambar 2.8 Bakteri Salmonella sp. (sumber : Todar, 2008)

Habitat bakteri salmonella adalah di dalam alat pencernaan manusia, hewan, dan
bangsa burung. Oleh karena itu cara penularannya adalah melalui mulut karena
makan/minum bahan yang tercemar oleh keluaran alat pencernaan penderita. Salmonella
akan berkambang biak di dalam alat pencernaan penderita, sehingga terjadi radang usus
(enteritis). Radang usus serta penghancuran lamina propria alat pencernaan oleh penyususpan
(proliferasi) salmonella inilah yang menimbulkan diare, karena salmonella menghasilkan
racun yang disebut cytotoxin dan enterotoxin (Dharmojono, 2001).

6
Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu
menimbulkan perubahan-perubahan dalam hal warna, bau maupun rasa dari makanan
tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella di dalam suatu makanan, semakin besar
timbulnya gejala infeksi yang mengkonsumsi makanan tersebut dan semakin cepat waktu
inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi. Makanan-makanan yang sering terkontaminasi oleh
salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan hasil olehannya, daging ayam, daging
sapi serta susu dan hasil olahannya seperti es krim dan keju (Supardi dan sukamto, 1999).
Pathogenesis dari bakteri salmonella dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Proses Pathogenesis salmonella sp didalam tubuh manusia (sumber:


https://www.google.co.id/search?
q=patogenesis+salmonella+sp&biw=1024&bih=455&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=
0ahUKEwj27oOJquPLAhWFPKYKHcJtBDUQ_AUIBigB#imgrc=OO9fqZ0fScaynM%3A)

Jay (2000) menjelaskan bahwa khusus untuk S. enteritidis dapat ditemukan di dalam
telur dan ovarium ayam yang bertelur, dengan kemungkinan jalur penularannya sebagai
berikut: (1) transovarium (2) translokasi dari peritonium ke kantong kuning telur atau oviduk;
(3) mempenetrasi kerabang telur sewaktu telur bergulir menuju kloaka; (4) pencucian telur;
(5) pengolahan makanan. Salmonella akan berpenetrasi ke dalam telur dan terperangkap di
dalam membrane kemudian akan diingesti oleh embrio. Habitat utama salmonella pada ayam
adalah saluran pencernaan, termasuk caecum. Apabila salmonella ada di dalam tubuh ayam,
maka ayam akan bertindak sebagai carrier sepanjang hidupnya. Menurut Ray (2001) manusia
dapat bertindak sebagai carrier setelah terinfeksi dan menyebarkannya melalui feces untuk
waktu yang cukup lama, selain itu dapat juga terisolasi dari tanah, air, dan sampah yang
terkontaminasi feces. Salmonella di dalam tubuh host akan menginvasi mukosa usus halus,
berbiak di sel epitel dan menghasilkan toxin yang akan menyebabkan reaksi radang dan
akumulasi cairan di dalam usus. Kemampuan salmonella untuk menginvasi dan merusak sel
berkaitan dengan diproduksinya thermostable cytotoxicfactor. Salmonella ada di dalam sel
epitel akan memperbanyak diri dan menghasilkan thermolabile enterotoxin yang secara
langsung mempengaruhi sekresi air dan elektrolit (RAY,2001). Berikut penyakit yang
disebabkan oleh sallmonela sp.
a. Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare
yang diakibatkan oleh infeksi, alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna
toksin, (Tucker, 1998).Gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella merupakan infeksi

7
pada usus dan terjadi lebih dari 18 jam setelah bakteri patogen itu masuk ke dalam host. Ciri-
cirinya adalah demam, sakit kepala, muntah, diare, sakit pada abdomen (abdominal pain)
yang terjadi selama 2 - 5 hari. Spesies yang paling sering menyebabkan gastroenteritis ialah
S.typhimurium. Kehilangan cairan dan kehilangan keseimbangan elektrolit merupakan
bahaya bagi anak-anak dan orang tua. inflamaasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Cecily, Betz;
2002). Gambar penyakit gastroenteritis dapat dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Penyakit gastroenteritis.pada tubuh manusia (sumber :


http://isehat.blogspot.co.id/2012/12/gastroenteritis.html

b. Septisemia
Septikemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah
(bakteremia). Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning atau Bakteremia dengan
sepsis Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu bakterimia yang bergejala.
Septisemia oleh Salmonella menunjukkan ciri-ciri demam, anoreksia dan anemia. Infeksi ini
terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Lesi-lesi dapat menyebabkan osteomielitis,
pneumonia, abses pulmonari, meningitis dan endokarditis. Spesies utama yang menyebabkan
septisemia. Gambar penyakit septicemia dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Penyakit septicemia dijaringan kulit pada bayi (sumber: http://stek.org/health-
fitness/problems-of-septicemia/)

c. Demam-demam enteric
Salmonella Typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia. Patogenesis demam tifoid
melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri bermultiplikasi di
makrofag Peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah dan menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen intestinal. Bakteri Salmonella Typhi
bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati
lambung dengan suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding

8
usus tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch
merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Salmonella Typhi.
Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus.
Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian mengikuti aliran ke
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan
Reticulo Endothelial System(RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi,
Salmonella Typhi keluar dari habitatnya melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik
mencapai hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum
terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan
melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid intestinal dan
mesenterika untuk melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal
atau pun sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid. Manusia
merupakan host tunggal untuk S. typhi, ciri-cirinya antara lain lesu, anoreksia, sakit kepala,
kemudian diikuti oleh demam. Pada waktu tersebut S. typhi sedang menembus dinding usus
dan masuk ke dalam saluran limfa. Melalui saluran darah S. typhi menyebar ke bagian tubuh
lain. Insidensi kematian yaitu antara 2 - 10%; lebih 3% penderita demam tifoid menjadi
carrier kronik. gambar penyakit demam tifoid aat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 proses terjadinya Demam tifoid pada tubuh manusia. Sumber :
https://obatdemamtifoidblog.wordpress.com/2016/03/08/obat-demam-tifoid-qnc-jelly-gamat/)

2. Bakteri E.coli

Gambar. 2.13E.coli yang dapat menyebabkan masalah pencernaan. (sumber :


https://www.google.co.id/search?
q=patogenesis+salmonella+sp&biw=1024&bih=455&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=
0ahUKEwiKkq2BrOPLAhVLJpQKHUq4DE0Q_AUIBygB#tbm=isch&q=salmonella+sp&i
mgrc=idaepZuETUbAsM%3A)

9
Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam
saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Sebagai bakteri yang bersifat
pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa factor virulen yang membantu bakteri
menyerang induk semangnya yaitu saluran pencernaan manusia. Shiga like toxin (SLT) atau
shiga toxin yaitu Stx1dan Stx2 adalah salah satu factor virulen dari E. coli O157: H7 yang
utama. .interaksi antara entheromorphoragic E.coli (EHEC) dan sel epitel pada bakteri E.colli
dapat dilihat pada gambar 2.13.
Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam lumen usus manusia dapat masuk
ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat adanya factor virulen yang lain yaitu intimin.
Faktor virulen intimin dapat menyebabkan munculnya attaching dan effacing lesions
sehingga terjadi locus of enterocyte effacement (LEE). Bakteri EHEC menghasilkan factor
protein EspA dan EspB yang dapat membantu terjadinya penempelan pada epithel usus,
dengan dibantu adanya gene eae yang terdapat pada bakteri EHEC. Setelah bakteri EHEC
berhasil menempel pada epithel usus dan menimbulkan lesi maka bakteri dan toxin yang
telah dihasilkan dalam lumen usus dapat menembus ke bagian lapisan yang lebih dalam dan
menembus lapisan endothel sehingga masuk kedalam aliran darah. Factor virulen hemolysin
(hlyA) dikode oleh adanya factor plasmid yang terdapat di dalam bakteri EHEC. Pada
Gambar 2.14 dapat dilihat proses penempelan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
pada permukaan lumen usus. EHEC yang menempel pada sel epithel akhirnya menyebabkan
terjadinya attaching dan effacing lesion yang diikuti dengan lepasnya microvilli serta
terjadinya bentuk perlekatan “pedestal”. Kemudian Shiga toxin yang telah dihasilkan akan
masuk ke bagian yang lebih dalam dan meninggalkan lumen sehingga menyebabkan efek
sistemik.

Gambar 2.14 .interaksi antara entheromorphoragic E.coli dalam tubuh (EHEC) dan sel epitel
(Sumber : COX, J., 2000.)
Bakteri E. coli O157: H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi yang
sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi bakteri pada daging. Sedangkan kontaminasi pada susu dapat terjadi
akibat sapi perah telah terinfeksi oleh bakteri, atau kontaminasi berasal dari alat-alat
pemerahan yang digunakan. Daging dan susu yang telah terkontaminasi oleh E. coli O157:
H7 dan tidak dimasak secara sempurna dapat menyebabkan infeksi E. coli O157: H7 pada
manusia yang mengkonsumsi. Daging dan susu yang telah terkontaminasi bakteri E. coli
O157: H7 tidak memperlihatkan perubahan organoleptik baik warna, rasa, maupun bau.
Manusia yang tempat tinggalnya berdekatan dengan peternakan juga dapat terinfeksi bakteri
E. coli O157: H7 yang berada dalam peternakan tersebut. Selain disebarkan oleh ternak sapi
melalui daging dan susunya, bakteri E. coli O157: H7 juga dapat ditularkan dari manusia
10
yang telah terinfeksi ke manusia yang lainnya. Penyebaran bakteri E. coli O157: H7 dari
manusia ke manusia yang lain terjadi secara peroral. Gambar infeksi bakteri E.colli dapat
dilihat pada gambar 2.15

Gambar 2.15 Penyakit infeksi yang diakibatkan oleh E.colli. (sumber: Dharmojono,2001)

3. Shigella dysenteriae

Gambar 2.16: Shigella sp. (sumber http://microbiologyreports.hpage.co.in/shigella-


spp_40429214.html)

Disentri adalah salah satu jenis penyakit diare akut yang disertai dengan tinja cair
yang bercampur dengan darah dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disentri telah
menembus dinding kolon sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan sangat cepat
tanpa diikuti proses absorbsi air (Adnyana dkk., 2004). penyebab disentri adalah Shigella
dysentriae dengan gejala klinis meliputi nyeri perut dan demam. Shigella dysenteriae
memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf
pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik yaitu merangsang produksi
antitoksin sehingga dapat mematikan penderita. Shigella dysenteriae memproduksi
eksotoksin yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat.
Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik yaitu merangsang produksi antitoksin
sehingga dapat mematikan penderita. Gambar pathogenesis pada bakteri shigella sp dapat
dilihat pada gambar 2.17.

Gambar 2.17Proses pathogenesis shigella sp dalam tubuh manusia ( sumber: Aguskrino,


2012)

11
Shigella dysenteriae berpindah dari penderita melalui fecal-oral seperti melalui
makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses penderita, dan lalat. Shigella dysenteriae
merupakan bakteri intraseluler fakultatif. Shigella dysenteriae menyerang manusia dengan
menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa Shigella dysenteriae kemudian keluar dari
vakuola fagositik dan bermultiplikasi serta menyebar di dalam sitoplasma yang pada akhirnya
menyebar ke sel lain di dekatnya. Shigella dysenteriae yang difagosit oleh makrofag akan
merangsang terjadinya apoptosis namun sebelum apoptosis terjadi Shigella dysenteriae dapat
keluar dari vakuola fagositik dan menyerang sel disekitarnya.

4. Vibrio cholera

Gambar 2.18 Sel v.cholerae. (sumber: Howard dan Da)

Kolera adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang bersifat menular, yang
disebabkan oleh bakteri V. cholera Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air
minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak memenuhi standar (Bitton, 2005)
Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang
tidak dimasak dengan benar. Gejala-gejala penyakit kolera yang disebabkan oleh V. cholera
antara lain diare hebat, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kalau gejala diare hebat
tersebut dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat mengalami
kematian. Kematian pada penderita umumnya disebabkan oleh kasus dehidrasi (Dziejman et
al., 2002). Vibrio cholerae tidak bersifat invasif (tidak masuk ke dalam aliran darah),
sehingga pada umumnya tetap berada di saluran usus penderita. Dalam proses infeksinya,V.
cholerae virulen akan menempel pada mikrovili permukaan sel epithelial, dimana mereka
melepaskan toksin kolera (enterotoksin). Toksin kolera diserap di permukaan gangliosida sel
epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorpsi natrium.
Akibatnya penderita akan kehilangan banyak cairan dan elektrolit, walaupun secara histology
usus tetap normal (Novotny et al., 2004).

Gambar 2.19Proses patogenesis vibrio cholera pada ubuh manusia.

12
Vibrio cholera aktivitas dari enterotoksin mengaktifkan Gsprotein melalui ADP-
ribosylation. stimulasi ini mengakibatkan adanya sekresi dari ion klorida dan air paa
entrocytespada usus dan menyebabkan diare.

5. Helicobacter pylori (H. pylori)


Merupakan kuman penyebab utama penyakit gastritis pada manusia dan merupakan
faktor etiologi gastric ulcer,duodenal ulcer, gastric carcinoma dan primary gastric B-cell
lymphoma. Infeksi H. pylori sering ditemukan juga pada beberapa kasus nonulcer dyspepsia
dan merupakan prevalensi yang banyak ditemukan di dunia. Mukosa gaster terlindungi sangat
baik dari infeksi bakteri, namun H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik
terhadap lingkungan ekologi lambung, dengan serangkaian langkah unik masuk kedalam
mukus, berenang dan orientasi spasial didalam mukus, melekat pada sel epitel lambung,
menghindar dari respon imun, dan sebagai akibatnya terjadi kolonisasi dan transmisi
persisten. Urease menghidrolisis urea menjadi karbondioksida dan ammonia, sehingga H.
Pylori mampu bertahan dalam lingkungan yang asam. Motilitas bakteri sangat penting pada
kolonisasi, dan flagel H. Pylori sangat baik beradaptasi pada lambung. H. pylori
menyebabkan peradangan pada lambung terus - menerus. Respon peradangan ini mula –
mula terdiri dari penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma, dan makrofag,
bersamaan dengan terjadinya kerusakan sel epitel. Karena H. Pylori sangat jarang menginvasi
mukosa lambung, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel / melekatnya bakteri pada
sel epitel. Patogen tersebut dapat terikat pada MHC class dipermukaan sel eptel gaster dan
menginduksi terjadinya apoptosis. Epitel lambung pasien yang terinfeksi H. Pylori
meningkatkan kadar interleukin-1β, interleukin-2, interleukin-6, interleukin-8, dan tumor
nekrosis faktor alfa. Infeksi Helicobacter Pylori merangsang timbulnya respon humoral
mukosa dan sistemik. Produksi antibodi yang terjad itidak dapat menghilangkan eradikasi
infeksi, bahkan menimbulkan kerusakan jaringan. Pathogenesis pada dapat dilihat pada
gambar 2.20.

Gambar 2.20 proses patogenesis bakteri Helicobacter pylori pada manusia( dikutip dari
NEJM, 2010 )

2.4 Cara Masuk Mikroba melalui Kulit


Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang,
disebut sebagai patogen. Sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit disebut patogenisitas. Ketika suatu mikroorganisme memasuki inang yang

13
memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan
infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini
dapat menimbulkan suatu penyakit. Patogen merupakan beberapa jenis mikroorganisme atau
organisme lain yang berukuran yang lebih besar yang mampu menyebabkan penyakit
(Wilson & Price, 1995).
Suatu mikroorganisme yang bersifat patogen pertama kali harus mencapai jaringan
inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang
dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit, membrane mukosa,
atau epitel intestin, permukaan yang secara normal bertindak sebagai barrier mikroorganisme.
Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi melalui luka baik tergores,
tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan kulit luka berdarah,
dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang utuh. Permukaan mukosa
ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan
ini merupakan barrier pertama yang dilalui oleh patogen ketika memasuki inang
(Rampengan, 2008).
Contoh mikroorganisme yang masuk melalui kulit
1. Staphylococcus aureus
Salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah bisul. Bisul
adalahperadangan pada folikel rambut dan jaringan di sekitarnya (lihat gambar 2.21), yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus (lihat gambar 2.22)(Wilson et al., 1995). Bisul terjadi
ketika suatu area dari jaringan menjadi terinfeksi dan sistem kekebalan tubuh mencoba untuk
melawannya. Sel darah putih bergerak melalui dinding pembuluh darah ke daerah infeksi dan
masuk dalam jaringan yang rusak. Selama proses ini terbentuk nanah. Nanah adalah
penumpukan cairan, sel darah putih yang mati, jaringan mati, dan bakteri atau benda asing
lainnya (Medlineplus, 2012).
Bisul dapat ditularkan antara orang melalui kontak langsung dengan kulit, diantaranya
yang pertama melalui memeras, menggaruk dengan menyentuh bagian yang terinfeksi, yang
kedua menggunakan pakaian, handuk atau seperai yang belum dicuci setelah digunakan oleh
seseorang yang menderita infeksi kulit, ketiga menggunakan alat dandanan (misalnya gunting
kuku, pinset dan pisau cukur) yang telah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi
kulit, dan tidak mencuci tangan dengan teliti.

Gambar 2.21. Bisul yang menyerang punggung akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus
(Sumber: http://www.obatherbal.com.)

14
Gambar 2.22 Bakteri Staphylococcus aureus penyebab bisul
(Sumber: Wilson et al., 1995)
2. Burkholderia pseudomallei.
Bakteri Burkholderia pseudomallei adalah bakteri yang menyebabkan penyakit
Melioidosis. Bakteri tersebut hidup di bawah permukaan tanah pada musim kering tetapi
setelah curah hujan yang deras ditemukan dalam permukaan air dan lumpur dan dapat juga
naik di udara. Bakteri Burkholderia pseudomallei (lihat gambar 2.23) yang menyebabkan
meliodosis biasanya masuk ke dalam tubuh lewat luka atau borok di kulit (lihat gambar2.24)
atau melalui penghirupan debu atau titis kecil dan sangat jarang disebabkan karena minum air
yang terkontaminasi (Department of health, 2012)
Gejala meliodosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan hal ini bervariasi.
Sering bermula sebagai infeksi dada dengan gejala sulit bernafas, batuk berlendir dan demam.
Gejala lain yang mungkin muncul termasuk demam disertai sakit kepala dan kebingungan,
atau rasa sakit waktu kencing dan/atau kesulitan kencing. Orang bisa jatuh sakit 1 sampai 21
hari setelah terinfeksi dan permulaan gejala bisa tiba-tiba atau pelan-pelan. Infeksi meliodosis
dapat mematikan sehingga dibutuhkan perhatian dokter yang urgen dan pengobatan dengan
antibiotic tertentu. Dalam kasus tertentu penyakit bermula secara jauh lebih pelan dengan
gejala pengurangan berat badan, demam yang terputus-putus, sakit dada dan batuk. Ada
orang tertentu yang memiliki gejala borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau tulang.
Pernah ada juga beberapa kasus di mana penyakitnya menyebabkan orang jatuh sakit setelah
banyak tahun sudah berlalu sejak infeksi pertama. Dalam kasus-kasus tersebut, bakterinya
telah dibawa oleh yang bersangkutan dan telah menjadi aktif oleh karena sistem
kekebalannya menjadi lebih lemah. Diagnose meliodosis dibuat dengan cara
mengembangkan bakterinya melalui pemeriksaan laboratorium terhadap darah, ludah, air
kencing, atau usapan dari abses atau borok yang tidak sembuh-sembuh (Department of
health, 2012).

Gambar 2.23 Bakteri Burkholderia pseudomallei penyebab penyakit penyakit Melioidosis


(Sumber: Department of health, 2012)

15
Gambar 2.24 Luka atau borok sebagai tempat masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei
(Sumber: http://www.pediatriconcall.com.)
3. Virus Varicella zoster
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster (lihat
gambar 2.25)yang menimbulkan bintik kemerahan di kulit yang menggelembung maupun
tidak, melepuh, dan terasa gatal (lihat gambar 2.26). Masa inkubasi virus penyebab cacar ini
sekitar 2-3 minggu. Biasanya awal gejala ditandai dengan naiknya suhu tubuh (Martin, dkk.,
2009).
Virus varicella zoster dapat masuk kedalam tubuh orang lain melalui kontak langsung
dengan kulit penderita, Seperti berjabat tangan, atau bersentuhan langsung dengan gelembung
bintik yang pecah. (Martin, dkk., 2009).

Gambar 2.25virus varicella zoster penyebab penyakit cacar air


(Sumber: Martin, dkk., 2009)

Gambar 2.26Penyakit cacar air yang menyerang seluruh kulit


(Sumber: http://www.nih.gov)
4. Virus Dengue
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yangditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan
menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue,
masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal.
Demam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak, sakit kepala
hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya napsu makan, mual-mual dan
ruam. Gejala pada anak-anak dapat berupa demam ringan yang disertai ruam. Demam

16
berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapai suhu 40-41◦C
selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan gelaja lainnya yang menyertai demam
berdarah ringan. Berikutnya dapat muncul kecenderungan pendarahan, seperti memar, hidung
dan gusi berdarah, dan juga pendarahan dalam tubuh sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut
oleh dokter (lihat gambar 2.27). Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada
kegagalan saluran pernapasan, shock dan kematian. Setelah terinfeksi oleh salah satu dari
empat jenis virus, tubuh akan memiliki kekebalan terhadap virus itu, tapi tidak menjamin
kekebalan terhadap tiga jenis virus lainnya (Soekidjo, 2005).
Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan pada kulit oleh nyamuk
betina Aedes yang terinfeksi virus dengue (lihat gambar 2.28) . Penyakit ini tidak dapat
ditularkan langsung dari orang keorang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes
aegypti, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedes albopictus.
(Soekidjo, 2005).

Gambar 2.27Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akibat gejalah-gejalah yang ditimbulkan
oleh inveksi Virus Dengue
(Sumber: www.kalbemed.com)

Gambar 2.28Virus Dengue penyebab penyakit demam berdarah


(Sumber: Soekidjo, 2005)
5. Virus Rabies
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan
Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus yakni virus Rabies
(Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki peringkat 12
daftar penyakit yang mematikan (Mattosdan Rupprecht, 2001).
Rabies menyerang susunan syaraf pusat, sehingga dapat menyebabkan penyakit
diantaranya radang pada otak (Utami dan Sumiarto, 2010). Virus Rabies (lihat gambar 2.29)
dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit akibat inveksi Virus
Rabies ini sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila
sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengan kematian.
Penularan penyakit rabies ini dapat Melalui gigitan hewan yang terinfeksi oleh virus rabies
(lihat gambar 2.30) (Utami dan Sumiarto, 2010).

17
Gambar 2.29Virus Rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.
(Sumber: Priangle,1991)

Gambar 2.30penularan penyakit rabies melalui gigitan anjing yang terinveksi virus Rabies
yang mengakibatkan penyakit radang pada otak.
(Sumber: Utami dan Sumiarto, 2010).
6. Clostridium tetani.
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf pusat yang
ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan (Rampengan, 2008). Gejala klinis utama
disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh spore-forming
bakteri gram positif obligat anaerob Clostridium tetani (lihat gambar 2.31). Infeksi seringkali
timbul melalui Spora Clostridium tetani yang biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka
pada kulit karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus
Neonatorum) (Novie, dkk., 2012). Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme
otot pada daerah mulut (trismus atau lockjaw), yang akan diikuti dengan kekakuan dan
spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain (lihat gambar 2.32). 4-8 Pasien dalam
keadaan sadar penuh dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan ketakutan akan timbul
kembali spasme berulang (Novie, dkk., 2012)
Tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia meskipun telah
terjadi penurunan insidens sejalan dengan pelaksanaan program imunisasi terhadaptetanus.

Gambar 2.31.Clostridium tetani


(Sumber: Novie, dkk., 2012).

18
Gambar 2.32.Clostridium tetani yang meneyebabkanspasme otot pada daerah mulut yang
diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain
(Sumber: Novie, dkk., 2012).

2.5 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Genitouriner


Sistem genitouriner merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan
traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia
eksterna pada priadan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum;
sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium (Snell, Richard S. 2000).
Menurut Departemen Farmakologi dan Terapeutik(2007) infeksi saluran kemih adalah
sebuah kondisi medis umum yang mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas yang
signifikan. 50-60% dari wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali dalam hidup
mereka. Mencapai 10% dari wanita menopause mengalami sekali ISK setiap tahun.
Sedangkan pria memiliki insidensi ISK yang jauh lebih rendah (5 per 10.000 per tahun).
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran kemih
bagian atas atau bawah :
1. Infeksi saluran kemih bawah
a. Sistitis
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi
oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009).
Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam kandung
kemih. Infeksi kandung kemih menunjukkan adanya invasi mikroorganisme dalam kandung
kemih, dapat mengenai laki-laki maupun perempuan semua umur yang ditunjukkan dengan
adanya bakteri didalam urin disebut bakteriuria (Snell, Richard S., 2000)
Infeksi ini ditemukan pada semua umur, pria dan wanita mulai bayi baru lahir hingga
orang tua. Wanita lebih sering mengalami sistitis dibanding pria. Kejadian sistitis rata-rata
9.3% pada wanita diatas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun (Smyth &
O’Connell, 1998).
Sistitis disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, terbanyak adalah bakteri.
Bakteri gram negatif yang sering dilaporkan sebagai penyebab tersering ISK adalah
Escherichia coli. Selain itu juga ada Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Proteus
mirabilisyang juga dapat menyebabkan sititis (Smyth & O’Connell, 1998).
b. Prostatitis

19
Prostatitis terjadi pada pria. Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada
daerah perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme
otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi. Bila
prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap.
Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama
(Snell, Richard S. 2000).
2. Infeksi saluran kemih atas
a. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang ginjal. Menurut Sukandar (2006) pielonefritis dibagi menjadi dua:
1. Pielonefritis akut (PNA)
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK)
Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi
sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.

Gambar 2.33Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri


berkepanjangan(Sumber :Novie, dkk., 2012).

Menurut Coyle dan Prince (2005) dari berbagai macam penyakit ISK yang
disebabkan oleh mikroba diatas umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih
dengan tiga cara yaitu:
1. Asenden yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretradan cara inilah
yang paling sering terjadi.
2. Hematogen (desenden), disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal
yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melaluiperedaran darah.
3. Jalur limfatik, jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yangmenghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang
terjadi.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia terbagi menjadi 4, yaitu melalui saluran
perafasan, saluran pencernaan, kulit dan saluran genitouriner.
b. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pernapasan melalui berbagai cara, diantaranya
bersin, kontak dengan penderita, dan udara.
c. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pencernaan melalui berbagai cara, diantaranya
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari–jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen
d. Mikroba dapat masuk kedalam kulit melalui berbagai cara, diantaranyamealui luka
baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan
kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang
utuh
e. Mikroba dapat masuk kedalam saluran geitouriner melalui berbagai cara, diantaranya
melalui jalur asenden, desenden, dan limfatik.

3.2 Saran
Sebagai bahan pembelajaran yang menjadi dasar untuk dapat mempelajari bab-bab
berikutnya dalam mata kuliah mikrobiologi, maka penulis menyarankan agar dalam
mempelajari masuknya mikroba ke dalam host dengan sebaik mungkin agar dapat dipahami
betul maksud dari pelajaran tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai