Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH CACINGAN

DI SUSUN OLEH:
NAMA : KRISTIN NATALIA PASARIBU
NIM : 2223026

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUTE KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Berkat

dan RamatNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam

bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan

sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengetahuan bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehinggga kedepannya dapat diperbaiki.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan pengalaman yang saya

miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapakan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum

tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Umumnya,

cacing jarang menimbulkan penyakit serius namun dapat menyebabkan

gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomi.

Penyakit kecacingan di Indonesia adalah penyakit rakyat umum, infeksinya

pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus, pada

orang dewasa bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan dalam

jangka panjang hal ini dapat menyebabkan menurunnya sumber daya

manusia (Zulkoni, 2011).

Menurut data World Health Organization (2017) sebanyak 820 miliar

orang di dunia terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 460 miliar orang

terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 440 miliar orang terinfeksi cacing

Hookworm. Soil Transmitted Helminth merupakan kelompok parasit cacing

usus yang memerlukan media tanah untuk perkembangannya. Parasit cacing

usus yang termasuk Soil Transmitted Helminth antara lain Ascaris

lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk),

Hookworm (cacing kait) dan Strongyloides stercoralis atau cacing benang

(Natadisastra, 2009). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang

dengan prevalensi infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) masih lebih dari
20%. Hasil survey tahun 2008 pada delapan Provinsi terpilih di Indonesia

didapatkan kisaran prevalensi STH yang cukup tinggi yaitu antara 2,7% -

60,7%. Prevalensi kecacingan terendah ada di Provinsi Sulawesi Utara dan

tertinggi di Provinsi 2 Banten dengan jenis cacing yang paling banyak yaitu

Trichuris trichiura (Depkes RI 2008). Penelitian yang dilakukan oleh

Tirtayanti, Sundari, dan Dhyanaputri (2016) juga menunjukkan bahwa dari

26 sampel potongan kuku tangan pengrajin genteng di Desa Pejaten Kediri

Tabanan ditemukan telur cacing Ascaris lumbricoides sebanyak 53,8%,

Hookworm sebanyak 23,1%, campuran telur cacing Ascaris lumbricoides

dan Hookworm sebanyak 15,4% serta campuran telur cacing Trichuris

trichiura sebanyak 7,7%.

Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif),

penyerapan (absorbsi) dan metabolisme makanan. Infeksi cacing dapat

menimbulkan kerugian zat gizi berupa kekurangan kalori dan protein serta

kehilangan darah, selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan

dan produktivitas kerja, juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga

mudah terkena penyakit lainnya. Satu ekor cacing dapat menghisap darah,

protein, dan karbohidrat dari tubuh manusia. Prevalensi rata-rata jumlah

cacing 6 ekor per orang dan kemungkinan kerugian akibat kehilangan

nutrisi berupa protein, karbohidrat dan darah, tentu akan memberikan efek

yang sangat membahayakan (Taniawati, 2011). Penyakit kecacingan, tidak

hanya menyerang kalangan anak anak saja, namun juga dapat menyerang

semua kalangan tanpa mengenal batasan umur. Umumnya orang yang


sering kontak langsung dengan tanah, tanpa menggunakan alat pelindung

diri 86% beresiko terkena penyakit kecacingan, karena tanah merupakan

media yang sesuai untuk pertumbuhan telur Ascaris lumbricoides dan

Trichuri trichiura. Pertumbuhan yang baik bagi cacing tambang diperlukan

tanah pasir, karena diantara butir-butir tanah pasir ini larva dapat leluasa

mengambil O2 maupun zat pembangun (Natadisastra, 2009). Pekerja yang

berhubungan langsung dengan tanah mempunyai peluang besar terkena

infeksi cacing. Infeksi cacing yang berat, dapat berakibat langsung berkaitan

dengan gangguan pencernaan, anemia, dan sindrom paru, apabila dikaitkan

dengan kerja, kejadiaan infeksi ini akan menurunkan produktifitas kerja.

Pekerja beresiko mendapat ganguan kesehatan atau penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaannya dan penyakit tersebut disebut sebagai

penyakit akibat kerja. Menurut Adnani (2011) yang dimaksud dengan

penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat

kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja yang berupa pajanan

berbahaya seperti: infeksi kuman dan parasit. Salah satu pekerjaan yang

beresiko terkena infeksi kecacingan adalah pengrajin gerabah. Pengrajin

gerabah, selalu kontak langsung dengan tanah pada saat proses pembuatan

kerajinan yang membutuhkan waktu yang relatif lama untuk

menyempurnakan pola kerajinan yang dibuat. Pembuatan kerajinan gerabah

masih menerapkan teknik manual yaitu dengan menggunakan tangan untuk

membentuk pola kerajinan yang diinginkan dengan menggunakan bahan

pokok berupa tanah liat. Bali yang terkenal dengan daerah seni dan
budayanya masih menggunakan produk hasil olahan dari tanah liat ini

sebagai alat sarana upacara keagamaan maupun pajangan kerajinan seni

yang di perjual belikan baik di Bali bahkan sampai keluar daerah Bali,

menurut Ali (2016), terdapat hubungan antara pemakaian alat pelindung diri

(APD), Kebersihan kuku, mencuci tangan, penyediaan air bersih,

kepemilikan jamban dan saluran pembuangan limbah dengan kejadian

penyakit cacing.

Golongan anak sekolah dasar merupakan kelompok usia yang

rentanterhadap infeksi cacing. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan bermain

dengan tidak memakai sandal atau sepatu atau (alas kaki) pada anak yang

tidak diperhatikan.Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-

zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus, sehingga

mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak-anak yang terinfeksi

cacing biasanya mengalami lesu, pucat/anemia, berat badan menurun, tidak

bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk-batuk dan diare.

Meskipun penyakit cacing usus tidak mematikan, tetapi menggerogoti

kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan

kesehatan masyarakat. Dalam jangka panjang, hal ini akan berakibat

menurunnya kualitas sumber daya manusia seperti IQ rentan. Hasil

penelitian menyebutkan penyakit cacingan bisa menyebabkan IQ menurun.

(Chadijah, 2013). Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling

banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Tinggi

rendahnya frekuensi cacingan berhubungan eratdengan kebersihan pribadi


dan sanitasi lingkungan. Cacing-caicng yang menginfeksi anak dengan

prevalensi yang tinggi ini adalah cacing gelang (Ascaris lumricoides),

cacing cambuk (Trichuris trichura), cacing tambang (Necator americanus),

dan cacing pita, kalau diperhatikan dengan teliti, cacing-cacing yang tinggal

di usus manusia ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap

kejadian penyakit kecacingan. Cacing gelang suka makan karbohidrat dan

protein di usus sebelum diserap oleh tubuh, cacing ini menyebabkan

penyakit anemia, cacing tambang menghisap darah di usus, cacing cambuk

dan cacing pita suka mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak

serta mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya misalnya

turunnya prestasi belajar dan drop outnya anak SD (Chadijah, 2013).

Diagnosis terhadap infeksi STH untuk menentukan ada atau tidaknya

parasit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sampel kuku atau

feses. Penyakit cacingan dapat ditularkan melalui kuku yang kotor serta

menginjak tanah tanpa menggunakan alas kaki sehingga akan

mempermudah terinfeksi cacing. Sebagian besar infeksi oleh parasit

berlangsung tanpa gejala atau 5 menimbulkan gejala ringan, oleh sebab itu

pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan.

Dari hasil Pemeriksaan yang dilakukan Pusksmas Sinasih pada tahun

2020 pengambilan sampel dari specimen feses kepada masyrakat Nagori

Mariah Buttu terdapat cacing yang nampak lansung dengan mata ada

potongan cacing pita. Diagnosis terhadap infeksi cacing untuk menentukan

ada atau tidaknya parasit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan


sampel kuku atau feses. Dan seringnya makan daging mentah (nasumbah).

Penyakit cacingan dapat ditularkan melalui kuku yang kotor serta menginjak

tanah tanpa menggunakan alas kaki sehingga akan mempermudah terinfeksi

cacing. Sebagian besar infeksi oleh parasit berlangsung tanpa gejala atau

menimbulkan gejala ringan, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat

dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “apakah ada telur cacing Soil Transmitted Helminth

pada kuku tangan bagi pekerja yang sering menyentuh tanah dan sering

makan daging setengah masak di Nagori Mariah Buttu Kecamatan Silou

Kahean Kabupataen Simalungun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui keberadaan telur cacing Soil Transmitted Helminth

pada kuku tangan bagi pekerja yang sering menyentuh tanah dan sering

makan daging setengah masak di Nagori Mariah Buttu Kecamatan Silou

Kahean Kabupaten Simalungun 2022.

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan karakteristik bagi pekerja yang sering menyentuh

tanah dan sering makan daging setengah masak meliputi umur, jenis
kelamin, dan pendidikan di Nagori Mariah Buttu Kecamatan Silou

Kahean Kabupaten Simalungun 2022.

b. Memeriksa kebersihan perorangan pada pengrajin gerabah meliputi

kebiasaan memotong kuku, mencuci tangan dengan menggunakan

sabun sebelum makan, dan sehabis bekerja, menggunakan sarung

tangan dan alas kaki saat bekerja

c. Mengidentifikasi jenis telur cacing yang ada pada kuku tangan pekerja

yang sering bersentuhan dengan tanah.

1. 4 Manfaat Makalah

Menambah wawasan tentang berkembangbiakan cacing jika tidak dijaga

kebersihan tangan dan cara mengelola makanan yang tidak masak di

Nagori Mariah Buttu Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun

2022.
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

1. Kecacingan

Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui

tanah dan disebabkan oleh parasit cacing, dengan dampak mengganggu

perkembangan fisik, kecerdasan, mental, prestasi, dan menurunkan ketahanan

tubuh (Soedarto, 2009). Kecacingan merupakan salah satu mikroorganisme

penyebab penyakit dari kelompok helminth (cacing), membesar dan hidup dalam

usus halus manusia, cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk

di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk, terutama

pada anak-anak. Cacing-cacing tersebut adalah cacing gelang, cacing cambuk,

cacing tambang dan cacing pita (Rahim Ali, 2006, dalam

www.arali2008.wordpress.com).

Orang yang cacingan adalah apabila di dalam perutnya terdapat

cacing.Seseorang diketahui ada cacing di dalam perutnya apabila keluar cacing

dari mulut, hidung, saat buang air besar, atau bila dalam pemeriksaan terdapat

telur cacing, maka orang tersebut cacingan (Pemeriksaan pkm sinasih 2020 ).

Pemeriksaan pkm sinasih yang dilakukan tahun 2020 ada beberapa gejala-gejala

yang didapat pasien yng mengaklami cacingan sebagai berikut :


1) Perut buncit.

2) Badan kurus.

3) Rambut seperti rambut jagung.

4) Lemas, cepat lelah, pucat, dan mata belekan.

Dan bahaya yang ditimbulkan pada anak yang mengalami cacingan,

sebagai berikut :

1) Kurang gizi (kurus).

2) Kurang darah (anemia).

3) Pertumbuhan terganggu, biasanya lebih pendek.

4) Daya tahan tubuh rendah sehingga sering sakit, lemah dan sering menjadi

letih sehingga menyebabkan malas belajar dan sering absen atau tidak masuk

sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun atau rendah.

2. Penularan kecacingan Secara umum penularan kecacingan dapat melalui dua

cara yaitu(pkm sinasih 2020) :

1. Anak buang air besar sembarangan dengan tinja yang mengandung telur

cacing dapat mencemari tanah. Telur menempel di tangan atau kuku ketika

mereka sedang bermain. Dan ketika makan atau minum, telur cacing masuk

ke dalam mulut dan tertelan, kemudian orang akan cacingan dan seterusnya

terjadilah infestasi cacing.


2. Anak buang air besar sembarangan dengan tinja yang mengandung telur

cacing dapat mencemari tanah. Lalu dikerumuni lalat, dan lalat tersebut

hinggap di makanan atau minuman. Makanan atau minuman yang

mengandung telur cacing 10 masuk melalui mulut lalu tertelan dan

selanjutnya orang tersebut akan cacingan dan seterusnya terjadilah infestasi

cacing. c. Siklus penyakit kecacingan Siklus masuknya penyakit kecacingan

ke dalam tubuh manusia melalui (pkm sinasih 2020) :

1) Telur yang infektif masuk melalui mulut, tertelan kemudian masuk usus

besar beberapa lama hari kemudian menetas jadi larva lalu

menjadi dewasa dan berkembang biak.

2) Telur menetas ditanah lalu menjadi larva infektif kemudian masuk melalui

kulit kaki atau tangan menerobos masuk ke pembuluh darah terus ke jantung

berpindah paru-paru, lalu terjerat di tenggorakan masuk kerongkongan lalu

usus halus kemudian menjadi dewasa dan berkembang biak.

3. Pencegahan Kecacingan pkm si

1) Gunakan air yang bersih, yaitu :

a) Saat mengambil air pakailah wadah yang bersih dari sumber sampai ke

tempat penyimpanan.

b) Simpanlah air di tempat yang bersih dan tertutup. c) Memasak atau

merebus air sampai mendidih terutama untuk air minum.

2) Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar.
3) Mencuci sayuran terutama yang akan di makan mentah (lalapan).

4) Menutup makanan yang tersaji di rumah.

5) Menutup makanan jajanan di sekolah.

6) Minum obat cacing setahun 2 kali.

7) Buang air besar di jamban yang sehat.

8) Memakai alas kaki, terutama saat bermain atau keluar dari rumah.

9) Memotong kuku dan membersihkannya secara rutin seminggu sekali.

4. Klasifikasi Kecacingan Penyakit kecacingan

disebabkan oleh parasit cacing, dalam tubuh manusia parasit cacing

mempunyai tubuh yang simetris bilateral dan tersusun dari banyak sel

(multi seluler). Cacing yang penting atau cacing yang sering menginfeksi

tubuh manusia terdiri atas dua golongan besar yaitu filum platy-helminthes

dan filum nemat-helminthes. Filum platy-helminthes terdiri atas dua kelas

yang penting yaitu kelas cestoda dan kelas trematoda, sedangkan filum

nemat-helminthes kelasnya yang penting adalah nematoda. Cacing gelang,

cacing cambuk, cacing tambang dan cacing pita adalah kelas nematoda

yang selalu parasitik pada tubuh manusia dan menjadikannya sebagai

tempat hidup dan berkembang (Soedarto, 2009). Pada umumnya cacing

yang sering menginfeksi tubuh manusia, yaitu sebagai berikut (Soedarto,

2009) :
1) Askariasis

a) Definisi Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang

dikenal sebagai cacing gelang atau cacing perut.Cacing ini tersebar luas di

seluruh dunia, terutama di daerah tropik dan subtropik yang kelembaban

udaranya tinggi dan suhunya hangat.Di beberapa daerah di Indonesia

terutama di pedesaan, infeksi cacing ini dapat diderita oleh lebih dari 60%

penduduk yang diperiksa tinjanya.

b) Cara Penularan Askariasis Telur cacing yang telah dibuahi yang keluar

bersama tinja penderita, di dalam tanah yang lembab dan suhu yang

optimal akan berkembang menjadi telur infektif, yang mengandung larva

cacing. Infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang infektif ke

dalam mulut melalui makanan dan minuman yang tercemar, melalui

tangan yang kotor tercemar terutama pada anak, atau telur infektif terhirup

melalui udara bersama debu.Pada keadaan terakhir ini, telur menetas di

mukosa jalan napas bagian atas, larva segera menembus pembuluh darah

dan beredar bersama aliran darah.Dua bulan sejak infeksi (masuknya telur

infektif per oral) terjadi, seekor cacing betina mulai mampu bertelur, yang

jumlah produksi telurnya dapat mencapai 200.000 butir per hari.

c) Gejala Klinis Askariasis Migrasi larva cacing di paru-paru dapat

menimbulkan pneumonia dengan gejala berupa demam, batuk, sesak, dan

13 dahak berdarah.Pada infeksi berat (hiperinfeksi), terutama pada anak-

anak, cacing dewasa dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan


penyerapan protein sehingga penderita mengalami gangguan pertumbuhan

dan anemia akibat kurang gizi.

d) Pengobatan Askariasis Obat-obat cacing yang baru dan efektif, dan hanya

menimbulkan sedikit efek samping adalah mebendazol, pirantel pamoat,

albendazol dan levamisol.

e) Pencegahan Askariasis Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan

yang baik, misalnya membuat kakus yang baik untuk menghindari

pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah masuknya telur

cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan selalu memasak

makanan dan minuman sebelum dimakan atau diminum, serta menjaga

kebersihan perorangan, dan pendidikan kesehatan pada penduduk perlu

dilakukan untuk menunjang upaya pencegahan penyebaran dan

pemberantasan askariasis.

2) Enterobiosis

a) Definisi Penyakit enterobiosis disebabkan oleh cacing Enterobius

vermicularis atau Oxyuris vermicularis yang dikenal sebagai cacing

keremi.Cacing ini tersebar luas di seluruh dunia, baik di daerah tropis

maupun subtropis.Di daerah dingin lebih banyak

dijumpai, karena orang jarang mandi dan tidak sering berganti pakaian

dalam.

b) Cara Penularan Enterobiosis Manusia adalah satu-satunya hospes definitif

cacing ini.Tidak diperlukan hospes perantara untuk melengkapi siklus


hidupnya.Telur yang diletakkan di daerah sekitar perianal dan perineal,

dalam waktu 6 jam telah tumbuh menjadi telur infektif karena telah

mengandung larva cacing. Infeksi enterobiosis terjadi melalui 3 jalan,

yaitu infeksi melalui mulut dengan telur yang infektif terbawa dari

tangan ke mulut penderita sendiri atau terjadi karena memegang benda

yang tercemar telur infektif, infeksi melalui pernafasan dengan telur

infektif yang beterbangan di udara terhirup oleh penderita, dan infeksi

melalui retrofeksi dengan penularan yang terjadi akibat larva cacing yang

menetas di daerah perianal masuk kembali ke dalam usus penderita, dan

berkembang menjadi cacing dewasa.

c) Gejala Klinis Enterobiosis Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan

jaringan.Migrasi induk cacing untuk bertelur di daerah perianal dan

perineal menimbulkan gatal-gatal (pruritus ani) yang mengganggu tidur

penderita, dan bila digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder.Jika

cacing betina mengadakan migrasi ke vagina dan tuba falopii, dapat terjadi

radang ringan di daerah tersebut.

d) Pengobatan Enterobiosis Mengingat penularan enterobiosis sangat mudah

terjadi pada seluruh anggota keluarga yang hidup dalam satu rumah, maka

pengobatan infeksi cacing ini harus ditujukan pada seluruh anggota

keluarga dalam waktu bersamaan, dan sebaiknya sering diulang.Berbagai

obat cacing dapat digunakan, misalnya mebendazol, pirantel pamoat,

pirvinium pamoat dan piperazin sitrat.


e) Pencegahan Enterobiosis Mengobati penderita dan keluarganya atau yang

hidup di dalam satu rumah, berarti memberantas sumber infeksi. Menjaga

kebersihan perorangan dan lingkungan, terutama lingkungan kamar tidur,

akan mengurangi jumlah telur cacing yang infektif, baik yang ada di dalam

perlengkapan kamar tidur maupun yang beterbangan di udara.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar

dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Umumnya, cacing

jarang menimbulkan penyakit serius namun dapat menyebabkan gangguan

kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomi. Penyakit

kecacingan di Indonesia adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun

dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus, pada

orang dewasa bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan

dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan menurunnya sumber daya

manusia.

Sering terkena pekerja yang berhubungan dengan tanah dantidak mencuci

tangan dengan bersih. Sering memakan daging yang mentah atau makanan

setengah masak.

3.2 Saran

Menjaga kebersihan tangan apapun aktivitas tetap mencuci tangan diair

yang mengalir dengan mengunakan sabun. Meminum obat cacing 6 bulan

sekali. Memasak daging atau makanan dengan sempurna atau benar sudah

masak.

Anda mungkin juga menyukai