Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GIZI & DIET

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN CACINGAN

Dosen Pengampu : Muáwanah, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

KELOMPOK 34 :

1.DONI SATRIO MEGANTORO (58)

2.DWI NUR INTAN LIANA (59)

3.LUKMAN NDOKO (60)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA


TIGA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan
karunia-Nya, memberikan kelancaran kelompok kami untuk menyusun tugas terstruktur berupa
makalah yang berjudul “Pencegahan dan Penanganan Cacingan”. Makalah ini sebagai bentuk
refleksi diri atas berbagai sumber dan pengetahuan akan problematika penyakit cacingan.
Dimana cacingan sudah menjadi penyakit yang cukup familiar, dianggap sepele karena
implikasinya terkesan tidak begitu mematikan. Padahal jika dittelusuri lebih dalam, ternyata
cacingan juga dapat menjadi penyakit yang serius jika dibiarkan.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas secara sederhana mengenai apa itu
cacingan dan bagaimana cara untuk pencegahan serta penanganannya. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Walaupun, masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan dan tata penulisan, penulis sangat terbuka dalam menerima saran, masukan
dan koreksi. Demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Blora, 8 Agustus 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................................................2
BAB II HASIIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Kecacingan.......................................................................................................3
B. Jenis-jenis Cacing yang Menginfeksi Manusia................................................................3
C. Penyebab Kecacingan.........................................................................................................5
D. Cara Mencegah dan Menaggulangi Kecacingan.............................................................6
BAB III PENUTUP........................................................................................................................8
A. Simpulan..............................................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit cacingan atau kecacingan menjadi masalah yang cukup serius di
Indonesia. Penyakit cacingan sering dianggap sebagai penyakit yang sepele oleh sebagian
besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini dapat menurunkan tingkat kesehatan,
misal anemia, gangguan tumbuh kembang, gangguan perkembangan kognitif, malas
beraktifitas serta berat badan rendah. Untuk kasus infeksi berat dapat berakibat fatal.
Kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, salah satunya melalui makanan atau
minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah. Berkembangnya penyakit ini
dipengaruhi banyak factor mulai dari iklim tropis, kebersihan tubuh yang buruk, sanitasi
lingkungan yang jelek, pemukiman yang padat dan lembab. Selain itu, air yang kurang
bersih, makan dengan kuku kotor, serta benda-benda yang terkontaminasi dapat
membantu penyebaran cacing atau larva.
Data dari World Health Organization (WHO) 2016, sekitar lebih dari 1,5 milyar
orang atau sekitar 24% penduduk dunia terinfeksi STH. Angka kejadian terbesar berada
di sub-Sahara Afrika, Amerika, China dan Asia Timur. Menyebutkan 55 juta anak
Indonesia masih membutuhkan tindakan pencegahan cacingan. Cacingan dapat
menyerang semua orang, akan tetapi anak-anak paling rentan. Cacingan juga bukan untuk
orang kurus dan tidak ada hubungannya dengan kemiskinan.
Infeksi yang terjadi pada saluran cerna dapat memberikan pengaruh terhadap
status gizi, salah satunya yaitu infeksi kecacingan yang diaibatkan kelompok cacing Soil
Transmitted Helminthes (STH) yatu cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk
(Trichuris trichuira), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Nectar
americanus). Anak dengan infeksi cacing ini akan mengalai malabsorbsi, inflaasi dan
penurunan asupan makan karena nafsu makan yang kurang saat infeksi.
World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk
terinfeksi Ascaris, 740 juta terinfeksi cacing tambang, 795 juta terinfeksi trichuris.
Prevalensi tertinggi ditemukan di negara negara yang sedang berkembang. Prevalensi
kecacingan di Indonesia masih tinggi, yatu 45 65%. Wilayah wilayah tertentu dengan
sanitasi yang buruk, prevalensi kecacingan dapat mencapai 80%. Aceh merupakan
dengan provinsi tertinggi kedua terinfeksi kecacingan di Indonesia, dengan prevalensi
59,2%. Pemerintah Indonesia menetapakan program penanggulangan cacingan dengan
target reduksi cacingan berupa penurnan prevalensi kecacingan sampai dengan angka di
setiap daerah kabupaten/kota. Hal tersebut yang melatarbelakangi disusunnya makalah
ini, karena banyaknya prevalensi angka kecacingan bak di dunia maupun di Indonesia.
Adanya makalah ini, akan membahas dan mengedukasi secara sederhana mengenai
kecacingan ditinjau dari definisi dan penjelasannya serta bagaimana cara untuk
melakukan penanggulangan dan pencegahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kecacingan dan siapa yang dapat terinfeksi
kecacingan?
2. Apa saja jenis cacing yang dapat menginfeksi manusia?
3. Apa saja penyebab kecacingan?
4. Apa dampak dan gejala yang dirasakan oleh orang yang kecacingan?
5. Bagaimana cara untuk mencegah dan menanggulangi kecacingan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kecacingan dan mengetahui siapa yang dapat teinfeksi
kecacingan.
2. Untuk mengetahui macammacam/jenis cacing yang dapat menyebabkan
kecacingan
3. Untuk mengetahui penyebab kecacingan pada manusia
4. Untuk mengetahui dampak dan gejala orang yang terinfeksi kecacingan
5. Untuk mengetahui cara mencegah dan menanggulangi kecacingan

D. Manfaat
1. Menjadi eduksi bagi para pembaca terkait wawasan akan penyakit kecacingan.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan persuasif untuk pembaca akan pentingnya hidup
sehat terhindar dari kecacingan
3. Untuk melengkapi tugas terstruktur pada mata kuliah Gizi & Diet
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecacingan
Cacing adalah salah satu parasite yang bisa masuk ke dala tubuh sehingga
menyebabkan gejala penyakit. Kondisi ini disebut cacingan. Cacingan sendiri merujuk
pada infeksi cacing dala tubuh manusia. Kecacingan adalah infestasi satu arah atau lebih
cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematode usus (WHO, 2011). Penyakit
cacingan merupakan kondisi tubuh manusia yang terinfeksi cacing atau parasit yang
tinggal di dalam usus. Cacingan merupakan parasite manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan, manusia merupakan hospesbeberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada
nematoda ini menyebabkan maslah kesehatan masyarakat di Indonesia (Yulianto, 2007).
Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit usus dengan
prevalensi yang cukup tinggi dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Kecacingan
dilaporkan jarang menyebabkan kematian namun mapu mempengaruhi kesehatan dan
produktivitas penderita melalui penurunan status gizi.
Kecacingan dapat menyerang manusia tidak mendang bulu, siapa saja dan semua
kategori usia. Tetapi, anak-anak usia sekolah dasar dilaporkan sebagai penderita yang
mendominasi dalam kasus kecacingan. Kondisi ini disebabkan anak-anak senang bermain
di tanah, mereka senang berinteraksi dengan teman mereka, berbagi permainan, pelukan
dan banyak hal lain yang sering dilakukan anak dalam perkembangan sosialnya (Fardan,
2013). Cacing yang masuk ke tubuh dapat menyerap nutrisi dan berkembang biak dala
jumlah banyak. Itulah mengapa, pengidap cacingan akan mengalami kekurangan nutrisi
dan gangguan kesehatan lainnya. Bukan hanya menyerang sistem pencernaan, cacingan
pada anak juga kerap menyerang organ lainnya seperti paru-paru, kulit, bahkan otot.

B. Jenis-jenis Cacing yang Menginfeksi Manusia


1. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
Jenis cacing satu ini sangat mudah ditemukan di tanah. Ketika anak-anak
bermain tanah, telur cacing kremi rentan menempel di kuku, sela-sela tangan, dan
bagian tubuh lainnya. Bila anak-anak tidak mencuci tangan sebelum makan,
kemungkinan besar telur cacing tersebut akan tertelan bersama makanan. Cacing
kremi yang baru menetasakan hidup menempel di usus besar dan menyerap
nutrisi tubuh. Selanjutnya, cacing kremi betina yang sudah dewasa akan menuju
ke anus untuk menetaskan telur-telurnya. Itulah sebabnya, penyakit cacingan
akibat jeniscacing ini sering membuat bagian sekitar anus terasa gatal. Berikut
tanda terinfeksi cacing kremi :
 Gatal yang terusmenerus di sekitar anus
 Susah tidur karena merasakan gatal di sekitar anus
 Sekitar anus terasa nyeri dan terjadi iritasi
 Terdapat cacing kremi pada feses
 Kurang nafsu makan
Cacing kremi dapat dilihat di area anus setelah penderita tertidur 2-3 jam.
Kemungkinan besar, dapat dilihat di toilet setelah penderita dari kaar mandi. Ciri-
ciri cacing kremi yang menyebabkan cacingan yaitu wujudnya seperti potongan
benang kecil berwarna putih.

2. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)


Cacing gelang adalah cacing yang sering berada di lingkungan yang
kurang bersih dan tinggal di daerah dengan suhu hangat. Berbeda dengan cacing
kremi yang wujudnya kecil, cacing gelang dewasa yang berkembang biak di usus
memiliki cir-ciri tubuh panjang, sekitar 10-35 cm.. Cacing gelang masuk ke tubuh
manusia melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi telur cacing.
Jenis cacing ini biasanya tidak menunjukkan gejala spesifik. Baru dapat
diidentifikasi bila ada cacing yang keluar bersama feses. Cacing gelang hidup di
usus halus sebagai parasit yang mengambil nutrisi tubuh anak. Kadang, jenis
cacing ini juga sering berpindah ke paru-paru dan menimbulkan gejala batuk.
Berikut tanda terinfeksi cacing gelang :
 Batuk
 Nyeri perut
 Mual bahkan muntah
 Berat badan turun
 Tampak cacing pada feses
 Lesu
 Demam

3. Cacing Pita (Taenia sp.)


Cacing pita atau Cestoda dapat dikenali dari bentuknya yang tampak
seperti pita, yaitu pipih dengan ruas-ruaspada seluruh tubuhnya. Panjang cacing
pita dewasa dapat mencapai 25 meter dan dapat bertahan hidup selama 30 tahun.
Infeksi yang disebabkan cacing pita mirip dengan kondisi cacingan akibat cacing
gelang, yakni sama-sama tidak menunjukkan gejala spesifik. Cacing pita hidup
dala tubuh dengan cara menempelkan kepala pada dinding usus. Sementara itu,
bagian ekornya terusbertumbuh dan memanjang hingga menghasilkan banyak
telur. Serangan cacing pita yang sudah sangat parah bisa menyebabkan kerusakan
jaringan dan organ tubuh. Resiko menelan cacing ini biasanya jika makan daging
sapi atau babi tidak matang. Berikut adalah tanda orang yang terinfeksi cacing
pita :
 Mual
 Sakit perut
 Nampak lemah dan lemes
 Hilang nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Jika gejala cacing pita telah menyebar di bagian tubuh, kemungkinan akan
menyebabkan kerusakan organ dan jaringan
4. Cacing Tambang (Necator americanus dan Acylostoma duodenale)
Panjang cacing itambang biasanya sekitar 5-13 milimeter. Cacing tambang
masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit kaki. Di dalam tubuh, cacing
tambang akan menempelkan kepala untuk menghisap darah dari usus. Bahkan,
jenis cacing ini juga dapat berpindah ke jantung dan paru-paru melalui aliran
darah. Cacingan yang disebabkan jenis cacing ini rentan membuat anak mengalai
anemia dan mengalai penurunan kecerdasan. Sebab, darah dan kadungan nutrisi
lainnya diserap oleh cacing yang ters-menerus tumbuh dan berkembang
biak.Berikut adalah ciri orang yang terinfeksi cacing tambang :
 Nyeri perut hilang timbul
 Diare
 Mual
 Demam
 Anemia
 Tidak nafsu makan
 Gatal pada area dimana larva masuk ke dalam kulit
 Tidak nafsu makan
 Gatal pada area dimana larva masuk ke dala kulit
 Ditemukan darah pada feses jika usus mengalai infeksi akibat cacing

5. Cacing Pipih
Cacing ini hidup di darah, usus atau jaringan tubuh manusia. Sebenarnya
cacing pipih lebih benyak menginfeksi hewan daripada manusia. Telur cacing
piph juga bisa masuk ke dala tubuh manusia melalui air minum yang terkontainasi
telur acaing.

6. Cacing Trichinella
Cacing trichinella merupakan salah satu jenis cacing gelang yang dapat
menyebabkan penyakit trichinosis. Jenis cacing ini terdapat pada daging matang
yang sudah dihinggapi larva cacing. Setelah masuk ke dalam tubuh, larva berdia
di usus manusia dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah itu, larva akan berkembang
biak dan berpindah dari usus ke otot atau jaringan tubuh yang lain.

C. Penyebab Kecacingan
Faktor risiko penyebab tingginya prevalensi penyakit cacingan adalah rendahnya
tingkat sanitasi pribadi (perilaku hidup bersih dan sehat) dan buruknya sanitasi
lingkungan. Perilaku yang dimaksud pada anak sering tidak mencuci tangan sebelum
makan dan setelah buang air besar, tidak menjaga kebersihan kuku, jajanan di
sembarangan tempat yang kebersihannya tidak terpelihara, BAB tidak di WC seingga
oleh feses yang mengandung telur cacing mencemari tanah serta kurangnya ketersediaan
sumber air bersih. Kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, salah satunya
melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah.
Berkembangnya penyakit ini dipengaruhi banyak factor mula dari iklim tropis,
kebersihan tubuh yang buruk, sanitasi lingkungan yang jelek, pemukiman yang padat dan
lembab. Selain itu, air yang kurang bersih, makan dengan kuku kotor, serta benda benda
yang tekontaminasi dapat membantu penyebaran cacing atau larva.
Prevalensi penyakit kecacingan masih tinggi terutama di daerah beriklim tropis
dan subtropis. Hal ini disebabkan telur dan larva cacing dapat berkembang dengan baik di
tanah yang basah dan hangat. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang
memiliki kelembaban udara yang tinggi. Tingkat ekonomi dan sosial masyarakat
Indonesia belum merata sehingga pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan bersih belum baik. Hal ini yang menyebabkan penularan
telur cacing lebih mudah di Indonesia sehingga masyarakat dapat mengalami penyakit
kecacingan (Kusmi, 2014). Berikut beberapa cara bagaimana cacing dapat masuk ke
dalam tubuh dan menyebabkan seseorang mengalami cacingan :
1. Menyentuh benda yang telah terkontaminasi telur (larva) cacing lalu
memasukkan tangan ke mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
2. Mengkonsumsi makanan atau cairan yang terkontaminasi telur (larva) cacing,
misalnya air minum yang berasal dari tanah, sungai, atau danau.
3. Menyentuh tanah yang terkontaminasi telur (larva) cacing secara langsung
tanpa menggunakan alas kaki atau sarung
4. Mengonsumsi daging sapi atau babi yang mentah atau tidak dimasak hingga
matang
5. Bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk
6. Tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
8. Kurangnya kesadaran dan edukasi akan pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan akan penyakit atau infeksi seperti cacingan

D. Cara Mencegah dan Menaggulangi Kecacingan


Pemerintah telah berusaha melakukan upaya pemberantasan penyakit cacingan
dengan pemberian obat massal, promosi gaya hidup sehat dan sanitasi yang bersih.
Pencegahan terhadap infeksi cacingan cukup mudah dilakukan dengan menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu cuci tangan pakai sabun setelah buang air
besar, sebelum makan, menggunting kuku, dan menggunakan alas kaki, menggunakan air
bersih untuk kebutuhan rumah tangga, menjaga kebersihan dan keamanan makanan,
menggunakan jamban sehat, mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat.
Melalui program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya pencegahan
cacingan dikalangan anak sekolah maka ketertlibatan institusi pendidikan perlu
memperhatikan keberadaan lingkungan sekolah terutama pengadaan jamban sehat sesuai
kebutuhan, penyediaan air bersih, kantin sekolah dan tetap membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
Pengetahuan itu sendiri adalah hasil dari tahu, dan ini tejadi setelah orang
melakukan penginderaan tehadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,
2016).
Pengendalian penyakit cacingan sangat penting dilakukan untuk menurunkan
prevalensi penyakit ini agar dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam
mewujudkan Indonesia yang sehat. Cara utama dalam mengendalikan penyakit cacingan
adalah dengan memutus mata rantai lingkungan hidup cacing, yang dapat dilakukan pada
tingkatan cacing di lingkungan, tubuh manusia, sosial dan budaya. Upaya dala mengatasi
kejadian penyakit kecacingan, tidak cukup dengan melakukan pengobatan saja. Namun,
ada faktorfaktor lain yang berperan dalam penunjang pencegahan penyakit ini, yaitu
pengetahuan (Eryani, 2015).
Pengetahuan tentunya dimula dari lingkungan keluarga, yaitu dengan cara
menanamkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, menggunakan toilet dengan
benar dan tepat, setelah toilet cuci tangan menggunakan sabun, memotong kuku,
membuang sapah pada tempat yang disediakan. Semuanya dapat ditanamkan sejak dini
sehingga anak anak terbiasa hidup bersih bak di lingkungan keluarga maupun di
lingkungan sosialnya. (Permenkes RI, 2017). Langkah langkah yang diberikan untuk
pencegahan cacingan antara lain :
1. Mandi setiap hari
2. Menggunakan air bersih dan sabun
3. Gunting kuku secara teratur Kuku bisa menjadi tempat mengendap kotoran
yang mengandung telur atau larva cacing
4. Biasakan untuk cuci tangan dengan sabun, lakukan setiap kali setelah
memegang benda benda kotor atau seelum makan
5. Biasakan untuk memakai alas kaki sandal/sepatu saat keluar rumah, terutama
bila berjalan di tanah
6. Bila ingin memakan sayuran mentah (lalapan) atau buah buahan, cucilah
dengan air bersih yang mengalir. Bila perlu gunakan sabun yang bisa
digunakan untuk mencuci sayuran dan buah buahan agar bersih dari hama
7. Pelihara kebersihan llingkungan, baik di dala maupun di halaman rumah
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Penyakit cacingan merupakan kondisi tubuh manusia yang terinfeksi cacing atau
parasit yang tinggal di dalam usus. Cacingan merupakan parasite manusia dan hewan
yang sifatnya merugikan, manusia merupakan hospesbeberapa nematoda usus. Sebagian
besar daripada nematoda ini menyebabkan maslah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kecacingan dapat menyerang manusia tidak mendang bulu, siapa saja dan semua kategori
usia. Tetapi, anak-anak usia sekolah dasar dilaporkan sebagai penderita yang
mendominasi dalam kasus kecacingan. Kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai
cara, salah satunya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau
melalui tanah. Berkembangnya penyakit ini dipengaruhi banyak factor mulai dari iklim
tropis, kebersihan tubuh yang buruk, sanitasi lingkungan yang jelek, pemukiman yang
padat dan lembab. Selain itu, air yang kurang bersih, makan dengan kuku kotor, serta
benda-benda yang terkontaminasi dapat membantu penyebaran cacing atau larva.
Pencegahan terhadap infeksi cacingan cukup mudah dilakukan dengan menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu cuci tangan pakai sabun setelah buang air
besar, sebelum makan, menggunting kuku, dan menggunakan alas kaki, menggunakan air
bersih untuk kebutuhan rumah tangga, menjaga kebersihan dan keamanan makanan,
menggunakan jamban sehat, mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat.

B. Saran
Tentunya penyusun menyadari jika dala penyususnan makalah di atasmasih
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya akan segera dilakukan
perbakan susunan maklaah dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Annida, Deni Fakhrizal, Juhariyah, Budi Harani, 2018. GAMBARAN STATUS GIZI DAN
FAKTOR RISIKO KECACINGAN PADA ANAK CACINGAN DI MASYARAKAT
DAYAK MARATUS, KECAMATAN LOKASODO, KABUPATEN HULU SUNGAI
SELATAN. Journal Of Health Epidemology And Communicable Diseases, 28 Desember,
Volume 4, p. 54 64.

Ganda Sigalingging, Selli Dosriani Sitopu, Dita Wiranti Daeli, 2019. PENGETAHUAN
TENTANG CACINGAN DAN UPAYA PENCEGAHAN KECACINGAN. JURNAL
DARMA AGUNG HUSADA, 2 Oktober, Volume VI, p. 96 104.

Kurniawan, A., 2020. MENGENAL PENYAKIT CACINGAN BESERTA GEJALA,


PENYEBAB DAN CARA MENCEGAHNYA. 1 JULI, p. 1.

Mardiati, Fury Maulina, Muhammad Sayuti, 2020. HUBUNGAN INTERPRETASI WHO


ANTROPOMETRI ZSCORE DAN INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA 36 60
BULAN DI KOTA LHOKSEUMAWE. Jurnal Averrous, 2 11, Volume 6, p. 44 51.

Razzaq Arrasyidul Aziz, 2019. HUBUNGAN HIGIENE DENGAN KEJADIAN


PENYAKIT CACINGAN DI MASYARAKAT. 5 January, p. 12.

Anda mungkin juga menyukai