Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INFEKSI PARASIT, INFEKSI JAMUR INFEKSI VIRUS,

INFEKSI BAKTERI

Dosen pengampuh : Albert M. Bau Mali S. Kep. Ns., MPH

OLEH :

NAMA : NATALIA I MARTINI

NIM : PO5300324019478

TINGKAT : 2B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat dari-
nya yang limpah telah memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga
terselesaikanya makalah ini yang bejudul ” INFEKSI PARASIT, INFEKSI JAMUR
INFEKSI VIRUS, INFEKSI BAKTERI ”

Saya sebagai penulis mengucapkan terima ksih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baikn secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
terselesaikanya maklahini. Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka demi menyempurnakan makalah inisaya mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Kupang, 06 Juni 2021


DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................i

Daftar isi...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................1
C. Tujuan masalah.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Observasi/ pemantauan status gizi ........................................................2


B. Kolaborasi dan rujukan .........................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………..9
B. Saran………………………………………………………………9 .

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi merupakan proses masuknya mikroorganisme (bakteri, jamur, dan virus)
ke dalam tubuh yang kemudian berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri (Radji, 2011).
Infeksi bisa terjadi dimana dan kapan saja, bahkan infeksi dapat terjadi di tempat
pelayanan kesehatan.
Tempat pelayanan kesehatan seperti klinik, laboratorium, puskesmas dan rumah
sakit merupakan suatu tempat dimana terdapat banyak orang yang ingin mendapatkan
pengobatan, perawatan dan mendapatkan kesembuhan dari suatu penyakit. Namun,
terkadang penyakit yang semula hanya memiliki satu penyebab penyakit, ketika berada di
tempat pelayanan kesehatan seorang pasien bisa mendapatkan penyakit lain karena
infeksi yang didapatkan dari tempat pelayanan tersebut, atau sering disebut sebagai
infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang infeksi parasit
2. Jelaskan tentang infeksi jamurr
3. Jelaskan tentang infeksi firus
4. Jelaskan tentang infeksi bakteri

C. Tujuan penulisan
Menambah wawawan pengetahuan penulis terkait infeksi parasite, infeksi jamur,
infeksi firus dan infeksi bakteri
BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi parasit

Penyakit parasit disebabkan oleh cacing, protozoa, dan serangga parasit,


banyak terjadi di negara berkembang serta di daerah tropis termasuk Indonesia. Hal
ini disebabkan banyak faktor yang mendukung untuk hidup dan berkembang biaknya
parasit seperti lingkungan, iklim, suhu, kelembaban, dan juga gaya hidup masyarakat
yang akan sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan parasit di Indonesia
(Natadisastra & Agoes, 2009). Lalat merupakan salah satu serangga parasit yang
hidup berdampingan dengan manusia dan sebagai vektor penyakit. Salah satu jenis
lalat yang sering ditemui adalah genus Chrysomya atau ”Blow Fly” (Talari, 2008).

Lalat hijau (Chrysomya) memberi dampak merugikan bagi manusia karena


memiliki peran pembawa mekanik patogen terhadap makanan manusia (Sembel,
2009). Penyakit yang ditularkan oleh lalat hijau adalah penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan misalnya, typus abdominalis, kolera, diare, disentri, dan
lain-lain (Maryantuty, 2007). Selain itu, lalat Chrysomya dapat menimbulkan kondisi
patologis pada manusia yaitu menyebabkan miasis (belatungan) (Natadisastra &
Agoes, 2009)

Penyakit infeksi masih banyak terjadi pada Negara berkembang. Salah


satunya adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Kecacingan
merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di masyarakat namun
masih kurang mendapatkan perhatian (Neglected diseases). Penyakit yang termasuk
dalam kelompok neglected diseases memang tidak dapat menyebabkan wabah yang
muncul dengan tiba-tiba ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan
penyakit yang secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia, kemudian dapat
menyebabkan kecacatan tetap, penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat
pula menyebabkan kematian. (Djaenudin, 2009
Infeksi Nematoda usus adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus, sebagian besar
dari Nematoda dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Penyebab penyakit kecacingan termasuk golongan cacing yang ditularkan melalui
tanah atau disebut juga STH (Soil Transmitted Helminths). Cara infeksi pada manusia
adalah dengan bentuk infektif yang ditemukan dan berkembang ditanah. (Zulkoni,
A,2010) Secara global, pada tahun 2010, diperkirakan 819 juta orang terinfeksi
Ascaris lumbricoides, 464,6 juta orang terinfeksi Trichuris trichiura dan 438,9 juta
orang terinfeksi Hookworm. Di Asia, kecacingan akibat STH mencapai 67%.3
Menurut WHO pada tahun 2013, infeksi STH terbanyak mengenai kelompok usia 6-
12 tahun atau pada tahapan usia anak Sekolah Dasar, yakni berjumlah 189 juta anak.
Berdasarkan hasil survey pada anak SD di 175 kabupaten/ kota pada tahun 2013,
prevalensi kecacingan di Indonesia sebesar 85,9% dengan rata-rata 28,12% angka
nasional. Jenis parasit cacing yang teridentifikasi pada survey tersebut adalah Ascaris
lumbricoides 60%.

Trichuris trichiura 16%, Hookworm 7%, dan jenis cacing lain 17%.
(WHO,2013) Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) lebih dari 1,5
miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths
(STH). Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar
terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, China dan Asia timur. Lebih dari 270 juta
anak-anak usia prasekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah tinggal di daerah
dimana parasit ini secara intensif ditularkan, dan membutuhkan pengobatan dan
intervensi pencegahan (WHO,2014) Masalah kesehatan masyarakat yang masih
tersebar luas di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang dengan PHBS
dan sanitasi yang buruk. Pada Tahun 2015, World Health Organization (WHO)
melaporkan lebih dari 24 % populasi dunia terinfeksi kecacingan dan 60 %
diantaranya adalah anakanak. Penyebaran penyakit ini adalah terkontaminasinya
tanah dengan tinja yang mengandung telur dan atau larva cacing. Infeksi dapat terjadi
bila telur infektif atau larva masuk ke dalam tubuh melalui mulut bersama makanan
dan minuman yang terkontaminasi telur cacing atau tercemar tangan yang kotor.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi kecacingan di
Indonesia termasuk masih tinggi terutama kecacingan yang disebabkan oleh sejumlah
cacing perut yang ditularkan melalui tanah atau yang disebut Soil Transmitted
Helminths. Infeksi cacing tambang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia,
karena dapat menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia. (Djaenudin,
2009)

B. Infeksi Jamur

Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di


negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang
sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan kelembaban udara
yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi
jamur juga didukung oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berada di
bawah garis kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan, sanitasi dan pola
hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam kehidupan seharihari masyarakat
Indonesia (Hare, 1993).

Jamur yang dapat menyebabkan infeksi antara lain Candida albicans dan
Trichophyton rubrum. Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang
menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan maupun
eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Pada genitalis wanita Candida albicans
menyebabkan vulvovaginitis yang menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi,
gatal yang hebat, dan pengeluaran sekret. Hilangnya pH asam merupakan predisposisi
timbulnya vulvovaginitis kandida. Dalam keadaan normal pH yang asam
dipertahankan oleh bakteri vagina (Jawetz et al., 1986). Candida albicans dapat
tumbuh secara optimum pada pH 4, tetapi juga dapat tumbuh antara pH 3-7 (Anonim,
2010).

Penyakit yang disebabkan oleh Candida dikenal dengan kandidiasis.


Kandidiasis adalah suatu penyakit jamur yang bersifat akut dan sub akut yang
disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai
kulit mulut, vagina, kuku, kulit, bronki, atau paru–paru. Penyakit ini ditemukan
diseluruh dunia dan dapat menyerang semua umur baik laki–laki maupun perempuan
(Kuswadji, 1987). Trichophyton rubrum adalah salah satu spesies jamur yang
menyebabkan dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit jamur yang menyerang
jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin) pada kuku, rambut dan stratum
korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Jamur
dermatofita tersebut digolongkan dalam tiga genus, yaitu Microsporum,
Trichophyton, dan Epidermophyton. Perbedaan antara ketiga genera tersebut
didasarkan pada penampilan spora dan hifa. Jamur Trichophyton rubrum merupakan
rata-rata penyebab infeksi di Indonesia (Kuswadji,1983; Volk dan Wheeler, 1990).

C. Penyakit infeksi
Setiap serotipe virus dengue dapat menimbulkan manifestasi klinis mulai dari
demam dengue (DD) sampai demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok
dengue (SSD).
Virus adalah parasite berukuran microskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis, virus hanya dapat bereproduksi dalam material hidup dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel mahluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
seluler untuk bereproduksi sendiri. Dari dulu hingga sekarang, anak-anak sering
mengalami suatu gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu.
Tetapi masih banyak orang tua yang belum mengetahui cara untuk mengetahui jenis
gangguan atau penyakit apa yang di alami anak-anak secara dini, sehingga dalam
pengobatan masih banyak orang tua yang salah dalam pengobatan.
Penyebaran suatu penyakit merupakan salah satu ancaman bagi manusia, terutama
penyakit menular yang dibawa oleh berbagai macam mikroba, seperti bakteri, parasit,
jamur dan virus. Zika adalah salah satu jenis virus yang berasal dari genus flavivirus
dengan family flaviviridae. Virus ini menyebabkan seseorang mengalami demam dan
gejala klinis lainnya yang mirip dengan gejala dengue tetapi tidak menyebabkan
kematian.
Perantara utama penyebaran virus ini adalah nyamuk Aedes sp. Nyamuk ini
berkembang luas di wilayah tropis dan subtropis dan juga menjadi penyebar penyakit
demam berdarah, chikungunya, penyakit kuning dan japanese encephalitis. Selain
melalui perantara nyamuk, fakta terbaru juga menyatakan bahwa virus Zika juga
dapat berpindah melaui hubungan seksual. Virus Zika pertama kali diidentifikasi pada
tahun 1947 pada tubuh monyet di Hutan Zika, Uganda. Selanjutnya virus tersebut
diidentifikasi pada tubuh manusia pada tahun 1952 di Uganda dan Republik
Tanzania. Wabah virus Zika telah tercatat di Afrika, Amerika, Asia dan Pasifik.
Ada konsensus ilmiah yang menyatakan bahwa virus Zika adalah penyebab
microcephaly, yaitu keadaan dimana kondisi ukuran kepala bayi lebih kecil
dibandingkan ukuran kepala ratarata bayi normal. Di samping itu, virus Zika juga
menjadi penyebab SindromGuillainBarr (SGB), yaitu peradangan akut yang
menyebabkan kerusakan sel saraf . Kasus virus Zika juga telah menyebar untuk
sementara waktu di Indonesia, namun untuk kelahiran bayi dengan microcephaly dari
penderita Zika belum ditemukan. Dengan adanya peningkatan kasus microcephaly,
maka beberapa negara mengeluarkan beberapa kebijakan terkait pencegahan
penyebaran virus Zika.
Di Inggris misalnya, semua pesawat terbang yang tiba dari negara-negara
endemik virus Zika disemprotkan dengan insektisida terlebih dahulu sebelum masuk
bandara. Di Colombia, Ekuador, El Salvador dan Jamaika, pemerintah setempat
menghimbau kaum perempuan untuk menunda kehamilan sampai diketahui lebih
banyak tentang virus Zika. Beberapa kebijakan pemerintah lainnya adalah melakukan
3M (menguras, menutup dan menimbun), membatasi kunjungan ke tempat-tempat
endemik virus Zika, dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
kebersihan dan juga SOP terkait virus Zika

D. Infeksi bakteri
Merupakan alah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu
terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang
ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Infeksi disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme : bakteri, virus, riketsia, jamur, protozoa. Organisme-organisme ini
dapat menyerang sebagian atau seluruh tubuh (Gibson, 1996). Staphylococcus
merupakan penyebab penting penyakit infeksi.
Dalam keadaan normal Staphylococcus terdapat di saluran pernafasan atas, kulit,
saluran cerna dan vagina. Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit terutama bila
daya tahan tubuh hospes sedang turun, misalnya sedang menderita infeksi virus atau
ada benda asing. Infeksi kulit Staphylococcus mungkin termasuk penyakit infeksi
yang paling sering, misalnya, lebih dari 1,5 juta kasus furunkulosis terjadi di Amerika
Serikat setiap tahunnya (Shulman et al., 1994). Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan,
nekrosis, dan pembentukan abses (Warsa, 1993).
Bakteri lain yang juga berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas
aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka dan luka bakar, menghasilkan nanah
warna hijau biru, meningitis jika masuk melalui fungsi lumbal, dan infeksi saluran
kencing jika masuk melalui kateter dan instrumen atau karena larutan irigasi.
Penyerangan pada saluran nafas, khususnya respirator yang tercemar, mengakibatkan
pneumonia nekrotika (necrotizing pneumonia).
Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang. Hal ini dapat
menyebabkan otitis eksterna ganas pada pasien diabetes. Pada bayi atau orang yang
lemah, P. aeruginosa masuk aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal, hal ini
terjadi biasanya pada pasien yang leukemia atau limfoma yang mendapatkan terapi
antineoplastik atau terapi radiasi dan pada pasien dengan luka bakar yang berat
(Jawetz et al., 2001). Dalam pengobatan penyakit infeksi, masalah yang sering timbul
adalah terjadinya resistensi. Resistensi bakteri terhadap antibiotik membawa masalah
tersendiri yang dapat menggagalkan terapi antibiotik (Wattimena, 1991). Bagi
negara-negara berkembang timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik
menyebabkan angka kematian semakin meningkat.
Selain itu cara pengobatan dengan menggunakan kombinasi berbagai antibiotik
juga dapat menimbulkan masalah resisten yaitu munculnya bakteri yang multiresisten
terhadap antibiotik (Tjay dan Rahardja, 2002). Meluasnya resistensi mikroba terhadap
obat-obatan yang ada, mendorong pentingnya penggalian sumber antimikroba dari
bahan alam. Tanaman obat diketahui potensial dikembangkan lebih lanjut pada
penyakit infeksi namun masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara
ilmiah (Hertiani et al., 2003 ). Isolasi dan identifikasi senyawa stilbenoid dari
tumbuhan famili Dipterocarpaceae telah banyak dilaporkan (Sotheeswaran and
Pasupathy, 1993). Senyawa-senyawa stilbenoid dilaporkan memiliki berbagai
aktivitas biologis yang menarik, salah satunya adalah distichol yang diisolasi dari
Shorea disticha sebagai antibakteri (Sultanbawa et al., 1987). Shorea accuminatissima
termasuk dalam famili Dipterocarpaceae sehingga diperkirakan mengandung senyawa
stilbenoid yang mempunyai aktivitas antibakteri. Beberapa oligostilbenoid atau
resveratrol seperti shoreaketon berhasil diisolasi dari ekstrak aseton Shorea uliginosa
(Ito et al., 2005). Selain itu, vateriafenol A dan vateriafenol B juga berhasil diisolasi
dari ekstrak aseton Vateria indica (Ito et al., 2003).
Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh
terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
endotoksin oleh bakteri negatif Gram dan eksotoksin oleh bakteri positif Gram.
Sepsis merupakan respons sistemik pejamu terhadap infeksi berupa patogen atau
toksin yang dilepaskan ke sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi
(Chen & Pohan, 2009).
Sepsis berkembang akibat aktivasi mekanisme pertahanan pejamu yang
berlebihan dalam menanggapi infeksi sistemik, bukan merupakan efek langsung dari
mikroorganisme. Sepsis dapat disertai dengan demam, leukositosis, dan kolapsnya
sistem sirkulasi sehingga membutuhkan pengenalan dan penanganan segera (Balk,
2000; Bachud & Calandra, 2003). Infeksi bakteri dan sepsis masih merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada kasus kritis di intensive care units
(ICU) di dunia (Kofoed et al., 2007). Kasus kematian akibat sepsis di Amerika
Serikat dalam periode 1999-2014 dilaporkan meningkat 31% dari 139.086 (1999)
hingga 182.242 (2014) kasus (CDC, 2016). Deteksi dini dan akurat infeksi bakteri
sangat penting pada keadaan darurat medis.
Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari penanda infeksi yang dapat
memprediksi bakteremia. Penanda baru sepsis yaitu prokalsitonin memiliki nilai
akurasi yang lebih baik dari penanda sebelumnya, namun dibatasi oleh harga yang
relatif mahal dan tidak semua sarana kesehatan mampu menyediakannya terutama di
daerah (Jager, 2010; Longxiang, 2012).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi merupakan proses masuknya mikroorganisme (bakteri, jamur, dan
virus) ke dalam tubuh yang kemudian berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri (Radji, 2011).
Infeksi bisa terjadi dimana dan kapan saja, bahkan infeksi dapat terjadi di tempat
pelayanan kesehatan.
Penyakit parasit disebabkan oleh cacing, protozoa, dan serangga parasit,
banyak terjadi di negara berkembang serta di daerah tropis termasuk Indonesia. Jamur
merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di negara-negara
tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di
tengah masyarakat Indonesia. Virus adalah parasite berukuran microskopik yang
menginfeksi sel organisme biologis, virus hanya dapat bereproduksi dalam material
hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel mahluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. . Infeksi merupakan
penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke
manusia. Infeksi disebabkan oleh berbagai mikroorganisme : bakteri, virus, riketsia,
jamur, protozoa

B. Saran
Penulis menyaran untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama
yang terkait dengan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau
dari hewan ke manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai